LP APPENDIKSITIS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    1/35

    7

    LP APPENDIKSITIS

    A. Konsep Dasar Appendicitis

    1. Pengertian

    Appendicitis adalah Appendiks yang mengalami obstruksi dan rentan

    terhadap infeksi (Brunner & Suddarth, 1995 : 45 ).

    Appendicitis as an accute inflamation of the veriform appendix. It is a

    common disorder, with a peak incedence between age 20 and 40 (France

    Monahan Donavan, 1998 : 1063 ).

    Appendicitis mengacu pada radang appendiks, suatu tambahan

    seperti kantung yang tidak berfungsi terletak pada bagian inferior dari

    seikum ( Barbara Engram, 1998:215).

    Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    appendicitis adalah peradangan pada appendiks yang biasanya terjadi pada

    usia 20 sampai 40 tahun.

    2. Jenisjenis Appendicitis

    a. Appendicitis Akut

    Apendicitis akut adalah jenis appendicitis yang paling sering memerlukan

    pembedahan dan paling sering menimbulkan kesukaran dalam

    memastikan diagnosanya, karena banyak kelainan menunjukkan tanda

    tanda seperti appendicitis akut. Terdapat tiga jenis appendicitis akut,

    yaitu :

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    2/35

    8

    1)Appendicitis akut fokalis (segmentalis)

    Peradangan biasanya terjadi pada bagian distal yang berisi nanah.

    Dari luar tidak terlihat adanya kelianan, kadang hanya hiperemi ringan

    pada mukosa, sedangkan radang hanya terbatas pada mukosa.

    2)Appendicitis akut purulenta (supuratif)

    Disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih

    mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut appendicitis

    gangrenosa.

    3)Appendicitis akut

    Dapat disebabkan oleh trauma, misalnya pada kecelakaan atau operasi,

    tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun permukaan

    appendiks.

    b. Appendicitis kronis

    Gejala umumnya samar dan lebih jarang. Appendicitis akut jika tidak

    mendapat pengobatan dan sembuh dapat menjadi appendicitis kronis.

    Terdapat dua jenis appendicitis, yaitu :

    1)Appendicitis kronik focalis

    Peradangan masih bersifat lokal, yaitu fibrosis jaringan submukosa.

    Gejala klinis pada umumnya tidak tampak.

    2)Appendicitis kronis obliteratif

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    3/35

    9

    Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendiks pada jarigan mukosa,

    hingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen), terutama pada bagian

    distal dengan menghilangnya selaput lendir pada bagian itu.

    3. Anatomi dan Fisiologi

    Appendiks adalah bagian dari usus besar yang muncul seperti corong

    pada akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih

    memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung

    menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak

    horizontal di belakang seikum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap

    infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang dapat

    menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen. (Syaifuddin,

    1997: 80).

    Panjang appendiks lajimnya adalah delapan sampai sepuluh centi

    meter pada orang dewasa. Terdapat dua lapisan otot di dalam dinding

    appendiks, yaitu lapisan dalam (sirkularis) merupakan penerusan otot seikum

    yang sama dan lapisan luar (longitudalis) dari penyatuan tiga tenia seikum

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    4/35

    10

    Tabel 1

    Anatomi Appendiks yang Mengalami Peradangan

    4. Etiologi

    Penyebab utama appendiks adalah obstruksi atau penyumbatan yang

    dapat disebabkan oleh :

    a. Fecalith ( massa fecal yang keras )

    b. Benda asing

    c.

    Tumor

    d. Stenosis

    e. Perlekatan

    f. Spasme otot spinchter antara perbatasan appendiks dan seikum

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    5/35

    11

    g. Hiperflasia jaringan limfoid yang biasa terjadi pada anak-anak

    h.

    Bendungan appendiks oleh adhesi

    Penyebab lain appendicitis adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman

    kuman seperti Escherichia coli (80%), Streptokokus tapi kuman yang lain

    jarang terjadi.

    5. Patofisiologi

    Apendiks dapat mengalami peradangan, karena adanya oklusi,

    kemungkinan oleh fecalith ( massa fecal yang keras ), tumor atau oleh benda

    asing. Proses inflamasi ini dapat meningkatkan tekanan intra abdomen yang

    dapat mengakibatkan kolapsnya pembuluh darah dinding appendiks. Hal in

    akan mengakibatkan terjadinya invasi bakteri local, seperti ; E. coli,

    Enterococci, dan lainlain.

    Setelah itu akan terjadi neutrofilic eksudasi yang melapisi dinding

    appendiks, terjadi kongesti pembuluh darah dinding subserosal, dan mukosa

    appendiks akan menjadi granulasi kemerahan. Kemudian terjadi peningkatan

    neutrofilic eksudasi, eksudat supuratif ini akan menutupi mukosa appendiks,

    terbentuk abses dan ulserasi pada mukosa appediks yang dapat meningkatkan

    perkembangan area nekrotik pada mukosa appendiks. Jika tidak terdeteksi dan

    diobati kan berkembang jadi hemorrhagic ulserasi yang meluas pada mukosa

    appendiks. Pada akhirnya akan terjadi nekrosis gangrenosa pada dinding

    appendiks dan terjadilah ruptur appendiks.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    6/35

    12

    6. Manifestasi Klinis

    a.

    Gejala utama pada appendicitis adalah nyeri perut yang disebabkan oleh

    obstruksi appendiks, karena itu sifatnya sama seperti pada obstruksi usus.

    Pada mulanya nyeri dirasakan samar disertai ketidaknyamanan pada area

    epigastric atau area preumbilikal. Setelah empat jam intensitasnya

    meningkat jadi kolik dan terlokalisasi di kuadran kanan bawah. Bila

    penderita flatus dan buang air besar rasa sakitnya berkurang. Jika

    appendiks ruptur akan terjadi peritonitis yang disertai nyeri lokal di

    kuadran kanan bawah di titik Mc. Burney ( titik pertengahan antara

    umbilikus dan spina iliaka anterior superior ) menandakan iritasi

    peritonium. Nyeri perut berubah menjadi tajam dan terusmenerus. Setiap

    gerakan yang menyebabkan daerah itu bergerak atau teregang akan

    menimbulkan nyeri. Bila terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit

    menghilang, tetapi kemudian muncul dengan rasa sakit yang hebat di

    seluruh perut karena peritonitis umum.

    b. Annoreksia hampir selalu ada dan muntah merupakan hal yang khas.

    Muntah terjadi setelah rasa sakit, pada mulanya hilang timbul secara

    reflektoris.

    c.

    Konstipasi biasa terjadi pada anak anak, pada penderita dengan

    appendiks di dekat rektum biasa terjadi diare.

    d. Demam yang tidak terlalu tinggi, tetapi menjadi hiperpireksi bila terjadi

    perforasi.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    7/35

    13

    e. Kekakuan otot rektus

    f.

    Leukositosis (kebih dari 12.000/mm

    3

    ) dengan peningkatan jumlah

    neutrofil sampai 75%.

    7. Penatalaksanaan

    a. Antibiotik dan pemberian cairan parenteral, untuk mengatasi atau

    mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

    b. Analgetik diberikan setelah diagnosa appendicitis ditegakkan, tidak

    diberikan sebelum penegakan diagnosa karena dapat menutupi tanda dan

    gejala untuk diagnosa diferensial.

    c. Tidak diberikan enema karena dapat menyebabkan stimulasi iritasi

    peristaltik pada area inflamasi yang dapat meningkatkan perforasi.

    d. Appendiktomi, suatu operasi pengangkatan appendiks yang mengalami

    peradangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah perforasi. Appendiks

    diangkat melalui insisi abdomen kuadran kanan bawah yang diawali

    dengan anastesi umum atau spinal.

    8. Komplikasi

    a. Perforasi appendiks (paling umum) yang berkembang menjadi peritonitis

    b. Ileus paralitik

    c.

    Trombosis vena portal

    d. Septicemia

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    8/35

    14

    B. Konsep Dasar Appendiktomi

    1.

    Pengertian

    Appendiktomi adalah prosedur pengangkatan appendiks yang mengalami

    peradangan dilaksanakan di bawah anastesi umum atau spinal. Persiapan pra

    operasi biasanya minimal, yakni pemberian premedikasi dan persiapan kulit

    abdomen, sama halnya dengan operasi lainnya misal pengaturan diet dan

    cairan. Insisi dibuat pada abdomen kanan bawah dimana appendiks terdapat,

    appendiks diklem kemudian diangkat, bekas potongan dijahit dan ditutup

    kembali. Lapisan lapisan kulit diperbaiki dan kulit dijahit. Drainage luka

    biasanya tidak diperlukan. Luka sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan

    kelemahan otot. Aktivitas penuh dapat dilakukan setelah empat sampai lima

    minggu. Jahitan dilepas pada hari kelima sampai tujuh, pemulangan

    dilakukan pada hari ke empat sampai tujuh jika tidak ada komplikasi yang

    timbul. ( Moira Atree & Jane Merchant, 1996 :11 ).

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    9/35

    15

    2. Patoflow

    Apendiks mengalami peradangan

    Appendiktomi

    Insisi pembedahan

    Port de entre

    kuman

    Risiko tinggi

    infeksi

    Efek anastesi pada alat

    pencernaan

    Penurunan motilitas

    usus dan muntah

    Pembatasan

    masukan oral

    Risiko kekur angan

    cairan tubuh

    Risiko perubahan

    nutri si : kur ang dari

    kebutuhan tubuh

    Kerusakan

    integritas

    jar ingan

    Saraf nyeri

    perifer

    terangsang

    Nyeri (akut)

    Kurang terpapar informasi

    dan tidak mengenal sumber

    informasi

    Kurang

    pengetahuan

    Aktivitas

    terganggu

    Intoleran

    aktivitas

    Kegiatan

    perawatan diri :

    dibantu orang lain

    Kur ang perawatan

    diri (diuraikan)

    Penurunan

    motilitas

    usus

    Konstipasi

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    10/35

    16

    3. Manifestasi Post Appendiktomi

    a.

    Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat

    aktivitas disertai kekakuan pada abdomen dan paha kanan.

    b. Mual dan muntah.

    c. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.

    d. Dehidrasi karena adanya pembatasan masukan oral pada periode pertama

    post operasi.

    e.

    Konstipasi, karena adanya pengaruh anastesi pada fungsi pencernaan.

    f. Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

    4. Komplikasi Post Appendiktomi

    Potensial komplikasi setelah appendiktomi antara lain :

    a. Peritonitis

    b. Abses pelvis (lumbal)

    c. Abses subfrenik (abses di bawah diafragma)

    d. Ileus (paralitik dan mekanik)

    5. Perawatan Post Operatif

    a. membuat pengkajian post operatif seperti biasanya

    b. mengukur tanda vital

    c.

    mengukur intake dan output

    d. memantau kesempurnaan drainage

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    11/35

    17

    e. memantau nyeri

    f.

    memantau respirasi dan bersihan jalan napas

    g. mengkaji bising usus dan toleransi klien terhadap imtake oral

    B.

    Proses Keperawatan

    Menurut Shore yang dikutip oleh Doengoes, proses keperawatan

    merupakan suatu proses penggabungan unsur dari kiat keperawatan yang paling

    diperlukan dengan unsusunsur teori sistenm yang relevan dengan menggunakan

    metode ilmiah. Proses ini memasukkan pendekatan interprsonal atau interaksi

    dengan proses pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan. Proses

    keperawatan ini terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,

    perencanaan, implementasi dan evaluasi.

    Lima tahapan proses keperawatan, yaitu :

    1. Pengkajian

    Pengkajian adalah proses dimana data yang berhubungan dengan klien

    dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis dan

    terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar, yaitu mengumpulkan secara

    sistematis, menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta

    mendokumentasikan data dalam format yang bisa dibuka kembali.

    Pengkajian digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi masalah

    dan kebutuhan kesehatan klien serta keperawatan klien baik fisik, mental,

    sosial dan lingkungan. Pengkajian ini berisi :

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    12/35

    18

    a. Identitas

    1)

    Identitas klien post appendiktomi yang menjadi dasar pengkajian

    meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,

    alamat, diagnosa medis, tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal

    masuk, tanggal operasi dan tanggal pengkajian.

    2) Identitas penganggung jawab meliputi : nama, umur, jenis kelamin,

    pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan dengan klien dan

    sumber biaya.

    b. Lingkup Masalah Keperawatan

    Berisi keluhan utama klien saat dikaji, klien post appendiktomi biasanya

    mengeluh nyeri pada luka operasi dan keterbatasan aktivitas

    c. Riwayat Penyakit

    1) Riwayat Penyakit Sekarang

    Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang

    diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan

    pengkajian. Keluhan sekarang dikaji dengan menggunakan PQRST

    (paliatif and provokatif, quality and quantity, region and radiasi,

    severity scale dan timing). Klien yang telah menjalani operasi

    appendiktomi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang

    akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang

    setelah diberi obat dan diistirahatkan. Nyeri dirasakan sperti ditusuk

    tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima (0-10). Nyeri akan

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    13/35

    19

    terlokalisasi di area operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen

    dan paha kanan dan umumnya menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin

    dapat mngganggu aktivitas sesuai rentang toleransi masing masing

    klien.

    2) Riwayat Kesehatan Dahulu

    Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh

    pada penyakit yang diderita sekarang serta apakah pernah mengalami

    pembedahan sebelumnya.

    3) Riwayat Kesehatan Keluarga

    Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita

    sakit yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit

    keturunan atau menular dalam keluarga.

    d. Riwayat Psikologis

    Secara umum klien dengan post appendicitis tidak mengalami

    penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun demikian tetap perlu

    dilakukan mengenai kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri,

    fungsi peran, ideal diri dan harga diri.

    e. Riwayat Sosial

    Klien dengan post appendiktomi tidak mengalami gangguan dalam

    hubungan social dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan

    hubungan social klien antara sebelum dan setelah menjalani operasi.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    14/35

    20

    f. Riwayat Spiritual

    Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami

    keterbatasan dalam aktivitas begitu pula dalam kegiatan ibadah. Perlu

    dikaji keyakinan klien terhadap keadaan sakit dan motivasi untuk

    kesembuhannya.

    g. Kebiasaan Seharihari

    Klien yang menjalani operasi pengangkatan appendiks pada

    umumnya mengalami kesulitan dalam beraktvitas karena nyeri yang akut

    dan kelemahan. Klien dapat mengalami gangguan dalam perawatan diri

    ( mandi, gosok gigi, keramas dan gunting kuku ), karena adaanya toleransi

    aktivitas yang mengalami gangguan.

    Klien akan mengalami pembatasan masukan oral sampai fungsi

    pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Kemungkinan klien

    akan mengalami mual muntah dan konstipasi pada periode awal post

    operasi karena pengaruh anastesi. Intake oral dapat mulai diberikan

    setelah fungsi pencernaan kembali ke dalam rentang normalnya. Klien

    juga dapat mengalami penurunan haluaran urine karena adanya

    pembatasan masukan oral. Haluaran urine akan berangsur normal setelah

    peningkatan masukan oral. Pola istirahat klien dapat terganggu ataupu

    tidak terganggu, tergantung toleransi klien terhadap nyeri yang dirasakan.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    15/35

    21

    h. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik ini mencakup :

    1) Keadaan Umum

    Klien post appendiktomi mencapai kesadaran penuh setelah beberapa

    jam kembali dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan

    sakit ringan sampai berat tergantung pada periode akut rasa nyeri.

    Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan mengalami

    ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi appendiks.

    2) Sistem Pernapasan

    Klien post appendiktomi akan mengalai penurunan atau peningkatan

    frekuensi napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang

    yang dapat ditoleransi oleh klien.

    3) Sistem Kardiovaskuler

    Umumnya klien mengalami takikardi ( sebagai respon terhadap stres

    dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap

    nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler

    biasanya normal, dikaji pula keadaan konjunctiva, adanya sianosis

    dan, auskultasi bunyi jantung.

    4)

    Sistem Pencernaan

    Adanya nyeri pada luka operasi di abdomen kanan bawah saat

    dipalpasi. Klien post appendiktomi biasanya mengeluh mual muntah,

    konstipasi pada awitan awal post operasi dan penurunan bising usus.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    16/35

    22

    Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah bekas

    sayatan operasi.

    5) Sistem Perkemihan

    Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output

    urine, hal ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama

    periode awal post appendiktomi. Output urine akan berangsur normal

    seiring dengan peningkatan intake oral.

    6)

    Sistem Muskuloskeletal

    Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring

    post operasi dan kekakuan . Kekuatan otot berangsur membaik seiring

    dengan peningkatan toleransi aktivitas.

    7) Sistem Integumen

    Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena

    insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor

    kulit akan membaik seiring dengan peningkatan intake oral.

    8) Sistem Persarafan

    Umumnya klien dengan post appendiktomi tidak mengalami

    penyimpangan dalam fungsi persarafan. Pengkajian fungsi persafan

    meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan refleks.

    9) Sistem Pendengaran

    Pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga,

    ada tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    17/35

    23

    10)Sistem Endokrin

    Umumnya klien post appendiktomi tidak mengalami kelainan fungsi

    endrokin. Akan tetapi tetap perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin

    (thyroid dan lainlain)

    i. Pemeriksaan Penunjang

    1) Laboratorium

    a) haemoglobin yang rendah dapat mengarah kepada anemia akibat

    kehilangan darah

    b) peningkatan leukosit dapat mengindikasikan adanya infeksi

    2) Radiology

    j. Terapi dan Pengobatan

    Pada umumnya klien post appendiktomi mendapat terapi analgetik untuk

    mengurangi nyeri dan antibiotik sebagai anti mikroba.

    2. Diagnosa Keperawatan

    Menurut Nanda, diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis

    tentang respon individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah

    kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa

    keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk

    mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. ( Marilyn. E.

    Doengoes, 1999 : 8).

    Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post appendiktomi

    antara lain :

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    18/35

    24

    a. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, prosedur

    invasif.

    b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

    pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik : proses penyembuhan

    c. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan.

    d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan

    sekunder terhadap pembedahan.

    e.

    Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post

    operatif, nyeri.

    f. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan insisi pembedahan

    g. Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan

    kebutuhan nutrisi sekunder terhadap pembedahan.

    h. Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet,

    immobilisasi.

    i. Kurang pengetahuan mengenai (diuraikan) berhubungan dengan kurang

    terpapar informai, tidak mengenal sumber informasi.

    3. Rencana Tindakan Keperawatan

    Rencana tindakan keperawatan adalah bukti tertulis dari tahap pengkajian dan

    identifikasi masalah dan merupakan tahapan dalam proses keperawatan yang

    mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tujuan atau hasil dan

    intervensi serta rasionalisasi dari intervensi untuk mencapai hasil yang

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    19/35

    25

    diharapkan dalam menangani masalah atau kebutuhan klien. (Marilyn.E.

    Doengoes, 1999 : 105)

    a. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, prosedur

    invasif

    1)Definisi : suatu keadaan dimana individu berisiko terkena agen

    oportunitis atau patogenis (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit

    lain) dari berbagai sumber dari dalam maupun dari dari luar tubuh.

    2) Batasan karakteristik ;

    a) Data subyektif :

    (1) kaji keluhan :

    (a) demam terus menerus atau intermiten

    (b) infeksi sebelumnya

    (c) nyeri atau pembengkakan

    b) Data obyektif

    1) adanya luka (pembedahan, terbakar, invasif, terluka sendiri)

    2) suhu meningkat

    (3) status nutrisi

    3) Kriteria hasil :

    Meningkatkan penyembuhan luka dengan optimal, bebas tanda

    infeksi atau inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    20/35

    26

    4) Intervensi

    No Intervensi Rasionalisasi1 2 3

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Mandiri :

    Awasi tanda vital perhatikan

    menggigil (demam),

    berkeringat, perubahan

    mental, meningkatnya nyeri

    abdomen

    Lakukan pencucian tangan

    yang baik dan perawatan luka

    secara aseptik. Berikan

    perawatan luka secara

    menyeluruh

    Lihat insisi dan balutan. Catat

    kakakteristik luka / drainage,

    adanya eritema

    Berikan informasi yang tepat,

    jujur pada klien atau orang

    terdekat

    Kolaborasi :

    Ambil contoh drainage, jika

    diperlukan

    Berikan antibiotik sesuai

    indikasi

    Bantu irigasi dan drainage jika

    diperlukan

    Dugaan adanya infeksi pada luka operasi

    Menurunkan risiko terjadinya infeksi

    Memberikan deteksi dini terjadinya proses

    infeksi, dan/atau pengawasan penyembuhan

    peritonitis yang telah ada sebelumnya

    Pengetahuan tentang kemajuan situasi

    memberikan dukungan emosi, membantu

    menurunkan ansietas

    Kultur pewarnaan gram dan sensitivitas

    berguna untuk mengientifikasi organisme

    penyebab dan pilihan intervensi

    Mungkin diberikan secara profilaktik atau

    menurunkan jumlah organisme (pada infeksi

    yang telah ada sebelumnya) untuk

    meurunkan penyebaran dan pertumbuhannya

    pada rongga abdomenDapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses

    terlokalisir

    b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

    pembatasan pasca operasi, status hipermetabolik : proses penyembuhan

    1) Definisi : keadaan dimana seseorang mempunyai risiko terjadinya

    dehidrasi vaskuler, interstitial, intraseluler.

    2) Batasan karakteristik

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    21/35

    27

    a) Mayor

    (1)

    Ketidakcukupan masukan oral

    (2)Tidak adanya keseimbangan antara intake dan output

    (3)Membran mukosa atau kulit kering

    (4)Berat badan kurang

    b) Minor

    (1)Peningkatan natrium darah

    (2)

    Penurunan atau peningkatan output urine

    (3)Sering berkemih

    3) Kriteria hasil

    Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban

    membran mukosa, turgor kulit, tanda vital stabil dan secara individual

    output urine adekuat.

    4) Intervensi

    No Intervensi Rasionalisasi

    1 2 3

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Mandiri :

    Awasi tekanan darah dan nadi

    Lihat membran mukosa ; kaji

    turgor kulit dan pengisian

    kapiler

    Awasi intake dan output ;

    catat konsentrasi, berat jenis

    Auskultasi bising usus. Catat

    kelancaran flatus, gerakan

    usus

    Berikan sejumlah kecil cairan

    jernih bila pemasukan peroral

    dimulai dan lanjutkan diet

    Tanda yang membantu mengidentifikasi

    fuktuasi volume intravaskuler

    Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan

    hidrasi seluler

    Output urine yang pekat fan peningkatan

    berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhancairan meningkat

    Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan

    untuk pemasukan peroral

    Menurunkan iritasi gaster / muntah untuk

    meminimalkan kehilangan cairan

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    22/35

    28

    1 2 3

    6.

    7.

    8.

    sesuai toleransi

    Berikan perawatan mulut

    dengan perhatian khusus padaperlindungan bibir

    Kolaborasi :

    Pertahankan penghisapan

    gaster / usus

    Berikan cairan IV dan

    elektrolit

    Dehidrasi menyebabkan bibir dan mulut

    kering dan bibir pecah- pecah

    Selang nasogastrik biasanya dimasukan pada

    pra operasi dan dipertahankan pada fase awal

    pasca operasi untuk dekompresi usus,

    meningkakan dekompresi usus,

    meningkatkan istirahat usus, mencegah

    muntah

    Peritoneum bereaksi terhadap iritasi atau

    infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar

    cairan yang dapat menurunkan volume

    sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolamia

    (dehidrasi) dan dapat terjadiketidakseimbangan elektrolit

    c. Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi pembedahan

    1) Definisi : keadaan dimana individu berada atau berisiko mengalami

    dan melaporkan adanya ketidaknyamanan, berakhir dari satu detik

    sampai kurang dari enam bulan

    2) Batasan karakteristik

    a) Data Subyektif

    Komunikasi (verbal / kode) dari pemberi gambaran nyeri.

    b) Data Obyektif

    (1) Perilaku melindungi, protektif

    (2)

    Memfokuskan pada diri sendiri

    (3) Penyempitan fokus ( perubahan persepsi )

    (4) Perilaku distraksi ( merintih, menangis, mencari orang lain

    untuk aktivitas, gelisah )

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    23/35

    29

    (5) Wajah tampak menahan nyeri (meringis)

    (6)

    Perubahan pada tonus otot ( dari malas sampai kaku )

    (7) Diphoresis, perubahan tekanan darah dan nadi, peningkatan

    atau penurunan napas

    3) Kriteria hasil

    Melaporkan nyeri hilang / terkontrol, tampak rileks mampu

    tidur/istirahat dengan tepat.

    4)

    Intervensi

    No Intervensi Rasionalisasi

    1 2 3

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    Mandiri :

    Kaji nyeri, catat lokasi,

    beratnya (skala 0-10). Selidiki

    dan laporkan adanya

    perubahan nyeri

    Pertahankan istirahat dengan

    posisi semi fowler

    Dorong ambulasi dini

    Berikan aktivitas hiburan

    Kolaborasi :

    Pertahankan status puasa

    sampai peristaltik kembali

    normal

    Berikan analgesik sesuai

    indikasi

    Berikan kantong es pada

    abdomen

    Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,

    kemajuan penyembuhan. Perubahan pada

    karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya

    perkembangan infeksi pada luka

    Menghilangkan tegangan abdomen yang

    meningkat dengan posisi terlentang

    Meningkatkan normalisasi fungsi organ,

    contoh merangsang peristaltik dankelancaran flatus, menurunkan

    ketidaknyamanan abdomen

    Fokus perhatian kembali, meningkatkan

    relaksasi dan dapat meningkatkan

    kemampuan koping

    Menurunkan ketidaknyamanan pada

    peristaltik usus dini dan iritasi gaster/muntah

    Menghilangkan nyeri, mempermudah

    kerjasama dengan intervensi lain

    Menghilangkan dan mengurangi nyeri

    melalui penghilangan rasa ujung saraf.Catatan : jangan lakukan kompres panas

    karena dapat menyebabkan kongesti jaringan

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    24/35

    30

    d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan nyeri post operasi, kelemahan

    sekunder terhadap pembedahan

    1) Definisi : penurunan kapasitas fisioligis seseorang untuk

    memperthankan aktivitas sampai ke tingkat yang diinginkan

    2) Batasan karakteristik

    a) Mayor

    (1) Perubahan respon fisiologis terhadap aktivitas ; pernapasan (

    dyspneu, hyperpnea, penurunan frekuensi )

    (2)Nadi ( lemah, menurun atau meningkat berlebihan, perubahan

    irama, gagal untuk kembali ke tingkat aktivitas setelah tiga

    menit )

    (3) Tekanan darah ( gagal meningkat dengan aktivitas, diastolik

    meningkat lebih dari 15 mmHg )

    b) Minor

    Kelemahan, kelelahan, pucat / sianosis, kacau mental, vertigo

    3) Kriteria hasil

    Klien akan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, dengan tanda :

    klien mampu beraktivitas secara progresif dan kemampuan melakukan

    aktivitas.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    25/35

    31

    4) Intervensi

    No Intervensi Rasionalisasi1 2 3

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Mandiri :

    Dorong kemajuan tingkat

    aktivitas klien setiap

    pergantian shift

    Tingkatkan aktivitas

    perawatan diri klien dari

    perawatan diri parsial sampai

    lengkap sesuai indikasi

    Kaji kemampuan klien untuk

    melakukan akti vitas

    Awasi tanda vital selama

    aktivitas

    Kaji dan beri motivasi klien

    untuk beraktivitas

    Beri penjelasan pentingnya

    mobilisasi

    Anjurkan dan bantu untuk

    mobilisasi dini, tingkatkan

    aktivitas secara bertahap,

    misal : bantu klien untukposisi miring kanan/kiri,

    duduk, berdiri dan berjalan

    Ubah posisi klien secara

    bertahap

    Anjurkan klien untuk

    menghentikan aktivitas bila

    terdapat palpitasi, kelemahan

    dan nyeri hebat

    Peningkatan aktivitas secara bertahap

    memungkinkan sistem kardiopumonal untuk

    kembali paa keadaan normalnya

    Partisipasi klien dalam perawatan diri

    memperbaiki fungsi fisiologisnya dan

    mengurangi kelelahan akibat ketidakaktifan

    dan juga memperbaiki harga diri dan

    kesejahteraannya

    Mempengaruhi dalam pengambilan

    intervensi

    Manifestasi kardiopulmonal dari upaya

    jantung dan paru untuk membawa sejumlah

    oksigen yang adekuat ke jaringan

    Patokan dalam pilihan intervensi

    Meningkatkan pemahaman klien, agar

    mampu beraktivitas sesuai rentang yang da

    mobilitasi dini dan peningkatan aktivitas

    secara bertahap dapat memperbaiki toleransi

    aktivitas, memperbaiki tonus otot dan tanpa

    kelemahan

    Membantu klien beraktivitas sesuai rentang

    yang dapat ditoleransi

    Memfasilitasi aktivitas sesuai kemampuan

    Regangan secara tiba-tiba dapat

    menimbulkan perubahan fisiologis yang

    tidak dapat ditoleransi

    dapat ditoleransi

    e. Kurang perawatan diri (diuraikan) berhubungan dengan kelemahan post

    operatif, nyeri

    1) Definisi : keadaan dimana individu mengalami gangguan untuk

    melakukan sebagian atau seluruh aktivitas perawatan diri untuk diri

    sendiri

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    26/35

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    27/35

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    28/35

    34

    1 2 3

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    cairan luka

    Tekan areal atau insisi

    abdominal dan dada dengan

    menggunakan bantal atau

    telapak tangan selama batuk

    Ingatkan klien untuk tidak

    menyentuh area luka

    Biarkan terjadi kontak antara

    udara dan luka sedini mungkin

    atau tutup luka dengan kain

    kassa tipis sesuai kebutuhan.

    Kolaborasi :Berikan es pada daerah luka

    jika dibutuhkan

    Gunakan korset pada

    abdominal jika dibutuhkan

    Beri anti biotik sesuai indikasi

    evolusi dari proses penyembuhan luka,

    apabila penurunan cairan terus menerus

    adanya eksudat yang bau menunjukkanterjadinya komplikasi

    Menetralisasi tekanan pada luka,

    meminimalkan terjadinya ruptura

    Mencegah kontaminasi luka

    Membantu mengeringkan luka dan

    memfasilitasi proses penyembuhan luka.

    Pemberian cahaya mungkin diperlukan untuk

    mencegah iritasi bila tepi luka bergesekan

    dengan pakaian

    Menurunkan pembentukan edema yang

    mungkin menyebabkan tekanan yang tidak

    dapat diidentifikasi pada luka selama

    periode pasca operasi tertentu

    Memberi pengencangan tambahan pada insisi

    yang berisiko tinggi ( misal pada klien yang

    obesitas

    Mungkin diberikan secara profilaktik atau

    menurunkan jumlah organisme (pada infeksi

    yang telah ada sebelumnya) untuk

    meurunkan penyebaran dan pertumbuhannya

    pada rongga abdomen dan membantu

    penyembuhan luka

    g. Risiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan penurunan intake (pembatasan pasca operasi), peningkatan

    kebutuhan nutrisi sekunder terhadap pembedahan

    1) Definisi : suatu kondisi dimana individu berada atau mengalami

    risiko penurunan berat badan karena ketidakadekuatan masukan oral

    maupun peningkatan kebutuhan metabolisme

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    29/35

    35

    2) Batasan karakteristik

    a)

    Mayor

    Seseorang yang dilaporkan mengalami ketidakcukupan masukan

    oral atau mengalami penurunan berat badan

    b) Minor

    (1)Berat badan menurun 10-20% dibawah normal dan tinggi serta

    kerangka tubuh tidak ideal

    (2)

    Lipatan kulit trisep, lingkar lengan atas dan lingkar otot

    pertengahan lengan kurang dari 60% normal

    (3)Kelemahan dan nyeri otot

    (4)Mudah tersinggung dan bingung

    (5)Penurunan albumin serum

    (6)Penurunan transferin / kapasitas pengikat zat besi

    3) Kriteria hasil

    Klien menunjukkan kebutuhan nutrisi yang adekuat, seimbang antara

    intake dan output.

    4) Intervensi

    No Intervensi Rasionalisasi

    1 2 3

    1.

    2.

    Mandiri :

    Jelaskan pentingnya masukan

    nutrisi harian yang optimal

    Pantau status

    hipermetabolisme (

    Penyembuhan luka memerlukan masukan

    cukup protein, karbohidrat, vitamin dan

    mineral untuk pembentukan fibroblas dan

    jaringan granulasi serta pembentukan

    kolagen

    Hipermetabolisme diperkirakan tiga sampai

    empat kali pada hari pertama pasca operasi.

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    30/35

    36

    1 2 3

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    hiperglikemia, keseimbangan

    nitrogen negatif, penurunan

    berat badan, peningkatanfrekuensi pernapasan

    Ambil tindakan untuk

    menurunkan nyeri

    Evaluasi kemungkinan mual

    dan muntah

    Lakukan tindakan untuk

    mengurangi mual dan muntah

    Pertahankan hygiene oral yang

    baik

    Berikan agen anti mimetiksebelum makan bila

    diindikasikan

    Nutrisi adekuat akan mengembalikan fungsi

    metabolik yang normal

    Nyeri menyebabkan keletihan dan mual yang

    dapat menurunkan nafsu makan

    Pengertian klien tentang sumber dan

    kenormalan mual dan muntah mengurangi

    ansietas yang dapat membantu mengurangi

    gejala

    Memberikan perbaikan masukan oral saat

    tidak mual dan muntah

    Mulut yang bersih dan segar dapat

    merangsang nafsu makan dan mengurangi

    mual

    Antimimetik mencegah mual dan muntah

    h. Konstipasi berhubungan dengan efek pembedahan, perubahan diet,

    immobilisasi

    1) Definisi : suatu keadaan dimana individu mengalami atau berisiko

    tinggi mengalami statis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi

    yang jarang dan keras.

    2) Batasan karakteristik

    a) Mayor

    (1)Bentuk feses keras

    (2)Defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu

    b)

    Minor

    (1)Penurunan bising usus

    (2)Keluhan rektal penuh

    (3)Keluhan tekanan pada rektum

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    31/35

    37

    (4)Mengejan dan nyeri waktu defekasi

    (5)

    Perasaan pengosongan tidak adekuat

    3) Kriteria hasil

    Klien menunjukkan fungsi defekasi yang adekuat.

    4) Intervensi

    No Intervensi Rasionalisasi

    1 2 3

    1.

    2.

    3.

    4.

    Mandiri :

    Kaji bising usus untuk

    menentukan kapanmemberikan cairan

    Jelaskan efek aktivitas harian

    pada eliminasi. Bantu

    ambulasi sesuai kebutuhan

    Tingkatkan faktor faktor

    yang membantu eliminasi

    yang optimal ( diet seimbang,

    masukan cairan yang adekuat,

    stimulasi lingkungan rumah )

    Beri tahu dokter bila bising

    usus tidak terdengar dalam

    dalam enam sampai sepuluh

    jam pasca operasi atau bilatidak terjadi elminasi dalam

    dua sampai tiga hari pasca

    operasi

    Adanya bising usus menunjukkan

    kembalinya peristaltik

    Aktivitas mempengaruhi eliminasi usus

    dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan

    merangsang nafsu makan serta peristaltik

    Diet seimbang tinggi serat merangsang

    peristaltik. Masukan cairan yang adekuat

    diperlukan untuk mempertahankan pola

    defekasi dan meningkatkan konsistensi feses

    Tidak adanya bising usus dapat menandakan

    paralitik ileus, tidak adanya defekasi dapat

    menandakan obstruksi

    i. Kurang pengetahuan ( diuraikan ) berhubungan dengan kurang

    terpapar informasi, tidak mengenal sumber informasi

    1) Definisi : suatu kondisi dimana individu atau kelompok

    mengalami kekurangan pengetahuan kognitif / keterampilan

    psikomotor mengenai suatu keadaan dan rencana tindakan

    keperawatan

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    32/35

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    33/35

    39

    1 2 3

    3.

    4.

    olahraga, mengangkat beban

    berat, penggunaan pakaian

    diskusikan cara perawataninsisi )

    Diskusikan cara perawatan

    insisi

    Diskusikan gejala yang

    memerlukan evaluasi medik,

    contoh : peningkatan nyeri,

    edema luka, kemerahan dan

    demam)

    Pemahaman meningkatkan kerjasama

    dengan program terapi, meningkatkan

    penyembuhan dan proses perbaikan

    Upaya intervensi menurunkan risiko

    komplikasi serius, contoh lambatnya

    penyembuhan

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    34/35

    40

    DAFTAR PUSTAKA

    Burner & Suddarth ((1997), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

    Carpenito, Lynda Juall, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi Delapan,Alih Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC

    Doengoes, Marlynn E, et al, (1999),Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi Ketiga, AlihBahasa : I Made kariasa, dan Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC

    Engram, Barbara, (1999),Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1,Alih Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC

    Guyton dan Hall, (1997),Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC

    Hudak dab Gallo, (1997), Keperawatan Kritis, alih bahasa, Allenidekania,edisi 6,

    Volume I, Jakarta : EGC

    Inayah, Iin, (2004), Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System

    Pencernaan, Jakarta : Salemba Medika

    Long, Barbara C, (1997), Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan ProsesKeperawatan), Volume 3, Alih bahasa : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan

    Keperawatan Bandung, Bandung : Yayasan IAPK

    Nancy M, Holloway, RN, MSN, (2003), Medical Surgical Care Planning, Fourth

    edition, Lippincott, Williams & Wilklins

    Purnawan junaedi, et al, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Kedua , Jilid

    Kedua, Jakarta : media Aesculapius

    Richard A. Santucci, et al (2000) , Bladder Injury : Evaluation and Management,Brazillia : Journal of Urology

    Smeltzer, C Susan & Brenda G. Bare, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal

    Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8, Volume 2,Jakarta : EGC

    Silvia A. Price, et.al, (1997), Patofisiologi, edisi 4, alih bahasa, Dr. Peter Anugerah,

    Jakarta : EGC

  • 8/10/2019 LP APPENDIKSITIS.docx

    35/35