28
 Anemia Defisiensi Zat Besi  MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI OLEH: A.ISMAWATI (70 2001 09 003) KESEHATAN MASYARAKAT B PROGRAM STUDI KESEHATAN M ASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN  MAKASSAR 2011

Makalah a.isma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia Defisiensi Zat Besi

MAKALAHANEMIA DEFISIENSI BESI

OLEH:

A.ISMAWATI(70 2001 09 003)KESEHATAN MASYARAKAT B

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDINMAKASSAR2011

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi WabarakatuhAlhamdulillahirabbil alamin, dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, Sang Pengampun bagi yang ingin bertaubat. Pemberi nikmat walaupun kita tidak pernah memberikan balasan. Pengasih dan penyayang bagi orang orang yang mau bernaung atas cinta-Nya, Sang Pemberi inspirasi bagi yang mau berpikir. Dengan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang berjudul Anemia Defisiensi Besi.Shalawat dan salam terhaturkan kepada Kekasih Allah Nabi Besar Muhammad SAW, sang pemimpin besar yang telah membawa kita dari alam yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan ke alam yang terang menderang yang dihiasi dengan iman, ihsan dan Islam, dimana Beliau mengubah paradigma Jahiliyah modern dengan pandangan prospektifnya, disegani dan dihormati baik kawan maupun lawan. Makalah ini penulis susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat. Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari dengan segenap hati bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan yang akan datang.Demikian atas perhatianya kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamualaikum wr.wb

Makassar, 9 November 2011

Penulis

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiiBAB I PENDAHULUAN1A. Latar BelakangB. Rumusan Maslah2C. Tujuan dan Manfaat Penulisan2BAB II PEMBAHASAN 4A. Hemoglobin4B. Metabolisme Besi5C. Anemia Defisiensi Besi8D. Sumber zat besi dan Penghambat penyerapannya12E. Akibat Defisiensi Besi13F. Pemeriksaan Laboratorium atau Penunjang Diagnosis ADB14G. Fakta-fakta yang terkait dengan Anemia Defisiensi zat besi16H. Penanganan dan Penanggulangan18BAB III PENUTUP20A. Kesimpulan20B. Saran21DAFTAR PUSTAKA23

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangAnemia defisiensi besi (ADB) merupakan anemia yang paling sering terjadi di negara berkembang seperti Indonesia terkait tingkat ekonomi terbatas, kurangnya asupan protein hewani, dan infestasi parasit yang merupakan masalah endemik. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia belum ada data yang pasti, Martoatmojo et al memperkirakan ADB pada laki-laki 16-50% dan 25-84% pada perempuan tidak hamil serta 46-92% pada wanita hamil. Anemia ini ditandai dengan terjadinya penurunan kadar hemoglobin, MCV, MCH, MCHC,feritin serum dan meningkatnya Total Iron Binding Capacity (TIBC).Sebenarnya, tubuh mempunyai mekanisme menjaga keseimbangan zat besi dan mencegah berkembangnya kekurangan zat besi. Tubuh mampu mengatur penyerapan zat besi sesuai kebutuhan tubuh dengan meningkatkan penyerapan pada kondisi kekurangan dan menurunkan penyerapan saat kelebihan zat besi. Begitupun, anemia tetap bisa menyerang, bahkan siapa saja. Di antaranya mereka yang karena aktif, sangat sibuk, dan mempunyai keterbatasan waktu, tidak bisa mengikuti pola makan yang memenuhi kebutuhan akan zat besi.Kemungkinan lain adalah meningkatnya kebutuhan karena kondisi fisiologis, misalnya hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi, adanya penyakit kronis atau infeksi, misalnya infeksi cacing tambang, malaria, tuberkulose atau TB (dulu dikenal sebagai TBC). Anemia tersebut memiliki dampak yang perlu perhatian. Untuk itu, makalah ini disusun oleh penulis sebagai bahan penambah informasi menegenai anemia defisiensi besi. B. Rumusan MasalahBertitik tolak pada uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :1. Apakah yang dimaksud dengan anemia defisiensi zat besi?2. Apa yang menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi, dan dampak apa yang akan ditimbulkan?3. Bagaimana prevalensi kasus anemia defisiensi zat besi di Indonesia?4. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan1. Untuk mengetahui definisi,penyebab,akibat, dan pencegahan anemia defisiensi zat besi2. Untuk mengetahui sejauh mana kasus anemia defisiensi besi di Indonesia dan upaya penanggulangan yang efektif untuk mengatasi masalh tersebut serta,3. Untuk menambah khazanah pengetahuan tentang penyusunan makalah

BAB IIPEMBAHASAN

A. Hemoglobin Hemoglobin adalah hemoprotein pembawa oksigen pada eritrosit yang terdiri dari empat gugus hem dan globin. Tiap eritrosit mengandung sekitar 640 juta molekul hemoglobin (A.V. Hoffbrand, et al., 2005). Pada manusia dewasa hemoglobin utama (mayor) disebut Hb A (hemoglobin dominan setelah 3-6 bulan), yang terdiri dari dua rantai dan dua rantai (22) dengan kadar 95% (Slamet Suyono, 2001; A.V. Hoffbrand, et al., 2005). Selain Hb A pada manusia dewasa terdapat hemoglobin pendamping (minor) yang disebut Hb A2 yang terdiri dari 2 rantai dan dua rantai (22). Kadar Hb A2 pada orang dewasa adalah < 2%. Pada bayi (neonatus) dan janin (embrio) terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu: Hb F (hemoglobin fetal) dengan kadar < 3% (Slamet Suyono, 2001) dan hemoglobin embrional. Perubahan utama dari Hb F ke hemoglobin dewasa terjadi setelah 3-6 bulan setelah lahir (A.V. Hoffbrand, et al., 2005). Sintesis hemoglobin dimulai dari suksinil koA, yang dibentuk dalam siklus Krebs berikatan dengan glisin yang dipengaruhi oleh enzim asam -aminolevulinat (ALA) untuk membentuk molekul pirol. Koenzim pada reaksi tersebut yaitu piridoksal fosfat (vitamin B6) yang dirangsang oleh eritropoietin (A.V. Hoffbrand, et al., 2005) Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX, yang kemudian bergabung dengan besi (bentuk ferro/ Fe2+) untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang, yang disebut globin, yang disintesis di ribosom, membentuk suatu subunit hemoglobin yang disebut rantai hemoglobin. Kadar Hemoglobin normal pada laki-laki 14-18 gr/dL dan wanita 12-16 gr/dL. Setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan kira-kira 1,39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal, lebih dari 21 ml oksigen dapat dibawa dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin pada setiap desiliter darah, dan pada wanita normal, oksigen yang dapat diangkut sebesar 19 ml (Guyton dan Hall, 1997). Fungsi hemoglobin dalam eritrosit yaitu mengangkut oksigen dari paru ke jaringan melalui arteri dan membawa CO2 dari jaringan ke paru-paru (A.V. Hoffbrand, et al., 2005).

B. Metabolisme Besi Besi merupakan mikromineral dan trace element vital yang sangat dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin, mioglobin dan beberapa enzim seperti sitokrom dalam tubuh manusia. Sekitar 65% dari 4000 mg besi yang normal dalam tubuh terikat pada hem. Setiap 1 ml eritrosit yang diproduksi memerlukan 1 mg besi (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004).Besi terdapat dalam berbagai jaringan tubuh dalam bentuk: - Hemoglobin (dalam hem): 65% , dalam bentuk ferro dalam eritrosit. - Ferritin dan hemosiderin : 30% dalam bentuk ferri, disimpan di hati (simpanan terbesar), limpa, dan sumsum tulang untuk eritropoesis. - Mioglobin : 3,5% dalam bentuk ferro untuk mengangkut dan menyimpan O2 dalam otot serta konstraksi otot (Widardo, 2007).Enzim heme (mis. katalase, sitokrom, peroksidase, flavoprotein) : 0,5%. Sitokrom C berfungsi dalam transfer elektron pada respirasi sel. Katalase berfungsi mengubah H2O2 berbahaya menjadi H2O dan O2 yang tidak berbahaya (Robert K. Murray, et al., 2001). Sitokrom P-540 berfungsi dalam degradasi oksidasi obat-obatan (Suhanantyo, 2007). - Besi terikat transferin (protein beta-globulin pengikat besi dalam sirkulasi) : 0,1% (A.V. Hoffbrand, et al., 2005).Setiap hari tubuh memerlukan 20-25 mg besi yang diperlukan eritropoesis di mana sebanyak 95% besi berasal dari perputaran daur eritrosit dan katabolisme hemoglobin. Hanya 1 mg/hari (5% dari perputaran eritrosit) besi diperlukan asupan dari makanan (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004).Kebutuhan besi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan umur. Besi dalam makanan terdiri dari besi heme dan besi nonheme. Besi heme banyak berasal dari hemoglobin dan mioglobin dalam daging, unggas, dan ikan (protein hewani) dan terdapat juga dalam hati dan jantung. Besi nonheme terutama berasal dari tumbuh-tumbuhan (Widardo, 2007). Besi dalam makanan di lambung akan terjadi perubahan bentuk dari ferri menjadi ferro dibantu oleh enzim ferrireduktase di mana penyerapan besi dalam bentuk ferro lebih mudah diserap (I Made Bakta, et al., 2006). Perubahan tersebut dipengaruhi oleh vitamin C, keadaan asam (HCl), asam amino, dan gula dapat meningkatkan penyerapan besi. Besi dalam bentuk ferri, besi anorganik, pH basa, kelebihan besi, asam phytat, tanat, kalsium, fosfor, tannin dalam teh dan kopi, serat merupakan penghambat absorbsi besi (A.V. Hoffbrand, et al. 2005; Widardo, 2007; I Made Bakta, et al., 2006). Serat dan tannin dapat mengikat besi sedangkan kalsium dan fosfor berkompetisi dalam penyerapan nutrisi sehingga menghambat absorbsi besi. Besi heme 2-3 kali lebih mudah penyerapannnya daripada besi nonheme (Widardo, 2007). Agar besi nonheme mudah diabsorbsi dalam duodenum harus berada dalam bentuk terlarut (Sunita A, 2001). Penyerapan besi maksimal terjadi pada duodenum dan jejunum bagian proksimal (Sunita A, 2001; Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004, Harry R, et al., 2005). Taraf absorbsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan besi. Apabila cadangan besi cukup atau berlebih maka akan terjadi penurunan absorbsi besi. Besi dari asupan makanan hanya mencapai 5-10% yang diabsorbsi (Waldo E. Nelson, 2000). Besi nonheme di lumen usus akan berikatan dengan apotransferin menjadi transferin besi yang akan masuk ke dalam sel mukosa. Di dalam sel mukosa tersebut, besi dilepaskan dan apotransferin aka kembali kelumen usus untuk mengangkut besi lainnya. Sebagian besi tersebut berikatan dengan apoferritin membentuk ferritan sebagai cadangan besi dalam sel. Sebagian lainnya yang tidak diikat oleh apoferritin akan masuk ke peredaran darah yang berikatan dengan apotransferin membentuk transferin serum (Harry R, et al., 2005). Transferin darah membaw besi menuju sumsm tulang untuk pembentukan hemoglobin yang merupakan bagian dari eritrosit. Sisanya di bawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin di hati, sumsum tulang, limpa, dan otot (Sunita A, 2001). Ekskresi besi melalui perdarahan, feses, keringat, urin, menstruasi, dan pengelupasan rambut dan kulit (Suhanantyo, 2007; Widardo, 2007).

C. Anemia Defisiensi BesiAnemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12.Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron= SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.Sasaran yang sangat berpotensi menderita anemia defisiensi besi adalah wanita hamil, wanita dengan diet tidak sehat, balita dan anak-anak.Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. selain itu,berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah merupakan faktor anemia pada ibu hamil. Pada banyak wanita hamil, anemia gizi besi disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak memenuhi syarat gizi dan kebutuhan yang meningkat. Selain itu, kehamilan berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya.Mereka yang berdiet pun terbuka kemungkinan menderita anemia karena diet yang tidak sehat biasanya berpantang dengan sumber makanan hewani seperti daging, hati, atau ikan. Padahal jenis pangan itu sumber zat besi yang mudah diserap tubuh. Tak heran bila mereka yang berdiet maupun vegetarian cenderung mudah menderita anemia. Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa kualitas makanan seimbang.Kebutuhan zat besi pada bayi dan anak hanya sekitar 1 mg saja. Namun, kebutuhan ini bisa terganggu karena tidak semua zat besi dalam makanan dapat diserap tubuh. Besi jenis haem pada makanan hewani lebih mudah diserap (10-20%), dibanding besi non-haem pada makanan nabati (1-5%). Bayi normal yang baru lahir punya cadangan zat besi sebesar 250-300 mg. Namun sebelum beranjak dewasa, jumlah cadangan zat besi yang diperlukannya harus menjadi 4-5 gram, kalau tidak ingin kekurangan zat besi. Pada periode pertumbuhan yang sangat cepat, seperti masa bayi, kebutuhan zat besi menjadi sangat tinggi akibat pertumbuhan jaringan yang cepat.Menurut Prof. DR. Dr. Solichin Pudjiadi, DSAK., dalam bukunya Ilmu Gizi Klinis pada Anak, ASI maupun susu sapi tidak mengandung cukup zat besi untuk memenuhi kebutuhan bayi tersebut. Namun, bayi yang mendapat ASI tak cepat kekurangan zat besi, karena 48% kadar besi dalam ASI bisa diserap bayi. Bayi yang tak mendapatkan ASI (dengan kata lain SuFor dan sebagainya) hanya akan mendapat 5-10% zat besi dari bahan makanan lainnya, oleh karena lebih sulit untuk dicerna. Jumlah ini tidak mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh bayi yang tengah berkembang pesat sehingga terjadi anemia.Kekurangan zat besi menyebabkan berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah merah, sehingga bayi atau anak akan mengalami anemia zat besi.Penelitian pada anak usia 6-18 bulan menunjukkan, anemia zat besi pada masa bayi bisa menjadi salah satu sebab gangguan fungsi otak permanen. Kekurangan zat besi pada masa ini harus menjadi perhatian serius karena dapat mempengaruhi kecerdasan dan perkembangan psikomotorik. Penelitian yang membandingkan anak-anak yang kurang zat besi dengan yang zat besinya normal.faktor lain yg menyebabkan adalah; Gizi makanan sangat berkaitan dengan penyakit kurang darah. Konsumsi bahan makanan yang miskin akan asam folat, besi, dan vitamin B12 cenderung menyebabkan seseorang menjadi kurang darah.Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari penyakit. Berikut tabel kadar Hb normal.Kadar Hb NormalKadar Hb NormalHb (gr/dl)

Pria dewasa13.5 17 g/dl

Wanita dewasa12 15 g/dl

Ibu hamil11 12 g/dl

Bayi baru lahir14 24 g/dl

Anak-anak11 16 g/dl

D. Sumber zat besi dan Penghambat penyerapannyaSumber-sumber zat besi banyak terdapat di alam baik dalam bentuk hewani maupun nabati. Berikut ini adalah sumber zat besi yang dapat dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.1. Zat besi yang berasal dari hewani yaitu: Daging merah Daging unggas Ati (ayam/sapi) Telur Ikan tuna, sarden, salmon Kerang-kerangan 2. Zat besi yang berasal dari tumbuhan yaitu: Bayam Brokoli Tahu (kedelai) Sereal Kentang Winter squash / butternut squash / labu2an . Buah2 yang dikeringkan (kismis,prune, apricot)Sedangkan sumber makanan yang menghambat penyerapan zat besi adalah sebagai berikut:Anggur merah ( red wine ) Bayam, sawi, bit hijau, ubi jalar Produk kedelei ( susu kedelei, dll) Kopi ( karena ada polifenol ) Teh ( karena ada zat tanin ) Bir Susu dan olahannya Kalsium Minuman bersoda Vitamin E Obat antasida, aspirin, dan jenis steroid Serat makanan ( oat dan sejenisnya )Jumlah Fe sangat dipengaruhi oleh umur, kebutuhan fisiologis, dan persediaan Fe dalam tubuh.

E. Akibat Defisiensi Besi1. Pada Bayi dan Anak Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi Gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar Pengaruh pada psikologis dan kemampuan belajar Penurunan aktivitas fisik 2. Pada Orang Dewasa Pria dan Wanita Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan Penurunan terhadap daya tahan terhadap keletihan 3. Pada Wanita Hamil Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin Peningkatan risiko bayi BLR

F. Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang Diagnosis ADB 1) Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin Pada orang dewasa normal jumlah eritrosit pada laki-laki 4,6-6,2 juta/mm3 dan pada perempuan 4,2-5,4 juta/mm3. Kadar hemoglobin normal pada laki-laki 13,5-18 gr/dl dan perempuan 12-16 gr/dl (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Angka normal jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dari setiap penulis memiliki perbedaan begitu juga dengan angka normal pemeriksaan laboratorium lainnya sehingga tidak memiliki angka mutlak. Jumlah eritrosit pada ADB normal atau sedikit menurun dan kadar hemoglobin turun. 2) Indeks erirosit Pemeriksaan indeks eritrosit meliputi Mean Corpuscular Volume (MCV), volume rata-rata sel darah merah; Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH), volume hemoglobin rata-rata dalam eritrosit; dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC), volume konsentrasi hemoglobin rata-rata. Secara manual perhitungan MCV didapatkan dari pembagian antara hematokrit dengan jumlah eritosit di mana nilai normalnya sebesar 80-98 fl (femtoliter). Perhitungan MCH didapatkan dari perbandingan antara kadar hemoglobin (Hb) dengan jumlah eritrosit dengan nilai normalnya antara 26-32 pg (pikogram). MCHC didapatkan dari perhitungan antara kadar Hb dibagi dengan hematokrit dikalikan 100% dengan nilai rujukan 32-36% (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Pada ADB, terjadi penurun ketiga indeks eritrosit di atas sehingga apusan darah tepinya menunjukkan anemia mikrositik hipokromik, anisositosis, dan poikilositosis. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada ADB dan thalassemia major. Leukosit dan trombosit pada umumnya normal (I Made Bakta, et al., 2006).3) TIBC, Saturasi Transferin, dan Besi Sumsum Tulang TIBC atau kapasitas mengikat besi total merupakan suatu pengukuran untuk mengukur kapasitas transferin serum mengikat besi. Pengambilan darah unutk pemeriksaan ini sebaiknya pada pagi hari setelah puasa 12 jam dan eksklusi suplemen besi selama 12-24 jam. Kemampuan total transferin mengikat besi diukur dari mengukur besi total yang terikat dan pemeriksaan TIBC ini tidak mengukur kadar transferin. Rentang normal untuk TIBC pada orang dewasa adalah 240-360 g/dl, dan cenderung akan berkurang seiring bertambahnya usia sampai 250 g/dl pada orang dengan usia di atas 70 tahun. TIBC meningkat pada defisiensi besi dan kehamilan, tetapi mungkin normal atau rendah pada penyakit kronis dan malnutrisi (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Saturasi transferin menggambarkan perbandingan antara besi serum yang ada dengan TIBC dalam bentuk persentase. Saturasi transferin ini memiliki pola diurnal, tinggi pada pagi hari dan rendah pada siang dan sore hari. Persentase saturasi rendah pada defisiensi besidan penyakit kronis dan tinggi pada anemia sideroblastik, keracunan besi, serta hemolisis intravascular dan hemokromatosis (Ronald A. Sacher, Richard A McPherson, 2004). Pemeriksaan sumsum tulang untuk melihat kadar cadangan besi untuk proses eritropoesis.4) Besi serum, protoporfirin eritrosit, ferritin serum Pemeriksaan besi serum dan ferritin serum untuk melihat ada/tidaknya besi dan cadangannya dalam tubuh. Dan protoporfirin eritrosit untuk menentukan pembentukan heme dimana besi akan diikat oleh protoporfirin.

G. Fakta-fakta yang terkait dengan Anemia Defisiensi zat besiBerikut ini beberapa fakta mengenai kasus Anemia defisiensi zat besi di Indonesia Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan Sebuah penelitian yang dilakukan Fakultas Kedokteran Udayana di Bali menunjukkan 46% ibu hamil terkena anemia. Secara umum di Indonesia sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil, dan 3% pria kekurangan zat besi." Sedangkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dua miliar penduduk dunia terkena anemia. Hasil penelitian yang dilakukanPT Merck Tbk di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara cukup tinggi. Menurut dr Risa Anwar Head of Medical Development PT Merck Tbk, di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta tes darah di tiga kota, Kediri, Jombang, dan Mojokerto, 33% di antaranya anemia. Sedangkan di Jawa Barat dengan peserta tes darah sebanyak 7.439 di tiga kota, Garut, Tasikmalaya, dan Cirebon, 41% di antaranya anemia. Sedangkan di Sumatera Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377 orang di tiga kota, Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, 33% di antaranya anemia. Penyakit lain menjadi penyebab anemia, menurut Prof DR Dr A haryanto Reksodiputro SpPD KHOM dalam makalah yang dibacakan Syafrizal, antara lain kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan pembentukan heme (pigmen pembentuk warna merah pada darah mengandung zat besi), penyakit infeksi kuman, telasemia, kelainan jantung, rematioid, kecelakaan hebat, meningitis, gangguan sistem imun, dan sebagainya.Melihat dari beberapa fakta diatas menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Indonesia memerlukan perhatian yang lebih ketat lagi untuk mengurangi angka kejadian anemiaH. Penanganan dan PenanggulanganPenanganan:1. Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling Anda melihat Anda tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan makan Anda dan obat yang sedang Anda minum. Anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan apa penyebabnya.2. Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi, dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca- operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravena.3. Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan. Setelah anemia tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk menjaga kondisi. Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan.4. .Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan penyakitnya.5. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah. Pencegahan dan penanggulangan:Dalam surah Abasa ayat 24 yang artinya:Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannyaAyat di atas menganjurkan kepada setiap orang untuk memperhatikan konsumsi dan pola makan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk pencegahan anemia maka setiap orang perlu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung heme iron dan meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung faktor penghambat absorpsi Fe Cara pencegahan lain yaitu: Memelihara keseimbangan antara asupan Fe. Suplementasi (tablet/sirup),Fortifikasi,Diversifikasi makanan ASI ekslusif (child care),KIE, Obat cacing dan Multiple suplemen / fortification

BAB IIIPENUTUPA.KesimpulanAnemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron= SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.Pada umumnya kelompok sasaran anemia defisiensi besi yaitu, ibu hamil & menyusui, balita, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan wanita pekerja. Anemia defisiensi zat besi dapat berakibat:Pada Bayi dan Anak Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi Gangguan perkembangan bahasa dan kemajuan belajar Pengaruh pada psikologis dan kemampuan belajar Penurunan aktivitas fisik Pada Orang Dewasa Pria dan Wanita Penurunan kerja fisik dan daya pendapatan Penurunan terhadap daya tahan terhadap keletihan Pada Wanita Hamil Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin Peningkatan risiko bayi BLRAnemia defisiensi zat besi dapat ditanggulangi dengan: Memelihara keseimbangan antara asupan Fe. Peningkatan konsumsi makanan yang mengandung heme iron dan meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung faktor penghambat absorpsi Fe Suplementasi (tablet/sirup), Fortifikasi, Diversifikasi makanan ASI ekslusif (child care), KIE, Obat cacing dan Multiple suplemen / fortificationD. SaranMelihat frekuensi kejadian anemia defisiensi zat besi yang cukup tinggi, maka sangat diperlukan upaya-upaya penanggulangan anemia defisiensi zat besi, diharapkan ada penanggulangan yang efektif dari setiap daerah di Indonesia. Seperti pendistribusian bahan makanan yang telah mengandung zat besi didalamnya (fortifikasi) yang dibagikan setiap bulannya kepada masyarakat, mengedarkan dipasaran fortifikasi tersebut dan menganjurkan kepada masyarakat untuk membelinya setiap bulan sesuai dengan kebutuhan mereka. Program tersebut harus berkelanjutan.Petugas kesehatan setempat perlu memberikan informasi mengenai anemia pada mereka yang menderita atau sebagai kasus dan kepada mereka yang kontrol atau yang masih sehat.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Anemia. Dikutip pada Tanggal 5 november 2011. Dari :ludifkunjani. Files.wordpress.comCaroline. 2010. Absorpsi zat besi. Dikutip pada Tanggal 5 november 2011. Dari: fransis.wordpress.com

Lesyudin, Ayu. 2011. Anemia Defisiensi zat besi. Dikutip pada Tanggal 5 november 2011. Dari: http//wenylestaridyin.blogspot.com.