15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada. Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT. Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia. B. Rumusan Masalah 1. Apakah aqidah itu? 2. Apakah sumber dari aqidah? 3. Bagaimana aqidah jika di tinjau dari ayat-ayat Al Qur‟an? 4. Apakah manfaat aqidah ? C. Tujuan Penulisan Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah, pengertian aqidah yang ditinjau dari ayat-ayat Al Qur‟an, ruang lingkup pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang muslim

Makalah Akidah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Akidah

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan. Allah SWT

    menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan di dalamnya, bukanlah

    tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWT menciptakan manusia. Manusia

    diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi untuk

    mengatur atau mengelola apa yang ada di bumi beserta segala sumber daya yang ada.

    Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumber daya yang

    ada, sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnya yakni menyembah sang

    Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harus mempunyai aqidah yang lurus agar tidak

    menyimpang dari apa yang diperintahkan Allah SWT.

    Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidah yang benar

    kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para

    Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apakah aqidah itu?

    2. Apakah sumber dari aqidah?

    3. Bagaimana aqidah jika di tinjau dari ayat-ayat Al Quran?

    4. Apakah manfaat aqidah ?

    C. Tujuan Penulisan

    Makalah ini ditulis dengan tujuan agar kita lebih memahami apa itu aqidah secara

    etimologis dan terminologis, sumber-sumber aqidah, pengertian aqidah yang ditinjau dari

    ayat-ayat Al Quran, ruang lingkup pembahasan dan manfaat dari aqidah untuk seorang

    muslim

  • 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pengertian

    1. Aqidah Secara Etimologi

    Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang

    diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati

    dan pembenaran terhadap sesuatu.

    2. Aqidah Secara Syara

    Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasulnya, dan

    kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik maupun yang buruk (rukun

    iman).

    Dalilnya adalah

    QS. Al Kahfi: 110

    QS Az Zumar: 65

    QS. Az Zumar: 2-3

    QS. An Nahl: 36

    QS. Al Araf: 59,65,73, 85

    3. Aqidah secara terminologi

    Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat

    diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan akal, wahyu dan fitrah.

    Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan

    keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan

    kebenaran itu.

  • 3

    B. Sumber-Sumber Aqidah Yang Benar Dan Manhaj Salaf Dalam Mengambil Aqidah

    Aqidah adalah tauqifiyah. Artinya, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syari,

    tidak ada medan ijtihad dan berpendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya

    terbatas kepada apa yang ada di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Sebab tidak seorangpun yang

    lebih mengetahui tentang Allah, tentang apa-apa yang wajib bagiNya dan apa yang harus

    disucikan dariNya melainkan Allah sendiri. Dan tidak ada seorangpun sesudah Allah yang

    mengetahui tentang Allah selain Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu

    manhaj as-Salafush Shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah terbatas pada al-

    Quran dan as-Sunnah (Kitab Tauhid 1, Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan).

    C. Istilah-Istilah Lain Tentang Aqidah

    Iman, yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan

    diamalkan dengan anggota tubuh.

    Tauhid, artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).

    Ushuluddin, artinya: pokok-pokok agama

    Fiqh Akbar, artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa

    tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122, bukan

    hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh akbar,

    adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum.

    D. BEBERAPA KAIDAH AQIDAH

    Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya

    mengatakan tidak berdasarkan pengalaman masa lalu.

    Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui

    berita yang diyakini kejujuran si-pembawa berita.

  • 4

    Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa

    menjangkaunya dengan indera mata.

    Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh

    inderanya.

    Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dalam ruang dan waktu.

    Iman adalah fitrah setiap manusia.

    Kepuasan materiil di dunia sangat terbatas

    Keyakinan pada hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya

    Allah.

    E. Penyimpangan Aqidah Dan Cara-Cara Penanggulangannnya

    Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah Shahihah, yaitu:

    1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah, karena tidak mau mempelajari dan

    mengajarkannya, atau karena kurangnya perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh

    generasi yang tidak mengenal aqidah shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau

    kebalikannya. Akibatnya, mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan

    yang batil dianggap sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin

    Khatab radliyallahu anhu : Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu

    demi satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal

    kejahiliyahan.

    2. Taashshub (fanatik) kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek

    moyangnya, sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya,

    sekalipun hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170,

    yang artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang telah

    diturunkan Allah , mereka menjawab, (tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa

  • 5

    yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan

    mengikuti juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu

    apapun, dan tidak mendapat petunjuk?

    3. Taqlid Buta

    Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui

    dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

    4. Ghuluw (berlebihan)

    Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di atas

    derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu yang tidak

    mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan kemanfaatan

    maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu perantara antara Allah

    dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat penyembahan para wali tersebut dan

    bukan menyembah Allah.

    5. Ghaflah (lalai)

    Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat

    kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat Quraniyah).

    Di samping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan kebudayaan, sampai-sampai

    mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi manusia semata, sehingga mereka

    mengagung- agungkan manusia dan menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih

    payah dan penemuan manusia semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini

    kosong dari pengarahan yang benar menurut Islam.

    6. Enggannya media pendidikan dan media informasi melaksanakan tugasnya.

    Kurikulum pendidikan kebanyakan tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap

    pendidikan agama Islam, bahkan ada yang tidak peduli sama sekali. Sedangkan

    media informasi, baik cetak maupun elektronik berubah menjadi sarana penghancur

  • 6

    dan perusak, atau paling tidak hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat meteri

    dan hiburan semata. Tidak memperhatikan hal-hal yang dapat meluruskan moral dan

    menanamkan aqidah serta menangkis aliran-aliran sesat.

    Cara-cara penanggulangan penyimpangan aqidah adalah dengan:

    1. Kembali pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam untuk

    mengambil aqidah shahihah. Sebagaimana para Salafush Shalih mengambil aqidah

    mereka dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini kecuali apa yang

    telah memperbaiki umat terdahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan yang

    sesat dan mengenal syubuhat-syubuhat mereka untuk kita bantah dan kita waspadai,

    karena siapa yang tidak mngenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke

    dalamnya.

    2. Memberi perhatian pada pengajaran aqidah shahihah, aqidah salaf, di berbagai jenjang

    pendidikan. Memberi jam pelajaran yang cukup serta mengadakan evaluasi yang ketat

    dalam menyajikan materi ini.

    3. Harus ditetapkan kitab-kitab salaf yang bersih sebagai materi pelajaran. Sedangkan

    kitab-kitab kelompok penyeleweng harus dijauhkan.

    4. Menyebar para dai yang meluruskan aqidah umat Islam dengan mengajarkan aqidah

    salaf serta menjawab dan menolak seluruh aqidah batil

    Aqidah atau keimanan adalah suatu keyakinan seseorang yang diwujudkan dengan

    membenarkan dengan hati kita sendiri, menyatakan dengan lisan dan membuktikannya

    dengan seluruh amal perbuatan. Orang yang benar-benar beriman itu, terkandung di dalam

    Qs.AL-Hujurat ayat 15 :

  • 7

    Artinya :

    Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman

    kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan

    harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, Mereka itulah orang-orang yang benar .

    Orang beriman wajib juga percaya kepada AL-Quran, Malaikat, Hari akhir, qodlo dan

    qodar. Karena semua itu merupakan perangkat dalam seting kehidupan.

    Orang beriman seharusnya menyadari bahwa didalam berperilaku senantiasa

    dihadapkan kepada keuntungan atau kerugian, secara lahir dan batin, yang berakibat

    keuntungan lahiriah (materi) dan batiniah (pahala), maka setiap orang yang beriman adalah

    orang yang memiliki komitmen dan tekat yang bulat (commitment and determination), untuk

    memperoleh keberuntungan dari pencipta kehidupan,yakni Allah dan untuk itu Allah

    menjamin sebagaimana ketetapannya dalam Qs-AL Muminuun [23] ayat 1,:

    Artinya :

    Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman .

    Allah menetapkan sungguh beruntung orang-orang yang beriman, karena itu orang

    beriman selalu optimis sebabnya selalu akan memperoleh keberuntungan, ketika mendapat

    musibah ia bersabar karena yakin bahwa musibah adalah rencana Allah untuk meningkatkan

    derajatnya atau merupakan peringatan untuk perbaikan dirinya.

  • 8

    Dalam AL-Quran Surat at-Tahrim ayat 6,diJelaskan bahwa orang yang beriman

    diperintahkan untuk : Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka . Ayat ini

    menekankan orang yang beriman untuk menimpa berupa harta dan pahala.

    Orang beriman senantiasanya mengembangkan sikap tolerance for risk, ambiguity,

    and uncertainty, karena ia mempunyai penjamin kulitas (quality assurance)sandaran

    keyakinan yang tidak mungkin dapat disaingi oleh siapapun, ia merasa aman bersamanya.

    Orang beriman selalu rindu, cinta, senang bersama Allah, ia selalu melatih diri untuk

    membesarkannya dengan shalat yang khusuk, tahajud di dua pertiga malam merupakan target

    mencapai maqomam mahmuda tempat yang terpuji.

    Untuk memelihara diri dan keluarga serta untuk memudahkan meringankan

    kehidupan, islam memiliki syariat atau jalan hidup diantaranya adalah menegakan shalat.

    Rassulullaah menyatakan bahwa shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa yang

    menegakkannya ia menegakkan agama, barang siapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan

    agama. Dalam sabda yang lain Rasullullah SAW juga menyatakan batas keimanan seseorang

    dengan kekafirannya adalah meninggalkan shalat. Dalam kehidupan dunia, shalat merupakan

    penentu, yakni orang yang dapat shalat dengan khusuk, tawadlu,dalam membesarkan Allah

    selama melaksanakan shalat, maka makna shalat yakni Ingat kepada Allah dan

    membesarkannya akan selalu tegak dalam kehidupan sehari-hari setiap saat dalam berbagai

    kondisi dan situasi, sehingga mencapai apa yang diharapkan Allah yakni terkandung dalam

    Q.S. Ali Imran [3] ayat 191,:

  • 9

    Artinya :

    orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring

    dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi : Ya Tuhan kami, tiadalah

    Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari

    siksa neraka.

    F. AQIDAH ISLAMIYAH

    Aqidah Islamiyah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

    para rasul-Nya, hari akhir, kepada qadla dan qadar baik-buruk keduanya dari Allah.

    Sedangkan makna iman itu sendiri adalah pembenaran yang bersifat pasti (tashdiiqul jazm),

    yang sesuai dengan kenyataan, yang muncul dari adanya dalil/bukti. Bersifat pasti artinya

    seratus persen kebenaran/keyakinannya tanpa ada keraguan sedikitpun. Sesuai dengan fakta

    artinya hal yang diimani tersebut memang benar adanya dan sesuai dengan fakta, bukan

    diada-adakan (mis. keberadaan Allah, kebenaran Quran, wujud malaikat dll). Muncul dari

    suatu dalil artinya keimanan tersebut memiliki hujjah/dalil tertentu, tanpa dalil sebenarnya

    tidak akan ada pembenaran yang bersifat pasti . Suatu dalil untuk masalah iman, ada kalanya

    bersifat aqli dan atau naqli, tergantung perkara yang diimani. Jika perkara itu masih dalam

    jangkauan panca indra/aqal, maka dalil keimanannya bersifat aqli, tetapi jika tidak (yaitu di

    luar jangkauan panca indra), maka ia didasarkan pada dalil naqli. Hanya saja perlu diingat

    bahwa penentuan sumber suatu dalil naqli juga ditetapkan dengan jalan aqli. Artinya,

    penentuan sumber dalil naqli tersebut dilakukan melalui penyelidikan untuk menentukan

    mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dijadikan sebagai sumber dalil naqli. Oleh

    karena itu, semua dalil tentang aqidah pada dasarnya disandarkan pada metode aqliyah.

    Dalam hal ini, Imam Syafii berkata:Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi

    seorang mukallaf adalah berfikir dan mencari dalil untuk marifat kepada Allah Taala. Arti

  • 10

    berfikir adalah melakukan penalaran dan perenungan kalbu dalam kondisi orang yang berfikir

    tersebut dituntut untuk marifat kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ia bisa sampai kepada

    marifat terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indra dan ini merupakan

    suatu keharusan. Hal ini seperti merupakan suatu kewajiban dalam bidang.

    G. TUJUAN AQIDAH DALAM ISLAM

    Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :

    1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah

    pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah

    diperuntukkan hanya kepadaNya.

    2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari

    akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya

    dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya

    terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.

    3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang dalam

    pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya

    lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh

    karena itu hatinya menerima takdir-Nya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak

    mencari pengganti yang lain.

    4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah

    dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah

    mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan

    perbuatan.

    5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan kesempatan

    beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat

  • 11

    tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar

    akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.

    Artinya :

    "Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang

    dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al

    An'am : 132).

    Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya :

    "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang

    mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah

    terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan

    janganlah lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan :

    seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah

    dan apa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka

    perbuatan setan." ( HR. Muslim)

    6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal maupun yang

    murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa

    peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu.

    Artinya :

    "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman

    kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad

  • 12

    dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang rang yang

    benar." (QS. Al Hujurat : 15),

    7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individu-individu

    maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.

    Artinya :

    "Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam

    keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepadanya

    kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka

    dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl

    97)

    Inilah sebagian dari tujuan akidah Islam, Kami mengharap agar Allah

    merealisasikannya kepada Kami dan seluruh umat Islam

    H. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

    Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:

    1. Ilahiyat

    Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti

    wujud Allah dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain

    2. Nubuwat

    Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul,

    termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu'jizat, dan lain sebagainya.

  • 13

    3. Ruhaniyat

    Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik

    seperti malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

    4. Sam'iyyat

    yaitu pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I

    (dalil naqli berupa Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,

    tanda-tanda kiamat, surga neraka dan lainnya.

  • 14

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina

    setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca mata

    tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan persfektif Islam

    mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni

    dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu

    menciptakan mujizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman

    permulaan Islam.

    Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim

    sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan

    bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya dengan

    aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan perasaan diawasi

    oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-Nya. Dengan demikian,

    musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia. Karena akhlak tanpa iman

    tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.

    B. Saran

    Semoga apa-apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang

    kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

  • 15

    DAFTAR PUSTAKA

    Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

    Kitab Buhuuts fii 'Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 11-12) oleh Dr. Nashir

    bin 'Abdul Karim al-'Aql,

    Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (hal. 13-14) karya Syaikh Muhammad bin

    Ibrahim al-Hamd dan Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah fil 'Aqiidah oleh

    Dr. Nashir bin 'Abdul Karim al-'Aql.

    Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas.

    (Sumber Rujukan: Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, Asy-Syaikh Muhammad bin

    Shalih al-Utsaimin)