32
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1. Definisi Bayi Berat Lahir Rendah Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Prawirohardjo, 2008). Dahulu neonatus dengan berat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 disebut prematur. Pada tahun 1961 menurut WHO semua bayi baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infant. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi yang prematur. Secara umum bayi BBLR ini dihubungkan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas, yaitu bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil dibandingkan masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. 2. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah Secara khusus BBLR memiliki pengelompokan sendiri. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam mengelompokkan BBLR, yaitu (Usman, 2008; Proverawati, 2010): Menurut harapan hidup : a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram b) Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR), berat lahir 1.000- 1.500 gram c) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1.000 gram Menurut masa gestasinya :

LP BBLR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nursing

Citation preview

Page 1: LP BBLR

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1. Definisi Bayi Berat Lahir RendahBayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat

badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai 2.499 gram). BBLR

adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa memandang masa

kehamilan (Prawirohardjo, 2008).

Dahulu neonatus dengan berat kelahiran kurang dari 2500 gram atau sama

dengan 2500 disebut prematur. Pada tahun 1961 menurut WHO semua bayi baru lahir

dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infant. Hal ini

dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir

merupakan bayi yang prematur.

Secara umum bayi BBLR ini dihubungkan dengan usia kehamilan yang belum

cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas, yaitu bayi lahir

cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil

dibandingkan masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.

2. Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah Secara khusus BBLR memiliki pengelompokan sendiri. Ada beberapa cara yang

bisa dilakukan dalam mengelompokkan BBLR, yaitu (Usman, 2008; Proverawati, 2010):

Menurut harapan hidup :

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram

b) Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR), berat lahir 1.000-1.500 gram

c) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1.000

gram

Menurut masa gestasinya :

a) Prematuritas murni, masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya

sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut

neonatus kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan

b) Dismaturitas, bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami mengalami retardasi pertumbuhan intra

uterin atau lebih dikenal Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan merupakan

bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Klasifikasi berat badan bayi baru lahir dapat dibedakan atas (Manuaba, 2007):

a) Bayi dengan berat badan normal, 2.500-4.000 gram

b) Bayi dengan berat badan lebih, lebih 4.000 gram

c) Bayi dengan berat badan rendah, kurang dari 2.500 gram/1.500-2.500 gram

Page 2: LP BBLR

d) Bayi dengan berat badan sangat rendah, kurang dari 1.500 gram

e) Bayi dengan berat badan ekstrim rendah, kurang dari 1.000 gram

Klasifikasi bayi berdasarkan masa gestasi, dihitung dari hari pertama haid terakhir

sampai saat kelahiran, yaitu (Manuaba, 2007) :

a) Bayi kurang bulan (preterm), adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu (259 hari)

b) Bayi cukup bulan (aterm), adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu

sampai 42 minggu (259-293 hari)

c) Bayi lebih bulan (post-term), adalah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42

minggu (294 hari atu lebih)

3. Faktor Resiko Bayi Berat Lahir RendahPenyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga

kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab

terbanyak bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan

semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi (Proverawati,

2010).

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum, yaitu

sebagai berikut (Kliegman et al., 2007; Manuaba, 2007):

1) Faktor Ibu

a) Usia ibu

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun karena

pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan mental sudah matang

dan mampu merawat bayi dan dirinya (Draper, 2001). Pada usia kurang dari 20

tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, rahim dan

panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa sehingga bila terjadi

kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi dan pada

usia lebih dari 35 tahun terjadi penurunan kesehatan reproduktf karena proses

degeneratif sudah mulai muncul. Salah satu efek dari proses degeneratif adalah

sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan

aliran darah ke endometrium tidak merata dan maksimal sehingga dapat

mempengaruhi penyaluran nutrisi dari ibu ke janin dan membuat gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim (Cunningham et al., 2005 ; Prawirohardjo, 2008).

b) Paritas

Paritas menunujukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang

wanita. Paritas merupakan faktor resiko penting dalam menentukan nasib ibu

baik selama kehamilan maupun persalinan (Mochtar, 1998). Resiko kesehatan

Page 3: LP BBLR

ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya.

Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan yang timbul

karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir

baru akan dicoba dilalui janin. Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan rahim

akan menjadi semakin melemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan

berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak adekuatnnya persediaan darah

ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk

menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan janin terganggu (Depkes RI,

2005).

c) Jarak dari kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari dua tahun)

Jarak kehamilan kurang dari dua tahun dapat menimbulkan pertumbuhan

janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena

keadaan rahim belum pulih dengan baik (Kliegman et al., 2007). Jarak kelahiran

anak sebelumnya kurang dari dua tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih

dengan baik, sehingga pada kehamilan ini perlu diwaspadai karena kemungkinan

terjadi pertumbuhan janin yang kurang baik (BBLR) (Viktor, 2006).

d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

Riwayat persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu sebelumnya,

seperti perdarahan, abortus, prematuritas, BBLR dll merupakan resiko tinggi

untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan itu perlu diwaspadai karena

kemungkinan ibu akan mengalami kesulitan persalinan berikutnya (Pincus,

1998). Riwayat BBLR berulang dapat terjadi biasanya pada kelainan anatomis

dari uterus, seperti septum uterus, biasanya septum pada uterus avaskular dan

terjadi keadaan kegagalan vaskularisasi ini akan menyebabkan gangguan pada

perkembangan plasenta. Septum akan mengurangi kapasitas dari endometrium

sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin, selain itu dapat menyebabkan

keguguran pada trimester dua dan persalinan prematur (Prawirohardjo, 2008)

e) Komplikasi kehamilan

Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan seperti anemia,

perdarahan, preeklamsia/eklamsia, hipertensi, ketuban pecah dini dan kelainan

lainnya, keadaan tersebut mengganggu kesehatan ibu dan juga pertumbuhan

janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan

berat rendah (Cunningham et al., 2005; Prawirohardjo, 2008; Manuaba, 2010 ).

f) Keadaan sosial ekonomi

Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Sosial

ekonomi masyarakat sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga,

mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi

Page 4: LP BBLR

kebutuhan, kesehatan, dan pemenuhan gizi. Selain itu juga kondisi sosial

ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan untuk mendapat pelayanan

kesehatan yang memadai misalnya, kemampuan untuk melakukan kunjungan

prenatal untuk memastikan ada gangguan pada janin dan adanya komplikasi

yang terjadi pada kehamilan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi (pekerjaan dan

pendidikan) rendah mempunyai kemungkinan 50% lebih tinggi mengalami

kelahiran kurang bulan yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan

kurang. Frekuensi persalinan kurang bulan juga dua kali lipat lebih besar pada

buruh kasar, yang mengerjakan aktivitas fisik berlebih dibandingkan dengan yang

terpelajar (Jusuf, 2008).

g) Sebab lain

Kebiasaan ibu yang juga menjadi faktor resiko BBLR yaitu, ibu yang

merokok baik aktif maupun pasif dan ibu yang menggunakan NAPZA. Asap

rokok mengandung sejumlah teratogen potensial seperti nikotin, karbon

monoksida, sianida, tar dan berbagai hidrokarbon. Zat-zat ini selain bersifat

fetotoksik, juga memiliki efek vasokonstriksi pembuluh darah dan mengurangi

kadar oksigen dan gangguan pembuluh darah sehingga membuat aliran nutrisi

dari ibu ke janin terhambat dan terganggu, akhirnya pertumbuhan janin

terhambat (Cuningham et al., 2005).

2) Faktor Janin

Trisomi 18 lebih dikenal sebagai sindrom Edward terjadi pada 1 dari 8000

neonatus. Janin dan neonatus trisomi 18 biasanya mengalami hambatan

pertumbuhan dengan rata-rata berat lahir 2340 gram. Penampakan wajah yang

mencolok adalah oksiput menonjol, daun telinga terpuntir dan bentuknya aneh, fisura

palpebra pendek dan mulut kecil. Hampir semua sistem organ dapat terkena trisomi

18. Hampir 95% mengidap cacat jantung, terutama defek septum ventrikel atau

atrium. Kelainan ginjal, aplasia radial, jari tumpang tindih dapat ditemukan. Melihat

banyaknya cacat bawaan yang didapat hasil akhir bisanya sangat buruk

(Cunningham et all., 2005).

3) Faktor Plasenta

Faktor plasenta juga mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu besar dan berat

plasenta, tempat melekat plasenta pada uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan

pada plasenta. Kelainan plasenta terjadi karena tidak berfungsinya plasenta dengan

baik sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen dalam plasenta. Lepasnya

sebagian plasenta dari perlekatannya dan posisi tali pusat yang tidak sesuai dengan

lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapat mengakibatkan terjadinya

Page 5: LP BBLR

gangguan aliran darah plasenta ke janin sehingga pertumbuhan janin terhambat

(Cunningham et al., 2005).

4) Faktor Lingkungan

Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk melahirkan

BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal di dataran tinggi seperti

pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehingga suplai

oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di dataran

tinggi beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia

neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap janin oleh karena

gangguan oksigenisasi/kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat menyebabkan

lahirnya bayi BBLR. Radiasi dan paparan zat-zat racun juga berpengaruh, kondisi

tersebut dikhawatirkan terjadi mutasi gen sehingga dapat menimbulkan kelainan

kongenital pada janin (Sistiarani, 2008).

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan menjadi

sebagai berikut (Manuaba, 2007; Proverawati, 2010 ):

BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :

a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

b) Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia

c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

d) Malaria kronik, penyakit kronik

e) Ibu hamil merokok

BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :

a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan

kembar

b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

c) Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan

berat bayi dalam rahim)

d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan ( antepartum hemorrage)

e) Ibu hamil sedang sakit

f) Kebanyakan idiopatik

4. Manifestasi Klinis Bayi Berat Lahir Rendah Secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut (Manuaba,

2010):

a) Berat kurang dari 2.500 gram

b) Panjang kurang dari 45 cm

Page 6: LP BBLR

c) Lingkar dada kurang dari 30 cm dan lingkar kepala kurang dari 33 cm

d) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

e) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak berkurang

f) Otot hipotonik lemah dan pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea

g) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut fleksi

h) Pernafasan 40-50 kali per menit dan nadi 100-140 kali per menit

5. Diagnosis Bayi Berat Lahir Rendaha) Anamnesa

Menanyakan pada ibu riwayat kehamilan dan faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh dengan kejadian BBLR, seperti umur ibu, riwayat hari pertama haid

terakhir, riwayat persalinan sebelumnya, komplikasi obstetris yang didapat dan faktor

lain yang berpengaruh. Gejala yang dialami selama kehamilan seperti pembesaran

uterus yang tidak sesuai kehamilan, gerakan janin yang lambat, dan pertambahan berat

badan ibu yang lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya (Mochtar, 1998).

b) Ballard Score

Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini

penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan

beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama

kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil

penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas

neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan maturitas fisik. Jumlah

skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,

kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

Penjelasan :

Page 7: LP BBLR

1. Kulit

Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan

dengan hilangnya lapisan pelindung secara bertahap. Oleh karena itu, kulit akan mengering

dan menjadi kusut dan mungkin akan timbul ruam.Pada jangka panjang, janin dapat

mengalihkan mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek untuk

mempercepat proses pengeringan, menyebabkan kulit mengelupas, menjadi retak seperti

dehidrasi, kemudian menjadi kasar.

2. Lanugo

Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Pada orang dewasa, kulit tidak

memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan biasanya muncul

terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28 kehamilan. Penipisan terjadi pertama

di atas punggung bawah, karena posisi janin yang tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan

menjadi lebih besar pada daerah lumbo-sakral. Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo

pada usia kehamilan tertentu mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri keluarga atau ras,

pengaruh hormonal, metabolisme, dan gizi tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes

khas memiliki lanugo berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati

atau melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan penilaian, pemeriksa memilih yang paling

dekat menggambarkan jumlah relatif lanugo pada daerah atas dan bawah dari punggung

bayi.

Page 8: LP BBLR

3. Garis Telapak Kaki

Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak kaki. Penampilan pertama dari lipatan

muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi

bisa juga karena dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih telah dilaporkan memiliki lipatan kaki

sedikit pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini. Di sisi lain dilaporkan,

percepatan perkembangan neuromuskuler pada bayi kulit hitam biasanya mengkompensasi

ini, mengakibatkan efek lipatan kaki tertunda. Oleh karena itu, biasanya tidak ada

berdasarkan diatas atau di bawah perkiraan usia kehamilan karena ras ketika total skor

dilakukan. Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki lipatan kaki. Untuk

lebih membantu menentukan usia kehamilan, mengukur panjang kaki atau jarak jari dan

tumit. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada pita pengukur metrik dan

mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki yang besar. Untuk jarak kurang dari 40

mm, skor (-2) ; antara 40 dan 50 mm, skor  (-1).

4. Payudara

Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk tumbuh dengan

estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi janin. pemeriksa catatan

ukuran areola dan ada atau tidak adanya stippling (perkembangan papila dari Montgomery).

Palpasi jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya dengan ibu jari dan

telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan memilih yang sesuai pada lembar

skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia

kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu dapat menghasilkan ginekomastia neonatus pada hari

keempat kehidupan ekstrauterin.

Page 9: LP BBLR

5. Mata / Telinga

Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian konfigurasi dan

peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan pematangan. Penilaian meliputi palpasi

untuk ketebalan tulang rawan, kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan

melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan pinna dilipat dan kembali menjauh dari

wajah ketika dilepas, kemudian memilih yang paling dekat menggambarkan tingkat

perkembangan cartilago. Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat

ketika dilepas. Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembukaan kelopak mata

sebagai indikator tambahan pematangan janin. Pemeriksa meletakan ibu jari dan telunjuk

pada kelopak atas dan bawah, dengan lembut memisahkannya. Bayi yang sangat belum

dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat

memisahkan fisura palpebra walaupun dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan

memiliki satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau keduanya akan sebagian

dipisahkan oleh traksi ujung jari pemeriksa. Temuan ini akan memungkinkan pemeriksa

untuk memilih pada lembar skor (-2) untuk sedikit menyatu, atau (-1) untuk longgar atau

kelopak mata sebagian menyatu.

6. Genitalia Pria

Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum pada sekitar

minggu 30 kehamilan. Testis kiri mendahului testis kanan yang biasanya baru memasuki

skrotum pada minggu ke-32. Pada saat testis turun, kulit skrotum mengental dan

membentuk rugae lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated dianggap turun.  

Page 10: LP BBLR

7. Genitalia Wanita

Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit, sekitar 45 ° dari

horizontal dengan bayi berbaring telentang. hal ini menyebabkan klitoris dan labia minora

menonjol. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang datar sangat menonjol dan

mungkin menyerupai kelamin laki-laki. Pematangan berlangsung jika ditemukan klitoris

kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Lama-kelamaan, baik klitoris dan

labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia majora yang makin besar. Labia

mayora mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi oleh nutrisi intrauterin. Gizi

lebih dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan, sedangkan gizi kurang

seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh tempo, dapat

mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan labia minora relatif menonjol.

b.      Maturitas Neuromuskuler

Page 11: LP BBLR

Penjelasan :

1. Postur

Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan ketahanan

untuk meregangkan kelompok otot. Saat pematangan berlangsung, gerak otot

meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif yang berlangsung dalam arah

sentripetal, dengan ekstremitas bawah sedikit di depan ekstremitas atas. Untuk

mendapatkan item postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu

sampai bayi mengendap dalam posisi santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang

santai, manipulasi lembut dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk mencari

posisi dasar kenyamanan. bentuk yang paling dekat menggambarkan postur yang

disukai bayi.

2. Jenela pergelangan tangan

Fleksibilitas pergelangan dan / atau resistensi terhadap peregangan ekstensor

bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada pergelangan tangan.

Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut pada dorsum tangan,

dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak tangan dan lengan bawah bayi

diperkirakan; > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °. 

3. Gerakan lengan membalik

Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana akan diukur sudut

dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa menempatkan satu

tangan di bawah siku bayi. Kemudian, ambil tangan bayi dan pemeriksa membuat

Page 12: LP BBLR

lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat kemudian lepaskan. Sudut mundur lengan saat

kembali dicatat, dan dipilih pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan

menunjukkan pengembalian lengan. 

4. Sudut popliteal

Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut dengan pengujian

untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas bawah. Dengan posisi bayi

berbaring telentang, kemudian paha ditempatkan lembut pada perut bayi dengan lutut

tertekuk penuh. Setelah bayi telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa menggenggam kaki

dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan lainnya. Jangan

berikan tekanan pada paha belakang. Kaki diperpanjang sampai resistensi pasti untuk

ekstensi. Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring dapat digambarkan selama manuver

ini.

5. Scarf Sign (Tanda selendang)

Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu. Bayi dalam posisi

berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi untuk garis tengah dan

meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan satu tangan. Ibu jari tangan lain

pemeriksa ditempatkan pada siku bayi. Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah

dada. Titik pada dada saat siku bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang

signifikan, dicatat. Batasnya adalah: leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae

kontralateral (1); prosesus xyphoid (2); papila mamae ipsilateral (3), dan aksila ipsilateral

(4).

Page 13: LP BBLR

6. Tumit ke Telinga

Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes fleksi pasif atau

resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul posterior. Bayi ditempatkan

terlentang dan tekuk ekstremitas bawahnya. Pemeriksa mendukung paha bayi lateral

samping tubuh dengan satu telapak tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki

bayi dan tarik ke arah telinga ipsilateral. Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap

perpanjangan fleksor panggul posterior dan lokasi dari tumit saat resistensi yang

signifikan. Batasnya adalah: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); papila mamae (2); daerah

pusar (3), dan lipatan femoral (4).

c.       Hasil Pemeriksaan

Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,

kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan masa gestasinya.

Page 15: LP BBLR

c) Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain (Depkes RI, 2005):

1. berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar

dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm

2. kulit tipis dan keriput, mengkilap dan lemak dibawah tubuh sedikit

3. tulang rawan telinga masih lunak, karena belum terbentuk sempurna

6. Penatalaksanaan Pada Bayi BBLRa) Mempertahankan Suhu Badan Bayi

Bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas badan atau suhu tubuh dan

menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik,

sistem metabolisme yang rendah dan luas permukaan tubuh yang relatif luas. Oleh karena

itu bayi dirawat di dalam inkubator, incubator dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan

kelembapan agar bayi dapat menjaga dan mempertahankan suhu tubuhnya yang normal,

alat oksigen yang dapat diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi

dengan lingkungan luar. Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang

dan konsumsi oksigen cukup sehingga bayi walaupun dalam keadaan telanjang dapat

mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5-370C. Tingginya suhu lingkungan ini

bergantung tingkat maturitas bayi (Manuaba, 2010).

Prosedur dapat dilakukan dengan sebelumnya inkubator dihangatkan terlebih dahulu

sampai sekitar 24,90 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih

kecil. Bayi dirawat dalam keadaaan telanjang, hal ini untuk memungkinkan pernafasan yang

adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih

mudah. Pemberian oksigen untuk mengatasi hipoksia harus berhati-hati agar pemberian

tidak berlebihan yang bisa menyebabkan fibroplasia paru. Tekanan oksigen harus dipantau

terus (Proverawati, 2010).

Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan inkubator

tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan morbiditas dan

mortalitas BBLR menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi prematuritasnya, tetapi

juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial. Di sisi lain, penggunaan inkubator

memiliki banyak keterbatasan. Selain jumlahnya yang terbatas, inkubator membutuhkan

biaya perawatan yang tinggi, serta memerlukan tenaga terampil yang mampu

mengoperasikannya. Selain itu, dengan menggunakan inkubator, bayi dipisahkan dari

ibunya, hal ini akan menghalangi kontak kulit langsung antara ibu dan bayi yang sangat

diperlukan bagi tumbuh kembang bayi. Salah satu alternatif dari masalah tersebut adalah

dengan menggunakan perawatan metode kangguru (Depkes RI, 2005).

Page 16: LP BBLR

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan melakukan

kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat

tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR.

Hampir setiap bayi kecil dapat dirawat dengan PMK. PMK pada bayi kecil dapat

dilakukan dalam dua cara (Depkes RI, 2005):

PMK intermiten : PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu

mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator dengan durasi

minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari.

PMK kontinu : PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat

gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode kanguru.

b) Pengaturan Dan Pengawasan Intake Nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan

susu, cara pemberian dan jadwal pemberian sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Air

Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu menghisap. ASI merupakan

makanan yang paling utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk

diberikan. Jika faktor menghisapnya kurang ASI dapat ditampung dan diminumkan

perlahan-lahan dengan sendok atau dengan memasukan sonde ke lambung bila perlu.

Permulaan cairan yang diberikan 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak keluar dapat digunakan

susu formula yang komposisi mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR (Sihotang,

2004).

Cara pemberian ASI harus berhati-hati agar tidak terjadi regurgitasi. Pada bayi dalam

inkubator dengan kontak minimal, kasur inkubator bayi dapat diangkat atau dinaikkan dan

bayi menghadap ke sisi kanannya. Pada bayi yang lebih besar dapat dengan dipangku.

Pada BBLR yang kecil dan kurang giat menghisap ASI dapat diberikan melalui selang NGT

(Proverawati, 2010).

c) Pencegahan Infeksi

Bayi BBLR sangat rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin yang masih

rendah, aktifitas bakterisidal neutrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi

imun belum berpengalaman. Bayi akan mudah mendapatkan infeksi, terutama disebabkan

oleh infeksi nosokomial (Manuaba,2010).

Infeksi lokal bayi dapat dengan cepat menjalar menjadi infeksi umum. Diagnosis dini

dapat ditegakkan jika cukup waspada melihat tanda infeksi pada bayi seperti malas

menyusu, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekuensi pernafasan meningkat, muntah,

diare, dan berat badan mendadak turun (Depkes RI, 2005).

Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR terhadap

potensi infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR harus dijaga agar tidak berkontak langsung

dengan penderita infeksi dalam keadaaan apapun. Digunakan masker dan baju khusus

Page 17: LP BBLR

dalam merawat bayi, tindakan asepsis dan antiseptik alat-alat yang digunakan, jumlah

pasien dibatasi, mengatur kunjungan, menghindari perawatan dalam waktu lama dan

pemberian antibiotik yang tepat (Depkes RI, 2005).

d) Penimbangan Berat Badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi dan erat kaitannya

dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu pemantauan dan monitoring harus dilakukan

secara ketat (Depkes RI, 2005). Biasanya berat badan bayi akan menurun 7-10 hari

pertama namun akan kembali seperti semula dalam 14 hari. Setelah berat badan tercapai

kembali, kemudian dipantau kenaikan berat badan dalam tiga bulan dengan perkiraan

(Depkes RI, 2005) :

150-200 gram seminggu untuk bayi < 1.500 gram (20-30 gram per hari)

200-250 gram seminggu untuk bayi 1.500-2.500 gram (30-35 gram per hari)

e) Pemberian Oksigen

Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,

akibat tidak adanya surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35 % dengan

menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa panjang dapat

menyebabkan kerusakan jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Manuaba,

2010).

f) Pengawasan Jalan Nafas

Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia, dan akhirnya kematian.

Bayi BBLR memiliki resiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga

tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup seperti yang diperoleh dari plasenta

sebelumnya. Dalam kondisi ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir

(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan menepuk atau

menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal dilakukan ventilasi, intubasi endotrakeal, pijatan

jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi.

Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil

kematian bayi BBLR (Depkes RI, 2005).

7. Komplikasi Bayi Berat Lahir Rendah1) Gangguan Pernafasan

a) Sindroma Gangguan Pernafasan

Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah perkembangan imatur sistem

pernafasan atau tidak adekuatnya surfaktan pada paru-paru. Surfaktan adalah zat endogen

yang terdiri dari fosfolipid, neutral lipid dan protein yang membentuk lapisan di antara

permukaan alveolar dan mengurangi kolaps alveolar dengan cara menurunkan tegangan

permukaan di dalam alveoli (Proverawati, 2010).

Page 18: LP BBLR

Secara garis besar, penyebab sesak nafas pada neonatus dapat dibagi menjadi dua,

yaitu kelainan medik, seperti hialin membran disease, aspirasi mekonium, pneumonia, dan

kelainan bedah seperti choana atresia, fistula tracheaoesephagus, empisema lobaris

kongenital. Gejala gangguan pada sistem pernafasan dapat dikenali sebagai berikut

(Kliegman et al., 2007; Proverawati,2010):

Frekuensi nafas takipneu (> 60 kali per menit)

Retraksi suprasternal dan substernal

Gerakan cuping hidung

Sianosis sekitar mulut dan ujung jari

Pucat dan kelelahan

Apneu dan pernafasan tidak teratur

Pernafasan dangkal

Penurunan suhu tubuh

b) Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga

dapat menurunkan oksigen dan meningkatkan karbon dioksida yang dapat menimbulkan

akibat buruk dalam kehidupan yang lebih lanjut. Semua tipe BBLR bisa kurang, cukup atau

lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga

mengalami asfiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi

(Manuaba, 2010).

c) Aspirasi Mekonium

Merupakan penyakit paru yang berat yang ditandai dengan pneumonitis kimiawi dan

obstruksi mekanis jalan nafas. Penyakit ini terjadi akibat inhalasi cairan amnion yang

tercemar mekonium peripartum sehingga terjadi peradangan jaringan paru dan hipoksia.

Pada keadaan yang lebih berat, proses patologis berkembang menjadi hipertensi pulmonal

persisten, morbiditas lain dan kematian. Bahkan dengan terapi yang segera dan tepat, bayi

yang parah sering kali meninggal atau menderita kerusakan neurologis jangka panjang

(Cunningham etal., 2005).

d) Retrolental Fibroplasia

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur dimana disebabkan oleh gangguan oksigen

yang berlebihan. Pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi (PaO2 lebih dari 115 mmHg)

maka akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bernafas

dengan udara biasa lagi, pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya

akan diikuti dengan proliferasi kapiler secara tidak teratur. Stadium akut dapat terlihat pada

umur 3-6 minggu dalam bentuk dilatasi arteri dan vena retina, kemudian diikuti pertumbuhan

kapiler secara teratur pada ujung vena yang terlihat seperti perdarahan dan kapiler baru ini

tumbuh ke arah korpus vitreus dan lensa sehingga menyebabkan edema retina dan retina

Page 19: LP BBLR

dapat terlepas dari dasarnya. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan tanda COA

mengecil, pupil mengecil dan tidak teratur dan visus menghilang. Pengobatan dengan

diberikan ACTH atau kortikosteroid. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk

mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut (Cunningham et al., 2005 ; Proverawati,

2010):

Oksigen yang diberikan tidak boleh lebih dari 40 %

Tidak menggunakan oksigen untuk pencegahan apnea dan sianosis

Pemberian oksigen pada bayi kurang dari 2.000 gram harus hati-hati dan dimonitor

selalu

2) Gangguan Metabolik

a) Hipotermia

Bayi prematur dan BBLR akan dengan cepat kehilangan panas tubuh dan menjadi

hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolisme yang rendah dan luas permukaan tubuh yang relative luas dan lemak masih

sedikit (Depkes, 2005; Manuaba, 2010).

b) Hipoglikemia

Glukosa berfungsi sebagai makanan otak pada tahun pertama kelahiran pertumbuhan

otak sangat cepat sehingga sebagian besar glukosa dalam darah digunakan untuk

metabolisme di otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan

mempengaruhi kecerdasan di masa depan. Pada BBLR hipoglikemia terjadi karena

cadangan glukosa yang rendah dan aktivitas hormonal untuk glukoneogenesis yang belum

sempurna (Kliegman et al., 2007).

c) Masalah Pemberian ASI

Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang

energi, lemah dan lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering

mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih

sedikit tapi sering, bayi BBLR dengan kehamilan >35 minggu dan berat lahir >2.000 gram

umumny abisa langsung menyusui (Depkes RI, 2005).

3) Gangguan Imunitas

a) Gangguan Imunologik

Daya tahan tubuh berkurang karena rendahnya kadar Imunoglobulin G (IgG) maupun

gamma globulin. IgG pada saat awal kelahiran sebagian besar didapat dari ibu dimulai

sekitar minggu ke-16 dan yang paling tinggi empat minggu sebelum kelahiran. Dengan

demikian, bayi BBLR relatif kurang mendapat antibodi ibu belum sanggup membentuk

antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem

kekebalan tubuh bayi juga belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat lahir.

Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat bayi harus melakukan tindakan pencegahan

Page 20: LP BBLR

infeksi dengan menjaga kebersihan dan cuci tangan dengan baik (Cunningham et al.,2005;

Proverawati, 2010).

b) Ikterus

Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput lendir dan berbagai jaringan

karena tingginya zat warna empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering

ditemukan pada bayi baru lahir. Biasanya bersifat fisiologis, tapi dapat juga patologis,

dikarenakan fungsi hati yang belum matang (imatur) menyebabkan gangguan pemecahan

bilirubin dan menyebabkan hiperbilirubinemia. Bayi yang mengalami ikterus patologis

memerlukan tindakan dan penanganan lebih lanjut. Ikterus yang patologis ditandai sebagai

berikut (Manuaba, 2010 :

Kuningnya timbul 24 jam pertama setelah lahir

Jika dalam sehari kadar bilirubin meningkat pesat dan progresif

Jika bayi tampak tidak aktif, tak mau menyusu

Cenderung banyak tidur disertai suhu tubuh yang mungkin meningkat atau malah turun

Air kencing gelap seperti teh

4) Gangguan Sistem Peredaran darah

a) Masalah Perdarahan

Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan faktor

pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah yang abnormal karena imaturitas sel.

Sebagai tindakan pencegahan terhadap perdarahan otak dan saluran cerna pada bayi

BBLR diberikan injeksi vitamin K, yang sangat penting dalam mekanisme pembekuan darah

normal. Pemberian biasanya secara parenteral, 0,5-1 mg IM dengan dosis satu kali segera

setelah lahir dilakukan pada paha kiri (Depkes RI, 2005).

b) Anemia

Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoeisis pasca lahir,

persediaan besi janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah akibat

pertumbuhan yang lebih cepat. Oleh karena itu anemia pada bayi BBLR terjadi lebih dini dan

kehilangan darah pada janin atau neonatus akan memperberat anemianya (Cunningham et

al., 2005).

c) Gangguan Jantung

Patent Ductus Arteriosus (PDA) sejenis masalah jantung, biasanya dicatat dalam

beberapa minggu pertama atau bulan kelahiran. PDA yang menetap sampai bayi berumur 3

hari sering ditemui pada bayi BBLR, terutama pada bayi dengan penyakit membran hialin.

Defek septum ventrikel, frekuensi kejadiannya paling tinggi pada bayi dengan berat kurang

dari 2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu dibandingkan dengan bayi

yang lebih besar dengan masa gestasi yang cukup (Proverawati, 2010).

d) Gangguan pada Otak

Page 21: LP BBLR

Intraventrikular hemorrhage, perdarahan intrakranial (otak) pada neonatus. Bayi

mengalami masalah neurologis, seperti gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy),

keterlambatan perkembangan dan kejang (Cunningham etal., 2005).

5) Gangguan Cairan Elektrolit

a) Gangguan Eliminasi

Kerja ginjal yang masih belum matang, kemampuan mengatur pembuangan sisa

metabolisme dan air masih belum sempurna, ginjal imatur baik secara anatomis maupun

fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup

mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi

edema dan asidosis metabolik (Kliegman et al., 2007).

b) Distensi Abdomen

Yaitu kelainan yang berhubungan dengan usus bayi. Distensi abdomen akibat motilitas

usus berkurang, volume lambung kecil sehingga waktu pengosongan lambung bertambah,

daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak berkurang. Kerja dari sfingter

gastroesofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke

esofagus dan mudah terjadi aspirasi (Proverawati, 2010).

c) Gangguan Pencernaan

Saluran pencernaan yang belum berfungsi sempurna membuat penyerapan makan

lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna, mengakibatkan

pengosongan lambung lambat. Bayi BBLR mudah kembung, hal ini karena stenosis

anorektal, atresia ileum, peritonitis meconium (Kliegman et al.,2007).

d) Gangguan Elektrolit

Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan lingkungan dan penyakit

bayi. Diduga kehilangan cairan melalui tinja dari janin yang tidak mendapat makanan melaui

mulut sangat sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai dengan kehilangan cairan insensible,

cairan yang dikeluarkan ginjal dan pengeluaran cairan oleh sebab lainnya, kehilangan cairan

insensible meningkat di tempat udara panas, selama terapi sinar, dan pada kenaikan suhu

tubuh (Proverawati, 2010).

Page 22: LP BBLR

9. Patofisiologi Bayi Berat Lahir RendahFaktor janin

Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom.

Faktor lingkungan

Tempat tinggal dataran tinggi, dataran tinggi, radiasi, dan zat racun

Faktor plasenta

Plasenta previa, dll

Pertumbuhan dan perkembangan janin tidak

maksimal

Bayi Berat Lahir Rendah

Lemak coklat sedikit

Produksi panas kurang

Permukaaan tubuh relative lebih luas dari

BB

Kulit tipis, lemak subkutan sedikit

Penguapan meningkat

Suhu tidak stabil

Hipotermi

Pembentukan antibody imatur

Kadar imun rendah

Daya tahan tubuh rendah

Resiko tinggi infeksi

Surfaktan paru masih kurang

Alveoli mudah kolaps

Gangguan pertukaran gas

Faktor ibu

Usia < 20 tahun atau > 35 tahun, riwayat kelahiran premature, paritas, jaraka kehamilan yg terlalu dekat, komplikasi kehamilan, social ekonomi rendah, kebiasaan merokok, dll

Page 23: LP BBLR

REFERENSI

Cunningham, F.Gary, et all., 2005. Obstetric Wiliam Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2005. BukuAcuan Pelayanan Pelatihan Kegawatdaruratan

Obstetri Neonatal Essensal Dasar. Jakarta.)

Kliegman, Marcdante, Jenson & Behrman. (2002). Nelson Essential of Pediatrics, Elsevier

Saunders, 5th ed.

Manuaba, I.B.G, et all., 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Edisi II,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta)

Mochtar, Roestam, 1998, Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi II.Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta.

Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi dengan

asuhan pada BBLR dan pijat bayi, Nuha Medika, Yogyakarta

Sihotang, Nur Asnah. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah.

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-nur-pdf/ Diakses taggal 8 Juli 2014

Swartz, M. 1997, Intisari Buku Ajar DiagnostikFisik.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta)