Lp Dm, Cushing & Daftar Pustaka

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

A. DefinisiDiabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya. (Gustaviani, 2006 : 1857 1859 )Diabetes Mellitus adalah penyakit kronia metabolisme abnormal yang memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diet, latihan dan obat obatan. (Carpenito, 1999 : 143 159 )Diabetes mellitus adalah gangguan metebolik kronis yang tidak dapat smbuh tetapi dapat di control yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia karna difisiensi insulin atau ketidak adekuatan penggunaan insulin.( Engram, 1998: 532 540 )Diabetes Mellitus adalah gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatjan oleh kekurangan insulin atau secara relative kekurngan insulin.( Tucker, 1998: 400 411 )Diabetes Mellitus adalah masalah masalah yang mengancam hidup (kasus darurat) yang disebabkan oleh difisiensi relative atau absolute.(Doengoes, 2000: 726 784)

B. Etiologi 1. Diabetes tipe I : Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta. 2. Diabetes Tipe IIMekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko : Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th) Obesitas Riwayat keluarga

C. Klasifikasi Diabetes meliltus dapat di klasifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu :1) DM type I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM ).Sering dikenal dengan diabetes juvenile karena berkembang pada usia kurang dari 30 tahun. Dimana terjadi destruksi sel beta. Umumya menjurus ke defisiensi insulin absolute sehingga penderita insulin absolute harus selalu tergantung pada terapi insulin.2) DM type II : Non Insulin Dependent Diabetes (NIDDM )Tejadi pad usia 40 tahun atau lebih, khususnya pda individu dengan obesitas,bervariai mulai dari yang predominan resisten insulin disertai defesiensi insulin relative sapai ang predominan.3) Diabetes Melitis tipe lain.a. Defek genetic funsi sel betab. Defek genetic kerja insulinc. Penyakit endokrin pankreasd. Endokrinopatie. Karena obat/ zat kimiaf. Infeksig. Imunologih. Sindroma genetic lain.4) Diabetes Kehamilan. (Mansjoer,1999 : 581 582)

D. PathofisiologiPada diabetes mellitus terjadi defesiensi insulin yang disebabkan karena hancurnya sel sel beta pankreas karena proses outoimun. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak bisa disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah yang menimbulkan hiperglikemi. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tiak dapat mengabsobsi semua sisa glukosa yang akhirnya dikeluarkan bersama urine (glukosaria). Ketika glukosa yang berlebih di eksresikan kedalam urine, ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih, keadaan ini disebut diuresis osmotik.Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan simpanan kalori yang menimbulkan kelelahan, kegagalan pemecahan lemak dan protein meningkatkan pembentukan badan keton, merupakan produksi, disamping pemecahan lemak oleh badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbagan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas bau aseton. Bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bagkan kematian.Pada DM tipe II masalah yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Jika sel sel beta tidak mampu mengimbangi permintaan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipeII. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin merupakan cirri khas akibat DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetika tadak terjadi pada DM tipe II, paling sering terjadi pada usia > 30 tahun.Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes antara lain: pembuluh pembuluh kecil (mikroagiopati), pembuluh pembuluh sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetic yang menyerang kapiler, arterial retina, glomerulus ginjal, syaraf syaraf perifer, otot otot kulit. Makroangiopati mempunyai gambaran berupa arterosklerosis. Pada akhirnyan akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Kalau ini mengenai arteri arteri perifer maka dapat mengakibatkan insufusuensi vaskuler perifer yang di sertai ganggren pada ekstrimitas.

E. Tanda dan Gejala Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Berikut ini Trias DM1. Poli uri : si-pasien sering kencing di malam hari begitunya lebih dari 4x.2. Poli disi : berakibat dari poli uri, pasien merasakan haus sehingga banyak minum.3. Poli vagi : karena jumlah besar kalori hilang, melalui urine, jadi pasien merasa sering lapar. Pasien merasa kesemutan,pendangan kabur, dll.F. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : BeratkooperatifKesadaran : ComposmentisVital sign: TD: 100/60 mmHgN: 88 x / menitRr : 36 x / menitS : 38,3 CTinggi Badan : 155 cmBerat Badan : 52 kgStatus Gizi : Cukup

1. Pemeriksaan Kepala BentukKepala: Mesocephal, simetris Rambut: Warna hitam, tidak mudah dicabut dan rontok NyeriTekan: Tidak ada Venektasitemporal: (-)2. Pemeriksaan Mata Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-), xantelasma (+/+) Konjungtiva : Anemis (+/+) Sklera : Ikterik (-/-) Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor, diameter 3/3 mm3. Pemeriksaan Telinga Otorea (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-)4. Pemeriksaan Hidung Nafascuping hidung (-/-), deviasi septum nasi (-), deformitas (-)5. Pemeriksaan Mulut dan Faring Bibirsianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (+), lidah tremor (-), tepi lidah hiperemis (-), tonsil : T2-T2, hiperemis (-/-).6. Pemeriksaan Leher Trakea : Deviasi (-) Kel.Lymphoid : Tidak teraba, nyeri tekan (-) Kel.Tyroid : Tidak teraba pembesaran JVP : 5+2 cmH2O7. Pemeriksaan Dada Paru Inspeksi : Dada simetris, ketinggalan gerak (-/-), retraksi (-), pulsasi epigasrium (-), pulsasi parasternal (-) Palpasi : Taktil fremitus kanan = kiri Vokalfremitus kanan = kiri Ketinggalangerak (-/-) Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : Ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Jantung Inspeksi : Iktus cordis tampak SIC V LMCS Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC V LMCS, kuat angkat(-) Perkusi : Batas jantung Kanan atas: SIC II RSBKiri atas: SIC II LSBKanan bawah : SIC IV RSBKiri bawah : SIC V LMC Auskultasi : S1 > S2, regular, bising (-), murmur (-), gallop (-)8. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi : cembung, venektasi (-), darm contour (-) Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar teraba 1 jari BACD konsistensi kenyal, tepi tumpul, permukaan rata, lien tidak teraba Perkusi: Tympani (-), undulasi (+), pekak alih (+), pekak sisi (+)9. Pemeriksaan ekstremitas Superior : Deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianosis (-), edema (-) Inferior : Deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianosis (-), edema (-/-)

G. Pemeriksaan Diagnostik1. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.2. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam pp >200 mg/dl.3. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi4. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai GOD.5. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi6. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

H. Penatalaksanaan MedisKerangka utama penatalaksanan DM yaitu1. Perencanan makan Kabohidrat = 60 70 % Protein = 10 15 % Lemak = 20 25 % Kolesterol = < 300 mg/dl - Serat = 25 gr/hari diutamakan jenis serat larut - Konsumsi garanm dibatasi bila terdapat hipertensi2. Latihan jasmani dianjurkan secara teratur 3 4 kali permiggu selama 0,5 jam. Latihan yang dianjurkan jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, mendayang.3. Obat berkhasiat hipoglikemik Obat hipoglikemik oral (OHO) antara lain sulfoniurea, biguanid, inhibitor, glukosidae, insulin sensizing agen. ( Mansjoer, 1999: 583 -584) J.

I. KomplikasiKomplikasi yang biasa muncul pada diabetes mellitus adalah: 1. Diabetes ketoasidosis2. Koma hiperosmolar, hiperglikemia, nonketotik.3. Hipoglikemia 4. Infeksi5. Penyakit Vaskuler6. Neuropati7. Retinopati8. NefrospatiCarpenito, 1999:143)Komplikasi pada DIABETES MELITUS antara lain:1. Akut Koma hipoglikemi Ketoasidosis Koma hiperosmolar nonketotik.2. Kronik Makroangiopati Mikroangiopati Neuropati diabetic Rentan infeksi seperti: tuberkolusis paru, gingivitis, infeksi saluran kemih. Kaki diabeticMansjoer, 1999: 582 583)

J. WOC Diabetes Millitus

Sumber : Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN CUSHING SINDROM

A. Definisi Cushing SindromHarvey cushing pada tahun 1932 menggambarkan suatu keadaan yang disebabkan oleh adenoma sel-sel basofil hipofisis. Keadaan ini disebut penyakit cushing. Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price; Patofisiolgi, hal. 1088)Syndrome cushing gambaran klinis yang timbul akibat peningkatan glukokortikoid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen). (Wiliam F. Ganang , Fisiologi Kedokteran, Hal 364).Syndrome cushing disebabkan oleh sekret berlebihan steroid adrenokortial terutama kortisol. (IDI). Edisi III Jilid I, hal 826).Syndrome cuhsing akibat rumatan dari kadar kortisol darah yang tinggi secara abnormal karena hiperfungsi korteks adrenal. (Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 Hal 1979).

B. EtiologiSindroma cushing dapat disebabkan oleh :1. Meningginya kadar ACTH ( tidak selalu karena adenoma sel basofil hipofisis).2. Meningginya kadar ATCH karena adanya tumor di luar hipofisis, misalnya tumor paru, pankreas yang mengeluarkan ACTH like substance.3. Neoplasma adrenal yaitu adenoma dan karsinoma.4. Iatrogenik.Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi.C. PatofisiologiCushing sindrom dapat di sebabkan oleh beberapa mekanisme mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasikan korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormone tersebut telah diproduksi dengan jumlah adekuat. Hyperplasia kelenjar adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarng terjadi. Pemberian ACTH dapat pula menimbulkan syndrome chusing. Penyebab lain syndrome chusing yang jarang di temukan adalah produksi ektopik ACTH oleh malignitas,karsinoma bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering di temukan . tanpa tergantung dari penyebabnya ,mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan fungsi korteks drenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal akan menghilang . Tanda dan gejala sindrom Cushing terutama terjadi sebagai akibat sebagai sekresi glokokortikoid dan androgen ( hormone seks) yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid juga dapat terpengaruh.

D. Tanda dan GejalaDapat digolongkan menurut faal hormon korteks adrenal yaitu : cortisol, 17 ketosteroid, aldosteron dan estrogen.1. Gejala hipersekresi kortisol (hiperkortisisme) yaitu :a. Obesitas yang sentrifetal dan moon face.b. Kulit tipis sehingga muka tampak merah, timbul strie dan ekimosis.c. Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.d. Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.e. Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.f. Diabetes melitus.g. Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia.2. Gejala hipersekresi 17 ketosteroid :a. Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki ).b. Suara dalam.c. Timbul akne.d. Amenore atau impotensi.e. Pembesaran klitoris.f. Otot-otot bertambah (maskulinisasi)3. Gejala hipersekresi aldosteron.a. Hipertensi.b. Hipokalemia.c. Hipernatremia.d. Diabetes insipidus nefrogenik.e. Edema (jarang)f. Volume plasma bertambahBila gejala ini yang menyolok, terutama 2 gejala pertama, disebut penyakit Conn atau hiperaldosteronisme primer.4. Gejala hipersekresi estrogen (jarang)Pada sindrom cushing yang paling karakteristik adalah gejala hipersekresi kortisol, kadang-kadang bercampur gejala-gejala lain. Umumnya mulainya penyakit ini tidak jelas diketahui, gejala pertama ialah penambahan berat badan. Sering disertai gejala psikis sampai psikosis. Penyakit ini hilang timbul, kemudian terjadi kelemahan, mudah infeksi, timbul ulkus peptikum dan mungkin fraktur vertebra. Kematian disebabkan oleh kelemahan umum, penyakit serebrovaskuler (CVD) dan jarang-jarang oleh koma diabetikum.E. Klasifikasi Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:1. Tergantung ACTHHiperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit cushing.2. Tak tergantung ACTHAdanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091).F. Pemeriksaan Fisika) Sistem Pernapasan Inspeksi: Pernapasan cuping hidung kadang terlihat, tidak terlihat retraksi intercouste hidung, pergerakan dada simetris Palpasi: Vocal premilis teraba rate, tidak terdapat nyeri tekan Perkusi: Suara sonor Auskultasi: Terdengar bunyi nafas normal, tidak terdengar bunyi nafas tambahan ronchi wheezingb) Sistem KardiovaskulerInspeksi : Ictus cordis tidak tampak Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 mid klavikula Perkusi : Pekak Auskultasi : S1 S2 Terdengar tunggalc) Sistem Pencernaan Mulut : Mukosa bibir keringTenggorokan: Tidak dapat pembesaran kelenjar tiroidLimfe : Tidak ada pembesaran vena jugularisAbdoment :I : Simetris tidak ada benjolanP : Tidak terdapat nyeri tekan P : Suara redupA : Tidak terdapat bising ususd) Sistem Eliminasi Tidak ada gangguan eliminasie) Sistem Persyarafan Composmentisf) Sistem Integument / ekstrimitasKulit:Adanya perubahan-perubahan warna kulit, berminyak, jerawatg) Sistem Muskulus keletal Tulang: Terjadi osteoporosis Otot : Terjadi kelemahanh) Masalah Keperawatan Angiotensi 1 diubah menjadi angiotensi 2 yang menyebabkan faso kontriksi berlebih Peningkatan glukotiroid yang mengakibatkan penurunan limfosid Peningkatan sekresi aldosteron yang mengarah pada retensi garam dan air Peningkatan kerusakan jaringan yang di sebabkan oleh desakan tumor Peningkatan glukotiroid yang berlebih yang terdiri dari bagian-bagian mayor yang di berikan oleh glukotiroid

G. Pemeriksaan Diagnostik1. Pada pemeriksaan laboratorium sederhana, didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 25.000/mm3. eosinofil 50/ mm3 hiperglekemi (Dm terjadi pada 10 % kasus) dan hipokalemia.2. Pemeriksaan laboratorik diagnostik.Pemeriksaan kadar kortisol dan overnight dexamethasone suppression test yaitu memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17 hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17 ketosteroid dalam urin 24 jam.3. Tes-tes khusus untuk membedakan hiperplasi-adenoma atau karsinoma :a. Urinary deksametasone suppression test. Ukur kadar 17 hidroxi kostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan. Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.b. Short oral metyrapone test. Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17 hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17 hidroxikortikosteroid dalam urine.c. Pengukuran kadar ACTH plasma.d. Test stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 3 kali, pada kasinoma tidak ada kenaikan.

H. Penatalaksanaan MedisPengobatan sindrom cushing tergantung ACTH tidak seragam, bergantung apakah sumber ACTH adalah hipofisis / ektopik.1. Jika dijumpai tumor hipofisis. Sebaiknya diusahakan reseksi tumor tranfenoida.2. Jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan maka sebagai gantinya dapat dilakukan radiasi kobait pada kelenjar hipofisis.3. Kelebihan kortisol juga dapat ditanggulangi dengan adrenolektomi total dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.4. Bila kelebihan kortisol disebabkan oleh neoplasma disusul kemoterapi pada penderita dengan karsinoma/ terapi pembedahan.5. Digunakan obat dengan jenis metyropone, amino gluthemide o, p-ooo yang bisa mensekresikan kortisol (Silvia A. Price ; Patofisiologi Edisi 4 hal 1093 )

I. Komplikasi Krisis Addisonia Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal Patah tulang akibat osteoporosis

22

J. Web of Causation Cushing Syndrome

Sumber : Sylvia A. Price. 1994. Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGC

DAFTAR PUSTAKA

Ben gray. 2010. http://askep-askeb-kita.blogspot.com/. diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 13.15 WIBBudiyanto, Carko . 2009 . Cushing Syndrom. http://medicastore.com/penyakit_kategori/1/index.html. diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 13.15 WIBDe belto, Dasto. 2010. Askep Cushing Sindrom. http ://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/judul-skripsi.html . diakses pada tanggal 4 April 2011 pukul 20.30 WIBGanong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.Hadley, Mac E. 2000. Endocrinology. 5th . New Jersey: Prentice Hall, inc.Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.Sylvia A. Price. 1994. Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta : EGCSusanne C. Smeltzer. 1999 . Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart. Jakarta: EGCGanong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGCRumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:EGC.Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC.Kozier, et al.1993. Fundamental of nursing. California: Addison-Wesley Publishing Company.http://denfirman.blogspot.com/2010/06/diabetes-mellitus.html http://ameliarina.blogspot.com/2011/03/askep-hipoparatiroid.htmlhttp://elisnakenang.blog.friendster.com/2008/07/diabetes-mellitus-dengan-ketoasidosis/

34