19
NILAI ETIKA KEANEKARAGAMAN HAYATI MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Biokonservasi Yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Suhadi M.Si Oleh : Kelompok 1 / off G 2013 Alifia Yulianita (130342603487) Mirza Yanuar Rizki (130342615308) Try Yuni Andromeda (130342603482) UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biokonservasi

Citation preview

Page 1: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

NILAI ETIKA KEANEKARAGAMAN HAYATI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Biokonservasi

Yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Suhadi M.Si

Oleh :

Kelompok 1 / off G 2013

Alifia Yulianita (130342603487)

Mirza Yanuar Rizki (130342615308)

Try Yuni Andromeda (130342603482)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

S1 BIOLOGI

FEBRUARI 2015

Page 2: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Bab 1

Pendahuluan

Latar belakang

Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya

yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari.

Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, dan udara. Tanah

merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat

diperlukan oleh manusia sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia. Untuk

menjaga keseimbangan, air sangat dibutuhkan dengan jumlah yang cukup banyak

dan memiliki kualitas yang baik. Selain itu, udara merupakan sumber oksigen

yang alami bagi pernafasan manusia. Lingkungan yang sehat akan terwujud

apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.

Krisis lingkungan hidup yang dihadapi manusia modern merupakan akibat

langsung dari pengelolaan lingkungan hidup yang “nir-etik”. Artinya, manusia

melakukan pengelolaan sumber-sumber alam hampir tanpa peduli pada peran

etika. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa krisis ekologis yang dihadapi

umat manusia berakar dalam krisis etika atau krisis moral. Umat manusia kurang

peduli pada norma-norma kehidupan atau mengganti norma-norma yang

seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan kepentingannya sendiri. Manusia

modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu

saja dieksploitasi dan dicemari tanpa merasa bersalah. Akibatnya terjadi

penurunan secara drastis kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian

spesies dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam. Pencemaran

dan kerusakan alam pun akhirnya mencuat sebagai masalah yang mempengaruhi

kehidupan sehari-hari manusia.

Page 3: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Rumusan Masalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Etika Lingkungan dan prinsip etika

lingkungan?

2. Apa saja prinsip etika lingkungan?

3. Apa yang dimaksud nilai keanekaragaman hayati?

4. Apa saja macam nilai keanekaragaman hayati?

Tujuan :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Etika Lingkungan dan prinsip

etika lingkungan

2. Mengetahui apa saja prinsip etika lingkungan

3. Mengetahui apa yang dimaksud nilai keanekaragaman hayati

4. Mengetahui macam-macam nilai keanekaragaman hayati

Page 4: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Bab II

Pembahasan

I. Pengertian Etika Lingkungan dan prinsip etika lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang

mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk

hidup lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Etika berasal dari Bahasa Yunani “ethikos” (kata sifat) yang berarti

“muncul dari kebiasaan”, dan “ethos” (kata benda) yang berarti “watak kesusilaan

atau adat” (Barthes, 1983; Syamsuri, 1996). Dalam perkembangannya, etika

merupakan cabang dari filsafat yang bersifat normatif, yang mengkaji mengenai

standar dan penilaian moral(Bhs. Latin “mores” = adat/cara hidup). Magnis-

Suseno (1987) menjelaskan bahwa etika merupakan pemikiran kritis dan

mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Dengan demikian, etika mencakup

analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung

jawab. Oleh karena etika merupakan cabang filsafat yang normative dan terkait

dengan moral, maka etika berperan sebagai penuntun moral yang datang dari

dalam diri manusia itu (Syamsuri, 1996).

Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam

bergaul dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan

yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga

keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

Etika lingkungan (etika ekologi) adalah pendekatan terhadap lingkungan

yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan

yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang

sama. Prinsip etika lingkungan adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai

bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga

diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

Page 5: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Etika lingkungan dapat dikategorikan kedalam etika pelestarian dan etika

pemeliharaan.  Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada

mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika

pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan

untuk kepentingan semua mahluk. Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi

etika lingkungan dangkal (shallow environmental ethics),

Sumber etika lingkungan

Etika lingkungan berfungsi dalam dua hal. Pertama, sebagai

pengimbangan atas hak dan kewajiban manusia terhadap lingkungan. Kedua,

membatasi tingkah laku dan upaya untuk mengendalikan berbaai kegiatan agar

tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan (Syamsuri, 1996). Lingkungan

hidup terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan alam fisik (tanah, air,udara) dan

biologis (tumbuhan–hewan), lingkungan buatan (sarana prasarana), dan

lingkungan manusia (hubungan sesama manusia, meliputi aspek sosial dan

budaya). Bentuk perilaku terhadap lingkungan hidup juga mencakup ketiga

macam lingkungan hidup tersebut.

Oleh karena itu, ruang lingkup etika lingkungan mencakup apa yang harus

dilakukan oleh manusia terkait dengan lingkungan alam fisik, biologis, buatan,

dan lingkungan manusia. Dengan demikian etika lingkungan pada dasarnya

adalah menerapkan etika tidak hanya untuk kepentingan manusia, tetapi untuk

keberlanjuta ekologi (Rolston, 2003).

Paradigma Etika Lingkungan

Holmes Rolston (2003) menyatakan bahwa etika lingkungan merupakan

teori dan praktik terkait tindakan tepat yang didasari oleh nilai-nilai untuk

menjaga alam. Namun demikian, tindakan yang tepat masih bersifat relatif.

Banyak orang yang memiliki pandangan berbeda terkait tindakan yang tepat

terhadap lingkungan. Dari sinilah muncul ragam pola terkait hubungan, cara

pandang, cara pikir, dan cara tindak manusia terkait dengan alam. Secara teoretis,

terdapat tiga model teori etika lingkungan, yaitu yang dikenal sebagai shallow

environmental ethics, intermediate environmental ethics, dan deep environmental

Page 6: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

ethics (Keraf, 2005). Dalam istilah lain, tiga teori tersebut secara berturut-turut

dikenal sebagai antroposentrisme, biosentrisme, dan ekosentrisme (Gudolf &

Huchingson, 2010).

Antroposentrisme dikenal sebagai pandangan yang bersifa thuman

centered, artinya manusia sebagai pusat pertimbangan terhadap lingkungan

(Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2008). Pandangan ini disebut pula sebagai

shallow environmental ethics (etika lingkungan yang dangkal). Atroposentrisme

terbagi atas egosentrime (kepentingan pribadi sebagai pijakan nilai) dan

homosentrisme (kepentingankelompok sebagai pijakan nilai) (Gudolf &

Huchingson, 2010).

Pandangan kedua adalah biosentrisme yang disebut juga sebagai life-

centered ethics. Artinya, konsep etika berpusat pada komunitas hidup, meliputi

manusia, flora, dan fauna. Dalam hal ini manusia adalah anggota dari komunitas

kehidupan. Dalam pandangan ini, manusia dan makhluk hidup adalah kesatuan

ekosistem yang saling berada dalam ketergantungan. Tiap makhluk hidup

memiliki hidupnya sendiri dan memiliki sifat serta kemampuan yang tidak

dimiliki oleh makhluk lainnya (Syamsuri, 1996). Dengan demikian, perlu adanya

upaya saling dukung dan saling melengkapi antarmakhluk hidup.

Pandangan ketiga adalah ekosentrisme. Padangan ini merupakan

kelanjutan dari pandangan biosentrisme. Pandangan ini menekankan bahwa

penerapan etika tidak hanya pada komunitas hidup (biotik), tetapi juga mencakup

komunitas ekosistem secara menyeluruh. Pandangan ini melihat ekosistem

sebagai the land ethic, atau tempat penerapan etika (Rulston, 2003). Etika

ekosentris mendasarkan diri pada kosmos, di mana lingkungan secara keseluruhan

dinilai pada dirinya sendiri. Menurut ekosentrisme hal yang paling penting adalah

tetap bertahannya semua yang hidup yang yang tidak hidup sebagai komponen

ekosistem yang sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki

tanggung jawab moralnya sendiri (Sudriyanto, 1992).

Page 7: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

II. Prinsip Etika Lingkungan

Beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan dan tuntunan bagi perilaku

manusia dalam berhadapan dengan alam:

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature). Hormat terhadap alam

merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta

seluruhnya. Setiap anggota komunitas ekologis, termasuk manusia,

berkewajiban menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies

serta menjaga keterkaitan dan kesatuan komunitas ekologis.

2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature). Manusia

mempunyai tanggung jawab terhadap alam semesta (isi, kesatuan,

keberadaan dan kelestariannya).

3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity). Prinsip solidaritas muncul dari

kenyataan bahwa manusia adalah bagian yang menyatu dari alam semesta

dimana manusia sebagai makhluk hidup memiliki perasaan

sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For

Nature). Manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan

alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi

yang muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas

ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi,

dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.

5.  Prinsip tidak merugikan alam secara tidak perlu,

6.  Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam 

7. Prinsip keadilan 

8. Prinsip demokrasi 

9.  Prinsip integritas moral

III. Pengertian Nilai Keanekaragaman Hayati

Nilai Keanekaragaman Hayati memiliki beragam nilai atau arti bagi

kehidupan. Ia tidak hanya bermakna sebagai modal untuk menghasilkan produk

Page 8: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

dan jasa saja (aspek ekonomi) karena keanekargaman hayati juga mencakup aspek

sosial, lingkungan, aspek sistem pengtahuan, dan etika.

Kearifan dalam Menjaga Lingkungan

Pada saat ini fenomena lingkungan memasuki kondisi krisis, baik krisis

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.Indikasinya adalah tanah pertanian

makin tidak produktif, flora dan fauna makin punah akibat eksploitasi sumber

daya alam dengan tidak memikirkan daya dukung lingkungan. Fenomena tersebut

seharusnya menyadarkan kita untuk mengoreksi tindakan yang salah pada masa

lalu. Terus berusaha memperbaiki lingkungan masa depan yang berbentuk

tindakan baik pada tingkat afektif, kognitif, psikomotorik, maupun bersifat teoritis

dan praktis. Bagaimanapun, narasi besar mengatakan bahwa persoalan lingkungan

jelas berkaitan dengan watak manusia, terutama sebagai konsekuensi interaksi

manusia dengan alam lingkungan.

Secara sederhana, kearifan lokal ( indigenous knowledge atau local

knowledge) dapat dipahami sebagai pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat tertentu yang mencakup di dalamnya sejumlah pengetahuan

kebudayaan yang berkaitan dengan model-model pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya alam secara lestari (Zakaria, 1994: 56). Orang-orang yang memiliki

kepedulian alam ini kemudian menciptakan aturan-aturan sederhana yang pada

awalnya didapatkan melalui proses trial & error dengan cara meneruskan aktivitas

yang diyakini dapat melestarikan alam dan meninggalkan praktek-praktek yang

berujung pada kerusakan (Mitchell, 2003: 299). Aturan atau ketentuan dalam

format ‘kearifan lokal’ tersebut diciptakan oleh masyarakat dalam terminologi

pantangan yang bercorak religius-magis dan aturan adat (Lubis, 2005: 251).

Page 9: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

IV. Macam-Macam Nilai Keanekaragaman Hayati

a) Nilai Eksistensi

Merupakan nilai yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati karena

keberadaannya (Ehrenfeld, 1991). Nilai ini tidak berkaitan dengan potensi suatu

organisme tertentu, tetapi berkaitan dengan beberapa factor berikut:

1.Faktor hak hidupnya sebagai salah satu bagian dari alam;

2.Faktor yang dikaitkan dengan etika, misalnya nilainya dari segi etika agama.

Berbagai agama dunia menganjurkan manusia untuk memelihara alam ciptaan

Tuhan;

3.Faktor estetika bagi manusia, Misalnya, banyak kalangan, baik pecinta alam

maupun wisatawan, bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk mengunjungi

taman-taman nasional guna melihat satwa di habitat aslinya, meskipun mereka

tidak mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut.

b) Nilai Jasa Lingkungan

Nilai jasa lingkungan yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati ialah

dalam bentuk jasa ekologis bagi lingkungan dan kelangsungan hidup manusia.

Sebagai contoh jasa ekologis ,misalnya, hutan, salah satu bentuk dari ekosistem

keanekaragaman hayati, mempunyai beberapa fungsi bagi lingkungan sebagai:

1. pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air sehingga menghindarkan

manusia dari bahaya banjir maupun kekeringan;

2. penjaga kesuburan tanah melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan;

3. pencegah erosi dan pengendali iklim mikro.Keanekaragaman hayati bisa

memberikan manfaat jasa nilai lingkungan jika keanekaragaman hayati dipandang

sebagai satu kesatuan, dimana ada saling ketergantungan antara komponen di

dalamnya.

Page 10: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

c) Nilai Warisan

Nilai warisan adalah nilai yang berkaitan dengan keinginan untuk menjaga

kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh generasi

mendatang. Nilai ini acap terkait dengan nilai sosio-kultural dan juga nilai pilihan.

Spesies atau kawasan tertentu sengaja dipertahankan dan diwariskan turun

temurun untuk menjaga identitas budaya dan spiritual kelompok etnis tertentu

atau sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan mereka di masa

datang.

d) Nilai Pilihan

Potensi keanekaragaman hayati dalam memberikan keuntungan bagi

masyarakat di masa datang ini merupakan nilai pilihan (Primack dkk.,1998). Nilai

pilihan, yang juga dapat diartikan sebagai tabungan, memungkinkan manusia

untuk mengembangkan pilihannya dalam upaya beradaptasi menghadapi

perubahan lingkungan fisik maupun sosial.

e) Nilai Konsumtif

Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati

disebut nilai konsumtif. Sebagai contoh Dari nilai komsumtif ini ialah

pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk pemenuhan kebutuhan sandang,

pangan maupun papan.

f) Nilai Produktif

Nilai produktif adalah nilai pasar yang didapat dari perdagangan

keanekaragaman hayati di pasar lokal, nasional maupun internasional. Pada

umumnya, nilai keanekaragaman hayati lokal belum terdokumentasikan dengan

baik sehingga sering tidak terwakili dalam perdebatan maupunperumusan

kebijakan mengenai keanekaragaman hayati di tingkat global (Vermeulen dan

Koziell, 2002).

Page 11: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Bab III

Penutup

Kesimpulan

1. Etika lingkungan (etika ekologi) adalah pendekatan terhadap lingkungan

yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan

kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti

dan makna yang sama.

2. Prinsip etika lingkungan adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai

bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena

harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

3. Nilai Keanekaragaman HayatiKeanekaragaman hayati memiliki beragam

nilai atau arti bagi kehidupan.Ia tidak hanya bermakna sebagai modal

untuk menghasilkan produk dan jasa saja (aspek ekonomi) karena

keanekargaman hayati juga mencakup aspek sosial, lingkungan, aspek

sistem pengtahuan, dan etika.

4. ada 6 nilai keanekaragaman hayati yang bisa diuraikan, yaitu: nilai

eksistensi, nilai jasa lingkungan, nilai warisan, nilai pilihan, nilai

konsumtif, dan nilai produktif.

Page 12: MAKALAH BIOKONSERVASI.docx

Daftar Pustaka

Buku,Wilayah Kritis Keanekaragaman Hayati Di Indonesia: Instrumen Penilaian

Dan Pemindaian Indikatif/Cepat Bagi Pengambil Kebijakan

Berten, K., 1993. Etika.Jakarta: Gramedia.

Gudorf, C & Huchingson, J.E. 2010. Boundaries: a Casebook in Environmental

Ethics. Washington: Georgetown University Press.

Keraf, A. Sonny. 2005. Etika Lingkungan. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

Lubis, Zulkifli B. 2005.Menumbuhkan (Kembali) Kearifan Lokal Dalam

Pengelolaan Sumberdaya Alam di Tapanuli Selatan.Jurnal “Antropologi

Indonesia”.Departemen Antropologi Fisipol Universitas Indonesia

Jakarta.Volume 29 No. 3 Tahun 2005.

Magnis-Suseno, Franz. 1987. Etika Dasar. Yogyakarta. Kanisius.

Murdiyarso, Daniel. 2003. CDM: MekanismePembangunan Bersih. Jakarta.

Penerbit Buku Kompas.

Ritzer, George. & Douglas J. Goodman. 2004.Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Kencana.

Redaksi Buletin Tata Ruang. 2008. “Kampung Naga: Masyarakat Adat

Yang Menjaga Pelestarian Lingkungan”. Buletin Tata Ruang. November-

Desember.

Salim, Emil. 1987. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Mutiara.

Setyowat iDL, Qomarudin, Hendro AW, Dany M. 2013. Kearifan Lokal dalam

Menjaga Lingkungan Perairan, Kepulauan, Pegunungan.Semarang: CV.

Sanggar Krida Aditama.

Syahrin, Alvi. 2011. Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada

Kerangka Hukum Nasional. Makalah. Surakarta: USU.