13
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT LIMFOMA NON HODGKIN (LNH) DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI DISUSUN OLEH: RIA MAGDALENA P. 17420113026 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2015 1

LP LNH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kmb

Citation preview

R.Interna Lk I

PAGE 7

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT LIMFOMA NON HODGKIN (LNH)DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI

DISUSUN OLEH:

RIA MAGDALENAP. 17420113026JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2015LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT LIMFOMA NON HODGKIN (LNH)DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDIKonsep DasarI. Pengertian

Limfoma non hodgkin (LNH) merupakan salah satu dari klasifikasi limfoma maligna. Limfoma maligna adalah proliferasi abnormal sistem limfoid dan struktur yang membentuknya, terutama menyerang kelenjar getah bening.

LNH adalah kanker sistem limfatik yang pada umumnya berasal dari populasi monoklonal sel B (Anne E. Belcher, 1993). Menurut Marilynn E. Doenges, dkk. LNH adalah keganasan limfosit-B dan sistem sel limfosit T. Insiden meningkat pada kelompok umur antara 35 64 tahun.

II. Penyebab

Etiologi belum jelas. Mungkin perubahan genetik karena bahan bahan limfomagenik yaitu virus seperti human T-cell leukemia/lymphoma virus I (HTLV-I) yaitu sel limfoma Burkitt, limfoma Mediterania dan leukemia sel T. Bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya juga diperkirakan menyebabkan LNH. Orang dengan AIDS dan imunosupresi akibat transplantasi ginjal dan jantung,

III. Patofisiologi

Proliferasi abnormal tumor dapat memberikan kerusakan, penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang diserang dengan gejala yang bervariasi luas. Sering ada panas yang tidak jelas sebabnya, keringat malam, penurunan berat badan. Abnormalitas sitogenetik dapat terjadi. Terjadi translokasi antara kromosom 8 dan 14 atau translokasi yang lainnya. Berdasarkan sistem tingkatan menurut Ann Arbor (Ann Arbor Staging Sysem) tahap dari LNH adalah sebagai berikut :

Tahap I : melibatkan satu regio kelenjar getah bening atau lokasi ekstranodal tunggal.

Tahap II : melibatkan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama dari diafragma atau terlokalisir pada satu lokasi ekstranodal dan dua atau lebih regio kelenjar getah bening pada sisi yang sama dari diafragma.

Tahap III : melibatkan regio kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma. Bisa melibatkan satu lokasi ekstranodal, limpa ata keduanya. Disni melibatkan abdomen atas dan abodmen bawah.

Tahap IV : difus atau diseminasi satu atau lebih organ ekstralimfatik atau jaringan dengan atau tanpa ada hubungannya dengan kelenjar getah bening.

IV. Manifestasi Klinis

Adanya gejala gejala LNH yaitu pembesaran nodal atau x-ray dada abnormal misalnya efusi pleura. Bisa terjadi vena cava syndrome. Pada GI terjadi jaundice, kram perut, diare berdarah atau tanda dan gejala obstruksi kolonik total. Bisa terjadi asites, hidronefrosis terjadi akibat obstruksi massa retroperitoneal. Bila menekan cord, namun jarang adanya tanda-gejala neurologis. Selain itu ada anemia yang tidak bisa dijelaskan atau anemia hemolotik.

Gejala sistemik adalah panas, keringat malam, penurunan berat. Namun perlu diingat bahwa tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau di luar kelenjar getah bening (ekstranodal). Gejalanya tergantung pada organ yang diserang.

V. Pemeriksaan Diagnostik

Pembedahan biopsi, biopsi sumsum tulang (bilateral), PA dan x-ray dada lateral, CT scan dada dan perut, limfadenopati bipedal, scan tulang, USG, endoskopi dan pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah tepi, faal hepar, faal ginjal, dan LDH.

VI. Manajemen Medis

1. Pembedahan : reseksi ekstranodal yang terkena seperti GI, splenektomi.

2. Terapi radiasi : terapi panas (beam) luar.

3. Kemoterapi :

a. LNH keganasan rendah.

Tanpa keluhan : tidak perlu diterapi. Bila ada keluhan : obat tunggal Siklofosfamid 3 mg/kg BB/hari, dan dosis pemeliharaan 1 mg/kg BB tiap hari atu 1000 mg/m2 iv selang 3-4 minggu.

b. LNH keganasan sedang.

Ideal : CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxo-epirubicin, Oncovin, Prednison), selang waktu 3-4 minggu.

c. LNH keganasan tinggi.

Ideal : diberikan Pro MACE-MOPP atau MACOP-B.

Asuhan Keperawatan Limfoma Non Hodgkin

I. Pengkajian

1. Kulit : nyeri pada pembengkakan kelenjar getah bening, kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo), pruritus, nodus kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan, demam.

2. Kenyamanan : nyeri tekan atau nyeri pada lodus limfa yang terkena misalnya sekitar mediastinum, nyeri dada, punggung, tulang, nyeri saraf.

3. Fungsi pernapasan : batuk non-produkif, parau, sianosis, stridor, wheezing, dyspnea, dan penggunaan otot bantu.

4. Fungsi imunologis : meningkatnya suspect untuk infeksi.

5. Eliminasi : perubahan urine, feses.

6. Fungsi gastrointestinal : distensi perut, BB menurun, anoreksia, disfagia, bengkak pada wajah, leher, rahang, asites.

7. Integritas ego : strres, cemas, ansietas, masalah finasial, status hubungan, menarik diri, marah, pasif.

8. Aktivitas/istirahat : kelelahan, kelemahan, atau malaise umum, kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan, bahu merosot, jalan lamban.

9. Sirkulasi : palpitasi, angina, takikardi, disritmia, sianosis, ikterus, pucat (anemia), keringat malam (diaforesis).II. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektif pola napas berhubungan dengan kemajuan penyakit pada paru dan mediastinum.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengaruh penyakit pada saluran gastrointestinal.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan gangguan fungsi imunologis.

4. Takut, cemas berhubungan dengan terganggunya body image.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembengkakan limfa node dan fungsi yang terganggu.

III. Perencanaan Keperawatan

NoDiagnosa KeperawatanP e r e n c a n a a n

Tujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

1.Tidak efektif pola napas berhubungan dengan kemajuan penyakit pada paru dan mediastinum.

Pola napas kembali normal dengan kriteria tidak batuk, dispnea atau wheezing.1. Tempatkan pasien dalam posisi duduk.

2. Keluarkan atau lepaskan baju yang menekan

3. Anjurkan untuk napas dalam

4. Atur oksigen sesuai order

5. Persiapan peralatan emergensi

6. Inspeksi dada akan RR, ritme dan ekspansi yang asimetris

7. Auskultasi bunyi paru abnormal, ronki dan kedalamannya

8. Observasi batuk, bersin, stridor, nyeri, warna kulit

9. Monitor pemeriksaan darahMeningkatkan ekspansi paru

Menghilangkan tekanan pada dada

Meningkatkan ekspanesi alveolar

Memberi oksigenasi adekuat

Menghilangkan obstruksi jalan napas bila dibutuhkan

Melihat perubahan nilai dasar

Mendeteksi perkekmbangan infeksi atau kemajuan penyakit

Mendeteksi komplikasi

Mendeteksi perubahan pertukaran gas yang abnormal

2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengaruh penyakit pada saluran gastrointestinal.

Nutrisi adekuat dengan kriteria BB normal, tidak anoreksia, mual atau muntah dan tidak distensi abdomen, tidak anemia.1. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein dan cairan yang adekuat

2. Bantu oral care, hygiene umum, dan kontrol lingkungan : suhu, bau.

3. Tempatkan pasien dalam posisi duduk

4. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering

5. Timbang BB tiap minggu

6. Kolaborasi pemberian multivitamin

Meningkatkan intake nutrisi

Meningkatkan napsu makan

Mengurangi perasaan penuh

Membantu menambah intake nutrisi

Melihat kemajuan intake

Membantu menambah intake nutrisi dan suplemen yang adekuat.

3.Resiko tinggi infeksi berhubungan gangguan fungsi imunologis.Tidak terjadi infeksi dengan kriteria tidak ada infeksi pernapasan, kulit, suhu dalam batas normal.1. Anujrkan pasien untuk batuk dan napas dalam secara teratur

2. Anjurkan untuk pertahankan keseimbangan intake cairan dan diet

3. Observasi nyeri, peningkatan suhu, nadi dan RR serta anoreksia, sekret hidung atau tenggorokan.

4. Atur antibiotik sesuai order

5. Kaji perkembangan kulit pasien seperti herpes zoster, dan lapor dokter untuk mendapat pengobatan.

Mencegah infeksi saluran pernapasan

Mempertahankan well-being yang adekuat

Melhiat indikasi infeksi

Untuk mengobati infeksi

Mendeteksi infeksi dini dan pengobatan yang tepat

4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembengkakan limfa node dan fungsi yang terganggu.

Integritas kulit akan normal dengan kriteria tidak ada lesi, tidak nyeri tulang atau nyeri saraf.1. Anjurkan untuk mandi air dingin atau kompres dingin atau hangat

2. Berikan calamin lotion, sodium bikarbonat dan bedak

3. Lubrikasi kulit dengan baby oil, body lotion atau petroleum

4. Pertahankan kelembaban dan ruangan yang dingin

5. Hindari mandi dengan sabun alkalin, dan pemanasan lokal.Meningkatkan kenyamanan

Menghilangkan gatal

Memberikan kenyamanan

Mengurangi gatak

Menghindari iritasi kulit

5.Takut, cemas berhubungan dengan terganggunya body image.

Pasien akan berkurang ketakutannya tentang perubahan body image1. Observasi napsu makan, BB, pola tidur dan tingkat aktivitas

2. Kaji kualitas sistem pendukung

3. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain

4. Dengarkan dan terima ketakutan dan kemarahan pasien

5. Anjurkan pasien untuk diskusikan tentang ketakutan spesifik dengan pasien lain, kelompok pendukung, atau konselor.Depresi bisa dimanifestasikan dengan perubahan hal tersebut.

Menderteminasi keadaan seseorang yang mempunyai pengaruh dan membantu pasien.

Withdrawal atau silence bisa indikasi marah atau depresi

Menghilangkan perasaan engatif dan ketakutannya

Berbicara dengan seseorang yang mempunyai pengalaman yang sama dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

Daftar Pustaka

Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Belcher, Anne, (1993), Blood Disorders, Mosby Year Book, Toronto

Ilyas, Sidarta, (2000), Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Thorpe dan Vera Darling, (1996), Perawatan Mata, alih bahasa : Hartono,Yayasan Essentia Media dan Andi, Yogyakarta.

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter Soetomo, Surabaya

Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk, volume 4, edisi V, EGC, Jakarta