27
Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 1 Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011 LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC) A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono, 2005) Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998) 2. Etiologi Indikasi SC: Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah : a.Prolog labour sampai neglected labour. b.Ruptura uteri imminen c.Fetal distress d.Janin besar melebihi 4000 gr e.Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001) Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio adalah:

LP POST SC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelengkap pembelajaran anda

Citation preview

Page 1: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas1

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN POST SECTIO CAESAREA (SC)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono, 2005)

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga

histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)

2. Etiologi

Indikasi SC:

Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :

a. Prolog labour sampai neglected labour.

b. Ruptura uteri imminen

c. Fetal distress

d. Janin besar melebihi 4000 gr

e. Perdarahan antepartum

(Manuaba, I.B, 2001)

Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio

adalah:

a. Malpersentasi janin

1. Letak lintang

Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara

yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang

janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak

lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada

perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih

dulu ditolong dengan cara lain.

Page 2: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas2

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

2. Letak belakang

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila

panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.

b. Plasenta previa sentralis dan lateralis

c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.

d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak

lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins),

distosia karena tumor, gawat janin dan sebagainya.

e. Partus lama

f. Partus tidak maju

g. Pre-eklamsia dan hipertensi

h. Distosia serviks

3. Tujuan Sectio Caesarea

Tujuan melakukan section caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat

lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen

bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan

plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi

kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk

kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa

walaupun anak sudah mati.

4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)

a. Abdomen (SC Abdominalis)

1. Sectio Caesarea Transperitonealis

Sectio caesarea klasik atau corporal: dengan insisi memanjang pada

corpus uteri.

Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.

2. Sectio caesarea ekstraperitonealis

Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan

dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.

Page 3: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas3

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila:

Sayatan memanjang (longitudinal)

Sayatan melintang (tranversal)

Sayatan huruf T (T Insisian)

c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

10cm.

Kelebihan:

Mengeluarkan janin lebih memanjang

Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik

Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan:

Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada

reperitonial yang baik.

Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.

Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi

dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas

SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada

luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.Untuk

mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang

telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang-kurangnya

dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan

kesempatan luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang

akor sebelum menutup luka rahim.

d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah

rahim kira-kira 10cm

Kelebihan:

Penjahitan luka lebih mudah

Page 4: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas4

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus

ke rongga perineum

Perdarahan kurang

Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan

lebih kecil

Kekurangan:

Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat

menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan

yang banyak.

Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.

5. Komplikasi

a. Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari

dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis

dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah

ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang

merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah

ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat

diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama

sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC

transperitonealis profunda.

b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria

uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri

c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :

Luka kandung kemih

Embolisme paru - paru

d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut

pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura

Page 5: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas5

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea

klasik.

6. Prognosis

Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan

darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari

pada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga

yang kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas

pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi

pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung. Anak yang dilahirkan

dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan yang menjadi alasan

untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di negara - negara dengan

pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka kematian perinatal

sekitar 4 - 7% (Mochtar, 1998)

7. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta

previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,

rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia

serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya

suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan

masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan

fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan

diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,

dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.

Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada

dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan,

pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan

Page 6: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas6

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan

rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan

ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik

akan menimbulkan masalah risiko infeksi.

8. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar

pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi

Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

Urinalisis / kultur urine

Pemeriksaan elektrolit

9. Penatalaksanaan Medis Post SC

a. Pemberian cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian

cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak

terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.

Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL

secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb

rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu

dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca

operasi, berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi:

Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi

Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang

sedini mungkin setelah sadar

Page 7: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas7

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan

diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler)

Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

d. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.

Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis

operasi dan keadaan penderita.

e. Pemberian obat-obatan

1. Antibiotik

Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap

institusi

2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam

b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu

3. Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat

diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C

f. Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan

berdarah harus dibuka dan diganti

g. Perawatan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan

darah, nadi,dan pernafasan. (Manuaba, 1999)

Page 8: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas8

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Identitas klien dan penanggung

Keluhan utama klien saat ini

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara

Riwayat penyakit keluarga

Keadaan klien meliputi:

a. Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan

kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL

b. Integritas ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan

atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan

labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau

kecemasan.

c. Makanan dan cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e. Nyeri / ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,

distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin

ada.

f. Pernapasan

Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

g. Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.

h. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

Page 9: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas9

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,

prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)

b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas

operasi

c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur

pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi

d. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan

pembedahan

e. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi

Page 10: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 10

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

Nyeri akut

berhubungan

dengan pelepasan

mediator nyeri

(histamin,

prostaglandin)

akibat trauma

jaringan dalam

pembedahan

(section caesarea)

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama … x 24 jam

diharapkan nyeri klien

berkurang / terkontrol

dengan kriteria hasil :

Klien

melaporkan

nyeri berkurang

/ terkontrol

Wajah tidak

tampak

meringis

Klien tampak

rileks, dapat

berisitirahat,

dan beraktivitas

sesuai

kemampuan

1. Lakukan

pengkajian

secara

komprehensif

tentang nyeri

meliputi lokasi,

karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas,

intensitas nyeri

dan faktor

presipitasi.

2. Observasi respon

nonverbal dari

ketidaknyamana

n (misalnya

wajah meringis)

terutama

ketidakmampuan

untuk

berkomunikasi

secara efektif.

3. Kaji efek

pengalaman

nyeri terhadap

kualitas hidup

(ex: beraktivitas,

1. Mempengaruhi

pilihan /

pengawasan

keefektifan

intervensi.

2. Tingkat ansietas

dapat

mempengaruhi

persepsi / reaksi

terhadap nyeri.

3. Mengetahui sejauh

mana pengaruh

nyeri terhadap

kualitas hidup

pasien.

Page 11: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 11

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

tidur, istirahat,

rileks, kognisi,

perasaan, dan

hubungan sosial)

4. Ajarkan

menggunakan

teknik

nonanalgetik

(relaksasi

progresif, latihan

napas dalam,

imajinasi,

sentuhan

terapeutik.)

5. Kontrol faktor -

faktor

lingkungan yang

yang dapat

mempengaruhi

respon pasien

terhadap

ketidaknyamana

n (ruangan, suhu,

cahaya, dan

suara)

6. Kolaborasi untuk

penggunaan

kontrol

analgetik, jika

perlu.

4. Memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan

kontrol dan

meningkatkan

harga diri dan

kemampuan

koping

5. Memberikan

ketenangan kepada

pasien sehingga

nyeri tidak

bertambah

6. Analgetik dapat

mengurangi

pengikatan

mediator kimiawi

Page 12: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 12

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

nyeri pada reseptor

nyeri sehingga

dapat mengurangi

rasa nyeri

Risiko tinggi

terhadap infeksi

berhubungan

dengan trauma

jaringan / luka

bekas operasi

(SC)

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama … x 24 jam

diharapkan klien tidak

mengalami infeksi

dengan kriteria hasil :

Tidak terjadi

tanda - tanda

infeksi (kalor,

rubor, dolor,

tumor, fungsio

laesea)

Suhu dan nadi

dalam batas

normal ( suhu =

36,5 -37,50 C,

frekuensi nadi

= 60 - 100x/

menit)

WBC dalam batas

normal (4,10-10,9

10^3 / uL)

1. Tinjau ulang

kondisi dasar /

faktor risiko yang

ada sebelumnya.

Catat waktu pecah

ketuban.

2. Kaji adanya tanda

infeksi (kalor,

rubor, dolor,

tumor, fungsio

laesa)

3. Lakukan

perawatan luka

dengan teknik

1. Kondisi dasar

seperti diabetes /

hemoragi

menimbulkan

potensial risiko

infeksi /

penyembuhan luka

yang buruk. Pecah

ketuban yang

terjadi 24 jam

sebelum

pembedahan dapat

menimbulkan

koriamnionitis

sebelum intervensi

bedah dan dapat

mempengaruhi

proses

penyembuhan luka

2. Mengetahui secara

dini terjadinya

infeksi sehingga

dapat dilakukan

pemilihan

intervensi secara

Page 13: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 13

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

aseptik

4. Inspeksi balutan

abdominal

terhadap eksudat /

rembesan.

Lepaskan balutan

sesuai indikasi

5. Anjurkan klien

dan keluarga untuk

mencuci tangan

sebelum / sesudah

menyentuh luka

6. Pantau

peningkatan suhu,

nadi, dan

pemeriksaan

laboratorium

jumlah WBC / sel

darah putih

tepat dan cepat

3. Meminimalisir

adanya

kontaminasi pada

luka yang dapat

menimbulkan

infeksi

4. Balutan steril

menutupi luka dan

melindungi luka

dari cedera /

kontaminasi.

Rembesan dapat

menandakan

terjadinya

hematoma yang

memerlukan

intervensi lanjut

5. Cuci tangan

menurunkan resiko

terjadinya infeksi

nosokomial

6. Peningkatan suhu,

nadi, dan WBC

merupakan salah

satu data

penunjang yang

Page 14: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 14

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

7. Kolaborasi untuk

pemeriksaan Hb

dan Ht. Catat

perkiraan

kehilangan darah

selama prosedur

pembedahan

8. Anjurkan intake

nutrisi yang cukup

9. Kolaborasi

penggunaan

antibiotik sesuai

indikasi

dapat

mengidentifikasi

adanya bakteri di

dalam darah.

Proses tubuh untuk

melawan bakteri

akan meningkatkan

produksi panas dan

frekuensi nadi. Sel

darah putih akan

meningkat sebagai

kompensasi untuk

melawan bakteri

yang menginvasi

tubuh.

7. Risiko infeksi

pasca melahirkan

dan proses

penyembuhan akan

buruk bila kadar

Hb rendah dan

terjadi kehilangan

darah berlebihan.

8. Mempertahankan

keseimbangan

nutrisi untuk

mendukung

perpusi jaringan

dan memberikan

nutrisi yang perlu

Page 15: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 15

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

untuk regenerasi

selular dan

penyembuhan

jaringan

Antibiotik dapat

menghambat

proses infeksi

Ansietas

berhubungan

dengan kurangnya

informasi tentang

prosedur

pembedahan,

penyembuhan,

dan perawatan

post operasi

Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama … x 6 jam

diharapkan ansietas

klien berkurang

dengan kriteria hasil :

Klien terlihat

lebih tenang

dan tidak

gelisah

Klien

mengungkapka

n bahwa

ansietasnya

berkurang

1. Kaji respon

psikologis

terhadap kejadian

dan ketersediaan

sistem pendukung

2. Tetap bersama

klien, bersikap

tenang dan

menunjukkan rasa

empati

3. Observasi respon

nonverbal klien

(misalnya: gelisah)

berkaitan dengan

ansietas yang

dirasakan

1. Keberadaan sistem

pendukung klien

(misalnya

pasangan) dapat

memberikan

dukungan secara

psikologis dan

membantu klien

dalam

mengungkapkan

masalahnya

2. Keberadaan

perawat dapat

memberikan

dukungan dan

perhatian pada

klien sehingga

klien merasa

nyaman dan

mengurangi

ansietas yang

dirasakannya

3. Ansietas seringkali

Page 16: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 16

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

4. Dukung dan

arahkan kembali

mekanisme koping

5. Berikan informasi

yang benar

mengenai prosedur

pembedahan,

penyembuhan, dan

perawatan post

operasi

6. Diskusikan

pengalaman /

harapan kelahiran

anak pada masa

lalu

7. Evaluasi

perubahan ansietas

yang dialami klien

secara verbal

tidak dilaporkan

secara verbal

namun tampak

pada pola perilaku

klien secara

nonverbal

4. Mendukung

mekanisme koping

dasar,

meningkatkan rasa

percaya diri klien

sehingga

menurunkan

ansietas

5. Kurangnya

informasi dan

misinterpretasi

klien terhadap

informasi yang

dimiliki

sebelumnya dapat

mempengaruhi

ansietas yang

dirasakan

6. Klien dapat

mengalami

penyimpangan

memori dari

melahirkan. Masa

lalu / persepsi yang

Page 17: LP POST SC

Praktik Profesi Keperawatan Maternitas 17

Program Studi Ilmu Keperawatan A Tahun 2011

tidak realistis dan

abnormalitas

mengenai proses

persalinan SC akan

meningkatkan

ansietas.

7. Identifikasi

keefektifan

intervensi yang

telah diberikan

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun

5. Evaluasi

1) Dx 1

- Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol

- Wajah tidak tampak meringis

- Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan

2) Dx 2

- Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)

- Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -

100x/ menit)

- WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)

3) Dx 3

- Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah

- Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang