Upload
widyakusumaningrum
View
799
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ACHALASIA
KELOMPOK 7
Afina Sri Nisa 220110090127
Anissa Nur Pratiwi 220110090135
Debbie Mutia P. 220110090041
Dian Rusmiati 220110090056
Habsyah S.A 220110090098
Novi Amelia 220110090059
Nurrul Ainy 220110090050
Pratiwi Ayu Plessetiawati 220110090122
Sherly 220110090030
Tia Destianti 220110090085
Ulan Imagi 220110090058
Widya Kusumaningrum 220110090067
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2011
Pembahasan Kasus
Kasus 1
Ny. Celline 72 th, TB 165 cm, BB saat ini 50 kg, mengeluh belakangan ini mengalami
masalah saat makan atau minum. Ia seringkali tersedak sampai beberapa kali, makanan bukannya
tertelan tetapi masuk kerongga hidung sehingga ia terbatuk dan bersin saat makan. keadaan ini
sudah berlagsung agak lama tapi 2 bulan belakangan ini makin berat sehingga berat badannya
menurun. Sebelumnya BB Ny Celline cukup ideal dengan BMI 24.
Step 1
1. BMI
Jawab : Body Mass Index
Cara menghitung : BB(kg)
TB (m)2 (pratiwi)
Step 2
1. Diagnosa medis? (tia)
2. Etilogi? (dian)
3. Mengapa saat makan atau minum tersedak? (afina)
4. Manifestasi klinis? (habsyah)
5. Farmako? (debbie)
6. Apa rongga antara hidung dan mulut? (pratiwi)
7. Kenapa makanan masuk ke rongga hidung? (novi)
8. Potensi komplikasi? (anisa)
9. Proses batuk dan bersin saat makan, apakah merupakan respon? (novi)
10. Apakah mempunyai jalan napas? (widya)
11. Patomekanisme? (afina)
12. Penyebab BB ↓(habsyah)
13. Kenapa keadaan makin memburuk?
14. Masalah keperawatn? (tia)
15. Bagian organ mana yang terkena? (dian)
16. Tindakan keperawatan? (debbie)
17. Tingkat penyembuhan? (pratiwi)
18. Pemeriksaan yang dilakukan? (habsyah)
19. Penkes yang diberikan (ulan)
20. Bagaimana memberikan asupan nutrisi? (nunu)
21. Anatomi fisiologi system digestive?
22. Proses perjalanan makanan? (afina)
23. BB normal pada lansia? (afina)
Step 3
1. – Akalasia, degenrasi serabut saraf pada plexus auerbach (anisa)
- Akibat degenerasi otot-otot yang berkontraksi, sehingga kontraksi otot menurun dan
makanan tertahan di esophagus (novi)
- Akibat ↓ kontraksi pada 23
bagian bawah esophagus (widya)
4. - BB↓, nyeri dada (tia)
- Susah menelan (disfagia) (anisa)
- Nyeri dada karena makanan tertahan di esophagus sehingga udara ke paru-paru
menurun → metabolisme anaerob → asam laktat ↑ → nyeri (anisa)
- Tekanan di esophagus ↑ → menekan pembuluh darah → suplai O2 ↓ metabolisme
anaerob → asam laktat↑ → nyeri (afina)
5. - Oral : untuk merelaksasikan sfingter esophageal
- Esophagotomi (Habsyah)
- Gastrotomi (pratiwi)
- Oral: perafanil (dian)
8. Makanan tertahan di esophagus → tekanan di esophagus menyebabkan reflux →
makanan kembali ke rongga hidung → terjadi radang → pneumonia (afina)
10. Mempengaruhi proses jalan napas karena saluran pernapasan dan saluran pencernaan
ada rongga (afina)
13. Nutrisi yang masuk tidak mencukupi karena adanya penumpukan makanan (debbie)
14. –Pola napas tidak efektif (afina)
- Resiko intoleransi aktivitas (habsyah)
- Gangguan pemenuhan nutrisi (anisa)
15. ⅔bagian bawah esophagus (habsyah)
16. Meningkatkan asupan nutrisi klien (nunu)
17. Bisa sembuh, tapi tidak sembuh secara total karena penyakit degenerative (debbie, novi)
18. - Endoskopi, barium, CT scan (dian)
- X ray, esophagealmanometri
- Barium: pasien disuruh minum barium liquid (habsyah)
- Barium: dilihat di bagian dimana barium tertahan (tia)
- Esofageal manometri : untuk mengukur tekanan di esophagus
20. –NGT (anisa)
- Bisa di infuse (dian)
- Gastrotomi (novi)
22. ingesti → kerongkongan → usus 12 jari → usus halus → usus besar → rectum → anus
(novi)
Step 4
Deficit pencernaan
↓
Patomekanisme akalsasia
↓
Akalasia ← pencegahan
↓
Patofisiologi
↓
Manklin
↓
Komplikasi
↓
Askep
step 5
LO
1. Anfis esophagus
2. Gambar anfis digestif dan esophagus (normal dan tidak)
3. BB normal (BMI)
4. Kebutuhan nutrisi (kalori normal)
5. Kalori setiap karbihidrat, protein, lemak
Reporting
Etiologi
a. Kelainan berupa degenerasi saraf ganglion fleksus auerbach (ulan)
b. –primer: karena virus dan keturunan, penyebab pasti belum diketahui
- sekunder: karena degenerasi yang menyebaban penurunan fungsi sfingter esophagus bagian
bawah (widya)
c. Sekunder: karena penyakit cagas (infeksi), kardia, pasca fagotomi (habsyah)
d. Primer: virus neutropik
e. Keturunan: 1-2% populasi manusia (afina)
f. Infeksi virus TB, polio (afina)
g. Degenerasi karena proses penurunan (afina)
h. Autoimun :amalde bereaksi pada autoimun (pratiwi)
i. Ca esophagus (anisa)
j. virus neutropik karena lesi (debby)
Manklin
a. BB↓ : makanan tertahan di esophagus, intake nutrisi (tia)
b. Regurgitasi
c. Disfagia
d. Nyeri dada
e. Akalsia primer: BB↓5kg
Akalsia skunder: BB↓5-15kg (afina)
f. Regurgitasi : pemuntahan kembali, terjadi pada malam hari, karena salah posisi, misalnya
karena berbaring (habsyah)
Komplikasi
a. Ca esophagus : karena iritasi esophagus (debby)
b. Perforasi esophagus (pratiwi)
c. Aspirasi pneumonia : karena O2 berkurang dan makanan masuk ke paru-paru (annisa)
d. Abses paru : kematian jaringan pada paru
e. Divertikulum :penumpukan cairan pada usus halus
f. Esofagitis :karena penumpukan makanan di esophagus mendadak kemudian karean
aregurgitasi (habsyah)
g. Obstruksi saluran pernapasan :makanan tertumbuk di esophagus dalam jangka waktu lama
(tia)
Penatalaksanaan
Farmako :
a. Dilatasi pneumatic : dimasukkan balon, kemudian dikembangkan selama 60 detik. Kemudian
selanjutnya setelah 60 detik balom dikembangkan kembali. Tanda-tanda pengobatan berhasil
bila pasien merasa nyeri bila balon ditiup dan segera menghilang bila balon dikempeskan.
Bila terjadi erosi dilakukan esofagomiotomi (anisa)
b. Pemasangan NGT, gastrotomi (debbie)
esofagomiotomi: pemotongan sfingter (habsyah)
isosorbit/isosordil: obat terhadap serangan angina, diberikan 30 menit sebelum makan
(debbie)
nifedifin :
- Efek samping: mual, muntah, sakit kepala, gangguan pada lambung (debbie)
- Oral: 10-20mg, sublingual : 15-30 menit sebelum makan (widya)
- Digunakan untuk dilatasi esophagus (anisa)
I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan (reporting: Afina, makalah: Habsyah)
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan,
penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut
(oris) sampai anus. (Setiadi.2007)
1.1 Fungsi Sistem Pencernaan
Fungsi utama dari saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus menerus pada tubuh
akan air, elektrolit dan zat gizi, sehingga siap untuk diabsorbsi. Selama prores pencernaan,
makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh sel
jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena berbagai enzim yang
terkandung dalam berbagai cairan pencernaan.
Ada beberapa hal umum mengenai proses pencernaan adalah sebagai berikut :
1. Ingesti
Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut, disini terjadi pemotongan dan
penggilingan makanan yang dilakukan secara mekanik oleh gigi.
2. Peristaltis
Peristaaltis adalah Gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan
makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
3. Digesti
Digesti adalah penguraian molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorbsi dapat
berlangsung.
4. Egesti
Egesti atau yang sering disebut dengan defekasi adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang
tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
5. Absorbsi
Absorbsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan
kedalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakkan oleh sel-sel tubuh.
I.2 Susunan Saluran Pencernaan
Susunan saluran pencernaan secara umum terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut : mulut
(oris), faring (tekak), esophagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor
(usus halus), intestinum mayor ( usus besar), rectum dan anus.
1.2.1 Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesoris yang
berfungsi dalam proses awal pencernaan.
Secara umum mulut terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi.
2. Bagian rongga mulut (bagian dalam), yaitu rongga mulut yang dibatasi sisisnya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan
faring.
Selaput lendir mulut ditutup epithelium yang berlapis-lapis, dibawahnya terletak kelenjar-
kelenjar halus yang mengeluarkan lendir. Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga
memuat banyak ujung akhir saraf sensoris.
Disebelah mulut luar ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lender
(mukosa). Didalam mulut ada 3 otot yaitu :
1. Otot orbikularis oris untuk menutup mulut
2. Otot levator anguli oris untuk mengenkat mulut
3. Otot depressor anguli oris untuk menekan ujung mulut.
Dimulut ada beberapa bagian yang perlu diketahui yaitu antara lain :
1. Palatum
Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Palatum durum (palatum keras), yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang
palatum.
b. Palatum mole (palatum lunak), terletak dibelakang yang merupakan lipatan-
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput
lendir.
2. Rongga mulut
a. Gigi
manusia memiliki 2 susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder.
1) Gigi primer, dimulai dari ruang diantara dua gigi depan yang terdiri dari dua
gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), dan untuk total keseluruhan 20 gigi.
2) Gigi sekunder, terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bicuspid)
dan tiga geraham (tricuspid) untuk total keseluruhan 32 buah.
Gigi juga ada 2 macam, yaitu :
1) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan.
2) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah.
Fungsi gigi adalah proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk dalam
mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk
membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
b. Lidah
Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan,
mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan merasakan
makanan.
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, dilekatkan
pada frenulum lingua. Dibagian belakang pangkal lidah terdapat epiglottis yang
berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan makanan, supaya
makanan jangan masuk ke jalan nafas. Kerja otot lidah ini dapat digerakkan atas 3
bagian yaitu radik lingua : pangkal lidah, dorsum lingua : punggung lidah, dan
apeks lingua : ujung lidah.
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :
- Asin, di bagian lateral lidah.
- Manis, dibagian ujung dan anterior lidah.
- Asam, dibagian lateral lidah.
- Pahit, dibagian belakang lidah.
3. Kelenjar ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus wartoni dan
duktus stesoni. Kelenjar ini mensekresikan saliva kedalam rongga oral. Kelenjar
ludah (saliva) dihasilkan didalam rongga mulut, yang disarafi oleh saraf-saraf tak
sadar.
Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu :
a. Kelenjar parotis, letaknya di bawah depan dari telinga diantara prosesus mastoid
kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stesoni.
b. Kelenjar sub maksilaris (sub mandibular), terletak di bawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat
dengan frenulun lingua. Ukuran kurang lebih sebesar kacang kenari.
c. Kelenjar sub lingualis, letaknya dibawah selaput lendir dasar rongga mulut
bermuara di dasar rongga mulut.
Fungsi saliva adalah
a. Memudahkan makanan untuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus.
b. Mempertahankan bagian mulut dan lidah tetap lembab atau basah sehingga
memudahkan lidah bergerak saat bicara.
c. Sebagai zat buangan seperti asam urat dan urea, serta berbagai zat lain seperti
obat, virus dan logam dieksresikan kedalam saliva.
d. Sebagai zat antibakteri dan antibody yang berfungsi untuk membersihkan rongga
oral dan membentu memelifara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
1.2.2 Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esophagus). Dadalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, yang letaknya di
belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang.
Jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke
bagian depan terus ke leher begian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang
dari jalan nafas dan di depan dari ruas tulang belakang.
Makanan melewati epiglotis lateral melalui ressus priformis masuk ke esophagus tanpa
membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya makanan ke jalan
udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara. Permulaan menelan, otot
mulut dan lidah berkonstraksi secara bersamaan.
1.2.3 Esofagus (reporting: Pratiwi, Nurrul. Makalah: Novi)
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjangnya sekitar 9
sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2.54 cm, mulai dari faring sampai pintu
masuk kardiak di bawah lambung. Esofagus berawal pada area laringofaring, melewati
diafragma dan hiatus esofagus. Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang
punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk kedalam abdomen
menyambung dengan lambung.
Lapisan esofagus terdiri dari 4 lapis yaitu mucosa, submucosa, otot longitudinal dan otot
sirkuler dan jaringan ikat renggang. Makanan atau bolus berjalan dalam esophagus karena
gerakan peristaltic, yang berlangsung hanya beberapa detik saja.
Fungsi esophagus adalah menggerakkan makanan dari faring ke lambung melalui gerak
peristaltis. Mukosa esofagus memproduksi sejumlah besar mucus untuk melumasi dan
melindungi esofagus tetapi esofagus tidak memproduksi enzim pencernaan.
Persyarafan utama esofagus dipasok oleh serabut-serabut simpatis dan parasimpatis dari
sistem syaraf otonom. Serabut-serabut parasimpatis dibawa oleh nervus vagus, yang
dianggap sebagai syaraf motorik esofagus. Fungsi serabut simpatis masih kurang
diketahui. Selain persyarafan ekstrinsik tersebut, terdapat jala-jala serabut syaraf
intramural intrinsik di antara lapisan otot sirkular dan longitudinal (pleksus aurbach atau
mienterikus) dan tampaknya berperan dalam pengaturan peristaltik esofagus normal. Jala-
jala syaraf intrinsik kedua (plexus meissner) terdapat di submukosa saluran
gastrointerstinal,tetapi agak tersebar dalam esofagus. Fungsi sistem syaraf intrinsik tidak
bergantung pada syaraf ekstrinsik. Stimulasi syaraf simpatis dan parasimpatis dapat
mengaktifkan atau menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung syaraf bebas dan
periveskular juga ditemukan dalam submukosa esofagus dan ganglia mieuterikus. Ujung
syaraf ini dianggap berperan sebagai mekanoreseptor, termosmo, dan kemoreseptor
dalam esofagus. Mekanoreseptor menerima rangsangan kimia dalam esofagus. Reseptor
termosmo dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh, bau, dan perubahan tekanan osmotik.
Distribusi darah ke esofagus mengikuti pola segmental. Bagian atas disuplai oleh cabang-
cabang arteria tiroidea inferior dan subklavia. Bagian tengah disuplai oleh cabang-cabang
segmental aorta dan arteria bronkiales, sedangkan bagian subdiafragmatika disuplai oleh
arteria gastrika sinistra dan frenika inferior.Aliran darah vena juga mengikuti pola
segmental. Vena esofagus daerah leher mengalirkan darah ke azigos dan hemiazigos dan
di bawah diafragma vena portal dan vena wsofagus menyebabkan terbentuknya varises
esofagus. Vena yang melebar ini dapat pecah dan menyebabkan pendarahan yang bersifat
fatal. (patofisiologi edisi 6 sylvia a price & lorraine m wilson EGC.2005 vol.1)
Pada esofagus normal, pada saat menelan terjadi perubahan tekanan di dalamnya sebagai
cerminan fungsi motorik. Pada saat istirahat tekanan dalam esofagus sedikit berada di
bawah tekanan atmosfer. Daerah esofagus bagian atas dan bawah merupakan daerah
bertekanan tinggi yang berfungsi untuk mencegah aspirasi dan refluks isi lambung.
Tekanan menurun bila masing-masing sfinchter relaksasi sewaktu menelan. Pada
esofagus yang tidak normal sfinchternya gagal berelaksasi karena degenerasi plexus
aurbach sehingga tekanannya meningkat yang menyebabkan dilatasi bagian bawah
korpus esofagus. Sehingga bolus makanan dan cairan tertahan di lambung.
1.2.4 Lambung (gaster)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang lebih banyak terutama di daerah
epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus
melalui orifisium pilorik, terletak di bawah difragma di depan pancreas dan limpa,
menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian-bagian lambung terdiri dari :
1. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum dan
biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
3. Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal
membentuk spinter pylorus.
4. Kurvatura minor, terdapat disebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak
sampai ke pylorus.
5. Kurvatura mayor, lebih panjang daripada kurvatura minor, terbentang dari sis kiri
osteum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pylorus
inferior. Ligamentum gastrointestinal terbentang dari bagian atas kurvatura mayor
sampai ke limpa.
6. Osteum kardiak, merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung.
Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Fungsi lambung adalah menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltic lambung dan getah lambung, produksi kimus, digesti
protein,digesti lemak, digesti karbohidrat, produksi mucus, produksi factor intrinsic, dan
absorbsi.
Getah cerna lambung yang dihasilkan oleh lambung adalah
1. Pepsin, fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
2. Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptic dan
disinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
3. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukkan susu dan membentuk kasein dari
kasinogen (kasinogen dan protein susu)
4. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit yang memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang getah lambung.
1.2.5 Usus Halus
Merupakan saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan tuba
terlilit yang merentang dari sfingter pylorus sampai katup ileosekal, tempatnya menyatu
dengan usus besar.
Usus halus terdiri dari :
1. Duodenum
Organ ini disebut juga usus 12 jari. Panjangnya 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas yang menghasilkan
amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida. Duodenum
merupakan bagian yang terpendek dari usus halus.
2. Jejunum
Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya kurang lebih 1-1.5 m.
3. Ileum
Ileum merentang dan menyatu dengan usus besar dengan panjang 2-2.5 m. lekukan
jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaran
lipatan peritoneum yang berebentuk kipas terkenal sebagai mesenterium. Ujung
bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama
orifisium ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada
bagian ini terdapat katup vulvula sekalis atau vulvula baukhuni yang berfungsi untuk
mencegah cairan dalam kolon asendens tidak termasuk kembali ke ileum.
Gerakan usus halus dipicu oleh peregangan dan secara rfleks dikendalikan oleh system
syaraf otak. Gerakan usus halus antara lain adalah segmentasi irama, peristaltis dan
gerakan pendulum/ayunan.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan yaitu enterikinase, aminopeptidase, tetrapeptidase dan
dipeptidase, amylase usus, maltase, isomaltase, lactase dan sukrase, lipase usus, erepsin,
lactase, maltose dan sukrosa.
Absorbsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung di dalam usus halus
melalui 2 saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam
permukaan vili usus. Sebelah vilus berisi laktekal, pembuluh darah epithelium dan
jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membrane
dasar dan ditutupi oleh epithelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan
dengan makanan cair dan lemak yang diabsorbsi ke dalam lacteal kemudian berjalan
melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili oleh porta
dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Fungsi usus halus adalah sebagai berikut :
1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler
darah dan saluran-saluran limfe dengan proses sebagai berikut :
a. Menyerap protein dalam bentuk asam amino
b. Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
2. Secara selektif mengabsorbsi produk digesti dan juga air, garam dan vitamin.
1.2.6 Usus Besar
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena sebagai tempat
pembuangan, maka diusus besar sebagian nutrient telah dicerna dan diabsorbsi dan hanya
menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Makanan biasanya memerlukan waktu 2-5 hari
untuk menempuh ujung saluran pencernaan. 2-6 jam dilambung, 6-8 jam di usus halus,
dan sisa waktunya berada di usus besar.
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya ± 1½ m, lebarnya 5-6 cm. lapisan-lapisan
usus besar dari dalam ke luar yaitu selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, jaringan ikat.
Usus besar terdiri dari :
1. Sekum
Dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. seluruhnya ditutupi oleh
peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat
diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
2. Kolon asendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujuh ke atas dari
ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut
fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
3. Apendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai
pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa
isis usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam
rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum. Sebagai suatu organ
pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif
yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
4. Kolon transversum
Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai kolon desendens berada
dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksus hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
5. Kolon desendens
Panjangnya ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke
bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
6. Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon asendens, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan
rectum.
Fungsi usus besar antara lain adalah
1. Menyerap air dan elektrolit 80% sampai 90% dari makanan dan mengubah dari cairan
menjadi massa.
2. Tempat tinggal sejumlah bakteri koli, yang mampu mencerna sejumlah kecil selulosa
dan memproduksi sedikit kalori nutrient bagi tubuh dalam setiap hari.
3. Memproduksi vitamin antara lain vitamin K, ribovlafin, dan tiamin serta berbagai gas.
4. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan
dan sayuran hijau.
1.2.7 Rektum
Rectum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.
1.2.8 Anus
Anus adalah bagian luar dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan
dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter,
yaitu :
1. Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja menurut kehendak
2. Sfingter levator ani, bekerja tidak menurut kehendak
3. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
1.2.9 Hepar
Organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1500 kg.
letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hepar
terletak di kuadran kanan atas abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang
rusuk (costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati
menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi
tetap kaya akan nutrient vena porta hepatica.
Hati dibagi atas 2 lapisan utama yaitu :
1. Permukaan atas berbentuk cembung, terletak dibawah diafragma
2. Permukaan bawah tidak rata dan memeperlihatkan lekukan fisura transfersus dan
fisura longitudinal yang memisahkan belahan aknan dan kiri dibagian atas hati,
selanjutnya hati dibagi 4 belahan yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus kuadata, dan
lobus kuadratus.
Bahan-bahan termasuk glikogen lemak, vitamin, zat besi, vitamin yang larut dalam
minyak, atau lemak disimpan di hati. Hati membantu mempertahankan suhu tubuh karena
luasnya organ ini dan banyaknya kegiatan metabolisme yang berlangsung sehingga
mengakibatkan darah banyak mengalir melalui organ ini yang menaikkan suhu tubuh.
Fungsi hati antara lain adalah :
1. Sekresi
a. Hati memproduksi empedu dibentuk dalam system retikulo endothelium yang
dialirkan ke empedu yang berperan dalam emulsikan dan absorbs lemak
b. Menghasilkan enzim glikogenik yang mengubah glukosa menjadi glikogen
2. Metabolism
a. Hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatic gula darah.
b. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali
menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
c. Hati menguraikan protein dari sel-sel tubuh dan sel-sel darah merah yang rusak
dan hasil penguraian protein menghasilkan urea dari asam amino yang berlebih
dan sisa nitrogen. Hati menerima asam amino di ubah menjadi ureum dikeluarkan
dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin.
d. Hasil mensintesiskan lemak dari karbohidrat dan protein.
3. Penyimpanan
Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A,D,E,K, dan zat besi yang disimpan
sebagai feritin, yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan dapat dilepaskan
bila zat besi di perlukan.
4. Detoksifikasi
a. Hati melakukan inaktivasi hormone dan detoksifikasi toksi dan obat
memfagositosis eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi dalam darah.
b. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk dieksresikan dalam empedu dan
urin.
5. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa kehidupan
fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang.
1.2.10 Kandung Empedu
Merupakan sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane berotot, letaknya
dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 8-12 cm berisi 60 cm³.
Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian
menjadi duktus hepatica kanan dan kiri. Duktus hepatica menyatu untuk membentuk
duktus hepatic komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sisticud dari kandung
empedu dan keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis. Duktus empedu komunis
bersama dengan duktus pancreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk
penyimpanan di kandung empedu.
Fungsi kandung empedu adalah
1. Sebagai persediaan getah empedu dan membuat getah empedu menjadi kental
2. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari dari
setiap orang dikeluarkan 500-1000 ml sehari yang digunakan untuk mencerna lemak
80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya.
1.2.11 Pankreas
Pancreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik kurvatura besar lambung.
Kelenjar pancreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirrip
dengan kelenjar ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum
sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada vertebral lumbalis I
dan II di belakang lambung.
Bagian dari pancreas: kaput pancreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan
didalam lekukan duodenum yang melingkarinya. Korpus pancreas, merupakan bagian
utam,a dari organ ini, letaknya dibelakang lambung dan di depan vertebra lumbalis
pertama. Ekor pancreas, bagian runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.
Fungsi pancreas antara lain adalah
1. Fungsi eksokrin, membentuk getah pancreas yang berisi enzim dan elektrolit
2. Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epiteliumyang berbentuk pulau-pulau kecil
atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang
menyekresikan insulin.
3. Fungsi sekresi eksternal, cairan pancreas dialirkan ke duodenum yang berguna untuk
proses pencernaan makanan di intestinum.
4. Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau labgerhans sendiri
langsung dialirkan ke dalam peredarahn darah. Sekresinya disebut hormone insulin
dan hormone glucagon. Hormone tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu
metabolism karbohidrat.
II. Definisi
Akalasia esofagus, atau dikenal juga dengan nama Simple ectasia,
Kardiospasme, Megaesofagus, Dilatasi esofagus difus tanpa stenosis atau
Dilatasi esofagus idiopatik adalah suatu gangguan neuromuskular. Istilah
achalasia berarti “gagal untuk mengendur” dan merujuk pada
ketidakmampuan dari lower esophageal sphincter (cincin otot antara
esophagus bagian bawah dan lambung) untuk membuka dan
membiarkan makanan lewat kedalam lambung. Kegagalan relaksasi
batas esofagogastrik pada proses menelan ini menyebabkan dilatasi
bagian proksimal esofagus tanpa adanya gerak peristaltik. (Ritcher, I.E.
1999)
Akalasia merupakan suatu kelainan yang berhubungan dengan syaraf ,
kelainan ini bisa mengenai 2 proses, yaitu kontraksi gelombang yang
berirama, yang mendorong makanan ke bawah (gerakan peristalik) dan
pembukaan katup keongkongan bagian bawah.
(http://www.spesialis.info/)
Akibatnya, keadaan ini akan terjadi stasis makanan dan selanjutnya akan
timbul pelebaran esofagus. (Arjatmo Tjokronegoro. 2001)
III. Etiologi
Etiologi yang pasti tidak diketahui tetapi bukti bahwa degenerasi sel ganglion plexus
Auerbach sepanjang esofagus pars torakal menyebabkan kehilangan pengaturan neurologis.
Akibatnya, gelombang peristaltik primer tidak mencapai sfingter esofagus bagian bawah
untuk merangsang relaksasi. (Sylvia A Price. 2006)
Dari beberapa data disebutkan bahwa faktor-faktor seperti herediter, infeksi, autoimun, dan
degeneratif adalah kemungkinan penyebab dari akalasia.
1. Teori Genetik
Temuan kasus akalasia pada beberapa orang dalam satu keluarga telah mendukung bahwa
akalasia kemungkinan dapat diturunkan secara genetik. Kemungkinan ini berkisar antara
1 % sampai 2% dari populasi penderita akalasia.
2. Teori Infeksi
Faktor-faktor yang terkait termasuk bakteri (diphtheria pertussis, clostridia, tuberculosis
dan syphilis), virus (herpes, varicella zooster, polio dan measles), Zat-zat toksik (gas
kombat), trauma esofagus dan iskemik esofagus uterine pada saat rotasi saluran
pencernaan intra uterine. Bukti yang paling kuat mendukung faktor infeksi neurotropflc
sebagai etiologi. Pertama, lokasi spesifik pada esofagus dan fakta bahwa esofagus satu-
satunya bagian saluran pencernaan dimana otot polos ditutupi oleh epitel sel skuamosa
yang memungkinkan infiltrasi faktor infeksi. Kedua,banyak perubahan patologi yang
terlihat pada akalasia dapat menjelaskan faktor neurotropik virus tersebut. Ketiga,
pemeriksaan serologis menunjukkan hubungan antara measles dan varicella zoster pada
pasien akalasia.
3. Teori Autoimun
Penemuan teori autoimun untuk akalasia diambil dari beberapa somber. Pertama, respon
inflamasi dalam pleksus mienterikus esofagus didominasi oleh limfosit T yang diketahui
berpefan dalam penyakit autoimun. Kedua, prevalensi tertinggi dari antigen kelas II, yang
diketahui berhubungan dengan penyakit autoimun lainnya. Yang terakhir, beberapa kasus
akalasia ditemukan autoantibodi dari pleksus mienterikus.
4. Teori Degeneratif
Studi epidemiologi dari AS. menemukan bahwa akalasia berhubungan dengan proses
penuaan dengan status neurologi atau penyakit psikis, seperti penyakit Parkinson dan
depresi. (http://ntparisa.wordpress.com/)
Menurut etiologinya, akalasia dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu :
a. Akalasia primer (yang paling sering ditemukan).
Penyebab yang jelas tidak diketahui. Diduga disebabkan oleh virus neurotropik yang
berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia mienterikus pada
esofagus. Disamping itu, faktor keturunan juga cukup berpengaruh pada kelainan ini.
b. Akalasia sekunder (jarang ditemukan).
Kelainan ini dapat disebabkan oleh infeksi, tumor intraluminer seperti tumor kardia atau
pendorongan ekstraluminer seperti pseudokista pankreas. Kemungkinan lain dapat
disebabkan oleh obat antikolinergik atau pascavagotomi. Esofagus merupakan suatu
organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan garis tengah 2 cm. Terbentang
dari hipofaring hingga kardia lambung Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan
trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang pada diafragma tepat
anterior terhadap aorta. (http://www.fkumyecase.net/wiki/)
(reporting: Ulan, Widya, Debbie, Anisa. Makalah: Afina)
IV. Manifestasi Klinis
Gejala paling umum dari achalasia adalah
- Kesulitan menelan (dysphagia)
Merupakan keluhan utama dari penderita Akalasia. Disfagia dapat
terjadi secara tiba-tiba setelah menelan atau bila ada gangguan
emosi. Disfagia dapat berlangsung sementara atau progresif lambat.
Biasanya cairan lebih sukar ditelan dari pada makanan padat.
Dysphagia terjadi dengan keduanya makanan padat dan cair. Sensasi yang berat di dada
mereka setelah makan yang mungkin memaksa mereka untuk berhenti makan.
Adakalanya, nyerinya mungkin parah dan meniru sakit jantung.
- Regurgitasi
Memuntahkan makanan yang tersangkut di esophagus dapat terjadi, terutama ketika
esophagus melebar. Jika memuntahkan terjadi pada malam hari ketika pasien sedang
tidur, makanan dapat memasuki kerongkongan dan menyebabkan batuk dan tersedak.
Jika makanan memasuki trachea (pipa udara) dan paru, ia dapat menjurus
pada pneumonia (aspiration pneumonia). Satu per tiga dari penderita memuntahkan
kembali makanan yang belum dicerna.
- Rasa terbakar dan Nyeri Substernal dapat dirasakan pada stadium
permulaan. Pada stadium lanjut akan timbul rasa nyeri hebat di
daerah epigastrium dan rasa nyeri ini dapat menyerupai serangan
angina pektoris.
- Pada anak yang paling sering adalah muntah persisten
(http://ntparisa.wordpress.com)
- Berat badan menurun
Karena persoalan menelan makanan, sebagaian besar dari pasien-pasien dengan
achalasia kehilangan berat badan. Pada akalasia primer,penurunan berat badan sekitar 5
kg sedangkan pada akalasia sekunder, penurunan berat badan sekitar 15 kg. (Arjatmo
Tjokronegoro. 2001)
(reporting: Afina, Tia, Habsyah. Makalah: Afina)
V. Komplikasi
- Aspirasi pneumonia
Memuntahkan (regurgitasi) makanan yang tersangkut di esophagus
dapat terjadi, terutama ketika esophagus melebar. Regurgitasi dapat
timbul setelah makan atau pada saat berbaring. Sering kali
regurgitasi terjadi pada malam hari saat penderita tidur, makanan
memasuki kerongkongan dan menyebabkan batuk dan tersedak. Jika
makanan memasuki trachea (pipa udara) dan paru, ia dapat menjurus
pada pneumonia (aspiration pneumonia).
- Peradangan dari esophagus yang disebut esophagitis.
Esofagitis disebabkan oleh efek iritasi dari makanan dan cairan-cairan yang menumpuk
di esophagus untuk periode-periode waktu yang berkepanjangan. Mungkin juga ada
pemborokan-pemborokan esophagus.
- Kanker esophagus
Kanker esophagus mungkin hanya kurang dari 5% dari kasus. Bagaimanapun, tidak ada
bukti ilmiah yang cukup bahwa akalasia meningkatkan resiko seseorang
mengembangkan kanker esophagus jadi otoritas-otoritas sekarang ini tidak
merekomedasi bahwa pasien-pasien dengan akalasia menjalani endoskopi pencernaan
bagian atas secara teratur untuk pengawasan kanker.
(http://www.totalkesehatananda.com/index.html)
- Obstruksi saluran pethapasan
Obstruksi saluran pernapasan merupakan penyakit paru yg ditandai
oleh hambatan aliran udara yg bersifat non reversibel atau reversible
sebagian. Hambatan aliran udara berhubungan dengan masuknya
makanan ke saluran pernapasan. Sehingga udara yang akan masuk
ke dalam paru-paru terhambat oleh adanya makanan.
- Bronkhitis
Bronchitis merupakan peradangan saluran napas kronis yang ditandai
dengan gejala batuk berdahak minimal tiga bulan dalam setahun dan
sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut. Pada saat makan,
makanan bukannya ditelan tetapi masuk ke dalam saluran
pernapasan dan menyebabkan batuk dan tersedak. Apabila batuk
secara terus-menerus akan merangsang peradangan pada saluran
napas.
- Abses paru
Pada saat ini makanan bisa terhirup ke dalam paru-paru, dan dapat menyebabkan abses
paru, bronkiektasis (pelebaran dan infeksi saluran nafas) atau pneumonia aspirasi.
- Divertikulum
Sfingter esophagus bawah sulit relaksasi menyebabkan makanan
tidak dapat diteruskan ke saluran percernaan bawah. Akibatnya,
kebutuhan nutrisi kurang termasuk serat. Kekurangan serat dapat
mengakibatkan divertikulum.
Serat dapat membantu memperlunak tinja sehingga mudah melewati
usus. Serat juga mencegah sembelit (konstipasi). Sembelit
menyebabkan otot-otot menjadi tegang karena tinja yang terdapat di
dalam usus terlalu keras. Hal ini merupakan penyebab utama dari
meningkatnya tekanan di dalam usus besar. Tekanan yang berlebihan
menyebabkan titik-titik lemah pada usus besar menonjol dan
membentuk divertikula.
- Perforasi esophagus
Perforasi esophagus atau ruptur esofagus (Boerhaave syndrome)
adalah pecahnya dinding esofagus karena muntah-muntah. 90 %
penyebab ruptur esofagus adalah iatrogenik yang biasanya
diakibatkan oleh instrumentasi medis seperti paraesophageal
endoskopi atau pembedahan. Dan 10%nya disebabkan oleh muntah-
muntah
- Sudden death.
Sudden death merupakan kematian mendadak yang pada umumnya
disebabkan oleh kelainan jantung. Jantung merupakan organ vital
makhluk hidup yang terutama berperan dalam menyuplai oksigen
bagi tubuh untuk proses metabolisme dalam darah. Apabila makanan
masuk dan tersangkut di saluran pernapasan, maka oksigen tidak
akan bisa masuk ke dalam tubuh. Ketika jantung berhenti berdenyut,
suplai oksigen pun terhenti dan dapat menyebabkan pingsan bahkan
kematian bila berlangsung relatif lama.
(http://ntparisa.wordpress.com/)
(Reporting: Debbie, Pratiwi, Habsyah, Tia, Anisa. Makalah: Afina)
VI. Pemeriksaan Diagnostik
Radiologis (Esofagogram)
gambar: esophagus pada Achalasia.
Pada foto polos dada akan menunjukkan gambaran kontur ganda di atas mediastinum
bagian kanan, seperti mediastinum melebar dan adanya gambaran batas cairan dan udara.
Keadaan ini akan didapatkan pada stadium lanjut. Pada pemeriksaan radiologis dengan
barium pada akalasia berat akan terlihat adanya dilatasi esofagus, sering berkelok-kelok
dan memanjang dengan ujung distal meruncing disertai permukaan halus (bird’s beak).
Pemeriksaan radiologis yang lain dapat dilakukan adalah skintigrafi dengan memberikan
makanan yang mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan dilatasi esofagus tanpa
oprasi.
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi pada pasien ini harus dipersiapkan dengan baik dalam bentuk
kumbah esofagus dengan memakai kanul besar. Tujuan kumbah esofagus ini untuk
membersihkan makanan padat atau cair yang terdapat dalam esofagus, meskipun sudah
dipuasakan dalam waktu yang cukup lama. Endoskopi pada akalasia selain untuk
diagnostik juga dapat untuk membantu terapi.
Manometrik Esofagus
Pemeriksaan manometrik esofagus penting untuk konfirmasi diagnostic. Penemuan-
penemuan karakteristik adalah:
1. Tonus Sfinkter Esofagus Bawah tinggi
2. Relaksasi sfinkter tidak sempurna waktu menelan
3. Tidak adanya peristaltis esofagus
4. Tekanan korpus esofagus pada keadaan istirahat lebih tinggi daripada tekanan gaster.
(Makalah: Anisa)
VII. Penatalaksanaan
Terapi Non Bedah
1. Pemberian smooth-muscle relaxant, seperti nitroglycine 5 mg SL atau 10 mg PO, dan
juga methacholine, dapat membuat sfingter esophagus bawah relaksasi dan membantu
membedakan antara suatu struktur esophagus distal dan suatu kontraksi sfingter
esophagus bawah. Selain itu dapat juga diberikan calcium channel blockers (nifedine 10-
30 mgSL) diama dapat mengurangi tekanan pada sfingter esophagus bawah
2. Injeksi Batulinum Toksin
suatu injeksi bitulim toksin intrasfinger esophagus dapat digunakan untuk menghambat
pelepasan asetikolin pada bagian sfingter esophagus bawah. Toksin diinjeksi memakai
jarum skleroterapi yang dimasukkan ke dalam dinding esophagus dengan sudut
kemiringan 45 derajat, dimana jarum dimasukan sampai mukosa kira0kira 102 cm di
atassquamocolumnar junction. Dosis infeksi yang digunakan yaitu 80-100 unit/mL yang
dibagi dalam 20-25 unit/mL
Terapi Bedah
Operasi ini terdiri dari suatu pemisahan serat otot (misalkan: miotomi) dari sfingter
esophagus bawah (5cm) dan bagian proksimal lambung (2 cm) , yang ikut partial
fundoplication untuk mencegah refluks.
Farmakologi
Penderita akalasia dapat ditangani dengan kalsium channel blockers atau antagonis kalsium
yaitu nifedifine tersedia dalam bentuk tablet
Komposisi: tiap tablet mengandung 10 mg nifedifine
Cara kerja : nifedifine bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion
kalsium masuk ke otot polos tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka adanya
antagonis kalsium dapat menimbulkan efek inopatik negatif atau oto tidak berkontraksi
Dosis : 5-10 mg, 3 X sehari
Efek samping : kadang-kadang mengakibatkan mual, sakit kepala, palpilasi, takikardi, lemah
edema, hipotensi,reaksi hipersensitif. Umumnya timbul pada awal pengobatan dan bersifat
sedang dan sementara.
Kontraindikasi:
- hipersensitif terhadap nifedifine
- pada lansia gunakan dosis paling minimal
- jangan diberikan pada wanita meyusui, anjurkan untuk berhenti menyusui
(Makalah: Sherly reporting: Anisa, Debbie, Habsyah, Widya)
VIII. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Biodata:
Nama : Ny. Celline
Usia : 72 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : -
Pekerjaan : -
BB : 50 kg
TB : 165 cm
Diagnosa medis : Achalasia
Keluhan utama :
Klien mengeluh sering tersedak saat makan.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien didiagnosa mengidap penyakit akalasia, yang mengakibatkan klien mengalami
kesulitan saat makan dan minum.
Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengalami gangguan saat menelan sudah lama dan 2 bulan belakangan ini
bertambah berat.
Riwayat kesehatan keluarga : -
Pola tidur dan istirahat
Klien mengalami gangguan pada saat tidur, karena ketika klien tidur, makanan balik
lagi ke saluran pencernaan bagian atas (esophagus ) menyebabkan regurgitasi.
Eliminasi
Pola eliminasi klien tidak teratur karena asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh
klien inadekuat (makanan menumpuk di esophagus).
Nutrisi
Klien tidak mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat, dikarenakan makanan tertahan di
esophagus sehingga tidak bisa masuk ke gaster.
Pemeriksaan fisik
Sistem kardiovaskular : -
Sistem respiratori : Napas terganggu karena makanan masuk ke dalam saluran
pernapasan sehingga klien tersedak dan batuk saat makan.
Sistem imunologi : -
Sistem integumen : -
System musculoskeletal :-
Sistem digestive :
Inspeksi
Keadaan bibir dan rahang → warna , tekstur
Mukosa bagian dalam mulut → pucat, putih
Bentuk abdomen → datar (normal)
Sulit menelan
Palpasi
Pada daerah gaster dan faring karena dikhawatirkan ada ca
Apakah ada nyeri tekan
Pembengkakkan.
Sulit menelan → klien diberi minum kemudian perawat menekan daerah atas
tenggorokan, kemudian klien disuruh menelan.
Auskultasi
Bising usus → 15-30 kali/menit (normal) (Arif mutaqqin, 2008)
Perkusi
Kemungkinan hipertympani di daerah lambung (kebanyakan udara).
Sistem endokrin : -
System urinaria : -
System neurologi : -
B. Perencanaan
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : klien mengeluh
mengalami masalah
saat makan dan minum.
DO : BB turun
BB normal :
(TB−100)×10 % (TB−100 )=¿
(165−100 )× 10 % (165−100 )=¿
165 ×10 % (65 )=58,5 Kg
BB sekarang : 50 Kg
BB turun:
BBnormal−BB sekarang=¿
58,5 Kg−50 Kg=8,5 Kg
Degenerasi plexus Aurbach
↓
Gerakan peristaltic yang
lemah dan tidak beraturan
↓
Tekanan di esophagus
↓
SEB gagal berelaksasi
secara sempurna
↓
Achalasia
↓
Sulit menelan (disfagia)
↓
Makanan yang masuk ke
lambung ↓
↓
BB↓
↓
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
2 DS : klien mengatakan
bahwa ia seringkali
tersedak sampai
beberapa kali makanan
bukannya masuk ke
Degenerasi plexus Aurbach
↓
Gerakan peristaltic yang
lemah dan tidak beraturan
Resiko bersihan jalan
tidak efektif
dalam rongga hidung
sehingga ia terbatuk
dan bersin saat makan.
DO : -
↓
Tekanan di esophagus
↓
SEB gagal berelaksasi
secara sempurna
↓
Makanan masuk ke saluran
pencernaan
↓
Respon batuk, bersin
↓
Resti bersihan jalan napas
tidak efektif
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
nutrisi inadekuat ditandai dengan BB klien menurun
2. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya makanan
yang masuk ke rongga hidung dan laring ditandai dengan klien mengeluh batuk dan
tersedak
Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Kebutuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
berhubungan
dengan intake
nutrisi
inadekuat
ditandai
Tujuan jangka
pendek : nutrisi
klien terpenuhi
kriteria hasil:
1. BB klien
meningkat
Normal:
- Kaji ulang berat
badan klien
- Berikan makanan
sesuai dengan
kebutuhan
- Untuk
memudahkan
dalam menghitung
kebutuhan nutrisi
klien
- Pemberian yang
sesuai indikasi dan
tidak memberatkan
dengan BB
klien menurunBBI × BMI × koef . aktivitas=58,5× 25 ×1,5=2193,75
kkalhari
Abnormal:
50 ×25 ×1,5=1875 kkal
kebutuhan=normal−abnormal=2193,75−1875=325kkalhari
Kebutuhan
dalam
seminggu:
325× 7 hari7 kal
=325gr
mgg
¿1 gr=7 kalori
(Ibu Sari
Fatimah, 2
Maret 2011.
Pukul: 12.30)
2. Pola makan
klien teratur
3. Nafsu makan
klien
meningkat
Tujuan jangka
panjang : dalam
waktu 7x24 jam,
intensitas
tersedak klien
berkurang dan
tidak ada batuk
dan bersin saat
makan
BBI × BMI × koef . aktivitas=58,5× 25 ×1,5=2193,75kkalhari
- Berikan makanan
dengan porsi
sedikit tapi sering
- Berikan makanan
yang lunak dan
cair
- Pantau berat
badan klien setiap
harinya
- Berikan obat-
obatan golongan
nitrates dan
calcium channel
blockers (contoh:
veramil,
nifedipine)
klien apabila
berlebihan
- Mencegah
terjadinya
penumpukan
makanan pada
esophageal
- Agar makanan
mudah masuk dan
mudah dicerna
oleh tubuh
- Untuk mengetahui
perkembangan
berat badan klien
- Obat golongan
nitrates membantu
mengendurkan
spincter esophagus
bagian bawah
sedangkan calcium
channel bloker
dapat membantu
esophagus untuk
relaks dan tidak
konstriksi. Veramil
berfungsi untuk
menghmbat ion
kalsium.
Nifedipine berupa
antagonis kalsium
yang bekerja
dengan cara
menghambat
masuknya ion Ca
ke dalam sel
(purwanto dkk.
2008)
2 Resiko tinggi
bersihan jalan
nafas tidak
efektif
berhubungan
dengan adanya
makanan yang
masuk ke
rongga hidung
dan laring
ditandai
dengan klien
mengeluh
batuk dan
tersedak
Tujuan jangka
pendek :
Dalam waktu
2x24 jam , klien
mengerti dan
mampu
menerapkan
batuk efektif
(batuk yang
dapat
mendorong
sputum keluar
dari saluran
pernapasan)
Tujuan jangka
panjang : dalam
waktu 7x24 jam,
gangguan
bersihan jalan
nafas tidak
terjadi.
- Ajarkan klien
untuk
batuk efektif
(batuk yang dapat
mendorong
sputum keluar
dari saluran
pernapasan)
- Dorong/ bantu
latihan nafas abd
omen atau bibir
- Kaji ulang
kondisi
pernafasan
(frekuensi ,
kedalaman,
gerakan dada,
- Batuk efektif dap
at dilakukan pada
posisi duduk
tegak, dan
meningkatkan
kenyamanan
sewaktu inspirasi
- Memberikan
pasien beberapa
cara untuk
mengatasi dan
mengontrol
dipsnea dan
menurunkan
jebakan udara
- Berguna dalam
evaluasi derajat
distress
pernafasan dan
kronisnya proses
penyakit
penggunaan otot
bantu nafas
(makalah: Nurrul, Debbie, Dian)
Daftar Pustaka
Mutaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Ritcher, I.E. 1999. Achalasia. In: Castell, D. O, Ritcher, I.E. The Esophagus,
4th edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia.
Price, Sylvia A.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit ed/6 vol/1.
Jakarta: EGC.
Purwanto dkk. 2008. Data Obat di Inonesia ed/11. Jakarta: PT. Muliapurna Jaya Terbit.
Setiadi.2007. Ilmu Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol: 2. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.ed.3. Jakarta: EGC.
Tjokronegoro, Arjatmo.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
http://ntparisa.wordpress.com/
http://www.spesialis.info/
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=AKALASIA+PADA+WANITA+60+TAHUN+DENGAN+STATUS+GIZI+BURUK
http://www.indonesiaindonesia.com/f/10682-divertikulosis/
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/