Upload
isa-lovegood
View
216
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jiwa
Citation preview
WAHAM
1. Definisi Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Manifestasi klinik waham yaitu berupa : klien
mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
2. Predisposisi Waham
1) Biologi
Skizofrenia paranoid disebabkan kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada
diensefalon/ oleh perubahan- perubahan post mortem/ merupakan artefak pada
waktu membuat sediaan. Gangguan endokrin juga berpengaruh, pada teori ini
dihubungkan dengan timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan
atau puerperium dan waktu klimaterium. Begitu juga dengan gangguan
metabolisme, hal ini dikarenakan pada orang yang mengalami skizofrenia tampak
pucat dan tidak sehat, ujung ekstremitas sianosis, nafsu makan berkurang dan berat
badan menurun. Teori ini didukung oleh Adolf Meyer yang menyatakan bahwa suatu
konstitusi yang inferior/ penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya
skizofrenia paranoid (Maramis, 1998).
Menurut Schebel (1991) dalam Townsend (1998) juga mengatakan bahwa
skizofrenia merupakan kecacatan sejak lahir, terjadi kekacauan dari sel-sel
piramidal dalam otak, dimana sel-sel otak tersusun rapi pada orang normal.
Gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem limbik dan ganglia basalis sering
berhubungan dengan kejadian waham. Waham oleh karena gangguan neurologis
yang tidak disertai dengan gangguan kecerdasan, cenderung memiliki waham yang
kompleks. Sedangkan waham yang disertai dengan gangguan kecerdasan sering
kali berupa waham sederhana (kaplan dan Sadock, 1997).
2) Psikologis
Menurut Carpenito (1998), klien dengan waham memproyeksikan perasaan
dasarnya dengan mencurigai. Pada klien dengan waham kebesaran terdapat
perasaan yang tidak adekuat serta tidak berharga. Pertama kali mengingkari
perasaannya sendiri, kemudian memproyeksikan perasaannya kepada lingkungan
dan akhirnya harus menjelaskan kepada orang lain. Apa yang seseorang pikirkan
tentang suatu kejadian mempengaruhi perasaan dan perilakunya. Beberapa
perubahan dalam berpikir, perasaan atau perilaku akan mengakibatkan perubahan
yang lain. Dampak dari perubahan itu salah satunya adalah halusinasi,dapat muncul
dalam pikiran seseorang karena secara nyata mendengar, melihat, merasa, atau
mengecap fenomena itu, sesuai dengan waktu, kepercayaan yang irrasional
menghasilkan ketidakpuasan yang ironis, menjadi karakter yang “Wajib” dan “Harus.
3) Genetik
Faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini dibuktikan dengan
penelitian pada keluarga-keluarga yang menderita skizofrenia dan terutama anak
kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri sebesar 0,9 – 1,8%, saudara
kandung 7 – 15%, anak dengan salah satu orang tua yang mengalami skizofrenia 7
– 16%, bila kedua orang tua mengalami skizofrenia 40 – 68%, kembar dua telur
(heterozygot) 2-15%, kembar satu telur (monozygot) 61-86% (Maramis, 1998).
Faktor Presipitasi
Faktor ini dapat bersumber dari internal maupun eksternal.
- Stresor sosiokultural : stres yang menumpuk dapat menunjang terhadap
awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya (Stuart, 1998)
- Stresor psikologis : intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah
dan berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak
terkendali, serta dambaan-dambaan atau harapan yang tidak kunjung
sampai, merupakan sumber dari waham. Waham dapat berkembang jika
terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam
(Kartono, 1981)
Akibat :
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
3. Tanda dan Gejala Waham
Jenis skizofrenia paranoid mempunyai gejala yang khas yaitu waham primer,
disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi (Maramis, 1998). Menurut
Kaplan dan Sadock (1997), kondisi klien yang mengalami waham :
Status mental :
1. Pada pemeriksaan status mental, menunjukan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
2. Mood klien konsisten dengan isi wahamnya.
3. Pada waham curiga, didapatkan perilaku pencuriga.
4. Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan
identitas diri, mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5. Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
6. Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi yang menonjol/ menetap,
kecuali pada klien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa klien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
Sensori dan kognisi :
1. Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat dan situasi.
2. Daya ingat dan proses kognitif klien adalah intak (utuh).
3. Klien waham hampir selalu memiliki insight (daya titik diri) yang jelek.
4. Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya.
Keputusan terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah
dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang direncanakan.
4. Tipe-tipe waham
Menurut kaplan dan sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain:
1. Tipe Eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang
yang sangat terkenal, seperti artis, pejabat, atau atasanya. Klien biasanya
hidup terisolasi, menarik diri, hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan
yang sederhana.
2. Tipe kebesaran (magalomania):yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki
bakat, kemampuan, wawasan yang luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui.
3. Waham cemburu, yaitu misalnya cemburu terhadap pasanganya. Tipe ini
jarang ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering mendadak,
dan hilang setelah perpisahan/ kematian pasangan. Tipe ini menyebapkan
penyiksaan hebat dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan
kemungkinan dapat membunuh pasangan, oleh karena delusinya.
4. Waham kejar : keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh orang
lain. Tipe ini paling sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk
sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya berupa tema yang
berhubungan difitnah secara kejam, diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau
dihalangi dalam mengejar tujuan jangka panjang.
5. Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik.
Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang
dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya
gejala psikotik lainya menyatakan gangguan delosional/ waham tipe
somatik.
5. Pohon masalah
Kerusakan komunikasi verbal
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
Perubahan isi pikir : waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Masalah keperawatan :
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan isi pikir : waham
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2. Data yang perlu dikaji :
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1). Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri
2). Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-
barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1). Data subjektif
klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2). Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
c. Perubahan isi piker : waham ( paranoid)
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
d. Gangguan harga diri rendah
1). Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2). Data objektif
klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
b. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
waham
c. Perubahan isi pikir : waham(paranoid)berhubungan dengan harga diri rendah
Strategi Pelaksanaan
Tgl/ No
Dx
Tindakan Keperawatan Untuk
Pasien
Tindakan Keperawatan untuk
keluarga
SP 1
1. Membentu orientasi realita
2. Mendiskusikan kebutuhan
yang tidak terpenuhi
3. Membantu pasien
memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan
SP 1
1. Menjelaskan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala waham,
dan jenis waham yang
dialami pasien, serta
proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat
pasien dengan waham
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Mendiskusikan tentang
kemampuan yang dimiliki
SP 2
1. Melatih keluarga
mempraktekkan cara
merawat pasien dengan
waham
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki
2. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung pasien waham
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3
1. Membantu keluarga
membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum
obat (dischange planning)
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang