20
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP PENYAKIT 1. Definisi Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik- bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999). Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001). Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001). 2. Etiologi Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya 1

LP DBD.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LP DBD.docx

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada

anak, remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri

otot, atau sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan

limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada

pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia

ringan, dan bintik-bintik perdarahan (ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh

nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan

ruam (Brooker, 2001).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

2. Etiologi

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan

dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika

berlangsungnya perang dunia ke-II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan

pada saat wabah di Filipina tahun 1953 – 1954. Virus dengue berbentuk

batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan

natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 0C. Dengue merupakan serotipe

yang paling banyak beredar.

3. Gambaran Klinis

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF

dengan masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami

demam akut (suhu meningkat tiba-tiba) sering disertai menggigil, saat

demam pasien composmentis. (Nelson. 1997)

1

Page 2: LP DBD.docx

Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah

terjadinya perdarahan pada saat demam dan jarang pula dijumpai saat

penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :

Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)

Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran

klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :

Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu

menelan.

Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan

(Anoreksia), diare, konstipasi.

Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada

otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri

ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,

kemerahan (fushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,

kakrimasi dan fotophobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan

pergerakan bola mata terasa pegal. (Mansjoer, A. 2000)

4. Klasifikasi

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara

klinis dibagi menjadi (WHO, 1986) :

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, Panas 2-7

hari, uji torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II

Sama dengan derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau

di tempat lain seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,

perdarahan gusi.

c. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan

darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan

ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).

2

Page 3: LP DBD.docx

d. Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak

dapat diukur (denyut 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin,

berkeringat dan kulit tampak biru.

5. Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem

komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001).

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan

infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh

merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang

amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang

dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila

seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus

dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik

antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi

(kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah

meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan

terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang

terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita adalah viremia yang

mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit

(ptekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti

pembesaran getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan

pembesaran limpha (splenomegali).

3

Page 4: LP DBD.docx

Nyamuk Aedes Aegypti

Petekie, purpura

Masuk ke dalam darah

Leukosit

trombositopenia

Intoleransi aktivitas

Perdarahan

Hipertermi

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Anorexia

Mual muntah Bradikardi

Nyeri

Malaise

Nyeri otot

Hematemesis, epistaksis

Ekimosis

Virus dengue

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa DHF, perlu dilakukan berbagai

pemeriksaan Lab, antara lain pemeriksaan darah dan urine serta

pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:

Ig G dengue positif

Trombositopenia

Hemoglobin meningkat > 20%

Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

4

Page 5: LP DBD.docx

Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,

hiponatremia, hipokloremia. (Mansjoer, A. 2000)

8. Penatalaksanaan

a. Tirah baring

b. Diet makan lunak

c. Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis,

sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang

paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).

Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering

digunakan, mengandung Na+ 130 mEg/l, K+ 4 mEg/l, korektor basa 28

mEg/l, Cl- 109 mEg/l, dan Ca++ 3 mEg/l.

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan).

Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

f. Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.

g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen,

eukinin, dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i. Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder

(kolaborasi dengan dokter).

j. monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan

tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang

memburuk.

k. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan

dokter).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan

kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).

b. Keluhan Utama

5

Page 6: LP DBD.docx

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan

nafsu makan menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan

nafsu makan menurun.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain

sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa

ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih

seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang

diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

g. Pengkajian Per Sistem

1) Sistem Pernapasan yaitu Sesak, perdarahan melalui hidung,

pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi

sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

2) Sistem Persyarafan yaitu Pada grade III pasien gelisah dan terjadi

penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS

3) Sistem Cardiovaskuler yaitu Pada grde I dapat terjadi

hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada

grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah,

hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade

IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

4) Sistem Pencernaan yaitu Selaput mukosa kering, kesulitan

menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,

pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan,

mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

6

Page 7: LP DBD.docx

5) Sistem perkemihan yaitu Produksi urine menurun, kadang kurang

dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing

berwarna merah.

6) Sistem Integumen. Yaitu Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit

kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi

pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada

kulit

2. Diagnose keperawatan

1) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses penyakit/ viremia

2) Nyeri sehubungan dengan proses patologi penyakit

3) Risiko tinggi terjadinya perdarahan sehubungan dengan

trombositopenia.

4) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh 

sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

5) Intoleransi aktifitas sehubungan dengan kelemahan

6) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan

pasien DHF sehubungan dengan kurangnya informasi.

3. Intervensi Keperawatan

a. Diagnose 1: Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses

penyakit/ viremia

Tujuan : Klien tidak mengalami demam, suhu tubuh normal (360 –

370)

Intervensi:

1) Kaji saat timbulnya demam

R/ Untuk menidentifikasi pola demam klien dan sebagai

indikator untuk tindakan selanjutnya.

2) Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi,

pernapasan, tiap 4 jam atau lebih sering

R/ Tanda –tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

3) Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu

tubuh

7

Page 8: LP DBD.docx

R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat

membantu klien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul.

4) Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya

jika hal tersebut tidak dilakukan.

R/ Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien untuk

kooperatif.

5) Menganjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan

jelaskan manfaatnya bagi pasien.

R/ Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan penguapan tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang

banyak.

6) Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla

R/ Pemberian kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh.

7) Catat intake dan out put.

R/ Untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.

8) Kolaborasi: Pemberian antipiretik

R/ Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya

pada hipotalamus.

b. Diagnosa 2: Nyeri sehubungan dengan proses patologi penyakit

Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang,

klien tampak rileks.

Intervensi:

1) Kaji tingkat nyeri yang dialami klien.

R/ Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami klien.

2) Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap

nyeri (budaya, pendidikan,dll)

R/ Reaksi klien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, dengan mengetahui faktor tersebut maka perawat dapat

melakukan intervensi sesuai masalah klien.

3) Berikan posisi nyaman, dan citakan lingkungan yang tenang.

R/ Untuk mengurangi rasa nyeri

8

Page 9: LP DBD.docx

4) Berikan suasana gembira bagi klien, lakukan teknik distraksi,

atau teknik relaksasi.

R/ Dengan teknik distraksi atau relaksasi, klien sedikit

melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.

5) Beri kesempatanklien untuk berkomunikasi dengan orang

terdekat.

R/ Berhubungan dengan orang terdekat dapat membuat klien

teralih perhatiannya dari nyeri yang dialami.

6) Kolaborasi: Berikan obat-obat analgetik

R/ Obat analgetik dapat mengurangi atau menekan nyeri klien.

c. Diagnose 3: Risiko tinggi terjadinya perdarahan sehubungan dengan

trombositopenia.

Tujuan : Tidak terjadi tanda tanda perdarahan lebih lanjut dan terjadi

peningkatan trombosit> 150.000

Intervensi:

1) Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai dengan

tanda-tanda klinis.

R/ Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya

kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat

menimbulkan perdarahan.

2) Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien.

R/ Agar klien/keluarga mengetahui hal hal yang mungkin terjadi

padaklien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya

perdarahan.

3) Anjurkan klien untuk banyak istirahat

R/ Aktivitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan.

4) Beri penjelasan pada klien/keluarga untuk segera melaporkan

tanda-tanda perdarahan (hematemesis,melena, epistaksis)

R/ Keterlibatan keluarga akan sangat membantu klien

mendapatkan penanganan sedini mungkin.

9

Page 10: LP DBD.docx

5) Antisipasi terjadinya perdarahan ( sikat gigi lunak, tindakan

incvasif dengan hati-hati)

R/ Klien dengan trombositopenia rentan terhadap cedera atau

perdarahan.

d. Diagnose 4: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari

kebutuhan tubuh  sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu

menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang   diberikan.

Intervensi:

1) Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami

klien

R/ Untuk menetapkan cara mengatasinya.

2) Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien

R/ Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu

makan klien.

3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan

dihidangkan saat masih hangat.

R/ Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan

asupan makanan karena mudah ditelan.

4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

R/ Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena

makanan dalam porsi banyak.

5) Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.

R/ UntukMeningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi

sehingga motivasi untuk makan meningkat

6) Berikan umpan balik positif saat klien mau berusaha

mengahiskan makannya.

R/ Memotivasi dan meningkatkan semangat klien.

7) Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien

R/ Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien.

8) Ukur berat badan kilen tiap hari.

R/ Untuk mengetahui status gizi klien.

10

Page 11: LP DBD.docx

e. Diagnose 5: Intoleransi aktifitas sehubungan dengan kelemahan

Tujuan : Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi

Intervensi:

1) Mengkaji keluhan klien

R/ Untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.

2) Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien

sehubungan degan kelemahan fisiknya.

R/ Untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam

memenuhi kebutuhannya.

3) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan

tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, eliminasi.

R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat

kondisinya lemah tanpa membuat klien mengalami

ketergantungan pada perawat.

4) Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan

kemajuan fisiknya.

R/ Dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak

mengalami ketergantungan.

5) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh

klien.

R/ akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa

bantuan orang lain.

f. Diagnose 6: Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan

perawatan pasien DHF sehubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien/keluarga tentang proses penyakit, diet,

perawatan meningkat sehingga klien/keluarga memperlihatkan

perilaku yang kooperatif.

Intervensi:

1) Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF

R/ Sebagai data fdasar pemberian informasi selanjutnya.

2) Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga.

11

Page 12: LP DBD.docx

R/ Untuk memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat

pendidikan klien/ keluarga sehingga dapat dipahami.

3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-

obatan pada klien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah

dimengerti.

R/ agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat

sehinggfa tidak terjadi kesalahpahaman.

4) Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya

pada klien.

R/ Dengan mengetahui prosedur/tindakan yang akan dilakukan

dan manfaatnya, klien akan kooperatif dan kecemasannya

menurun.

5) Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan hal-

hal yangingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang

diderita klien.

R/ mengurangi kecemasan dan memotivasi klien untuk

kooperatif.

6) Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam memberikan

penjelasan.

R/ Untuk membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan

karena dapat dilihat/ dibaca berulang kali.

12

Page 13: LP DBD.docx

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta : EGC

Doengoes, ME. (2001). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Effendi, Christantie. (1995). Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta

: Insan Utama.

Hidayat, Aziz Alimul A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2.

Jakarta: Salemba Medika

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC

Nelson. (1997). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC

Nasrul, Effendi. (1995). Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Noer, Sjaifoellah dkk. (1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta: Monica Ester

Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan

Keperawatan pada Anak. Jakarta: Sagung Seto

13