18

MADURA 2040 - Trunojoyo

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MADURA 2040 - Trunojoyo
Page 2: MADURA 2040 - Trunojoyo

i

MADURA 2040Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

Page 3: MADURA 2040 - Trunojoyo

iii

MADURA 2040Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

Kata PengantarRektor Universitas Trunojoyo Madura

Dr. Drs. Ec. H. Muhammad Syarif, M.Si.

Editor:Iqbal Nurul Azhar

Surokim

Inteligensia Media2019

Page 4: MADURA 2040 - Trunojoyo

i v

MADURA 2040Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

Penulis:Iqbal Nurul AzharSurokimKhoirul RosyadiBani Eka DartiningsihFandi Rosi Sarwo EdiNikmah SuryandariZakiyatul MufidahFachrur Rozi & Dinara Maya JulijantiOnny Fransinata AnggaraMutmainnahMohtazul FaridTataq HandakaIskandar DzulkarnainYudho BawonoNetty HerawatiSri WahyuningsihPegiat PS2B FISIB, Universitas Trunojoyo Madura

Editor:Iqbal Nurul AzharSurokim

Kata PengantarRektor Universitas Trunojoyo MaduraDr. Drs. Ec. H. Muhammad Syarif, M.Si.

ISBN: 978-623-7374-31-2

Copyright © Desember, 2019Ukuran : 15,5 cm x 23 cm ; Hal: xviii + 224

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak dalam bentuk apapuntanpa ijin tertulis dari pihak penerbit.

Desain Sampul:Rahardian TegarTata letak:Nur Saadah

Penerbit:Inteligensia MediaJl. Joyosuko Metro IV/No 42 B, Malang, IndonesiaTelp./Fax. 0341-588010 Email: [email protected] IKAPI No. 196/JTI/2018

Dicetak oleh PT. Cita Intrans SelarasWisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 MalangTelp. 0341-573650 Email: [email protected]

Page 5: MADURA 2040 - Trunojoyo

xvi

Pengantar Editor ...................................................................... vKata Pengantar Rektor Universitas Trunojoyo Madura ............ viiiDaftar Isi .................................................................................. xvi

PROLOG:PARIWISATA MADURA: EKSOTISME BUDAYA LOKAL DI TENGAHTEKANAN INDUSTRI KAPITALISASI WISATA GLOBALSurokim ...................................................................................... 1

QUO VADIS PARIWISATA MADURAKhoirul Rosyadi .......................................................................... 9

STEREOTlPE BUDAYA: FAKTOR KRUSIAL PENGEMBANGANWISATA MADURANikmah Suryandari ..................................................................... 18

KONFLIK TANAH DALAM RENCANA PEMBANGUNANWISATA PANTAI DI KAKI JEMBATAN SURAMADUMutmainnah ............................................................................... 29

PARIWISATA MADURA: SKETSA PEREBUTAN RUANG PUBLIKTataq Handaka .......................................................................... 40

PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR KEBIJAKANPENGELOLAAN PARIWISATA DI MADURAFandi Rosi Sarwo Edi .................................................................. 51

Daftar Isi

Page 6: MADURA 2040 - Trunojoyo

xvii

PERAN MODAL MANUSIA DI SEKTOR PARIWISATAMADURA: MASALAH DAN STRATEGI PENANGANANNYAZakiyatul Mufidah ..................................................................... 64

PEMASARAN KAWASAN (MARKETING PLACES) UNTUKWISATA MADURA 4.0Surokim .................................................................................... 75

REKAYASA-REKAYASA DALAM DUNIA KEPARIWISATAANBUDAYA DI PULAU MADURAIqbal Nurul Azhar ..................................................................... 92

INDIGENOUS TOURISM BERBALUT GAMIFIKASI SEBAGAISTRATEGI PROMOSI WISATA SUKU ASLI MADURA DI ERAGENERASI MILENIALOnny Fransinata Anggara .......................................................... 108

BRANDING KAMPUNG KEJAWAN DESA KAMAL MENJADIKAMPUNG WARNA-WARNI SEBAGAI DESTINASI WISATABARU DI MADURAFachrur Rozi & Dinara Maya Julijanti .......................................... 121

MENDORONG UTM LEPAS DARI STIGMA “KAMPUS DISARANG BEGAL” SEBAGAI BAGIAN DARI PROMOSIPARIWISATA BERTAGLINE ‘MADURA AMAN”Pegiat PS2B FISIB, Universitas Trunojoyo Madura ....................... 133

KAMPUS MADURA SEBAGAI WISATA EDUKASI PADA ERADIGITALSri Wahyuningsih ...................................................................... 155

BLATER DAN SUSTAINABILITY PARIWISATA DI MADURAMohtazul Farid ......................................................................... 166

MEMBANGUN WISATA GARAM: ‘KOTA HANTU’ PEGARAMANKALIANGET SUMENEP MADURAIskandar Dzulkarnain ................................................................ 177

Page 7: MADURA 2040 - Trunojoyo

xviii

YUK, MELANCONG KE KAMPUNG ‘MANUSIA PASIR’MADURA (SEBUAH UPAYA DALAM MENGEMBANGKANPOTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN SUMENEP)Yudho Bawono ............................................................................ 188

PENGETAHUAN KEPARIWISATAAN DAN KESADARANLINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAANPADA MASYARAKAT PANTAI SEMBILAN DI PULAU GILIGENTINGNetty Herawati ........................................................................... 198

KULINER SEBAGAI PENDUKUNG PARIWISATA BARBASISKEARIFAN LOKAL DI MADURABani Eka Dartiningsih ................................................................. 208

EPILOG:KETERBUKAAN INFORMASI DAN WELCOMING SOCIETYTANTANGAN PENGEMBANGAN WISATA DI MADURASurokim ..................................................................................... 216

Page 8: MADURA 2040 - Trunojoyo

18

Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

Menurut Abuya Busro Karim (2010:150) salah satu masalah yangmenyebabkan mandegnya industri pariwisata adalah rendahnya standar

kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pariwisata diMadura. Oleh sebab itu, profesionalisme pariwisata di tingkat lokal

sangat diperlukan untuk menghadapi kompetensi global. Memasuki erapasar bebas, standar global menjadi semakin urgen. Tingkat sumber dayadi bidang pariwisata harus semakin ditingkatkan, paling tidak sebanding

atau tidak jauh tertinggal dari daerah lain. Tidak adanya peningkatankualitas pelaksana program ini akan menghambat laju perkembangandunia pariwisata, bahkan lebih ekstrim lagi bisa memandulkan industri

pariwisata di Madura.

***

Pariwisata internasional, regional, nasional maupun lokal telahberkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini memberikan kontribusiterhadap pertumbuhan ekonomi global. Tulisan ini berusaha untukmengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor stereotip yang menjadifaktor penting dalam pengembangan industri pariwisata di Madura.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukungberbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

STEREOTlPE BUDAYA:FAKTOR KRUSIAL PENGEMBANGAN

WISATA MADURA

Nikmah Suryandari

Page 9: MADURA 2040 - Trunojoyo

19

Madura 2040

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata adalahsuatu tujuan perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktudari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud tidak untukmencari nafkah ditempat yang dikunjungi tapi hanya semata untukmenikmati perjalanan tersebut untuk mencapai kepuasaan (UUKepariwisatawan NO.9 Tahun 1990).

Pariwisata menjadi salah satu penghasil devisa andalan bagisebagian besar negara, termasuk Indonesia. Sebagai salah satunegara destinasi wisata, hampir tiap wilayah di Indonesia memilikipotensi wisata yang andalan, termasuk Madura.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalammenggerakkan perekonomian Indonesia dan menjadi bagian dariperekonomian global. Berlangsungnya revolusi 3T, transport,telecomunication, tourism, menunjukkan bahwa kegiatan pariwasata telahmenjadi salah satu kekuatan yang mampu mempercepat penyatuandunia dalam integrasi ekonomi dan pergerakan manusia lintasdaerah dan bahkan lintas negara (Rusman, 2004).

Perkembangan pariwisata sangat tergantung pada jumlahkunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik. Jumlahkunjungan merupakan salah satu indikator untuk mengukurkeberhasilan pembangunan pariwisata (Damanik dan Teguh, 2012:11). Makin banyak kunjungan semakin besar peluang destinasiuntuk mendapatkan devisa dari sektor industri jasa ini. Banyakdaerah di Indonesia yang menjadikan sektor pariwisata sebagaisumber pendapatan pajak dan lapangan kerja. Pemerintah memacupengembangan desa wisata untuk memeratakan pembangunanmelalui manfaat ekonomi pariwisata (Putra dan Pitana 2010).

Potensi Wisata MaduraSebagai destinasi wisata, Pulau Madura memiliki banyak lokasi

yang dapat dikembangkan menjadi destinasi unggulan, baik wisataalam, budaya, sejarah, religi. Semua potensi wisata tersebut tersebardi empat kabupaten d Madura mulai Bangkalan, Sampang, Pamekasanhingga Sumenep. Dengan upaya dan sinergi pihak-pihak terkait,pengembangan tempat-tempat wisata tersebut dapat menarik minatkunjungan wisatawan baik lokal maupun asing untuk datang keMadura. Jenis wisata yang dapat dikembangkan di Madura

Page 10: MADURA 2040 - Trunojoyo

20

Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

diantaranya adalah wisata pantai (marine tourism), wisata etnik (Etnictourism), wisata sejarah (history tourism), wisata religi (religious tourism),wisata kuliner (culinary tourism).

Wisata pantai (marine tourism) diantaranya Siring Kemuning diKab. Bangkalan, Pantai Camplong, Pantai Nipah, di Kab. Sampang,Pantai Talangsiring, dan Jumiang di Kab. Pamekasan, serta PantaiSlopeng dan Lombang di Kab. Sumenep. Wisata etnik (Etnic tourism)merupakan perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaandan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik, seperti kerapansapi, sapi sonok, tari topeng dalang, serta tari pecut di Sumenep dansebagainya. Wisata sejarah (history tourism) merupakan perjalananuntuk menyusuri jejak sejarah masa lalu di suatu wilayah, misalnyasitus Aeng Mata Ebuh di Arosbaya, Makam Asta Tinggi, di KebonAgung Sumenep. Wisata religi (religious tourism) di Madura diantaranyaadalah Makam Syaikhona Kholil di Martajasah, Kabupaten Bangkalan,Kompleks Batu Ampar adalah kompleks pemakaman para ulamadiantaranya Syekh Abdul Manan (Bujuk Kosambi), SyekhSyamsudin (Bujuk Lattong), Syekh Basyaniyah (Bujuk Tumpeng),Syekh Damanhuri, Syekh Moh. Romli dan Syekh Husen, MakamSultan R. Abdul Kadirun di Bangkalan. Destinasi wisata alam lainnyaselain pantai adalah Api Abadi yang terletak di Kabupaten Pamekasan.Wisata kuliner (culinary tourism)Madura selama ini identik dengananeka masakan berbahan bebek, seperi bebek Sinjay, bebek Songkemdan sejenisnya.

Potensi wisata yang beragam di Madura, semestinya dapatmeningkatkan level kesejahteraan masyarakat sekitarnya.Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata budaya Maduraharuslah berdampak pada dua bidang yaitu bidang ekonomi danaspek konservasi alam dan budaya. Pada bidang ekonomi, masyarakatakan memperoleh keuntungan ekonomi, sehingga mampu meningkatkanderajat perekonomiannya. Pada bidang konservasi alam dan budaya,masyarakat harus meningkatkan upaya pelestarian potensi alamdan budaya yang dimiliki. Melalui upaya pelestarian potensi alamdan budaya tersebutlah, mereka mampu “menjual” kepada wisatawanyang berkunjung. kegiatan pariwisata budaya di Madura harus berbasisgeografi pedesaan dan masyarakat lokal, sehingga manfaatnya bisa

Page 11: MADURA 2040 - Trunojoyo

21

Madura 2040

dirasakan secara langsung oleh masyarakat Madura sebagai pemiliksekaligus pemelihara wisata yang ada.

Jika kebijakan dengan konsep di atas dapat dilaksanakan secaraoptimal, masyarakat Madura sebagai pemilik potensi wisata akanmerasakan hasil dari bisnis pariwisata ini seperti halnya daerah wisatadi tempat lainnya, seperti Bali, Yogyakarta dan lainnya. Sayangnya,hingga saat ini pengembangan pariwisata di Madura masih belumberjalan optimal. Hal ini salah satunya dikarenakan faktor sosialbudaya yang menjadi hambatan pengembangan wisata di Madura.Faktor sosial budaya tersebut diantaranya adalah adanya stereotipnegatif tentang Madura dan masyrakatnya.

Karakteristik Masyarakat Madura: Stereotip Atau Fakta?Mien A Rifai mengidentifikasi manusia madura sebagai suatu

kelompok etnis yang memiliki karakter yang kuat. Mereka digambarkansebagai suatu pribadi-pribadi yang berani, gagah, gigih dan ulet,berjiwa petualang, setia dan tulus, rajin, hemat, ceria dan memilikiselera humor yang tinggi (Rifai, 2007). Menurut Abdullah (2011)sejarah membuktikan kelompok etnis Madura termasuk salah satusuku bangsa yang tahan bantingan jaman. Hal ini terbukti darikemampuan mereka beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan barudan sikap toleransi yang tinggi terhadap perubahan. Orang-orangMadura juga memiliki keuletan kerja yang tak tertandingi dansangat berpegang teguh pada asas falsafah hidup yang diyakininya.

Menurut Rasul Junaidy dalam (Abdullah,2011) secara sosialbudaya paling tidak terdapat tiga citra diri yang melekat dalamkehidupan masyarakat Madura, yaitu kesopanan, kehormatan danIslam. Menjunjung tinggi kesopanan merupakan salah satu tradisiyang amat penting dalam kehidupan sosial budaya Madura. Meskipunorang luar memberi penilaian mereka sebagai orang yang kasar dantidak sopan, sejatinya penghormatan terhadap nilai-nilai kesopanansangat tinggi di kalangan orang-orang Madura. Ungkapan yangmewujudkan nasehat serta nilai-nilai sopan santun masyrakatMadura tertuang pada pa tao ajalan jalane, pa tao neng ngenneng, pa taoa ca ca (yang menjadi kewajiban harus dilaksanakan sesuai aturan,orang harus tahu kapan saatnya diam, dan saatnya berbicara).Ungkapan masyarakat Madura ini memberikan panduan bagi

Page 12: MADURA 2040 - Trunojoyo

22

Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

masyarakat untuk berperilaku sesuai aturan, nilai serta tata kramadalam setiap perilaku dan tindakan sehari-hari.

Menurut Abdullah (2011) masyarakat Madura selalu menekankanbahwa mon orang riya benni bagusse, tape tatakramana, sanajjan bagus tapitatakramana jubeƒ ma’celep ka ate (yang penting bukan ketampananatau kecantikan, namun tatakramanya). Karena meskipun bagusatau cantik kalau tatakramanya jelek dapat membuat hati tidak enak.Dasar utama dari nilai-nilai kesopanan adalah penghormatan orangMadura kepada orang lain terutama yang lebih tua. Penghormatanterhadap sesama utamanya kepada orang yang lebih tua atau yangberkedudukan sosial lebih tinggi sangat dijunjung tinggi dalammasyarakat Madura. Manusia Madura tidak mau diremehkan tapijuga tidak menyukai orang yang suka pamer atau membesar-besarkan diri.

Dalam ungkapan madu ben dara (madu dan darah) terkandungmakna bahwa apabila orang Madura diperlakukan secara baik,menjunjung tinggi kesopanan, penghormatan, maka akan dibalasdengan kebaikan pula. Sebaliknya bila mendapat perlakuan yangsewenang-wenang, tidak adil maka balasannya jauh lebih burukhingga dapat menimbulkan pertumpahan darah.

Seperti halnya kelompok etnis lainnya, masyarakat Madurasangat menjunjung tinggi harga diri. Masyarakat Madura relamelakukan apa saja demi menjaga harga diri dan kehormatan. Yangmenjadi dasar dari sikap ini adalah perasaan malu (rasa malo atau todus).Masyarakat Madura mengenal ungkapan tambana todus mate’ (obatnyamalu adalah mati), lebih bagus apote tolang etembang apote mata (lebihbaik mati daripada menanggung malu karena tidak dapat memperta-hankan harga diri). Nilai dan filosofi harga diri, kebanggan bagimasyarakat Madura biasanya dikaitkan dengan masalah perempuan,ego, agama dan juga tanah air. Hal-hal tersebut akan dengan mudahmemicu kebanggan dan harga diri masyarakat Madura.

Dalam konteks sosial budaya, masyarakat Madura selalu identikdengan Islam. Nilai-nilai Islam selalu meresap dan menjadi panduankehidupan masyarakat dalam kesehariannya. Dalam pandanganmasyarakat Madura, Islam adalah merupakan hal mendasar yangperlu dibela bahkan dengan kehormatan jiwa dan raga.

Page 13: MADURA 2040 - Trunojoyo

23

Madura 2040

Dengan penggambaran karakteristik masyarakat Madura yangpositif di atas, di sisi lain ada pandangan yang cenderung negatifmengenai masyarakat Madura. Orang di luar Madura sering meng-gambarkan masyarakat Madura sebagai orang dengan temperamenyang keras, mudah tersulut emosi dan identik dengan tindak keke-rasan. Menurut Abdullah (2011) ketika berbicara tentang masyarakatMadura, cara pandang mereka cenderung negatif, orang Maduradigambarkan sebagai sosok pribadi yang terstigmakan dengan hal-hal yang berbau kekerasan, angkuh, egois, mau menang sendiri, cepattersinggung, penuh curiga dan suka berkelahi. Anehnya, pandanganstereotip ini hanya diidentikkan dengan manusia Madura dan sedikitdilekatkan pada kelompok masyarakat lain di Indonesia.

Budayawan Madura, D. Zawawi Imron mengakui kelompoketnik lain selalu menggambarkan masyarakat Madura sebagai kelompokorang-orang yang keras, suka membunuh, pendendam, mudahtersinggung, dan tidak toleran terhadap orang lain. Bahkan EllyDowen Buusma peneliti masalah carok menyebut Madura sebagaiSisilia of Java (Abdullah, 2011:135).

Pandangan stereotip itu tentu saja tidak seluruhnya benar, tapisecara prinsip juga tidak seluruhnya salah (Abd A’la, 2010). Faktanyasifat-sifat itu juga melekat dalam pribadi orang-orang dari etnis laindi Indonesia dan dibelahan dunia manapun. Perlu diketahui jugabahwa ada beberapa pandangan, pembawaan, sikap, dan perilakuorang Madura yang memang kurang kondusif bagi usaha pem-bangunan. Itu sebabnya, Huub de Jonge, antropolog Madura dariBelanda mengkritik generalisasi tersebut (lihat Mien Rifai, 2010:127).

Menurut de Jonge, tidak banyak kelompok etnis di Indonesia yangmendapatkan stetretip negatif dan penuh kerancuan menyesatkanseperti yang dilekatkan pada orang-orang Madura. Hal ini jugamenunjukkan sedikit sekali sifat-sifat positif orang-orang Madurayang dikatakan dan ditulis orang. Stereotip ini sama sekali tidakmencakup hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran objektif, tetapilebih mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ilusi atau khayalanyang dimiliki bersama oleh banyak orang (Abdullah, 2011).

Page 14: MADURA 2040 - Trunojoyo

24

Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

Stereotip Sebagai Hambatan Pengembangan Wisata MaduraTerlepas dari benar atau tidaknya pandangan stereotip tentang

orang Madura tersebut, hal ini menujukkan bahwa faktor sumberdaya manusia menjadi ujung tombak dalam pembangunan segalabidang (termasuk pariwisata) sekaligus memegang kunci kesuksesansuatu daerah.

Sampai saat ini Madura sering digambarkan sebagai wilayahmarginal dalam aspek pembangunan karena faktor sumber dayamanusia. Madura sering dideskripsikan sebagai kelompok masyrakatyang kurang berpendidikan sehingga stereotip mengenai Madurakadang mendapat pembenaran justru dari orang Madura sendiri.Menurut Abuya Busro Karim (2010: 150) salah satu masalah yangmenyebabkan mandegnya industri pariwisata adalah rendahnyastandar kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang pariwisatadi Madura. Oleh sebab itu, profesionalisme pariwisata di tingkat lokalsangat diperlukan untuk menghadapi kompetensi global. Memasukiera pasar bebas, standar global menjadi semakin urgen. Tingkat sumberdaya di bidang pariwisata harus semakin ditingkatkan, paling tidaksebanding atau tidak jauh tertinggal dari daerah lain. Tidak adanyapeningkatan kualitas pelaksana program ini akan menghambat lajuperkembangan dunia pariwisata, bahkan lebih ekstrim lagi bisamemandulkan industri pariwisata di Madura.

Terdapat dua faktor yang menjadi kendala pengembanganpariwisata Madura yaitu faktor internal dan eskternal. Faktor internalini berupa kondisi lokasi wisata yang meliputi aspek fasilitaspenunjang, kebersihan, kenyamanan, lahan parkir dan pelayanan.Adapun faktor eksternal berupa hambatan yang terjadi dalampengembangan kawasan pariwisata, seperti status kepemilikanlahan, masih kurang investor yang menanamkan modal, dana,kebijakan pengelolaan, pemahaman masyarakat yang kurang sertakurangnya sumber daya manusia dalam kepariwisataan.

Selain dua faktor di atas, ada faktor sosial budaya yang tak kalahkrusial dalam upaya pengembangan pariwisata di Madura. Stereotiptentang masyarakat Madura yang terlanjur dipercayai oleh orangdi luar Madura mengenai beragam karakter negatif yang disematkanpada masyarakat Madura.

Page 15: MADURA 2040 - Trunojoyo

25

Madura 2040

Dalam konteks kajian sosial budaya, khususnya komunikasiantarbudaya sterteotip adalah salah satu faktor yang menjadihambatan dalam komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasiatau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segalasesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yangefektif (Lilian Chaney, 2004:11). Contoh dari hambatan komunikasiantabudaya adalah anggapan umum mengenai masyarakat Madurayang, identik dengan kekerasan, padahal tidak semua informasitentang Madura keras aadalah benar, karena kekerasan dapat jugaterjadi pada kelompok etnis yang lain. Dengan memahami mengenaikomunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communicationbarrier) semacam ini dapat diminimalisir.

Kita akan membahas mengenai stereotip madura yangmenghambat pengembangan pariwisata di Madura. Pada dasarnya,stereotip ini terkait dengan ciri-ciri umum dari para anggota kelompok.Stereotip adalah struktur mental, tipikal dalam memilih dan menyimpaninformasi. Stereotip dapat dianggap pola-pola yang mempengaruhipersepsi dan tanggapan kita terhadap isu-isu tertentu. Stereotipmemiliki nilai makna yang kuat, yang dimuat oleh perasaan danditandai dengan tradisi Stereotip ditentukan oleh informasi yangkita terima dari lingkungan dan menyederhanakan realitas kitahidup di. Stereotip jauh lebih mudah untuk membuat generalisasidan untuk secara otomatis menetapkan sejumlah fitur dari seseorangsebagai anggota kelompok tertentu, bukan memperlakukan dia sebagaiindividu yang unik.

Stereotip terikat pada citra kelompok. Kerugian stereotip menye-babkan prasangka dan opini negatif tentang orang lain dan dapatmenjadi kendala dalam komunikasi. Stereotip dapat menjadi variabeldalam struktur konfigurasi pariwisata.

Kajian mendalam perlu dibuat untuk calon wisatawan untukmegetahui alasan calon wisatawan memilih tujuan tertentu. stereotipbudaya harus dipertimbangkan ketika memberikan penawaran wisata.

Kesulitan komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping),yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasidan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaanmereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipanadalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori

Page 16: MADURA 2040 - Trunojoyo

26

Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

yang mapan, atau penilaian mengenai orang-orang atau objek-objekberdasarkan kategori-kategori yang sesuai, ketimbang berdasarkankarakteristik individual mereka. Stereotip dapat membuat informasiyang kita terima tidak akurat. Pada umumnya, stereotip bersifatnegatif. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan di kepala kita,namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan manusia.Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itusendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya,kita melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orangPadang itu pelit, orang Madura keras, mudah tersinggung

Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang Maduratanpa memandang pribadi atau keunikan masing-masing individu.Orang Madura yang kita perlakukan sebagai orang yang keras,kasar mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnyakonflik. Dengan adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadaporang yang kasar selalu berusaha menghindari komunikasi denganorang Madura sehingga komunikasi dengan orang Madura tidakdapat berlangsung lancar dan efektif.

Dengan stereotip negatif ini, membuat orang dari luar Maduramasih enggan untuk melakukan kunjungan atau berwisata ke Madura.Stereotip tentang orang Madura yang kasar akan membuat orangragu-ragu untuk memutuskan pergi ke Madura. Hal ini juga ditambahdengan ketakutan akan faktor keamanan. Stereotip tentang Maduraakan mempengaruhi minat calon wisatawan untuk datang keMadura. Yang sering terjadi dewasa ini, para wisatawan ini datang keMadura “hanya” untuk menikmati kuliner bebek, kemudian langsungkembali tanpa melanjutkan perjalanan ke daerah wisata yang lain.Citra negatif Madura di mata orang luar menjadikan potensi wisatadi Madura tidak dapat berkembang secara optimal. Stereotipe yangmuncul berdasarkan pengalaman mereka masing-masing dalammelakukan interaksi secara langsung dengan kelompok etniklainnya. Jadi mereka tidak hanya sekedar mempercayai dan menerimaapa yang orang-orang bilang mengenai kelompok etnik lainnya(generalisasi).

Stereotip cenderung akan aktif secara otomatis ketika kita meng-kategorikan orang asing dan tidak terlalu peduli dengan proseskomunikasi. Kecenderungan kita terhadap stereotip muncul ketika

Page 17: MADURA 2040 - Trunojoyo

27

Madura 2040

kita berada dalam keadaan cemas. Secara pribadi stereotip initerkadang bisa muncul saat kita berada di lingkungan baru danbertemu dengan orang-orang baru. Wisatawan yang datang keMadura akan mengalami dua kemungkinan saat datang ke Madura,stereotip tentang Madura akan semakin kuat atau hilang setelahmelalui interaksi yang intens selama proses berwisata di Madura.Wisatawan Jawa yang datang ke Madura akan menganggap orangMadura yang berbicara dengan nada tinggi dan suara keras sebagaigalak. Sebaliknya bila wisatawan memahami bahwa gaya berbicaraorang Madura memang nadanya tinggi, akan merasa biasa saja dantidak menganggapnya sebagai galak dan kasar.

Stereotip mengenai Madura dapat diminimalisir dan dihilangkanmelalui pemahaman yang tepat mengenai konsep komunikasiantarbudaya dan juga akurasi informasi mengenai masyarakat danpariwisata di Madura. Calon wisatawan sebagai “sojouner” dan masya-rakat Madura sebagai “host culture” sebaiknya saling memahamiperbedaan budaya sebagai sebuah keniscayaan.

Peran komunikasi antar budaya di bidang pariwisata menjadisemakin penting karena meningkatnya mobilitas orang di seluruhdunia, saling ketergantungan ekonomi diantara banyak negara,kemajuan teknologi komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politikmembutuhkan pemahaman atas kultur yang berbeda­­beda.

Daftar PustakaAbdullah, MH Said, 2011. Menuju Madura Modern tanpa

kehilangan Identitas, Taman Pustaka JakartaChaney, Lilian, Martin , Jeanette. 2004. Intercultural business commu-

nication. New Jersey: Pearson Education, Inc.Damanik, Janiaton dan Frans Teguh. 2012. Manajemen Destinasi

Pariwisata. Yogyakarta: Kepel Press.Heriawan, Rusman. 2004. “Peranan dan Dampak Pariwisata Pada

Perekonomian Indonesia : Suatu Pendekatan Model I-O danSAM”. Disertasi. Doktoral Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Putra, I Nyoman Darma dan I Gde Pitana. 2010. Pariwisata Pro-RakyatMeretas Jalan Mengentaskan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta:Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Page 18: MADURA 2040 - Trunojoyo

28

Masalah dan Strategi Pengembangan Pariwisata Madura

Rifai. A.Mien. 2007. Manusia madura: Perilaku, Etos Kerja,Penampilan dan Pandangan hidupnya Seperti dicitrakanPeribahasanya, Pilar Media

UU Kepariwisatawan NO.9 Tahun 1990Jurnal dan Surat KabarAbd a’la, “Pemberdayaan Masyarakat Madura Pasca Suramadu

Melalui Agama, budaya dan Tradisi, 2010Karim, Abuya Busro. 2010. Pariwisata; Antara Tuntutan IndustriDan Kearifan Lokal, KARSA, Vol. XVIII No. 2 Oktober 2010