20
1 MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH DKI JAKARTA HIMBAUAN KEAGAMAAN No. 01/B/2/2017 Terkait dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) pada Februari 2017, yang sudah dimulai tahapan-tahapannya, ada dinamika keagamaan – di Jakarta khususnya dan di Indonesia umumnya – yang telah menjadi perhatian Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta. Mencermati dinamika tersebut, MTT PWM DKI Jakarta merasa perlu menyampaikan beberapa pikiran dan himbauan keagamaan kepada warga Persyarikatan Muhammadiyah. 1. Setiap muslim sudah sepatutnya mengedepankan akhlak mulia di segala ruang kehidupan, termasuk kehidupan berdemokrasi, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, dalam interaksi dan komunikasi menjelang, selama, dan seusai pilkada, setiap muslim, dan bahkan setiap warga negara, hendaknya mengedepankan sikap saling menghormati, menghargai perbedaan pandangan, bertenggang rasa, bertasamuh, dan menunjukkan segala sifat yang mencerminkan kepribadian mulia – dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan. 2. Kehidupan muslim, dalam segala aspek, haruslah didasarkan pada tauhid. Demikian halnya dalam aspek muamalah, tauhid juga harus menjadi prinsip penuntun. Oleh karena itu, dalam memberikan dukungan politik, memilih pemimpin politik, dan melakukan kerja- kerja politik (siyasah), setiap muslim hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan apakah pilihan atau keputusannya selaras dengan ketaatan dan ketundukannya kepada Allah, dan apakah pilihan atau keputusannya itu berdampak pada menguat atau melemahnya ketauhidan umat. Pada prinsipnya, memilih pemimpin yang muslim, sekaligus adil, terampil memimpin, berakhlak mulia, mencintai dan dicintai rakyat, serta memiliki semangat nasionalisme keindonesiaan, adalah lebih dekat dan lebih selaras dengan nilai tauhid dan semangat kehidupan kebangsaan.

MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN WILAYAH … · kerja politik (siyasah), setiap muslim hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan apakah pilihan atau

Embed Size (px)

Citation preview

1

MAJELIS TARJIH DAN TAJDID

PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH

DKI JAKARTA

HIMBAUAN KEAGAMAAN

No. 01/B/2/2017

Terkait dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) pada Februari 2017, yang sudah dimulai tahapan-tahapannya, ada dinamika keagamaan – di Jakarta khususnya dan di Indonesia umumnya – yang telah menjadi perhatian Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta. Mencermati dinamika tersebut, MTT PWM DKI Jakarta merasa perlu menyampaikan beberapa pikiran dan himbauan keagamaan kepada warga Persyarikatan Muhammadiyah.

1. Setiap muslim sudah sepatutnya mengedepankan akhlak mulia di segala ruang kehidupan, termasuk kehidupan berdemokrasi, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, dalam interaksi dan komunikasi menjelang, selama, dan seusai pilkada, setiap muslim, dan bahkan setiap warga negara, hendaknya mengedepankan sikap saling menghormati, menghargai perbedaan pandangan, bertenggang rasa, bertasamuh, dan menunjukkan segala sifat yang mencerminkan kepribadian mulia – dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan.

2. Kehidupan muslim, dalam segala aspek, haruslah didasarkan pada tauhid. Demikian halnya dalam aspek muamalah, tauhid juga harus menjadi prinsip penuntun. Oleh karena itu, dalam memberikan dukungan politik, memilih pemimpin politik, dan melakukan kerja-kerja politik (siyasah), setiap muslim hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan apakah pilihan atau keputusannya selaras dengan ketaatan dan ketundukannya kepada Allah, dan apakah pilihan atau keputusannya itu berdampak pada menguat atau melemahnya ketauhidan umat. Pada prinsipnya, memilih pemimpin yang muslim, sekaligus adil, terampil memimpin, berakhlak mulia, mencintai dan dicintai rakyat, serta memiliki semangat nasionalisme keindonesiaan, adalah lebih dekat dan lebih selaras dengan nilai tauhid dan semangat kehidupan kebangsaan.

2

3. Islam mengajarkan persatuan dan persaudaraan. Apa pun pandangan dan pilihan politiknya, setiap muslim hendaknya mengutamakan persatuan, persaudaraan, kerukunan, keharmonisan dan perdamaian di antara sesama muslim dan sesama warga bangsa. Bila ada pilihan-pilihan yang berbeda dan dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam, hendaknya direspon dengan edukasi dan saling menasihati (tawashi), dan bukan dengan aksi menghina, menghujat, memaki, memusuhi dan memprovokasi. Umat Islam hendaknya fokus pada hal-hal yang bisa menyatukan, dan bukan pada hal-hal yang dapat membuat umat terpecah belah. Informasi-informasi yang terverifikasi dan dapat menyatukan umat hendaknya didahulukan dan disebarluaskan, dan informasi-informasi yang belum tentu benar dan dapat memecah-belah hendaknya dikesampingkan dan disingkirkan.

4. Edukasi adalah salah satu pilihan terbaik untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Oleh karena itu, setiap muslim yang berilmu luas (ulama, kiai, habib, ustadz, ilmuwan, cendekiawan dsb.) sebaiknya berusaha mencari cara untuk memberikan edukasi dan pencerahan yang baik, yang penuh kejujuran, kesantunan dan keteladanan, sesuai kapasitasnya masing-masing terkait opsi-opsi yang dimiliki umat dalam kehidupan politik yang disinari pengetahuan wahyu. Seiring dengan itu, setiap muslim hendaknya mencari cara untuk bisa mendapatkan edukasi keagamaan yang baik terkait kehidupan bermuamalah, terutama kehidupan ber-Indonesia, yang merupakan negara Pancasila, sebagai darul-‘ahdi wasy-syahadah (negeri konsensus dan kesaksian).

5. Dalam rangka mewujudkan baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, yaitu Indonesia yang berkemajuan, masyarakat perlu bahu-membahu melakukan kerja nyata di berbagai lini. Karena itu, masyarakat sebaiknya tidak menghabiskan terlalu banyak energi untuk memikirkan satu masalah, bahkan untuk satu masalah di satu wilayah saja, dengan mengabaikan perhatian pada masalah-masalah besar lainnya, terutama kemungkaran-kemungkaran sosial seperti korupsi dan ketidakadilan kepada kaum lemah, dalam kehidupan di Tanah Air secara keseluruhan.

Himbauan keagamaan ini, yang didasarkan pada pemahaman terhadap dalil-dalil agama sebagaimana terlampir, dimaksudkan untuk menjadi bagian dari upaya menciptakan kehidupan sosial-keagamaan yang sehat. Oleh karenanya, himbauan ini tidak semestinya dimanfaatkan, dengan cara apa pun, untuk kepentingan politik sesaat suatu kelompok yang ingin memperkeruh suasana.

Nashrun minallah wa fathun qarib.

Scanned by CamScanner

4

LAMPIRAN HIMBAUAN KEAGAMAAN

Poin 1: Akhlak Mulia dan Saling Menghormati

“Setiap muslim sudah sepatutnya mengedepankan akhlak mulia di segala ruang kehidupan, termasuk kehidupan berdemokrasi, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena

itu, dalam interaksi dan komunikasi menjelang, selama, dan seusai pilkada, setiap muslim, dan bahkan setiap warga negara, hendaknya mengedepankan sikap saling menghormati,

menghargai perbedaan pandangan, bertenggang rasa, bertasamuh, dan menunjukkan segala sifat yang mencerminkan kepribadian mulia – dalam pikiran, ucapan maupun

perbuatan.”

Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin pertama adalah sebagai berikut:

Dalil Pertama: Akhlak Mulia Nabi Muhammad sebagai Contoh bagi Umat

Q.S. al-Ahzab [33]: 21

لمن كان ي رجو اللو والي وم الخر وذكر اللو كثيرالقد كان لكم في رسول اللو أسوة حسنة

Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)

bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak

menyebut Allah.

Dalil Kedua: Larangan Merendahkan Orang Lain

Q.S. al-Hujurat [49]: 11

هم ول نساء من نس را من اء عسى أن يكن يا أي ها الذين آمنوا ل يسخر ق وم من ق وم عسى أن يكونوا خي هن را من يمان ل ت لمزوا أنفسكم ول ت ناب زوا باللقاب و خي ومن لم بئس السم الفسوق ب عد ال

ي تب فأول ئك ىم الظالمون

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan

kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan

5

pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang

direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan

memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah

(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka

itulah orang-orang yang zalim.

Dalil Ketiga: Tidak Memaksakan Kehendak, Pandangan atau Keyakinan

Q.S. Yunus [10]: 99

ولو شاء ربك لمن من في الرض كلهم جميعا أفأنت تكره الناس حتى يكونوا مؤمنين

Artinya:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi

seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi

orang-orang yang beriman semuanya?

Dalil Keempat: Tidak Memaksakan Agama atau Keyakinan

ين ل إكراه في الد

Artinya:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).

Dalil Kelima: Bertauhid secara Tegas dan Toleransi

Q.S. Al-Kafirun [109] 1-6

( ول أنا عابد ما عبدتم 3( ول أن تم عابدون ما أعبد )2( ل أعبد ما ت عبدون )1قل يا أي ها الكافرون ) (6ي دين )( لكم دينكم ول 5( ول أن تم عابدون ما أعبد )4)

Artinya:

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi

6

penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah

Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Dalil Keenam: Berlaku Adil terhadap Non-Muslim

Q.S. al-Mumtahanah [60]: 8-9

ين ولم يخرجوكم من دياركم هاكم اللو عن الذين لم ي قاتلوكم في الد أن ت ب روىم وت قسطوا إليهم إن ل ي ن ين وأخرجوكم من دياركم وظاىروا 8اللو يحب المقسطين ) هاكم اللو عن الذين قات لوكم في الد ( إنما ي ن

(9م فأولئك ىم الظالمون )على إخراجكم أن ت ولوىم ومن ي ت وله

Artinya:

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (8) Sesungguhnya Allah

hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu

karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk

mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah

orang-orang yang zalim. (9)

Dalil Ketujuh: Persamaan Derajat di antara Manusia yang Majemuk

Q.S. Al-Hujurat [49]: 13

قاكم يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن أكرمكم عند اللو أت إن اللو عليم خبير

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.

7

Poin 2: Tauhid dan Memilih Pemimpin

“Kehidupan muslim, dalam segala aspek, haruslah didasarkan pada tauhid. Demikian halnya dalam aspek muamalah, tauhid juga harus menjadi prinsip penuntun. Oleh karena itu, dalam memberikan dukungan politik, memilih pemimpin politik, dan melakukan kerja-

kerja politik (siyasah), setiap muslim hendaknya mendasarkan pada iman tauhidnya. Misalnya, mempertimbangkan apakah pilihan atau keputusannya selaras dengan ketaatan dan ketundukannya kepada Allah, dan apakah pilihan atau keputusannya itu berdampak pada menguat atau melemahnya ketauhidan umat. Pada prinsipnya, memilih pemimpin yang muslim, sekaligus adil, terampil memimpin, berakhlak mulia, mencintai dan dicintai

rakyat, serta memiliki semangat nasionalisme keindonesiaan, adalah lebih dekat dan lebih selaras dengan nilai tauhid.”

Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin kedua adalah sebagai berikut:

Dalil Pertama: Perintah Bertauhid kepada Umat

Q.S. Al-Anbiya’ *21+: 92

ن ىذه أمتكم أمة واحدة وأنا ربكم فاعبدون إ

Artinya:

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku

adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Dalil Kedua: Larangan Menjadikan Orang-Orang Kafir sebagai Awliya’

Q.S. Ali Imran [3]: 28

المؤمنين ومن ي فعل ذلك ف ليس من اللو في شيء إل أن ل ي تخذ المؤمنون الكافرين أولياء من دون ركم اللو ن فسو وإلى اللو المصير هم ت قاة ويحذ قوا من ت ت

Artinya:

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan

meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia

dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti

8

dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya

kepada Allah kembali (mu).

Dalil Ketiga: Larangan Menjadikan Orang-Orang Kafir sebagai Awliya’

Q.S. An-Nisa [4]: 144

عليكم سلطانا وا للو يا أي ها الذين آمنوا ل ت تخذوا الكافرين أولياء من دون المؤمنين أتريدون أن تجعل مبينا

Artinya:

Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)?

Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya

kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).

Dalil Keempat: Larangan Menjadikan Orang-Orang Yahudi dan Nasrani sebagai Awliya’

Q.S. Al-Maidah [5]: 51

هم ولهم منكم يا أي ها الذين آمنوا ل ت تخذوا الي هود والنصارى أولياء ب عضهم أولياء ب عض ومن ي ت فإنو من إن اللو ل ي هدي القوم الظالمين

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan

Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi

sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,

maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Dalil Kelima: Larangan Menjadikan Orang-Orang yang Melecehkan Islam sebagai Awliya’

ن الذين أوتوا الك تاب من ق بلكم يا أي ها الذين آمنوا ل ت تخذوا الذين اتخذوا دينكم ىزوا ولعبا مار أولياء وات قوا الل و إن كنتم مؤمنين والكف

9

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang

yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang

yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan

bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.

Dalil Keenam: Larangan Menjadikan Musuh Allah sebagai Awliya’

Q.S. Al-Mumtahanah [60]: 1

ي وعدوكم أولياء ت لقون إليهم بالمودة وقد كفروا بما جاءكم من يا أي ها الذين آمنوا ل ت تخذوا عدواتي الحق يخرجون الرسول وإياكم أن ت ؤمنوا باللو ربكم إن كنتم خرجتم جهادا في سبيل اء مر ي وابت

بيل تسرون إليهم بالمودة وأنا أعلم بما أخفي ل سواء الس تم وما أعلنتم ومن ي فعلو منكم ف قد

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu

menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita

Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar

kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu

karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk

berjihad di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu

memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa

kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu

nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia

telah tersesat dari jalan yang lurus.

Dalil Ketujuh: Karakteristik Imam (Pemimpin)

Q.S. AL-Anbiya’ *21+: 73

رات وإقام نا إليهم فعل الخي ة ي هدون بأمرنا وأوحي الصلة وإيتاء الزكاة وكانوا لنا عابدين وجعلناىم أئم

Artinya:

Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk

dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,

mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu

menyembah.

10

Dalil Kedelapan: Pentingnya Berlaku Adil

Q.S. Al-Maidah [5]: 8

امين للو شهداء بالقسط ول يجرمنكم شنآن ق وم على أل ت عدلوا اعدلوا ىو يا أي ها الذين آمنوا كونوا ق وقوى وات قوا اللو إن اللو خبير بما ت عملون رب للت أق

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan

(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali

kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku

adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalil Kesembilan: Kelemahlembutan dan Sikap-Mengayomi dari Pemimpin

Q.S. Ali Imran [3]: 159

هم فر لهم فبما رحمة من اللو لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لن فضوا من حولك فاعف عن واست لين وشاورىم في ل على اللو إن اللو يحب المت وك المر فإذا عزمت ف ت وك

Artinya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.

Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, Kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

Dalil Kesepuluh: Pentingnya Pemimpin Mencintai Rakyat

Q.S. Al-Taubah [9]: 128

لقد جاءكم رسول من أن فسكم عزيز عليو ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم

11

Artinya:

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya

penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas

kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.

12

Poin 3: Persatuan dan Waspada terhadap Informasi

“Islam mengajarkan persatuan dan persaudaraan. Apa pun pandangan dan pilihan politiknya, setiap muslim hendaknya mengutamakan persatuan, persaudaraan, kerukunan,

keharmonisan dan perdamaian di antara sesama muslim dan sesama warga bangsa. Bila ada pilihan-pilihan yang berbeda dan dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam, hendaknya direspon dengan edukasi dan saling menasihati (tawashi), dan bukan dengan

aksi menghina, menghujat, memaki, memusuhi dan memprovokasi. Umat Islam hendaknya fokus pada hal-hal yang bisa menyatukan, dan bukan pada hal-hal yang dapat

membuat umat terpecah belah. Informasi-informasi yang terverifikasi dan dapat menyatukan umat hendaknya didahulukan dan disebarluaskan, dan informasi-informasi

yang belum tentu benar dan dapat memecah-belah hendaknya dikesampingkan dan disingkirkan.”

Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin ketiga adalah sebagai berikut:

Dalil Pertama: Persaudaraan Orang Beriman dan Pentingnya Mendamaikan

Q.S. Al-Hujurat [49]: 10

إنما المؤمنون إخوة فأصلحوا ب ين أخويكم وات قوا اللو لعلكم ت رحمون

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan

kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan

pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang

direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan

memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah

(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka

itulah orang-orang yang zalim.

Dalil Kedua: Larangan Berpecah-Belah

Q.S. Ali Imran [3]: 103

13

لف ب ين ق لوبكم واعتصموا بحبل اللو جميعا ول ت فرقوا واذكروا نعمت اللو عليكم إذ كنتم أعداء فأ ه ا كذلك ي ب ين اللو لكم آياتو لعلكم فأصبحتم بنعمتو إخوانا وكنتم على شفا حفرة من النار فأن قذكم من

ت هتدون

Artinya:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa

Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu

karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang

neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (103) Dan hendaklah ada di

antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang

ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (104)

Dalil Ketiga: Perlunya Klarifikasi Berita

Q.S. Al-Hujurat [49]: 6

نوا أن تصيبوا ق وما بجهالة ف تصبحوا على ما ف علتم نادمين يا أي ها الذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبإ ف تب ي

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,

maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu

kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu.

Dalil Keempat: Hati-Hati Menebar Berita

Q.S. An-Nur [24]: 15

نا وىو واىكم ما ليس لكم بو علم وتحسبونو ىي عند اللو عظيم إذ ت لقونو بألسنتكم وت قولون بأف

Artinya:

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu

katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu

menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.

14

Dalil Kelima: Sesama Muslim Bersaudara dan Saling Menolong

ظلمو ول يسلمو، ومن كان في حاجة قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم "المسلم أخو المسلم ل يأخيو كان اهلل في حاجتو، ومن فرج عن مسلم كربة من كرب الدنيا فرج اهلل عنو كربة من كرب يوم

متفق عليو. .القيامة، ومن ستر على مسلم ستره اهلل في الدنيا والخرة

Artinya:

Rasulullah Saw bersabda, Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak

boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia

wajib menolong dan membelanya). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka

Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan

orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari

Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada

hari Kiamat. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalil Keenam: Mukmin Harus Saling Menguatkan

.قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم "المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضو بعضا". متفق عليو

Artinya:

Rasulullah Saw bersabda, “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah laksana bangunan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalil Ketujuh: Muslim Bersikap Baik terhadap Sesama

المسلم من سلم المسلمون من لسانو ويده، والمهاجر من ىجر ما عن النبي صلى اهلل عليو وسلم قال: نهى اهلل عنو. رواه البخاري.

Artinya:

Bahwa Nabi Saw bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang menyelamatkan orang muslim dari lidah dan tangannya, sedang orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah Saw.” (HR. Bukhari)

Dalil Kedelapan: Larangan Membunuh dan Mencela Sesama Muslim

15

قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم "سباب المسلم فسوق وقتالو كفر". رواه مسلم.

Artinya:

Rasulullah Saw bersabda, “Membunuh orang muslim adalah kekafiran dan mencelanya

adalah kefasikan.” (HR. Muslim)

Artinya:

Rasulullah Saw bersabda, “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat

itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap

amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang “Ruwaibidhah”

berbicara. Ada yang bertanya, “Siapa Ruwaibidhah itu?” Nabi menjawab, “Orang bodoh

yang mengurusi urusan orang umum.” (HR. Ibn Majah)

Dalil Kesembilan: Perintah Berkata Baik dan Memuliakan Orang Lain

من كان يؤمن باهلل واليوم الخر ، فليقل خيرا أو ليصمت ، : عن رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم قالومن كان يؤمن باهلل واليوم الخر ، فليكرم جاره ، ومن كان يؤمن باهلل واليوم الخر ، فليكرم يفو .

مت فق عليو.

Artinya:

Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya”. (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dalil Kesepuluh: Hati-Hati terhadap Zaman Penuh Kebohongan

قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم سيأتي على الناس سنوات خداعات يصدق فيها الكاذب ويكذب ا المين وينطق فيها الرويبضة قيل وما الرويبضة قال الرجل فيها الصادق ويؤتمن فيها الخائن ويخون فيه

التافو في أمر العامة. رواه ابن ماجو.

16

Poin 4: Edukasi sebagai Amar Makruf Nahi Mungkar dan Belajar Tuntunan Hidup

“Edukasi adalah salah satu pilihan terbaik untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Oleh karena itu, setiap muslim yang berilmu luas (ulama, kiai, habib, ustadz, ilmuwan, cendekiawan dsb.) sebaiknya berusaha mencari cara untuk memberikan edukasi dan

pencerahan yang baik, yang penuh kejujuran, kesantunan dan keteladanan, sesuai kapasitasnya masing-masing terkait opsi-opsi yang dimiliki umat dalam kehidupan politik yang disinari pengetahuan wahyu. Seiring dengan itu, setiap muslim hendaknya mencari

cara untuk bisa mendapatkan edukasi keagamaan yang baik terkait kehidupan bermuamalah, terutama kehidupan ber-Indonesia, yang merupakan negara Pancasila,

sebagai darul-‘ahdi wasy-syahadah (negeri konsensus dan kesaksian).”

Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin keempat adalah sebagai berikut:

Dalil Pertama: Perintah Beramar Makruf Nahi Mungkar

Q.S. Ali Imran [3]: 104

هون عن المنكر وأولئك ىم المفلحون ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وي ن

Artinya:

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu

bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa

Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu

karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang

neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (103) Dan hendaklah ada di

antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang

ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Dalil Kedua: Perintah Berdakwah dengan Cara yang Baik

Q.S. Al-Nahl [16]: 125

ل ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي ىي أحسن إن ربك ىو أعلم بمن عن سبيلو وىو أعلم بالمهتدين

Artinya:

17

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dalil Ketiga: Dakwah dengan Kata yang Lembut

Q.S. Taa Haa [20]: 43-44

ى )اذىبا إلى فرعون إنو ر أو يخشى )43ط نا لعلو ي تذك (44( ف قول لو ق ول لي

Artinya:

Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; (43) maka

berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-

mudahan ia ingat atau takut. (44)

Dalil Keempat: Muslim Menjadi Umat Pertengahan yang Memberi Syahadah

Q.S. Al-Baqarah [2]: 143

لة وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا وما جعلنا القب قلب على عقب يو وإن كانت لكب ن ي ن ها إل لن علم من ي تبع الرسول مم يرة إل على الذين التي كنت علي

س لرءوف رحيم ىدى اللو وما كان اللو ليضيع إيمانكم إن اللو بالنا

Artinya:

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan

agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi

saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu

(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul

dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali

bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-

nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada

manusia.

Dalil Kelima: Perlunya Peran Ulama

18

إن اللو ل ي قبض العلم انتزاعا ي نتزعو من العباد ولكن ي قبض العلم :صلى اهلل عليو وسلمقال رسول اللو ير ت وا ب ال فسئلوا فأف ل بقبض العلماء حتى إذا لم ي بق عالما اتخذ الناس رءوسا جه .وا علم فضلوا وأ

رواه البخاري

Artinya:

Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus

mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para

ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin

dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu,

mereka sesat dan menyesatkan".

19

Poin 5: Kerjasama dan Melawan Kemungkaran

“Dalam rangka mewujudkan baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur, yaitu Indonesia yang berkemajuan, masyarakat perlu bahu-membahu melakukan kerja nyata di berbagai lini.

Karena itu, masyarakat sebaiknya tidak menghabiskan terlalu banyak energi untuk memikirkan satu masalah, bahkan untuk satu masalah di satu wilayah saja, dengan

mengabaikan perhatian pada masalah-masalah besar lainnya, terutama kemungkaran-kemungkaran sosial seperti korupsi dan ketidakadilan kepada kaum lemah, dalam

kehidupan di Tanah Air secara keseluruhan.”

Di antara dalil yang menjadi pertimbangan pikiran dan himbauan di poin kelima adalah sebagai berikut:

Dalil Pertama: Perlunya Saling Mendukung dalam Amar Makruf Nahi Mungkar

Q.S. Al-Taubah [9]: 67, 71

هون عن المعروف وي قبضون أيدي هم نسوا المنافقون والمنافقات ب عضهم من ب عض يأمرون بالمنكر وي ن اللو ف نسي هم إن المنافقين ىم الفاسقون

هون عن المنكر وي قيمون الصلة والمؤمنون والمؤمنات ب عضهم أولياء ب عض يأمرون بالمعروف وي ن رحمهم اللو إن اللو عزيز حكيم وي ؤتون الز كاة ويطيعون اللو ورسولو أولئك سي

Artinya:

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah

sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan

mereka menggenggamkan tangannya.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)

menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang

ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka

taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalil Kedua: Berbuat Maksimal

Q.S. Huud [11]: 93, 121

20

انتكم إني عامل سوف ت علمون من يأتيو عذاب يخزيو ومن ىو كاذب وارتقبوا ويا ق وم اعملوا على مك إني معكم رقيب

وقل للذين ل ي ؤمنون اعملوا على مكانتكم إنا عاملون

Artinya:

Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya

akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang

menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya

akupun menunggu bersama kamu."

Dan katakanlah kepada orang-orang yang tidak beriman: "Berbuatlah menurut

kemampuanmu; sesungguhnya Kami-pun berbuat (pula)."

Dalil Ketiga: Bekerja sesuai Keadaan atau Keahlian

Q.S. Az-Zumar [39]: 39

سوف ت علمون قل يا ق وم اعملوا على مكانتكم إني عامل ف

Artinya:

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan

bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui.

Dalil Keempat: Bekerja Sungguh-Sungguh

Q.S. AL-Taubah [9]: 105

رى الل هادة ف ي نبئكم بما وقل اعملوا فسي يب والش و عملكم ورسولو والمؤمنون وست ردون إلى عالم ال كنتم ت عملون

Artinya:

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”