17
1 BAB I. PENDAHULUAN I.1 Lat ar Bel akan g Tr ombosi s vena dala m adal ah suat u kea daan terj adinya gumpalan darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di dae rah tun gkai bawa h. Set iap tahunny a diperk ira kan ter dapat 1 di antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang lebi h satu sampai lima pers en penderi ta menin ggal akibat kompl ikasi yang ditimbulkan. Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah hingga ke  jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut ak an menyumbat di salah satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaan yang disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism). Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan ukuran dari emboli ter sebut. Ji ka ukuran dar i emboli keci l, maka akan ter jadi  penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil, sehingga menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction). Namun  jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan pada seb agi an atau sel uruh dar ah dar i jan tung kanan ke par u, sehingga menyebabkan kematian. Salah satu pengobatan komplemen dan alternatif yang efektif dan aman untuk trombosis vena dalam adalah dengan nattokinase.  Nattokinase adalah salah satu jenis pangan fungsional yang dibuat dari natto, suatu makanan hasil dari fermentasi kedelai dengan bantuan  bakteri Bacillus subtilis natto. Natto merupakan makanan populer di Jepang, dan sudah dikonsumsi selama lebih dari 1000 tahun. Dari suat u pe nelitian ya ng dila kuka n oleh Dr . Hi ro yuki Sumi dari Depart me nt of Physiology, Mi yazaki Medical College, Jepang, ternyata lendir dari natto mengandung enzim nattokinase, yang dapat men ingkat kan kemampuan tubuh sec ara natural unt uk memeca h  bekuan darah. Penggunaan  nattokinase unt uk mencegah ter jadiny a

Makalah Dvt Su Jadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 1/16

1

BAB I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya

gumpalan darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di

daerah tungkai bawah. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 1 di

antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang

lebih satu sampai lima persen penderita meninggal akibat komplikasi

yang ditimbulkan.

Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas

dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan

emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah hingga ke

 jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di salah

satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaanyang disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism). Tingkat

keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan ukuran dari

emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka akan terjadi

 penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil, sehingga

menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction). Namun

 jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan pada

sebagian atau seluruh darah dari jantung kanan ke paru, sehingga

menyebabkan kematian.

Salah satu pengobatan komplemen dan alternatif yang efektif 

dan aman untuk trombosis vena dalam adalah dengan nattokinase.

 Nattokinase adalah salah satu jenis pangan fungsional yang dibuat dari

natto, suatu makanan hasil dari fermentasi kedelai dengan bantuan

 bakteri Bacillus subtilis natto. Natto merupakan makanan populer di

Jepang, dan sudah dikonsumsi selama lebih dari 1000 tahun. Dari

suatu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Hiroyuki Sumi dari

Department of Physiology, Miyazaki Medical College, Jepang,

ternyata lendir dari natto mengandung enzim nattokinase, yang dapat

meningkatkan kemampuan tubuh secara natural untuk memecah

 bekuan darah. Penggunaan  nattokinase untuk mencegah terjadinya

tombosis vena dalam telah dibuktikan dalam salah satu penelitian yang

dilakukan oleh Cesanore MR, et al, yang diterbitkan dalam jurnal

Page 2: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 2/16

2

Angiology tahun 2003. Penelitian tersebut melibatkan 186 orang yang

akan menjalani penerbangan jarak jauh selama kurang lebih 7 jam.

Dari 186 orang tersebut, 94 orang diberikan 2 kapsul nattokinase 2 jam

sebelum penerbangan dan 6 jam setelah mendarat. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dari 94 orang yang diberikan nattokinase

sebelum dan setelah penerbangan jarak jauh tidak ada yang mengalami

trombosis vena dalam maupun trombosis vena luar. Sedangkan dari 92

orang yang tidak diberikan nattokinase sebelum dan setelah

 penerbangan terdapat 5 orang yang mengalami trombosis vena dalam

dan 2 orang yang mengalami trombosis vena luar. Dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa nattokinase secara signifikan dapat

mencegah terjadinya trombosis vena pada penerbangan jarak jauh.

I.2 Tujuan

I.2.1 Mahasiswa mampu menganalisa asuhan keperawatan pada

lansia dengan kasus DVT dengan mengintegrasikan

 biologi, biokimia, anatomi, fisiologi, patologi, patofisiologi, farmakologi dan diet.

I.2.2 Mahasiswa mampu menampilkan perilaku yang profesional

dan mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dengan

 pasien DVT, khususnya dengan lansia.

I.3 Rumusan Masalah

I.3.1 Apa yang dimaksud dengan DVT

I.3.2 Apa itu trombisit?

I.3.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi DVT?

I.3.4 Bagaimana patofisiologi dari DVT?

I.3.5 Apa saja farmakologi untuk pasien DVT?

I.3.6 Apa gizi yang tepat untuk pasien DVT?

I.3.7 Bagaimana penatalaksanaan penyakit DVT?

I.3.8 Bagaimana asuhan keperawatan bagi pasien DVT?

Page 3: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 3/16

3

BAB II

ISI

2.1 Definisi DVT

Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya

gumpalan darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di

daerah tungkai bawah. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 1 di

antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang

lebih satu sampai lima persen penderita meninggal akibat komplikasi

yang ditimbulkan.

Trombosis Vena Dalam adalah kondisi dimana terbentuk 

 bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi /trauma dinding vena

atau karena obstruksi vena sebagian yang ditandai dengan kemerahan,

kehangatan,kepekaanpembengkakan.

Trombosis Vena Dalam (DVT) menyerang pembuluh-

 pembuluh darah system vena dalam. Serangan awalnya disebut

trombosis vena dalam akut. Emboli paru-pariu merupakan resiko yang

cukup bermakna pada trombosis vena dalam. Kebanyakan trombosis

vena dalam berasal dari ekstrimitas bawah. Banyak yang sembuh

spontan, dan sebagian lainnya berpotensi membentuk emboli. Penyakit

ini dapat menyerang satu vena bahkan lebih. Vena-vena di betis adalah

vena-vena yang paling sering terserang. Trombosis pada vena poplitea,

femoralis super fisialis, dan segmen-segmen vena ileofemoralis juga

sering terjadi.

Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas

dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan

emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah hingga ke

Page 4: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 4/16

4

 jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di salah

satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaan

yang disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism).

Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah

dan ukuran dari emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka

akan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil,

sehingga menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction).

 Namun jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan

 pada sebagian atau seluruh darah dari jantung kanan ke paru, sehingga

menyebabkan kematian.

Thrombosis adalah keadaan dimana terjadi pembentukan

massa bekuan darah intravaskuler, yang berasal dari konstituen darah,

 pada orang yang masih hidup. Dalam pengertian yang luas thrombus

dapat bersifat fisiologik disebut sebagai hemostatic thrombus yang

 berguna untuk menutup kerusakan dinding pembuluh darah setelah

injury, dapat juga bersifat patologik, disebut sebagai   pathologic

thrombus, thrombus yang justeru dapat menyumbat lumen pembuluh

darah. Pada umumnya yang dimaksud dengan thrombosis ialah

 pembentukan pathologic thrombus. Thrombosis dapat terjadi pada

arteri, disebut sebagai thrombosis arteri (arterial thrombosis), dapat

 juga terjadi pada vena disebut sebagai thrombosis vena (venous

thrombosis). Thrombus arteri berbeda sifatnya dengan thrombus vena.

Komponen thrombus arteri sebagian besar terdiri dari platelet

(thrombosit) diselingi oleh anyaman fibrin, komponen eritrositnya

sangat rendah sehingga thrombus berwarna putih disebut sebagai

white thrombus.. Sedangkan thrombus vena sebagian besar terdiri dari

sel darah merah disela-sela anyaman fibrin, komponen thrombosit

sangat sedikit, thrombus berwarna merah disebut sebagai red thrombu.

Thrombophilia adalah suatu keadaan dimana sesorang lebih

mudah mendapat thrombosis dibandingkan dengan orang normal.

Thrombophilia dapat disebabkan karena faktor-faktor yang didapat

sehingga disebut acquired thrombophilia, dapat juga disebabkan oleh

karena faktor-faktor yang diturunkan, disebut sebagai hereditary

thrombophilia. Ada juga yang menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan thrombophilia hanyalah hereditary thrombophilia.

Page 5: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 5/16

5

2.2 Trombosit

Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam

sumsum tulang yang berbentuk cakram bula, ovale, bikonkaf, tidak 

 berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit ( platelet ) berdiameter 

kurang lebih 2 µm, jumlah normal 150.000-450.000/mm³. Tempatnya

1/3 di dalam limpa sebagai cadangan, sisanya disirkulasi. Trombosit

 berperan dalam pembekuan darah dan mengubah bentuk dan kualitas

setelah berikatan dengan pembuluh yang cidera. Ada beberapa

kelainan pada trombosit yang meliputi:

1. Trombositopeni, yaitu berkurangnya jumlah trombosit dibawah

normal. Dapat terjadi karena: penurunan produksi, terjadi bila sum

sum tulang terganggu.Meningkatnya destruksi, terjadi akibat

trombosit yang beredar berhubungan dengan mekanisme imun.

Akibat pemakaian yang berlebihan pengenceran trombosit.Terjadi

karena transfusi yg dibiarkan dalam waktu singkat dg memakai

darah murni yg disimpan sehingga mengakibatkan hemostatik 

 pada resipien.

2. Trombositosis, yaitu meningkatnya jumlah trombosit pada

 peredaran darah di atas normal.

3. Trombositemi, yaitu peningkatan jumlah trombosit oleh proses yg

ganas.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi DVT.

1) Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)

Misalnya perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti

 penerbangan-penerbangan pesawat yang panjang ("economy class

syndrome"), mobil, atau perjalanan kereta api, opname di rumah

sakit, operasi, trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa

operasi atau gips, kehamilan,termasuk 6-8 minggu setelah partum,

kegemukan.

2) Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada

 biasanya)

Misalnya Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran,

estrogen), merokok, kecenderungan genetik, polycythemia (jumlah

yang meningkat dari sel-sel darah merah), kanker.

Page 6: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 6/16

6

3) Trauma pada vena

Misalnya seperti patah tulang kaki, kaki yang memar, komplikasi

dari prosedur yang invasif dari vena.

2.4 Patofisiologi

Penyabab utama trombosis Vena belum jelas, tatapi ada tiga

kelompok faktor pendukung yang dianggap berperan penting dalam

 pembentukannya yang dikenal sebagai TRIAS VIRCHOW;

Stasis aliran darah vena, terjadi bila aliran darah melambat, seperti

 pada gagal jantung atau syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat

terapi obat, dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada

istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anastesi.Hal-hal tersebut

menghilangkan pengaruh dari pompa vena perifer, meningkatkan

stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas bawah.

Cedera dinding pembuluh darah, diketahui dapat mengawali

 pembentukan thrombus. Penyebabnya adalah trauma langsung pada

 pembuluh darah, seperti fraktur dan cedera jaringan lunak, dan infuse

intravena atau substansi yang mengiritasi, seperti kalium klorida,

kemoterapi, atau antibiotic dosis tinggi. Hiperkoagulabilitas darah,

terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat

antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar 

diskrasia.

Pathway DVT

Usia (penuaan)

Bedrest yang lama Faktor resiko terjadinya DVT

 

 Pola persepsi dan pemeliharaan

kesehatan

Jarang bergerak 

- PD rusak  

Page 7: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 7/16

7

- PD mengalami kelainan.

Darah membeku

Aliran darah terhambat

Terjadi penumpukan

- Bengkak  

- Kemerahan Resiko infeksi

   Pola persepsi kognitif  Nyeri  pola persepsi kognitif 

Inflamasi

Aliran darah pengosongan vena

Rangsangan trobosit vena

Paru-paru volume & tekanan vena

meningkat

CO meningkat

Emboli paru gangguan aliran darah kekulit

-sesak napas. Penimbunan darah di ekstermitas

- nyeri dada gangguan mobilitas

- TD menurun kerusakan mobilitas fisik 

- cyanosis  pola aktivitas & latihan trombus melekat di PD

- detak jantung cepat resiko embolisasi

  Sikulasi O2 terganggu

Kematian mendadak  - sesak napas   pola aktivitas

  -perfusi jar. Tdk efektif 

Page 8: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 8/16

8

2.5 Farmakologi DVT ( trombolitik ) Dan Implikasi Keperawatannya.

2.5.1Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darahdengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat

fungsi beberapa faktor pembekuan darah.  Antikoagulan

dibagi menjadi tiga bagian, yang meliputi:

1) Heparin:  Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang

diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila

diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru

dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark 

miokard akut.

2) Antikoagulan oral:Seperti halnya heparin, antikoagulan oral

 berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli.

Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam jangka

 panjang.

3) Antikoagulan pengikat ion kalsium:  Natrium sitrat dalam darah

akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat.

Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi,

karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya

 pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan

depresi jantung.

2.5.2 Antitrombolitik  adalah obat yang dapat menghambat agregasi

trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan

trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri.

Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, tiklopidin dan dekstran

merupakan obat yang termasuk golongan ini.

2.6 Penatalaksanaan Pada Kasus DVT Dan Implikasi Keperawatannya.

Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah

 perkembangan dan pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu

Embolisme Paru dan mencegah tromboemboli kambuhan. Terapi

antikoagulan dapat mencapai kedua tujuan itu. Heparin yang diberikan

selama 10 – 12 hari dengan infuse berkelanjutan, dapat mencegah

 berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. 4-7 hari

sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien mulai diberikan

antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan

atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.

Penatalaksanaan Keperawatan:

1. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking

elastic, dan analgetik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan

untuk terapi ini. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari

setelah terjadi DVT. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai

stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri

atau duduk lama-lama. Latihan di tempat tidur, seperti

dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan.

Page 9: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 9/16

9

2. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang

terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan

DVT. Analgetik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep,akan menambah rasa nyaman.

Penyuluhan pasien yang menjalani terapi antikoagulan:

1. Minum tablet antikoagulan pada waktu yang sama setiap hari,

 biasanya antara jam 08.00 – 09.00 pagi.

2. Mengenakan atau membawa identitas yang menunjukan bahwa

sedang memakai antikoagulan.

3. Mematuhi setiap kunjungan untuk uji darah.

4. Jangan minium salah salah satu obat berikut tanpa persetujua

dokter. ( vitamin, obat flu, antibiotic, aspirin, minyak mineral, dan

obat antiradang ) Karena obat tersebut mempengaruhi kerja

antikoagulan.

5. Hindari alcohol, karena dapat mengganggu respon tubuh terhadap

antikoagulan.

6. Hindari perubahan pola makan, diet yang drastic atau perubahan

kebiasaan makan yang mendadak.

7. Jangan minum obat Caumadin, kecuali dianjurkan oleh dokter atau

 perawat.

8. Jangan menghentikan Coumadin yang telah direpkan kecuali atas

saran dokter atau perawat.

9. Apabila berobat ke dokter lain, tunjukkan bahwa sedang memakai

antikoagulan.

10. Hubungi dokter pribadi ebelum mencabut gigi atau pembedahanelektif.

11. Apabila muncul salah satu tanda berikut, laporkan segera kepada

dokter:

a) Pingsan, pusing, atau semakin lemah.

 b) Sakit kepala atau perut yang berat

c) Warna urine merah atau cokelat

d) Adanya perdarahan, seperti luka yag tidak berhenti berdarah

e) Lecet yang bertambah ukurannya, perdarahan hidung atau

 perdarahan abnormal pada setiap bagian tubuh.

f) Tinja merah atau hitam

g) Kulit kemerahan

h) Hindari cedera yang dapat mengakibatkan perdarahan.

Page 10: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 10/16

10

i) wanita harus memberitahu dokter apabila ada dugaan hamil.

Dalam penatalaksanaan ini juga perlu didukung oleh hasillaboratorium. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat

dilakukan untuk membantu diagnosis trombosis vena dalam antara

lain:

1. Ultrasonografi. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara

untuk membentuk gambaran aliran darah melalui pembuluh darah

arteri dan pembuluh darah balik pada bagian tungkai yang terkena.

(doppler )pemeriksaannya TCD.

2. Tes D-Dimer. Pemeriksaan ini mengukur kadar D-Dimer dalam

darah yang biasanya dikeluarkan ketika bekuan darah memecah.3. Venografi. Pemeriksaan ini merupakan suatu standar baku (gold

standard) pada trombosis vena dalam. Pada pemeriksaan ini suatu

 pemindai akan diinjeksikan ke dalam pembuluh darah balik, kemudiandaerah tersebut akan dirőntgen dengan sinar X. Jika pada hasil foto

terdapat area pada pembuluh darah balik yang tidak terwarnai dengan

 pemindai maka diagnosis trombosis vena dalam dapat ditegakkan.

2.7 Gizi Pada Lansia Dengan DVT.

Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang

diperlukan dalam pembekuan darah yang normal. Vitamin ini di

anjuran jika pasien sudah mengalami perdarahan.

Bentuk dasarnya adalah vitamin K1 (filokuinon), yang terdapat dalam

tumbuh-tumbuhan, terutama sayuran berdaun hijau. Kebanyakan

sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh

bakteri di dalam sistem pencernaan. Anda dapat memperoleh

vitamin K dari makanan seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau

yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K 

dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedelai, teh hijau,susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik,

seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu

menstimulasi produksi vitamin ini.

2.8 Asuhan Keperawatan DVT.

KASUS

Tn. Hasan (67 thn) dirawat dengan diagnosa medis DVT. Dari hasil pengkajian

didapatkan data klien mempunyai riwayat bedrest dalam waktu lama, lumpuh kaki

kanan, betis kanan klien tampak bengkak, kemerahan. Klien mengeluh nyeri pada

kaki kanannya dengan skala nyeri 6, mengeluh kakinya kemeng. TD 150/80 mmHg,

 Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36 º C.

Page 11: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 11/16

11

PENGKAJIAN

 Nama : Tn. Hasan

Umur : 67th 

Dx. Medis : DVT

DS : Pasien mengatakan mempunyai riwayat bedrest dalam waktu lama, kaki

kanan lumpuh.

Pasien mengeluh nyeri pada kaki kanannya dengan skala nyeri 6.

Pasien mengeluh kakinya kemeng.

DO : Betis kanan klien tampak bengkak dan kemerahan.

TD : 150/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, Suhu 36.

ANALISA DATA

Data Problem Etiologi

DS : Pasien mengeluh

nyeri pada kaki kanannya

dengan skala nyeri 6.

Pasien mengeluh

kakainya kemeng.

DO : Betis kanan klien

tampak bengkak dankemerahan.

TD : 150/80 mmHg, Nadi

88 x/menit, RR 18

x/menit, Suhu 36 º C.

DS : Pasien mengatakan

mempunyai

riwayat bedrest

dalam waktu lama,

kaki kanan lumpuh.

DO : TD : 150/80 mmHg,

 Nadi 88 x/menit, RR 18

x/menit, Suhu 36 º C.

 Nyeri akut.

Kerusakan mobilitas fisik.

Agen cedera (fisik).

Intoleransi aktivitas.

Page 12: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 12/16

12

RUMUSAN DIAGNOSA

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (fisik) ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri pada kaki kanannya dengan skala nyeri 6, pasien mengeluh

kakainya kemeng, betis kanan klien tampak bengkak dan kemerahan, TD :

150/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, Suhu 36 º C.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai

dengan pasien mengatakan mempunyai riwayat bedrest dalam waktu lama,

kaki kanan lumpuh, TD : 150/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit,

Suhu 36 º C

INTERVENSI

Tgl/jam No Tujuan Intervensi Rasional Ttd

1 juli

2010

09.00WIB

1. Nyeri pada pasien

dapat diatasi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x

24 jam.

Dengan kriteria hasil :

Pasien mengatakan

nyeri berkurang

Skala nyeri < 3.

Kaki tidak kemeng.

TD : sistol : 100-150

mmHg.

Diastol : 60 – 80

mmHg.

1. Monitor skala

nyeri pasien setiap

2 jam.

2. Lakukan

kompres hangat.

3. Ajarkan tekhnik 

distraksi dan

relaksasi saat

 pasien merasa

nyeri.

1. Pasien

mengalami nyeri

dengan skala 6,

maka perlu

dilakukan monitor 

skala nyerinya.

2. Kaki pasien

tampak bengkak 

dan kemerahan

(sudah terjadi

inflamasi) maka

diberikan kompres

hangat supaya

vasodilatasi dapat

melancarkan aliran

darah.

3. Dengan teknik 

distraksi pasien

dapat mengalihkan

 pikirannya dan

dengan teknik 

relaksasi pasien

 bisa lebih rileks,

sehingga dapat

Page 13: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 13/16

13

2.

 

Pasien dapat kembali

 beraktivitas dengan

normal setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 7

x24 jam.

Dengan kriteria hasil :

Kaki kanan dapat

digerakan.

Pasien dapat

melakukan kegiatan

sehari-hari

4. Kolaborasi

dengan dokter 

dalam pemberian

obat analgetik.

1. Monitor TTV

sebelum dan

sesudah pasien

mendapat tindakan.

2. Beri balutan

 perban dan lakukan

ROM pasif pada

 pasien.

3.Anjurkan pasien

untuk banyak 

mengurangi rasa

nyeri yang

dirasakan.

4. Pasien mengeluh

nyeri, dengan skala

nyeri 6. Sehingga

diberikan obat

analgetik untuk 

mengurangi rasa

nyeri.

1. Pasien

mengalami

gangguan dengan

mobilitasnya, maka

 perlu dilakukan

 pengukuran TTV

agar bisa

mengetahui status

kesehatan pasien

dan menentukan

dalam tindakan

selanjutnya.

2. Penggunann perban akan

melancarkan aliran

darah selain itu

Kaki kanan pasien

mengalami

kelumpuhan, dan

tentu susah untuk 

digerakkan, maka

diberikan latihan

ROM pasif agar 

kaki kanannya tidak 

semakain kaku.

3.Kondisi fisik 

 pasien belum kuat

Page 14: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 14/16

14

 beristirahat.

4. Kolaborasi

dengan dokter 

dalam pemberian

obat antikoagulan.

5. Kolaborasi

dengan ahli

fisioterapi

untuk banyak 

melalukan aktivitas,

 jadi dianjurkan

untuk banyak 

 beristirahat. Karena

saat beristirahat

dapat

mengembalikan

energi.

4. obat

antikoagulan dapat

membantu

mencegah

terjadinya

 pembekuan darah

karena pasien

terjadi pembekuan

darah di kakinya

maka perlu diberi

obat antikoagulan

5. dilakukannya

fisioterapi dapat

membantu pasien

untuk dapat

melakukan aktivitas

mandirinya.

BAB III

PENUTUP

Page 15: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 15/16

15

3.1 Kesimpulan

DVT ( deep vein thrombisis ) merupakan pembekuan darah di vena dalam yang

disebabkan oleh tidak adanya aktivitas yang dilakukan, sehingga pembuluh darah

 balik menjadi terhambat. Pembekuan tersebut kemudian mengalami embolisis

(pecahnya thrombus ) dan akan menyebar ke organ vital lainnya yang kemudian akan

menjadi emboli paru ( jika masuk ke dalam paru-paru ). Jadi tindakan keperawatan

dalam menangani penyakit ini dapat dilakukan tirah baring dan pemberian obat

antikoagulan yang dapat mengencerkan bekuan darah tersebut (throbus).

3.2 Saran

Diharapkan agar kita selalu beraktivitas dan menghindari posisi yang

mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah balik ( seperti duduk dalam waktu

lama dan tidak menggerakkan kaki sedikit pun ) ini akan sangat memicu untuk 

terjadinya DVT.

Daftar pustaka

A. Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 6

Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 16: Makalah Dvt Su Jadi

7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 16/16

16

C. Guyton, Arthur. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal- Bedah, volume 2.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Himawan, Sutisna.1994. Patologi . Jakarta : Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.

http://www.dharmahealthcare.com/?news=ya&bid=171

http://www.fortunestar.co.id/penyakit-kardiovaskular/53-kanker-vena-dalam.html

http://ismar71.wordpress.com/2007/12/14/trombus/

http://www.malaysiaairlines.com/hq/ms/bkinfo/trvlinfo/dflight/health/health-tips.aspx 

http://www.ufarmed.com/medical-stocking.html

http://vitadocs.com/id/medical_encyclopedia/deep_vein_thrombosis_dvt_-

 _blood_clots_in_the_legs/ 

Santosa,Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.

Stevens, J.M. 2000. Ilmu Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC.

Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Himawan, Sutisna.1994. Patologi . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran

EGC.

Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.