11
MEKANISME LUKA TEMBAK Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya. Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.

LUKA TEMBAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat mengenai luka tembak

Citation preview

Page 1: LUKA TEMBAK

MEKANISME LUKA TEMBAK

Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik

seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer energi dari

luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi

energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik

yang lainya. Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan

sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah

atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.

Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus

jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan

seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona

disekitar luka. Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk

rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan

diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat

setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang

padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga berhubungan

dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder

seperti infark atau infeksi.

KLASIFIKASI LUKA TEMBAK

1. Luka Tembak Masuk:

a. luka tembak tempel

b. luka tembak sangat dekat (dibawah 15 cm)

c. luka tembak jarak dekat (>15 cm dan <70 cm)

d. luka tembak jarak jauh (>70 cm)

2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)

Page 2: LUKA TEMBAK

Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar

Luka tembak masuk Luka tembak keluarUkurannya kecil (berupa satu

titik/stelata/bintang), karena peluru menembus kulit seperti bor dengan

kecepatan tinggi

Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur dibandingkan luka tembak masuk,

karena kecepatan peluru berkurang hingga menyebabkan robekan jaringan.

Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluru menembus kulit dari luar

Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru menuju keluar.

Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak

Pakaian masuk kedalam luka, dibawa oleh peluru yang masuk.

Tidak ada

Pada luka bisa tampak hitam,terbakar, kelim tato atau jelaga.

Tidak ada

Pada tulang tengkorak, pinggiran luka bagus bentuknya.

Tampak seperti gambaran miripkerucut

Bisa tampak berwarna merah terang akibat adanya zat karbon monoksida.

Tidak ada

Disekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak adaLuka tembak masuk Luka tembak keluar

Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyakPemeriksaan radiologi atau analisis aktivitas

netron mengungkapkan adanya lingkaran timah / zat besi di sekitar luka.

Tidak ada

Luka tembak masuk Luka tembak keluar

Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :

Jenis peluru

Kecepatan peluru

Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan

Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk

Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan

1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan

kulit :

a. Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk mengalami

laserasi

b. Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi

karena bubuk mesiu senjata yang tidak terbakar.

c. Rambut di sekitar luka hangus.

d. Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.

Page 3: LUKA TEMBAK

e. Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih di

sekitar luka. Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak

terdapat bagian kehitaman pada kulit.

2. Tembakan jarak dekat

a. Jaraknya adalah 15-70 cm dari kulit.

b. Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru

c. Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka

d. Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.

3. Tembakan jarak jauh

a. Jaraknya adalah di atas 70 cm.

b. Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.

c. Kehitaman atau kelim tato tidak ada

Efek Luka Tembak

Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu

tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang

diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut.

Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah:

anak peluru

butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar

asap atau jelaga

api

partikel logam

Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang

melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan

dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban,

maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang

tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu

kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat

menimbulkan kelainan dalam bentuk luka. Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada

setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai

berikut:

1. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.

Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

Page 4: LUKA TEMBAK

Kecepatan

Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh

Bentuk dan ukuran peluru

Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk

Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka

yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih

rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru

mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.

Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena

tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase

diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan

jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut

disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.

Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:

a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang

b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan

c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur

atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan

sehingga terjad kelim lecet (abrasion ring)

d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke

segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh

akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru

e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan

yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya

elastisitas dari jaringan

f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang

terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah

g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat

diketahui dari bentuk kelim lecet

h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari

arah tersebut

i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai

pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat

atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)

Page 5: LUKA TEMBAK

j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk

luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya

mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari

peluru disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul dan

mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak

beraturan atau berbentuk bintang

k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter

lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan

arah masuknya peluru

l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan

robekan dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze

m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu

dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound

2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling

a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk

ke dalam kulit

b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-

bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan

c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik

hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar

d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm

e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,

tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida,

sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang

dicampur dengan karbon dan gravid

3. Akibat asap (smoke effect): jelaga

a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk

asap atau jelaga

b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen

35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan

methane

c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit

d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm

Page 6: LUKA TEMBAK

e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan

kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang.

4. Akibat api (flame effect): luka bakar

a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang

akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,

charring)

b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan

terbakar

c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,

sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5

cm

5. Akibat partikel logam (metal effect): fouling

a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu

peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel

logam sebagai akibat pergesekan tersebut

b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau

luka terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban

c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian

korban.

6. Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras

a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel

yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft

contact)

b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian

tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)

c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang

dan mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara

kulit dan moncong senjata

d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong

senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini

jarang terjadi

e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,

sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan

tersebut akan tampak sebagian sebagai garis lengkung

Page 7: LUKA TEMBAK

f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato,

oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga

dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan

kulit, sehingga terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.

7. Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk

Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya

cukup tebal, maka dapat terjadi:

Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian

Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian

Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang

luka tembak.

Page 8: LUKA TEMBAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Sharma RK. Concise textbook of forensic medicine and toxicology 3rd edition.

Global education consultants, Noida, 2011.

2. James JP, Jones R, Karch SB dan Manlove J. Simpson’s forensic medicine 13th

edition. Hodder arnold, London, 2011.