Upload
meida-untari
View
39
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Nursing
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
Hernia Inguinalis Lateralis
Disusun untuk Memenuhi Laporan Tugas Individu Profesi Ners
Departemen Bedah
Oleh:MEIDA UNTARI
115070200111027Kelompok I Reguler
PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA2015
A. DEFINISIHernia yang dalam bahasa Latin sering disebut rupture, merupakan suatu
penonjolan abnormal melewati suatu dinding rongga yang terbuka atau dinding
yang lemah. Hernia pada dinding perut merupakan penyakit yang sering
dijumpai dan memerlukan tindakan pembedahan. 1,2,3
Hernia terdiri atas tiga bagian, yaitu kantong hernia, isi kantong, dan
pelapis hernia. Kantong hernia merupakan divertikulum dari peritoneum dan
mempunyai leher dan badan. lsi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang
ditemukan dan dapat merupakan sepotong kecil omentum sampai organ padat
yang besar. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang
dilewati oleh kantong hemia.1,2,3
B.KLASIFIKASI HERNIA BERDASARKAN LOKASI
Berdasarkan letak atau lokasinya hernia dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Hernia inguinalis, terjadi apabila kantong dan isi hernia masuk ke dalam
annuls internus dan penonjolan pada trigonum Hasselbach .
2. Hernia femoralis, terjadi bila kantong dan isi hernia masuk ke dalam kanalis
femoralis melalui annulus femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
vena femoralis sepanjang kurang lebih dua cm dan keluar pada fossa
ovalis di lipat paha.
3. Hemia hiatus terjadi apabila benjolan terjadi pada diafragma
4. Hemia venhalis merupakan nama semua hernia yang terjadi pada antero-
lateral dinding abdomerg seperti hernia sikatrikaliVhernia insisional
5. Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
ditutup dengan peritoneum dan kulit. 3,4
C. HERNIA INGUINALISHernia inguinalis dapat tedadi karena anomali congenital atau kelemahan
dinding (didapat). Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu benjolan yang
melewati annulus internus dan kanalis inguinalis yang terletak di lateral pembuluh
darah arteri dan vena epigastrika inferior dan hernia dapat sampai ke scrotum yang
disebut hemia scrotalis. Benjolan ini dapat keluar masuk tergantung dari tekanan di
dalam abdomen. Hernia inguinalis medialis merupakan suatu benjolan yang muncul
pada trigonum hasselbach akibat kelemahan fascia tranversalis yang terletak di
medial dari pembuluh darah arteri dan vena epigasrika inferior. 2,3,4,5
Hernia inguinalis lateralis sering dijumpai pada pria. Angka kejadian pria
adalah 12 kali lebih sering dibanding wanita. Terjadinya hernia pada orang dewasa
disebabkan oleh penyebab sekunder atau didapat yang adekuat. Hernia inguinalis
lateralis dapat terjadi pada semua umur, namun tersering pada usia antara 45
sampai 75 tahun. 4,5
D. ETIOLOGIFaktor yang dipandang berperan pada terjadinya hernia inguinalis adalah:
1. Terbukanya prosessus vaginalis
2. Tekanan intra abdominal yang meningkat
3. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
Penyebab hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa dan orang tua sering
dikatakan sekunder oleh karena peningkatan tekanan didalam abdomen. Hal ini
bisa terjadi karena batuk kronis, asites, peningkatan cairan peritoneum oleh karena
atresia bilier, pembesaran prostat, tumor abdomen dan obstipasi. 3,4,5
Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya Hernia
Inguinalis, yaitu :
1. Kanalis inguinalis yang berjalan miring.
2. Adanya struktur m. oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis
internus ketika berkontraksi
3. Adanya fasia transversa yang menutupi segitiga Hasselbach yang umumnya
hampir tidak berotot. 3,4,5
Gangguan pada mekanisme diatas dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya usia, yang mungkin disebabkan
karena kelemahan otot dinding perut bagian yang membatasi annulus internus ikut
kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdominal tidak tinggi dan kanalis ingunalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkonstraksi, kanalis
ingunalis berjalan trasnversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat
mencegah masuknya usus ke dalam kanalis ingunalis. 3,4,7,8
Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat kerusakan nervus ilionguinalis dan
nervus iliofemoralis. 7,8,9
E. GEJALA KLINISGejala dan tanda klinis sebagian besar ditentukan oleh keadaan isi hernia. Gejala
yang muncul biasanya berupa benjolan pada lipatan paha yang muncul pada waktu
berdiri, bersin, batuk atau mengedan dan menghilang saat berbaring. Rasa nyeri
dirasakan didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu segmen usus masuk ke dalam kantong
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkaserasi
atau strangulasi. 7,9,10
F. PEMERIKSAANa. Pemeriksaan fisik hernia adalah secara inspeksi, palpasi dan auskultasi
sebagai berikut:
1. Inspeksi: ketika pasien diminta mengedan akan terlihat beqjolan pada
lipat pahq bahkan benjolan bisa saja sudah nampak meskipun pasien
tidak mengedan.
2. Palpasi: dapat meraba benjolan yang kenyal, yang isinya mungkin berupa
usus, omentum atau ovarium. Palpasi juga dapat menentukan apakah
hernia tersebut dapat didorong masuk dengan jari (direposisi).
3. Pada pemeriksaan secara auskultasi, bila isi hernia berupa usus maka
bising usus dapat terdengar.
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode finger tip test: hanya dapat
dilakukan pada pria dan pada hernia reponiblis. Tujuan utamanya adalah untuk
membedakan hemia inquinalis lateralis atau medialis, di samping dapat
menentukan diameter dan ketebalan cincin hernia. Cara pemeriksaan adalah
dengan sebelumnya meminta pasien untuk mendorong masuk hernianya, kemudian
salah satu jari tangan pemeriksa dimasukkan menelusuri jalan masukhernia
Pasien kemudian diminta mengedan. Jika hernia teraba atau menyentuh ujung
jari berarti ini adalah hernia lateralis, dan bila hemia menyentuh bagian samping
merupakan hemia medialis.
b. Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha.8
c. Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa
pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab
pembengkakan testis.8
G. PENETALAKSANAAN Penanganan DI IGD
- Mengurangi hernia.
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
- Menurunkan tegangan otot abdomen.
- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
- Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti
kaki kodok)
- Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut
selama proses reduksi penonjolan
- Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan
menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
- Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan
- Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat dan
posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7
Konsul bedah jika :- Reduksi hernia yang tidak berhasiL
- Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada beberapa kontraindikasi . Penanganan
ini untuk semua pasien tanpa memandang umur inkarserasi dan strangulasi hal yang
ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito
mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih baik apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi
traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
Karena kemungkinan terjadinya inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka
operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri
analgetik dan obat sedasi untuk relaksasikan otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
Indikasi operasi : - Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-
Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan operasi elektif karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan operasi cito.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposis.
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga , bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
- Anak-anak -->Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin
lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka
kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
- Dewasa -->Herniorrhaphy :- Perawatan kantung hernia dan isi hernia
Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair), Shouldice, Tension
free herniorrhaphy)
Berliner repair
The Lichtenstein repair
The Wilkinson Technique
Abrahamson Nylon Darn Repair
Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV
Rutkow Mesh-plug hernioplasty
Rives Prosthetic Mesh Repair
Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)
TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal
TEP = Total Extra Peritoneal
TEKNIK-TEKNIK OPERASI HERNIA
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
1. Mercy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya melewati
ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna.
2. Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Teknik Operasi Bassini
3. Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara
Bassini.
Teknik Operasi Halsted
4. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon
lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.12
Teknik Operasi Mc Vay
5. Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah Bassini multi
layer, Adapun tahapan hernioplasty menurut Shouldice:
Langkah pertama:
Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan preparasi saraf
ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari fasia transversalis sampai ke
cincin interna, membuang kantong dan ligasi setinggi mungkin.2
Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan membebaskan lemak
pre peritoneal. Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal
dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang
flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.2
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan
jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap
superior, usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.12
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada lapisan
dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan ke dua .Demikian seterusnya dengan
menjahit tendon konjoin ke ligamentum inguinal membentuk lapisan ke tiga.
Kemudiaan penjahitan aponeorosis obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat. 12
H. Komptikasi Hernia lnguinalisKomplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai Straggulata dengan
gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi operasi
hernia dapat berupa cedera vena femoraliq nervus ilioinguinalis, nervus
iliofemoralis, duktus deferens, ataa buli-buli- Nervus ilioinguinalis harus
dipertahankan sejak dipisatrkan karena jika tidak maka dapat timbul nyeri
padajaringan parut setelah jahitan dibuka. 13,14,15
Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinadynia" yang biasanya disebabkan
oleh kerusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parutjaringan parut, misplace
mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi hernia, penyempitan
cincin inguinal di sekitar korda spermatika dan periostitis. 17
Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi jangka panjang
dapat berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus
pampiniformiso dan residif. 13,14,15
DAFTAR PUSTAKA
1. Wantz G.E : Abdominal Wall Hernias, in Principles of Surgery ed 6 th, Toronto, Mc
Graw Hill, 1994 : l5l7-40.
2. Schwartz. et al. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed. 6. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC, 2000.
3. Warko I (Ahmad D, editors. Dinding perut, hemia, retroperitoneum dan omentum,
In: Sjamsuhidayat R, Wim DJ, Buku Ajar llmu Bedah. Revisi ed. Jakarta: EGC;
1998.p.700-10
4. Anon G, Indirect Inguinal Herni4 Emerg Surg; Last up date August 15; 2AO7;91;947-
52
5. Lichtenstein IL. Herniorrhaphy: a personal experience with 6,321 cases. Am J Surg
1987; 153: 553-9
6. Albiner Simarmata. Perbandingan Nyeri Pasca Hemioplasty Shouldice dengan
Lichtenstein. Bedah FK. USU. 2003
7. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery. Bagian 2, cetakan I : Jakarta;
penerbit buku kedokteran EGC. 1994.
8. George EW, Abdominal Wall Hernias. In: Schwar, Tom S, Frank CS,editors.
Principles of Surgery. 7nd ed. New York McGraw-Hill; 1999.p.1585-611
9. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F,
Tambajong J. Jakarta: EGC, 1995. pp. 276-8
10. Ganong W.F. Review of Medicine Physiology. 17 th. Sun Fransisco :Appleton and
Lange Inc, 1995 : 130
11. Abrahamson J. Hernias. In Maingot's Abdominal operations, 2002. Zinner ilfJ,
Schwartz S Ellis H, editors. 10th. Vol.l. Appleton& hnge,Singap orel997 4: 479-5 80
12. Standalakis J.E., Skandalakis P.N., Skandalakis LJ. Surgical Anatomy and
Technique, New York, Springer Verley 1995 : 123 203.
13. Soetamto W Puruhito, Setiono B, editors. Pedoman Teknik Operasi. Surabaya:
Airlangga University; 200 I.p.89-98
14. Mcintosh A, Hutchinson A, Rob€rts A ct.l- Evillene$ased management of groin hernia
in primary carc. oltrj $rg2m0; 17:412417.
15. E.E. Trabucco, A.F. Trabucco. Tensfo*Ecr, $nlreless, Preshaped Mesh
Hernioplasty. Nihus and Condons, f sdilfun, PhildctFhia 2002; l-8
16. Nienhuijs SW, Staal JS,Keemers4el f,{E, Rmm C, Stobbe LI. Pain After Open
Preperitoneal Repair v€nils Licfrmein Repair : A Randomized Trial World Journal of
Sqgery- Journal of the AmericanCollegeof Surgeon, 2007 32:17 5 l-7
17. Post Herniorrhaphy Pain Syndrome. Nor& Penn Hernia Institute. www.nphernia.com
PATOFISIOLOGI Batuk kronis, mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi
↓
Peningkatan tekanan intra abdomen
↓
Defek pada dnding otot ligamen inguinal melemah
↓
Penonjolan isi perut di lateral pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus
↓
Hernia inguinalis
↓
Herniorafi/herniotomi
↓
Perdarahan ← Insisi bedah → Risiko Infeksi↓ ↓
Gangguan Proses inflamasi
volume cairan ↓
Nyeri → Intoleransi aktivitas
(Doengoes, 2000 dan Mansjoer, 2002)