Upload
dyna-prasetya
View
107
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
1/1/2015
MAKALAH TERMODINAMIKA PEMICU 5: VAPOR-LIQUID
EQUILIBRIA (2)
KELOMPOK 11 DANIA ALFIS FIRDAUSYAH - 1306370511 ISNANDA NURISKASARI – 1406507556 MEDEA DWINTARI SURYANA – 1406507676 RAUDINA - 1306370594 ZAINAH – 1306405742
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
1
FIRST PART: VLE MODELS
Aan, Boy dan Cia bersemangat untuk menggunakan Hysys, simulator proses kimia
lanjutan yang digunakan dalam industri kimia, minyak dan gas. Mereka mengetahui
bahwa banyak paket kesetimbangan fasa uap cair (VLE) yang tersedia di Hysys (32 pilihan
atau model atau korelasi), sehingga mereka memilih tujuh model untuk dipelajari lebih
lanjut: Antoine, NRTL, Lee-Kesler-Plocker, Margules, NBS Steam, Peng-Robinson dan
PRSV. Menggunakan pendekatan yang terbagi, mereka merencanakan:
A. Kategorikan model ke satu atau lebih kelas dari model VLE berikut: Equation of state,
korelasi spesifik, model koefisien aktivitas, model koefisien fugasitas dan model
prediktif.
B. Buat tabel yang menunjukkan karakteristik masing-masing model VLE.
Pertimbangkan aspek berikut: tipe aplikasi, contoh campuran yang sesuai untuk model
VLE, jangkauan temperatur dan tekanan yang sesuai, cara untuk mengoptimasi
parameter pada model tersebut menggunakan parameter interaksi biner
Walau memiliki rencana yang bagus, sayangnya, mereka terhambat dan meminta bantuan
Anda. Bagaimana cara Anda membantu mereka? Pertama-tama, bacalah tulisan mengenai
VLE berjudul ”Don’t Gamble with Physical Properties for Simulations” oleh Eric C.
Carlson.
JAWAB:
Part A. Kategori model VLE yang akan digunakan untuk mengelompokkan model-model yang
diberikan adalah:
1. Equation of State (EOS)
EOS merupakan salah satu pendekatan untuk persamaan yang menghubungkan sifat-sifat
termodinamika yaitu tekanan, temperatur dan volume spesifik (P, T dan v) secara matematis,
umumnya digunakan untuk menjelaskan sifat fluida murni atau campuran.
2. Model koefisien aktivitas
Persamaan pada model koefisien aktivitas menggunakan koefisien aktivitas (γ) sebagai
salah satu parameter hitungnya, umumnya digunakan untuk fluida dengan tekanan rendah dan
berupa campuran kompleks.
3. Model koefisien fugasitas
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
2
Persamaan pada model koefisien fugasitas menggunakan koefisien fugasitas (φ) sebagai
salah satu parameter hitungnya, umumnya digunakan untuk fluida dengan tekanan tinggi dan
berupa campuran yang terdiri dari komponen sejenis seperti campuran hidrokarbon.
4. Model korelasi spesifik
Persamaan pada model korelasi spesifik digunakan untuk mencari satu variabel spesifik
(tidak umum). Variabel yang dicari berupa fungsi dari sifat lainnya yang telah diketahui
sebelumnya.
5. Model prediktif
Persamaan pada model prediktif menggunakan informasi yang didapat berdasarkan gugus
fungsi dan interaksi antar molekul untuk menprediksikan variabel yang ingin diketahui.
Persamaan model prediktif terbagi berdasarkan tekanan fluida yang diamati. Contoh persamaan
model prediktif untuk fluida bertekanan rendah adalah UNIFAC dan untuk fluida bertekanan
tinggi adalah γ-φ approach.
Pengelompokkan model yang diberikan ke masing-masing kelompok model VLE adalah sebagai
berikut:
Model Kelompok Model
EOS Koefisien
Aktivitas
Koefisien
Fugasitas
Korelasi
Spesifik
Prediktif
Antoine √
NRTL √ √
Lee-Kesler-
Plocker
√ √
Margules √ √
NBS Steam √
PR √ √
PRSV √ √
Part B.
1. Model Antoine
Model ini dapat digunakan untuk menghubungkan data eksperimen tekanan uap baik sistem
biner maupun terner yang mengandung ionic liquids.
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
3
Ai,Bi, dan C merupakan parameter spesifik terhadap komponen tertentu.
Persamaan Antoine tidak bertumpu pada syarat tertentu, maksudnya persamaan ini dapat
dilakukan dalam semua kondisi. Persamaan ini juga biasanya sebagai pembanding hasil dengan
hasil model lain yang dipilih atau digunakan.
2. Model NRTL
Model Nonrandom Two-Liquid (NRTL) diturunkan dari model Scott two-liquid dan diasumsikan
bahwa ketidakrandoman sama dengan model yang digunakan pada Model Wilson. Model ini
juga lebih kompleks dan membutuhkan parameter tambahan ( ) yang besarnya antara 0,1 sampai
0,3.
dimana α, A12, A21, B12 dan B21 merupakan parameters spesifik untuk ikatan suatu komponen.
3. Model Lee-Kesler-Plocker
Model Lee-Kesler-Plocker merupakan model yang akurat untuk campuran senyawa nonpolar.
Plocker mengaplikasikan persamaan Lee-Kesler untuk campuran yang merupakan modifikasi
dari persamaan BWR. Persamaan ini berlaku untuk sistem hidrokarbon dengan kandungan gas
ringan seperti H2S dan CO2. Persamaan umumnya:
dengan :
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
4
Nilai f0 dan fR merupakan fungsi dari persamaan BWR. f0 untuk fluida murni dan fR untuk fluida
referensi yaitu n-oktana.
4. Model Margules
Margules merupakan model Gibbs Energi pertama namun tidak mempunyai dasar teoritis
(korelasi murni). Model ini sangat berguna karena cepat dan mudah digunakan untuk melakukan
interpolasi. Korelasi yang berdasarkan aktifitas fasa cair, seperti persamaan Margules dan Van
Laar, pada dasarnya hanyalah pendekatan murni empiris dengan deret ukur dalam komposisi.
Agar dapat digunakan secara umum lebih-lebih untuk sistem multikomponen, persamaan ini
butuh parameter lebih banyak dari biasanya, sehingga akhir-akhir ini persamaan Margules
kurang mendapat perhatian.
Margules menyatakan kelebihan energi bebas Gibbs dari campuran cairan biner sebagai
rangkaian kekuatan fraksi mol xi:
5. NBS Steam
NBS Steam hanya berlaku untuk komponen spesifik seperti air. Steam Table berdasarkan model
NBS Steam memiliki perhitungan yang lebih spesifik di dekat titik kritis jika dibandingkan
dengan ASME 1967 Steam Table.
6. Peng-Robinson
Model persamaan Peng-Robinson dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem baik satu, dua
atau tiga fasa dengan nilai efisiensi tinggi dan dapat digunakan lingkup yang luas. Model ini baik
digunakan untuk menentukan VLE dalam campuran hidrogen dan nitrogen, namun tidak dapat
digunakan untuk senyawa non-ideal seperti alkohol atau asam. Persamaan umumnya adalah:
dimana
7. PRSV
2
211221121 2ln xxAAA
2
122112212 2ln xxAAA
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
5
Model PRSV (Peng-Robinson Stryjek-Vera) merupakan modifikasi persamaan Peng-
Robinson agar dapat digunakan pada sistem non-ideal moderat. Model PRSV lebih akurat dalam
menggambarkan kurva tekana uap komponen murni dan campuran dibandingkan persamaan PR.
Pada model ini, nilai a(T) dipengaruhi oleh satu karakteristik dari komponen murni yaitu Ki.
Tabel karakteristik tiap model adalah sebagai berikut:
Antoine
Tipe Aplikasi Dapat digunakan untuk mengkorelasi data eksperimen tekanan
uap baik sistem biner maupun terner
Contoh Campuran Sesuai Campuran yang mengandung ionic liquids
Jangkauan Tekanan < 100 psia atau <700 kPa
Jangkauan Temperatur T kurangdari 1,6 Tc
Optimasi Parameter Parameter Ai,Bi, dan C didapatkan dari hasil eksperimen
NRTL
Tipe Aplikasi
Dapat digunakan untuk mengkorelasi data eksperimen sistem
biner maupun terner dan multikomponen untuk VLE, LLE,
atau VLLE
Contoh Campuran Sesuai Campuran uap-cair dan cair-cair senyawa polar
Jangkauan Tekanan < 10 bar
Jangkauan Temperatur 0 – 2400C
Optimasi Parameter Menggunakan parameter biner untuk menghitung properti
kesetimbangan fasa
Lee-Kesler-Plocker
Tipe Aplikasi
Tipe virial untuk sistem murni atau campuran hidrokarbon
dengan gas ringan seperti H2S dan CO2, digunakan untuk
aplikasi proses gas, minyak dan petrokimia
Contoh Campuran Sesuai Campuran cair-uap nonpolar
Jangkauan Tekanan 0,1 – 100 MPa
Jangkauan Temperatur 5 – 2000 K
Optimasi Parameter Parameter biner kij didiapat dari data regresi VLE eksperimen
Margules
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
6
Tipe Aplikasi Merupakan persamaan empiris murni, sehingga untuk sistem
multikomponen tidak bisa digunakan.
Contoh Campuran Sesuai Dapat digunakan untuk mengkorelasi tekanan data sistem biner
Jangkauan Tekanan -
Jangkauan Temperatur 400-9000C
Optimasi Parameter Parameter yang digunakan ada 4, yaitu 2 parameter yang
bergantung pada temperatur dan 2 parameter yang tidak
bergantung pada temperatur
NBS Steam
Tipe Aplikasi Tipe fundamental untuk sistem murni
Contoh Campuran Sesuai Campuran cair uap untuk senyawa air
Jangkauan Tekanan 268,15-647,15 K
Jangkauan Temperatur < 21,8 MPa
Optimasi Parameter Tidak ada parameter yang dibutuhkan
Peng-Robinson
Tipe Aplikasi Tipe kubik untuk sistem murni atau campuran, digunakan untuk
aplikasi proses hidrokarbon, industri minyak dan gas.
Contoh Campuran Sesuai Campuran cair uap dengan polaritas rendah atau nonpolar, tidak
berlaku untuk alkohol dan asam
Jangkauan Tekanan 0,1 – 100 MPa
Jangkauan Temperatur 5 – 2000 K
Optimasi Parameter Parameter biner kij didiapat dari data regresi VLE eksperimen
PRSV
Tipe Aplikasi Tipe kubik untuk sistem murni atau campuran non-ideal
moderat, digunakan untuk aplikasi proses hidrokarbon, industri
minyak dan gas.
Contoh Campuran Sesuai Campuran cair uap dengan polaritas rendah atau nonpolar,
berlaku untuk sistem hidrokarbon-alkohol
Jangkauan Tekanan 0,1 – 100 MPa
Jangkauan Temperatur 5 – 2000 K
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
7
Optimasi Parameter Parameter biner kij didiapat dari data regresi VLE eksperimen
SECOND PART: PENG-ROBINSON EQUATION OF STATE
Anda tertarik dalam mempelajari aplikasi persamaan keadaan Peng-Robinson (PR EoS)
untuk membuat diagram P-x-y (P sebagai fungsi komposisi uap dan cair) dari campuran
biner propana dan n-butana pada 303,15 K. Anda memutuskan untuk tidak menulis
program komputer, tetapi anda akan mempelajari program komputer yang tersedia.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Siapkan algorima untuk perhitungan bubble point
Turunkan koefisien fugasitas untuk komponen i pada campuran menggunakan PR EoS.
Peng-Robinson Equation of State memiliki bentuk:
Masukkan nilai T, (xi),
parameter PR EoS, dan
tebakan nilai awal P,(yi)
Evaluasi nilai (Фli), (Ф
vi),
Ki, dan menghitung nilai
(Kixi), dan ∑Kixi
Menghitung seluruh
nilai 𝑦𝑖 𝐾𝑖𝑥𝑖
𝐾𝑖𝑥𝑖
Kembali mengevaluasi nilai
(Фli), (Ф
vi), Ki, (Kixi), dan ∑Kixi
Apakah nilai ∑Kixi = 1? Sesuaikan
nilai P
Cetak nilai P, (yi)
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Apakah nilai ∑Kixi berubah?
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
8
Dengan aturan pencampuran yang berlaku:
∑∑
∑∑
∑∑
∑∑
EoS yang digunakan terlebih dahulu diubah menjadi bentuk yang memiliki variabel densitas
(specific volume) dan faktor kompresibilitas. Sehingga:
A. Mendapatkan Persamaan untuk Energi Bebas Helmholtz
EoS yang didapatkan di atas dapat digunakan untuk komponen murni dan untuk mendapatkan
Energi Bebas Residual Helmholtz. Pada suhu dan volume konstan dapat digunakan:
∫
∫
Dan dari PR EoS:
Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke persamaan Energi Bebas Residual Helmholtz
∫
∫
Bagian pertama di kanan tanda sama dengan mudah untuk diintegrasikan. Tetapi bagian kedua
dapat diintegrasikan dengan cara:
∫
|
|
Cara ini dapat digunakan jika:
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
9
Pada persamaan sebelumnya kita memiliki:
Yang jika disubstitusikan akan memiliki bentuk:
√ √
Sehingga saat disubsitusi ke dalam persamaan Energi Bebas Residual Helmholtz dan melakukan
integrasi, akan didapatkan:
√ [
( √ )
( √ ) ]
Dengan menggunakan faktor kompresibilitas serta Faktor A dan B, kita dapat mengubah
persamaan di atas menjadi bentuk tak-berdimensi berupa:
√ (
)
B. Mendapatkan Persamaan untuk Koefisien Fugasitas
Dengan menggunakan hubungan antara Energi Bebas Helmholtz dengan koefisien fugasitas,
maka kita mendapatkan:
(
)
Sehingga, kita harus mengubah bentuk persamaan Energi Bebas Residual Helmholtz dari bentuk
tak-berdimensi ke bentuk ekstensif dengan mengalikannya dengan jumlah mol:
√ [
( √ )
( √ ) ]
Dengan melakukan turunan dengan jumlah mol:
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
10
( ⁄
)
(
)
√ [( √ ) (
)
( √ )
( √ ) (
)
( √ ) ]
[ ( √ )
( √ ) ] [
(
)
√
√
(
)
]
Persamaan di atas dapat diselesaikan jika kita sudah mendapatkan turunan terhadap jumlah mol
yang ada. Oleh karena itu, harus dicari aturan pencampuran kuadratik.
C. Mendapatkan Turunan dari Aturan Pencampuran
(
)
( [
]
)
( [
]
)
(
)
∑
Serta,
(
)
( [
]
)
(
)
( [
]
)
∑∑
(
)
( [
]
)
(
)
∑
Untuk satu penjumlahan:
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
11
(
)
( [
]
)
D. Mensubtitusikan ke Persamaan Koefisien Fugasitas
√ [
( √ )
( √ )
( √ )
( √ ) ]
[ ( √ )
( √ ) ] [
√
√
]
√ [
( √ )
( √ )
( √ )
( √ ) ]
√ [
( √ )
( √ ) ] [
]
Untuk menyederhanakan persamaan:
( ∑
)
∑
Dan menghasilkan:
√ [
( √ )
( √ )
( √ )
( √ ) ]
√ [
( √ )
( √ ) ] [
]
Dengan mengubah:
√ [
( √ )
( √ )
( √ )
( √ ) ]
[
]
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
12
√ [
( √ )
( √ )
( √ )
( √ ) ]
Maka persamaan sebelumnya berubah menjadi:
√ [
( √ )
( √ ) ] [
]
Untuk lebih menyederhanakan persamaan di atas menjadi notasi A, B, dan Z, didefinisikan:
Dengan mensubstitusikan definisi di atas ke persamaan sebelumnya, kita mendapatkan
persamaan Koefisien Fugasitas dari PR EoS:
√ [
] [
]
Dimana:
√ ( √
)
Baca program komputer FORTRAN yang telah diberikan. Identifikasi bagian
program komputer mana yang ditulis sebagai masing-masing langkah dalam algoritma?
Anda perlu mengidentifikasi apakah program ditulis sebagai bagian dari main program,
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
13
subroutine atau function. Cobalah untuk mengetahui error yang terkandung dalam
program.
Berikut adalah program komputer yang telah ditulis:
SUBROUTINE BUBLP (nc, id_fl, n_eos, pexp, T, x, yexp, n_av, n_kij,
+ kij, prkij, p, y)
implicit double precision (a-h, o-z)
double precision x(5), y(5), yexp(5), a(5), b(5), c(5),
+ fugl(5), fugv(5), dfdp_l(5), dfdp_v(5), Tr(5),
+ eqk(5), kij(5,5), prkij(5,5), ps(5), dkdp(5)
integer id_fl(5)
character*10 flname
R = 0.08314
* ...........................................................
* This routine calculates bubble pressure of a multicomponent
* mixture. If experimental data is available, n_av is
* equal to 1, otherwise it is set to 0.
* ...........................................................
* Set calculation parameters here...
iterPmax = 2000
iterymax = 400
* If available, use experimental p & {yi} data as initial guesses...
if (n_av .eq. 1) then
p = pexp
i = 1
do while (i .le. nc)
y(i) = yexp(i)
i = i + 1
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
14
end do
endif
* or, use Raoult's law...
if (n_av .eq. 0) then
p = 0.
i = 1
do while (i .le. nc)
call fluid_prop (id_fl(i), Tc, pc, Tmin, flname,
+ ac_f, zc, f_wght)
tr(i) = t/tc
ps(i) = vap_pres (id_fl(i), Tr(i))
p = p + x(i)*ps(i)
i = i + 1
end do
i = 1
do while (i .le. nc)
y(i) = x(i)*ps(i)/p
i = i + 1
end do
endif
Baris program di atas merupakan aplikasi dari langkah pertama algoritma, yaitu memasukkan
tebakan awal nilai P dan (yi). Jika n_av bernilai 1, maka nilai P dan (yi) tebakan merupakan nilai
yang diambil melalui eksperimen yang sudah ada. Sedangkan jika n_av bernilai 0, maka nilai P
dan (yi) harus dicari dengan menggunakan hukum Raoult, mengingat bahwa sistem campuran
biner yang dimiliki merupakan sistem yang ideal.
* Begin iteration, outer loop is to adjust P...
sumkxm1 = 1.
iterP = 1
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
15
do while (dabs(sumkxm1) .gt. 0.0001)
* Calculate fugacity coefficients...
* For saturated vapor...
call mixparam (nc, id_fl, n_eos, T, p, y, n_kij, kij,
+ prkij, a, b, c, am, bm, cm, vl, vv)
icomp = 1
do while (icomp .le. nc)
if (n_eos .eq. 1) then
call fuga_p_qph (nc, icomp, y, a, b, c, am, bm, cm, vv,
+ T, p, fugv(icomp), dfdp_v(icomp),
+ n_kij, kij, prkij)
else
call fuga_p_cub (nc, n_eos, icomp, y, a, b, c, am, bm,
+ cm, vv, T, p, fugv(icomp),
+ dfdp_v(icomp), n_kij, kij, prkij)
endif
icomp = icomp + 1
end do
* For saturated liquid...
call mixparam (nc, id_fl, n_eos, T, p, x, n_kij, kij,
+ prkij, a, b, c, am, bm, cm, vl, vv)
icomp = 1
do while (icomp .le. nc)
if (n_eos .eq. 1) then
call fuga_p_qph (nc, icomp, x, a, b, c, am, bm, cm, vl,
+ T, p, fugl(icomp), dfdp_l(icomp),
+ n_kij, kij, prkij)
else
call fuga_p_cub (nc, n_eos, icomp, x, a, b, c, am, bm,
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
16
+ cm, vl, T, p, fugl(icomp),
+ dfdp_l(icomp), n_kij, kij, prkij)
endif
icomp = icomp + 1
end do
Baris program di atas merupakan aplikasi dari langkah kedua algoritma, yaitu menghitung
koefisien fugasitas dari vapor dan liquid. mixparam dipanggil untuk meng-input data-data yang
diperlukan dalam perhitungan koefisien fugasitas. Jika n_eos bernilai 1, maka dipanggil
fuga_p_qph untuk menghitung nilai koefisien fugasitas. Dan jika n_eos bernilai tidak sama
dengan 1, digunakan fuga_p_cub.
* Find K values...
sumkx = 0.0
i = 1
do while (i .le. nc)
eqk(i) = dexp(fugl(i))/dexp(fugv(i))
sumkx = sumkx + eqk(i)*x(i)
i = i + 1
end do
oldsum = sumkx
Baris program di atas merupakan aplikasi dari langkah kedua algoritma, yaitu menghitung nilai
K dari tiap komponen i [eqk(i)], nilai Kixi [eqk(i)*x(i)] dan nilai ∑Kixi (sumkx).
* Begin iteration to stabilize sum of ki*xi...
diffkx = 0.001
itery = 1
do while (dabs(diffkx) .gt. 0.0001)
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
17
i = 1
do while (i .le. nc)
y(i) = eqk(i)*x(i)/sumkx
i = i + 1
end do
Baris program di atas merupakan aplikasi dari langkah ketiga algoritma, yaitu menghitung
seluruh nilai yi. Selain itu juga merupakan aplikasi dari langkah kelima algoritma, karena tertulis
diffkx = 0,001 yang menandakan bahwa toleransi nilai ∑Kixi adalah sebesar ± 0,001. Sehingga
jika nilai ∑Kixi berubah, akan kembali disesuaikan sampai nilainya tidak berubah, dengan
toleransi ± 0,001.
* Recalculate vapor phase fugacity coefficient...
call mixparam (nc, id_fl, n_eos, T, p, y, n_kij, kij, prkij,
+ a, b, c, am, bm, cm, vl, vv)
i = 1
do while (i .le. nc)
if (n_eos .eq. 1) then
call fuga_p_qph (nc, i, y, a, b, c, am, bm, cm,
+ vv, T, p, fugv(i), dfdp_v(i),
+ n_kij, kij, prkij)
else
call fuga_p_cub (nc, n_eos, i, y, a, b, c, am, bm,
+ cm, vv, T, p, fugv(i), dfdp_v(i),
+ n_kij, kij, prkij)
endif
i = i + 1
end do
* Find K values with ...
sumkx = 0.0
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
18
i = 1
do while (i .le. nc)
eqk(i) = dexp(fugl(i))/dexp(fugv(i))
sumkx = sumkx + eqk(i)*x(i)
i = i + 1
end do
diffkx = oldsum - sumkx
oldsum = sumkx
itery = itery + 1
if (itery .eq. iterymax) then
write(*,1)
stop
endif
end do
Baris program di atas merupakan aplikasi dari langkah keempat algoritma, yaitu kembali
menghitung nilai koefisien fugasitas vapor dan liquid, nilai K dari tiap komponen i [eqk(i)], nilai
Kixi [eqk(i)*x(i)] dan nilai ∑Kixi (sumkx) dengan nilai yi yang sudah didapatkan melalui
perhitungan sebelumnya.
* Adjust P by Newton Raphson formula...
dfdp = 0.
i = 1
do while (i .le. nc)
dkdp(i) = eqk(i)*(dfdp_l(i)-dfdp_v(i))
dfdp = dfdp + x(i)*dkdp(i)
i = i + 1
end do
fp = sumkx - 1.
pnew = p - fp/dfdp
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
19
diffP = pnew - p
* write(*,5) p, pnew, diffp
p = pnew
iterP = iterP + 1
sumkxm1 = fp
if (iterP .eq. iterPmax) then
write(*,2)
stop
endif
end do
Baris program di atas merupakan aplikasi dari langkah kelima dan keenam algoritma, yaitu
menyesuaikan nilai P berdasarkan nilai ∑Kixi. Nilai P dihitung dengan menggunakan metode
Newton Raphson. Jika nilai ∑Kixi = 1, maka nilai fp akan bernilai 0 (dapat dilihat pada program)
yang akan membuat nilai pnew = p sehingga dapat dicetak nilai P dan (yi) dengan P adalah
BUBL P yang dicari. Jika nilai ∑Kixi ≠ 1, maka nilai fp tidak sama dengan 0 dan akan
menghasilkan nilai P yang baru yang merupakan BUBL P yang dicari.
* Convergence achieved, end of calculations...
1 format(5x,'excessive iteration for sum ki*xi')
2 format(5x,'excessive iteration for p')
3 format(5x,'p=',f7.3,3x,'pexp=',f7.3,3x,f7.3)
4 format(5x,'y=',f7.4,3x,'yexp=',f7.3,3x,f7.3)
5 format(5x,'p, pnew, diffp=',3(f8.4,3x))
return
End
Karena nilai yang dicari sudah bernilai konvergen, maka program dihentikan. Adapun error yang
didapatkan dapat baris program di atas adalah penulisan program BULBP yang ditulis sebagai
subroutine, padahal seharusnya baris program di atas merupakan main program. Karena tidak
terdapat main program dalam program ini, maka program tidak dapat dijalankan.
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
20
SUBROUTINE FLUID_PROP (n, crit_T, crit_p, temp_min, fluidname, omega, crit_z, formula_wt)
implicit double precision (a-h, o-z)
parameter (ntot=40)
double precision Tc(ntot), pc(ntot), Tmin(ntot), ac_factor(ntot), zc(ntot), formulawt(ntot)
character fl_name(ntot)*10, fluidname*10
* ................................................
* This subroutine returns the critical temperature
* Tc(K) and the critical pressure pc(bar).
* ................................................
data (fl_name(i), i=1,ntot)/
+ 'argon', 'methane', 'ethane', 'propane', 'n-butane',
+ 'n-hexane', 'n-octane', 'n-decane', 'water', 'ammonia',
+ 'methanol', 'ethanol', 'propanol', 'butanol', 'acetone',
+ 'ch3cn', 'et-eter', 'clform', 'CO', 'met-eter',
+ 'c1c2eter', 'he', 'hcl', 'ch3cooh', 'ethanal',
+ 'met-acet', 'R-114', 'ethyl-cl', 'cyclo-c6', 'benzene',
+ 'toluene', 'ethylen', 'et-oxide', 'phenol', 'c2sh',
+ 'cos', 'co2', 'n2', 'c2f6', 'n-pentane'/
data (zc(i), i=1,ntot)/
+ 0.291, 0.288, 0.285, 0.281, 0.274, 0.264, 0.259, 0.249,
+ 0.235, 0.244, 0.224, 0.240, 0.253, 0.259, 0.232, 0.184,
+ 0.262, 0.293, 0.295, 0.287, 0.267, 0.302, 0.249, 0.201,
+ 0.220, 0.254, 0.275, 0.274, 0.273, 0.271, 0.263, 0.280,
+ 0.259, 0.240, 0.274, 0.275, 0.274, 0.290, 0.279, 0.263/
data (ac_factor(i), i=1,ntot)/
+ 0.001, 0.011, 0.099, 0.153, 0.199, 0.299, 0.398, 0.489,
+ 0.344, 0.250, 0.556, 0.644, 0.623, 0.593, 0.304, 0.327,
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
21
+ 0.281, 0.218, 0.066, 0.200, 0.244, -0.365, 0.133, 0.447,
+ 0.303, 0.326, 0.246, 0.191, 0.212, 0.212, 0.263, 0.089,
+ 0.202, 0.438, 0.191, 0.105, 0.239, 0.039, 0.256, 0.251/
data (Tc(i), i=1,ntot)/
+ 150.8, 190.4, 305.4, 369.8, 425.2, 507.5, 568.8, 617.7,
+ 647.3, 405.5, 512.6, 513.9, 536.8, 563.1, 508.1, 545.5,
+ 466.7, 536.4, 132.9, 400.0, 437.8, 5.19, 324.7, 592.7,
+ 461.0, 506.8, 418.9, 460.4, 553.5, 562.2, 591.8, 282.4,
+ 469.0, 694.2, 499.0, 378.8, 304.1, 126.2, 293.0, 469.7/
data (pc(i), i=1,ntot)/
+ 48.7, 46.0, 48.8, 42.5, 38.0, 30.1, 24.9, 21.2,
+ 221.2, 113.5, 80.9, 61.4, 51.7, 44.2, 47.0, 48.3,
+ 36.4, 53.7, 35.0, 52.4, 44.0, 2.27, 83.1, 57.9,
+ 55.7, 46.9, 32.6, 52.7, 40.7, 48.9, 41.0, 50.4,
+ 71.9, 61.3, 54.9, 63.5, 73.8, 33.9, 30.6, 33.7/
data (Tmin(i), i=1,ntot)/
+ 84., 91., 133., 145., 170., 220., 260., 368., + 275., 220., 288., 293., 260., 275., 259., 300.,
+ 250., 215., 71., 194., 224., 2., 180., 304.,
+ 273., 275., 180., 217., 293., 288., 309., 105.,
+ 238., 380., 273., 162., 217., 63., 173., 195/
data (formulawt(i), i=1,ntot)/
+ 39.948, 16.043, 30.070, 44.094, 58.124, 86.178, 114.232,
+ 142.286, 18.015, 17.031, 32.042, 46.069, 60.096, 74.123,
+ 58.080, 41.053, 74.123,119.378, 28.010, 46.069, 60.096,
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
22
+ 4.003, 36.461, 60.052, 44.054, 74.080,170.922, 64.515,
+ 84.162, 78.114, 92.141, 28.054, 44.054, 94.113, 62.134,
+ 60.070, 44.010, 28.013,138.012, 72.151/
crit_T = Tc(n)
crit_p = pc(n)
temp_min = Tmin(n)
fluidname = fl_name(n)
omega = ac_factor(n)
crit_z = zc(n)
formula_wt = formulawt(n)
return
END
Baris di atas merupakan data-data yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan program BUBLP,
tergantung dari komponen yang terdapat dalam sistem campuran biner. Adapun error yang
didapatkan pada bagian ini ialah seharusnya bagian ini merupakan function dan bukan subroutine
karena bentuk output yang mirip dengan fungsi matematik, seperti crit_T, crit_P dsb.
SUBROUTINE MIXPARAM (nc, id_fl, T, p, z, n_kij, kij, prkij,
+ a, b, c, am, bm, cm, vl, vv)
______________________________________________________
- Returns parameters a and b of Peng-Robinson cubic EOS……...
implicit double precision (a-h,o-z)
double precision z(5), ac(5), a(5), b(5), c(5), kij(5,5), prkij(5,5)
integer id_fl(5)
character flname*10
______________________________________________________
R = 0.08314
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
23
* Calculate pure fluid variables...
ipure = 1
do while (ipure .le. nc)
* Get fluid properties...
id = id_fl(ipure)
call fluid_prop (id, Tc, pc, Tmin, flname, ac_f, zc, f_wght)
Tr = T/Tc
* Calculate EOS parameter a and b...
coef_a = 0.45724
coef_b = 0.07780
ac(ipure) = coef_a*(R*Tc)**2/pc
acpure = ac(ipure)
a(ipure) = find_a (id, acpure, ac_f, zc, Tr, f)
b(ipure) = coef_b*R*Tc/pc
ipure = ipure + 1
end do
* Calculate mixture variables...
am = 0.
bm = 0.
i = 1
do while (i .le. nc)
* Mixture parameter b...
bm = bm + z(i)*b(i)
j = 1
do while (j .le. nc)
* Mixture parameter am in simple kij combining rule...
am = am + z(i)*z(j)*dsqrt(a(i)*a(j))*(1.-kij(i,j))
j = j + 1
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
24
end do
i = i + 1
end do
* Calculate saturated liquid & vapor volumes...
call cubic_coef (n_eos, am, bm, cm, T, p, c2, c1, c0)
call cubic (c2, c1, c0, vv, vl)
return
END
SUBROUTINE FUGA_P_CUB (nc, n_eos, ic, z, a, b, c, am, bm, cm,
+ v, T, p, f, dfdp, n_kij, kij, prkij)
implicit double precision (a-h,o-z)
double precision z(5), a(5), b(5), c(5), f, dfdp,
+ kij(5,5), prkij(5,5)
R = 0.08314
* .........................................................
* f is ln(f/p) of the liquid and vapor phase for vliq and
* vvap respectively. df is df(p)/dp needed to calculate
* bubble point pressure.
* ........................................................
if (n_kij .eq. 1 .or. n_kij .eq. 2 .or. n_kij .eq. 4) then
sum = 0.
i = 1
do while (i .le. nc)
sum = sum + z(i)*dsqrt(a(ic)*a(i))*
+ (1.-kij(ic,i))
i = i + 1
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
25
end do
endif
if (n_kij .eq. 3) then
term1 = 0.
term2 = 0.
term3 = 0.
i = 1
do while (i .le. nc)
term1 = term1 + z(i)*(dsqrt(a(ic)*a(i))*(1.-prkij(ic,i)+
+ (prkij(ic,i)-prkij(i,ic))*z(ic)) + dsqrt(a(i)*a(ic))
+ *(1.-prkij(i,ic)+(prkij(i,ic)-prkij(ic,i))*z(i)))
term2 = term2 + z(i)*(prkij(ic,i)-prkij(i,ic))*
+ dsqrt(a(ic)*a(i))
j = 1
do while (j .le. nc)
term3 = term3 + z(i)**2*z(j)*(prkij(i,j)-prkij(j,i))*
+ dsqrt(a(i)*a(j))
j = j + 1
end do
i = i + 1
end do
sum = (term1 + z(ic)*term2 - term3)/2.
endif
if (n_eos .eq. 2) then
f = b(ic)*(p*v/r/t-1.)/bm - dlog(p*v/r/t-bm*p/r/t) +
+ (am/(2.8284*bm*r*t))*(b(ic)/bm-2.*sum/am)*
+ dlog((v+2.4142*bm)/(v-0.4142*bm))
t1 = b(ic)*p/(bm*r*t) - 1./(v-bm) - am*(b(ic)/bm-2.*sum/am)/
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
26
+ (r*t*(v+2.4142*bm)*(v-0.4142*bm))
dvdp = (v-bm)**2*(v**2+2.*bm*v-bm**2)**2/(-r*t*(v**2+2*bm*v-
+ bm**2)**2+am*(2.*v+2.*bm)*(v-bm)**2)
dfdp = b(ic)*v/(bm*r*t) - 1./p + t1*dvdp
endif
if (n_eos .eq. 3) then
t1 = dsqrt(cm**2+6.*bm*cm+bm**2)
t2 = v**2+v*(bm+cm)-bm*cm
t3 = -bm*cm**3-5.*bm**2*cm**2+5.*bm**3*cm+bm**4
t4 = ((bm*cm+3.*bm**2)*c(ic)+3.*bm*b(ic)*cm+bm**2*b(ic))*t1*t2
+ *dlog((-2.*t1*v+2.*t2-(cm+bm)*t1+cm**2+6.*bm*cm+bm**2)/
+ (2.*t2))
t4 = t4 + ((bm*cm**3+9.*bm**2*cm**2+19.*bm**3*cm+3.*bm**4)*
+ c(ic)+3.*bm*b(ic)*cm**3+19.*bm**2*b(ic)*cm**2+9.*bm**3*
+ b(ic)*cm+bm**4*b(ic))*v+(bm*c(ic)-b(ic)*cm)*t3
t5 = t2*(bm*cm**4+12.*bm**2*cm**3+38.*bm**3*cm**2+12.*bm**4*cm
+ +bm**5)
t6 = (2.*v**2+2.*(-t1+cm+bm)*v-bm*t1+cm*(4.*bm-t1)+bm**2+cm**2)
+ /(2.*v**2+2.*(cm+bm)*v-2.*bm*cm)
f = dlog(v/(v-bm))+b(ic)/(v-bm)+2*sum*dlog(t6)/(r*t*t1)-am*t4/
+ (t5*r*t)-dlog(p*v/r/t)
t1 = dsqrt(bm*cm+(bm+cm)**2/4.)
t3 = v+(bm+cm)/2.
t6 = -1./p
t7 = -(v-bm+b(ic))/(v-bm)**2+2.*sum/(r*t*(t3**2-t1**2))
+ -am*t3*(b(ic)+c(ic))/(r*t*(t3**2-t1**2)**2)
t8 = am*(c(ic)*(3.*bm+cm)+b(ic)*(3.*cm+bm))*(-1./(t3**2-t1**2)+
+ (-t3**2-t1**2)/(t3**2-t1**2)**2)/(4.*t1**2*r*t)
t9 = -r*t/(v-bm)**2+am*(2.*v+bm+cm)/(v**2+(bm+cm)*v-bm*cm)**2
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
27
dfdp = t6 + (t7+t8)/t9
endif
if (n_eos .eq. 4) then
t1 = dsqrt(cm**2+4.*bm*cm)
t2 = (cm+2.*bm)*c(ic)+2.*b(ic)*cm
t3 = v**2+cm*v-bm*cm
t4 = cm**2+4.*bm*cm
t5 = t1*t2*t3*dlog((t4+2.*t3-2.*t1*v-cm*t1)/(2.*t3))+
+ t2*t4*v+b(ic)*t4**2-(bm*cm*c(ic)+4.*bm*b(ic)*cm)*t4
t6 = t3*t4**2
t7 = dlog((2.*v**2-t1*(2.*v+cm)+2.*cm*v+cm**2+2.*bm*cm)/
+ (2.*v**2+2.*cm*v-2.*bm*cm))
f = dlog(v/(v-bm))+b(ic)/(v-bm)+2*sum*t7/(r*t*t1)-am*t5/
+ (t6*r*t)-dlog(p*v/r/t)
t8 = t4+2.*t3-2.*t1*v-cm*
t9 = t1*t2*(-2.*t1*t3-2.*v*t4+4.*t1*v**2+cm**2*t1+4.*cm*t1*v-
+ t4*cm)/t8+dlog(t8/2./t3)*t1*t2*(2.*v+cm)+t2*t4
t10= t4**2*(2.*v+cm)
t11= -b(ic)/(v-bm)**2 - bm/v/(v-bm) - 1./v + (2.*sum/(r*t*t1
+ *dexp(t7)))*((4.*v-2.*t1+2.*cm)/2./t3-(2.*v+cm)*dexp(t7)
+ /t3)-am*(t6*t9-t5*t10)/(r*t*t6**2)
t12= -r*t/(v-bm)**2+am*(2.*v+cm)/(v**2+cm*(v-bm))**2
dfdp = -1./p + t11/t12
endif
return
END
SUBROUTINE CUBIC (q, r, s, zv, zl)
implicit double precision (a-h,o-z)
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
28
dimension z(3)
* .........................................................
* Cubic.for :
* This routine solves cubic equation of the form
* z^3 + q.z^2 + r.z + s = 0
* where z could be the compressibility factor or volume.
* The liquid root is returned as the smallest root,zl,
* the vapor root is returned as the highest root, zv,
* and the intermediate root, if there is one, is discarded.
* .........................................................
g = r-q*q/3.
h = (2.*q**3-9.*q*r+27.*s)/27.
disc = h**2/4.+g**3/27.
* Either one (disc>0) or three identical real root
* (disc=0)
* if (disc .ge. 0.0) then
* tt = dabs(-h/2. + dsqrt(g**3/27. + h**2/4.))
* uu = dabs(-h/2. - dsqrt(g**3/27. + h**2/4.))
* zv = tt**(1./3.)-uu**(1./3.)-q/3.
* zl = zv
* return
* end if
if (disc .ge. 0.0) then
tt = -h/2. + dsqrt(g**3/27. + h**2/4.)
uu = -h/2. - dsqrt(g**3/27. + h**2/4.)
if (tt .ge. 0.0) then
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
29
zv1 = tt**(1./3.)
else
zv1 = -(dabs(tt))**(1./3.)
endif
if (uu .ge. 0.0) then
zv2 = uu**(1./3.)
else
zv2 = -(dabs(uu))**(1./3.)
endif
zv = zv1 + zv2 - q/3.
zl = zv
return
endif
* Three real unidentical roots, the intermediate
* root is not physically meaningful
xa = -h/2./dsqrt(-g**3/27.)
phi = 3.1415926535/2. - datan(xa/dsqrt(1.-xa**2))
z(1) = 2.*dsqrt(-g/3.)*dcos(phi/3.) - q/3.
z(2) = 2.*dsqrt(-g/3.)*dcos(phi/3. + 2.094395) - q/3.
z(3) = 2.*dsqrt(-g/3.)*dcos(phi/3. + 4.188790) - q/3.
zl = dmin1 (z(1),z(2),z(3))
zv = dmax1 (z(1),z(2),z(3))
return
END
SUBROUTINE CUBIC_COEF (a, b, c, T, p, c2, c1, c0)
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
30
implicit double precision (a-h,o-z)
R = 0.08314
________________________________________________
- Returns coefficients of the cubic polynomial in volume
- for the cubic EOS
c2 = -(R*T - b*p)/p
c1 = -(2.*b*R*T + 3.*b**2*p - a)/p
c0 = (b**2*R*T + b**3*p - a*b)/p
return
END
Plot diagram fasa dari campuran biner menggunakan seluruh data yang didapat
oleh Seong et al. (J. Chem. Eng. Data, 2008, 53, 2783-2786). Tuliskan observasi Anda!
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
p (
MP
a)
x1,y1
Grafik x1,y1 terhadap P
x1 terhadap P (273.15 K)
y1 terhadap P (273.15 K)
x1 terhadap P (283.15 K)
y1 terhadap P (283.15 K)
x1 terhadap P (293.15 K)
y1 terhadap P (293.15 K)
x1 terhadap P (303.15 K)
y1 terhadap P (303.15 K)
x1 terhadap P (313.15 K
y1 terhadap P (313.15 K)
x1 terhadap P (323.15 K)
y1 terhadap P (323.15 K)
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
31
Observasi terhadap hasil plot diagram fasa campuran biner propana dan n-butana diatas adalah
sebagai berikut :
1. Grafik diatas menunjukkan pengaruh variasi suhu terhadap kurva campuran biner
propana dan n-butana, dimana bubble line pada setiap kurva terletak di bagian kiri (garis yang
lurus), sedangkan dew line pada setiap kurva terletak dibagian kanan (garis yang melengkung).
2. Bubble line menunjukkan komposisi fasa cair fraksi 1, sedangkan dew line menunjukkan
komposisi fasa uap fraksi 1. Untuk menentukan nilai x1 dan y1 pada kurva diatas dapat
dilakukan dengan cara menarik garis horizontal pada salah satu daerah kesetimbangan fasa pada
tekanan tertentu, lalu dibaca nilai x1 dan y1 pada tekanan tersebut, seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut ini :
Pada kondisi suhu 293.15 K garis horizontal yang berwarna biru menunjukkan nilai komposisi
fasa cair fraksi 1 (x1) sebesar 0.532 dan komposisi fasa uap fraksi 1 (y1) sebesar 0.769 pada
kondisi tekanan 0.53 MPa. Sedangkan, nilai komposisi fasa cair fraksi 2 (x2) pada tekanan 0.53
MPa tersebut adalah 1-x1 yaitu sebesar 0.468 dan nilai nilai komposisi fasa uap fraksi 2 (y2)
pada tekanan 0.53 MPa adalah 1-y1 yaitu sebesar 0.231. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pada tekanan 0.53 MPa dan suhu 293.15 K memiliki nilai komposisi fasa
cair dan uap fraksi 1 yang lebih banyak daripada komposisi fasa cair dan uap fraksi 2.
3. Analisa pengaruh variasi suhu terhadap campuran biner propana dan n-butana, misalnya
pada suhu 313.15 K dan 303.15 K adalah sebagai berikut :
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
P (
MP
a)
x1,y1
Grafik x1, y1 terhadap P
x1 terhadap P (293.15 K)
y1 terhadap P (293.15 K)
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
32
Jika kita melakukan analisa pada daerah yang diberi lingkaran merah, terlihat bahwa pada
tekanan 0.856 MPa nilai x1 (bubble line) suhu 303.15 K berimpit dengan nilai y1 (dew line) suhu
313.15 K pada titik 0.736. Artinya, pada tekanan 0.856 MPa jika suhu campuran sebesar 303.15
K maka komposisi cair fraksi 1 sebesar 0.736. Namun, jika suhu campurannya menjadi 313.15 K
maka nilai 0.736 tersebut adalah komposisi fasa uap fraksi 1. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan suhu sebesar 10 mempengaruhi komposisi fasa cair dan uap fraksi 1 pada tekanan
tertentu. Kondisi ini bukan hanya terjadi pada suhu 303.15 K dan 313.15 K saja, namun juga
terjadi pada suhu lainnya. Oleh sebab itu, jika kita ingin melakukan destilasi untuk memisahkan
propana dan n-butana perlu diperhatikan kondisi suhu saat melakukan destilasi tersebut.
4. Hasil plot diagram fasa campuran biner propana dan n-butana pada berbagai variasi suhu
juga menunjukkan bahwa campuran bersifat ideal, namun mengalami sedikit sekali
penyimpangan negatif Hukum Raoult. Hal ini dapat terlihat jika kita menarik trendline pada
bubble line seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini :
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
p (
MP
a)
x1,y1
Grafik x1,y1 terhadap P
x1 terhadap P (303.15 K)
y1 terhadap P (303.15 K)
x1 terhadap P (313.15 K
y1 terhadap P (313.15 K)
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
33
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
0 0.5 1 1.5
P (
MP
a)
x1,y1
Grafik x1, y1 terhadap P
x1 terhadap P (293.15 K)
y1 terhadap P (293.15 K)
Linear (x1 terhadap P (293.15K))
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
34
THIRD PART: VLE CALCUTION APPROACHES
Bandingkan pendekatan koefisien fugasitas dan koefisien aktivitas dan simpulkan!
JAWAB:
Terkadang pada beberapa kasus VLE muncul suatu kompleksitas yang mengharuskan
kita memperhitungkan kondisi tidak ideal dari suatu fasa gas maupun fasa cair sehingga
dibutuhkan suatu modifikasi dari hukum Raoult guna memperhitungkan deviasi dari keadaan
ideal tersebut.
Pendekatan koefisien akivitas cenderung lebih digunakan pada kondisi tekanan dari
rendah sampai sedang atau sekitar dibawah 10 atm karena sifat-sifat fasa cair pada rentang
tekanan tersebut dapat dianggap bersifat independen terhadap tekanan, sehingga hanya efek
temperatur yang diperhitungkan pada koefisien aktivitas. Selain itu, pada pendekatan koefisien
aktivitas membutuhkan parameter interaksi energi antar molekul yang bisa didapat dari metode
regresi non-linier data eksperimen pada VLE. Parameter pada pendekatan ini bergantung pada
temperatur dan tidak bergantung pada konsentrasi.
Sedangkan pada tekanan tinggi atau sekitar diatas 10 atm, pendekatan koefisien aktivitas
cenderung tidak akurat untuk digunakan karena sifat dari pendekatan ini yang independen
terhadap tekanan tidak lagi memberikan hasil yang realistis. Untuk itu, pada keadaan ini sifat
fasa cair dan fasa gas dapat dimodelkan dengan koefisien fugasitas yang diturunkan dari
persamaan-persamaan kubik ataupun persamaan dengan orde yang lebih tinggi. Selain itu, pada
pendekatan koefisien fugasitas hanya membutuhkan properti fisik dari komponen tanpa
parameter interaksi antar molekul. Jadi bisa dilihat bahwa perbedaannya terletak pada fluida
ideal yang digunakan sebagai referensi. Pada koefisien fugasitas, referensinya adalah ideal gas
sedangkan pada koefisien aktivitas, referensinya adalah ideal solution.
Model Koefisien Aktivitas Model Koefisien Fugasitas
Fluida tekanan rendah Fluida tekanan tinggi
Perlu parameter interaksi energi antar molekul Hanya perlu properti fisik dari komponen
Referensi gas ideal Referensi larutan ideal
Campuran kompleks Campuran sederhana
VAPOR-LIQUID EQUILIBRIA (2) – KELOMPOK 11
35
DAFTAR PUSTAKA
Annamalai, Kalyan, Ishwar K. Puri. (2002). Advanced Thermodynamics
Engineering. Florida: CRC Press.
Carlson, E. (1996). Don’t Gamble with Physical Properties for Simulations. Chemical
Engineering Progress.
Guggenheim, E.A. and R.H. Stokes. (1958). Activity coefficient of 2:1 and 1:2
electrolytes in aqueous solution from isoprestic data. Trans Faraday Soc, 54:16-46.
Mock, B., L.B. Evan and C. Chen. (1986). Thermodynamics representation of phase
equilibria of mixed solvent electrolyte systems. AlChe J, 32: 1655-1664.
Smith, J.M., H.C. Van Ness, M.M. Abbott. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. New York: McGraw-Hill.
Stryjek, R., J.H. Vera. (1986). Vapor-Liquid Equilibrium of Hydrochloric Acid
Solutions with the PRSV Equation of State. Fluid Phase Equilibria, 25: 279-290.
Wei, Ya, Song, Richard J. Sadus. (2000). Equations of state for the calcutation of
fluid phase equilibria. AlChe Journal.
Zhao, J. (2006). Vapor pressure measurement for binary and ternary systems
containing a phosphoric ionic liquid. Fluid Phase Equilibria, 247:190-198.