LP ROM JOKO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ROM

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANKEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KENYAMANAN DAN RASA AMAN : KERUSAKAN MOBILITAS FISIK

Oleh:Joko Tri Suharsono S.Kep

PROGRAM PROFESI NERSJURUSAN KEPERAWATAN FKIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO2009PENDAHULUAN

Latar BelakangPasien yang mengalami perawatan tirah baring dengan waktu yang lama tanpa melakukan aktivitas apapun sangat mudah mengalami kontraktur pada otot-otot persendian. Gangguan pemenuhan aktivitas yang dialami oleh pasien akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pasien yang lain di mana semua itu akan menghambat proses penyembuhan. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.

Keperawatan klinik menghendaki perawat untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen keterampilan adalah mekanika tubuh. Salah satu istilah untuk menggambarkan usaha untuk mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal.Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang mengapa dan bagaimana otot tertentu digunakan untuk mengasilkan dan mempertahankan pergerakan secara aman. Dalam memperguanakan mekanika tubuh yang tepat, perawat perlu mengerti mengenai konsep pergerakan, termasuk bagaimana mengkoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi dari sistem muskuloskeletal (otak, otot, skelet dan syaraf yang berperan).

Pada kondisi tertentu, klien dapat kehilangan kemampuan untuk melakukan pergerakan atau aktivitas. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena gangguanpada sistem muskuloskeletal. Baik itu otak, otot, skelet maupun syaraf sistem tersebut.klien dapat kehilangan kemampuan dalam menggerakkan ekstrimitasnya dan anggota gerak lainnya. Ekstrimitas yang tidak digerakan dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibatkan atrofi otot atau pengecilan massa otot karena otot tidak pernah dipergunakan untuk beraktivitas.Klien dengan gangguan mobilisasi harus menjadi perhatian perawat untuk mencegah atrofi otot atau merawat jika telah terjadi atrofi pada klien dengan gangguan mobilisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat dalam mengintervensi gangguan mobilisasi dan mencegah atrofi adalah dengan memberikan tindakan Range of Motion (ROM).TujuanTujuan dilakukannya mobilisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas. Aktivitas pada anggota gerak akan memeperlancar sirkulasi dan perfusi jaringan. Selain itu, koordinasi persyarafan akan menjadi lebih optimal.

Sedangkan, Tujuan dilakukannya range of motion pada pasien dengan gangguan mobilisasi adalah untuk mencegah disuse atrofi syndrome pada otot dengan gangguan mobilitas fisik. ROM dapat merangsang sistem syaraf, meningkatkan perfusi jaringan sekaligus merehabilitasi sistem muskulo skeletal yang mengalami gangguan.

TINJAUAN TEORI

Pengertian.Range of Motion merupakan prosedur dan usaha untuk memenuhi kebutuhan fisik terutama aktivitas gerak (mobilisasi) untuk pasien dengan keterbatasan gerak. ROM terdiri dari fleksi dan ekstensi siku, pronasi dan supinasi lengan bawah, fleksi bahu, baduksi dan adduksi bahu.rotasi bahu, ekstensi jari-jari tangan, inversi dan eversi jari kaki, fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, fleksi dan ekstensi lutut, rotasi pangkal paha, abduksi dan adduksi pangkal paha.

EtiologiPenyebab dari atrofi otot adalah kerusakan mobilitas fisik dimana otot-otot tidak digerakan pada kurun waktu yang lama. Kerusakan mobilitas fisik diakibatkan oleh kerusakan pada sistem muskuloskeletal. Baik itu otak, otot, rangka maupun sistem syarafnya. Beberapa penyakit dapat menggangu aktivitas otak, diantaranya adalah stroke, tumor otak, cedera kepala hingga radang otak.

Beberapa penyakit juga dapat mengganggu otot, diantaranya adalah radang otot, radang tendodn, trauma otot, diskontinuitas otot, serta kelainan pada otot. Fraktur, kelainan sendi dan radang sendi dapat menyebabkan gangguan pada sistem rangka. Beberapa penyakit dapat mengganggu sistem syaraf. Diantaranya adalah guillaine-bare syndrome, myastenia gravis, polio myelitis dan lainnya.

PatophysiologyProses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang yang dapat menyebabkan gangguan tersebut. Diantaranya adalah:

Kerusakan otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligaman, radang dan lainnya.Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga menggangu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka. Diantaranya adalah, farktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.Gangguan pada sistem persyarafan.

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf tergganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.Kerusakan dapat terjadi pada susunan syaraf pusat (upper motor neuron/UMN) atau pada susunan Syaraf tepi (lower motor neuron/LMN). Yang termasuk UMN adalah otak. Contoh penyakit yang mengganggu otak adalah stroke dan dapat menyebabkan gangguan mobilisasi. Sedangkan untuk LMN adalah Guillaine-bare syndrome dan gangguan sistem syaraf lainnya seperti trauma tulang belakang. Indikasi dilakukan tindakan :Pasien tirah baring lamaPasien yang mengalami penurunan tingkat kesadaranPasien dengan kasus frakturPasien post operasi yang kesedarannna belum pulih

Tanda dan GejalaTanda dan gejala klien yang memilki gangguan aktivitas motorik adalah sebagai berikut:

Hasil pengukuran skala kekuatan otot kurang dari 4Anggota gerak lumpuh, paralysis, paresis baik total maupun parsial.Kemampuan koordinasi berkurang.Pada UMN; refleks fisiologis meningkat dan refleks patologis positif.

Pada LMN; reflek fisiologis berkurang dan refleks patologis negatif.Jika immobilisasi terjadi pada waktu yang lama dapat menyebabkan disuse atrofi syndrome

Skala Kekuatan Otot4: spontan

3: menahan grafitasi2: bergeser tidak mampu menahan grafitasi1: otot sedikit bergerak0: tidak beresponPemeriksaan PenunjangRadiologi/rontgen untuk memeriksa sistem rangka.

Magnetic resonance imaging (MRI) untuk memeriksa kondisi otak.

Electro ecenchepalo graph (EEG) untuk memeriksa aktivitas kelistrikan dan gelombang di otak.Ultrasonografi (USG) untuk memeriksa otot dan sistem syaraf.Pemeriksaan darah kengkap untuk memeriksa otot, tulang maupun persyarafan.

Gangguan skelet

PathwayGangguan integritas kulit dan jaringan

Kerusakan mobilitas fisikDefisit perawatan diriPerubahan pola eliminasiGangguan pergerakanGangguan syaraf

Gangguan otot

Atrofi otot/disuse atrofi syndrome

Diagnosa KeperawatanKerusakan mobilitas fisik b.d immobilisasi Defisit perawatan diri b.d immobilisasi.Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring.

Prosedur

Cara fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

Prosedur Kerja:Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lenganPegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan lain memegang pergelangan tangan klienTekuk tangan klien ke depan sejauh mungkinLakukan observasi pada perubahan yang terjadi

Cara fleksi dan ekstensi siku

Prosedur Kerja:Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke tubuh klienLetakkan tangan di atas siku dan pegang tangan klien dengan tangan yang lainnyaTekuk siku klien sehingga tangan klien mendekati bahuLakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnyaLakukan observasi pada perubahan yang terjadi

Car pronasi dan supin

Prosedur Kerja:Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh dengan siku menekukLetakkan satu tangan pada pergelangan dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnyaPutar lengan bawah psien sehingga telapak tanga pasien menjauhi pasienKembalikan ke posisi awalPutar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan menghadap ke arah pasienKembalikan ke posisi semulaLakukan observasi pada perubahan yang terjadi

Cara fleksi bahu

Prosedur Kerja:Atur posisi tangan pada pasien di sisi tubuhnyaLetakkan satu tangan di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnyaAngkat lengan klien pada posisi awalLakukan observasi perubahan yang terjadi

Cara abduksi dan adduksi bahu

Prosedur Kerja:Atur posisi lengan klien disamping badannyaLetakkan satu tangan di atas siku klien dan pegang tangan klien dengan tangan lainnyaGerakkan lengan klien menjauh dari tubuhnya ke arah perawatKembalikan ke posisi semulaCatat perubahan yang terjadi

Cara rotasi bahu

Prosedur Kerja:Atur posisi lenganmenjauhi dari tubuh degan siku menekukLetakan satu tangan di lengan atas klien dengan siku dan pegang tangan klien dengan tangan yang lainGerakkan lengan ke bawahsampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan mengahadap ke bawahKembalikan ke posisi semulaGerakkan lengan ke bawahsampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan mengahadap ke atasKembalikan ke posisi semulaObsevasi perubahan yang terjadi

Cara fleksi dan ekstensi jari-jari

Prosedur Kerja:Pegang jari-jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang kakiBengkokan jari-jari kaki ke bawahLuruskan jari-jari kemudian dorongan ke belakangKembalikan ke posisi semulaObservasi perubahan yang terjadi

Cara infersi dan efersi kaki

Prosedur Kerja:Pegang separuh bagian atas dengan satu tangan dan pegang pergelangan kaki dengan tangan lain Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnyaKembalikan ke posisi semulaPutar kaki keluar sehingga telapak kaki menjauhi kaki lainnyaKembalikan ke posisi semulaObservasi perubahan yang terjadi

Cara fleksi dan extensi pergelangan kaki

Prosedur Kerja:Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan releksTekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari ke arah dada klienKembalikan ke posisi semulaTekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasienObservasi perubahan yang terjadi

Cara fleksi dan extensi lutut

Prosedur KerjaLetakkan satu tangan di bawah lutut klien dan pegang tumit klien dengan tangan yang lainAngkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal pahaLanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkinKe bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atasKembalikan ke posisi semulaObsevasi perubahan yang terjadi

Cara rotasi pangkal paha

Prosedur Kerja:Letakkan satu tangan pada pergelangan kaki dan satu tangan lainnya di atas lututPutar kaki menjauhi perawatPutar kaki mengarah perawatKembalikan ke posisi semulaObservasi perubahan yang terjadi

Cara abduksi dan adduksi pangkal paha

Prosedur Kerja:Letakkan satu tangan di bawah lutut klien dan satu tangan pada tumitJaga posisi klien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur. Gerakkan kaki menjauhi badan perawatKembalikan ke posisi semulaObsevasi perubahan yang terjadi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta.Price S.A, Lorraine MW. Patophysiology, konsep klinis proses-proses penyakit. EGC, Jakarta.Potter & perry, 2006, Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4, EGC, Jakarta.

Triyanto, E. 2006. Range of motion. Modul skill lab keperawatan edisi 3 univ. Jenderal Soedirman NANDA, 2005, Nursing diagnoses; Definitions & Classification, Nanda Internasional, Philadelphia.

Johnson, M, Maas, M, & Moorhead S 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby, New York.

McSloskey, JC, Bulechek, GM, 2000, Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby, New York.