Upload
khristina-dama-damay
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 1/16
1
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya
gumpalan darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di
daerah tungkai bawah. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 1 di
antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang
lebih satu sampai lima persen penderita meninggal akibat komplikasi
yang ditimbulkan.
Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas
dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan
emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah hingga ke
jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di salah
satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaanyang disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism). Tingkat
keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan ukuran dari
emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka akan terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil, sehingga
menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction). Namun
jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan pada
sebagian atau seluruh darah dari jantung kanan ke paru, sehingga
menyebabkan kematian.
Salah satu pengobatan komplemen dan alternatif yang efektif
dan aman untuk trombosis vena dalam adalah dengan nattokinase.
Nattokinase adalah salah satu jenis pangan fungsional yang dibuat dari
natto, suatu makanan hasil dari fermentasi kedelai dengan bantuan
bakteri Bacillus subtilis natto. Natto merupakan makanan populer di
Jepang, dan sudah dikonsumsi selama lebih dari 1000 tahun. Dari
suatu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Hiroyuki Sumi dari
Department of Physiology, Miyazaki Medical College, Jepang,
ternyata lendir dari natto mengandung enzim nattokinase, yang dapat
meningkatkan kemampuan tubuh secara natural untuk memecah
bekuan darah. Penggunaan nattokinase untuk mencegah terjadinya
tombosis vena dalam telah dibuktikan dalam salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Cesanore MR, et al, yang diterbitkan dalam jurnal
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 2/16
2
Angiology tahun 2003. Penelitian tersebut melibatkan 186 orang yang
akan menjalani penerbangan jarak jauh selama kurang lebih 7 jam.
Dari 186 orang tersebut, 94 orang diberikan 2 kapsul nattokinase 2 jam
sebelum penerbangan dan 6 jam setelah mendarat. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa dari 94 orang yang diberikan nattokinase
sebelum dan setelah penerbangan jarak jauh tidak ada yang mengalami
trombosis vena dalam maupun trombosis vena luar. Sedangkan dari 92
orang yang tidak diberikan nattokinase sebelum dan setelah
penerbangan terdapat 5 orang yang mengalami trombosis vena dalam
dan 2 orang yang mengalami trombosis vena luar. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa nattokinase secara signifikan dapat
mencegah terjadinya trombosis vena pada penerbangan jarak jauh.
I.2 Tujuan
I.2.1 Mahasiswa mampu menganalisa asuhan keperawatan pada
lansia dengan kasus DVT dengan mengintegrasikan
biologi, biokimia, anatomi, fisiologi, patologi, patofisiologi, farmakologi dan diet.
I.2.2 Mahasiswa mampu menampilkan perilaku yang profesional
dan mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dengan
pasien DVT, khususnya dengan lansia.
I.3 Rumusan Masalah
I.3.1 Apa yang dimaksud dengan DVT
I.3.2 Apa itu trombisit?
I.3.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi DVT?
I.3.4 Bagaimana patofisiologi dari DVT?
I.3.5 Apa saja farmakologi untuk pasien DVT?
I.3.6 Apa gizi yang tepat untuk pasien DVT?
I.3.7 Bagaimana penatalaksanaan penyakit DVT?
I.3.8 Bagaimana asuhan keperawatan bagi pasien DVT?
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 3/16
3
BAB II
ISI
2.1 Definisi DVT
Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya
gumpalan darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di
daerah tungkai bawah. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 1 di
antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang
lebih satu sampai lima persen penderita meninggal akibat komplikasi
yang ditimbulkan.
Trombosis Vena Dalam adalah kondisi dimana terbentuk
bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi /trauma dinding vena
atau karena obstruksi vena sebagian yang ditandai dengan kemerahan,
kehangatan,kepekaanpembengkakan.
Trombosis Vena Dalam (DVT) menyerang pembuluh-
pembuluh darah system vena dalam. Serangan awalnya disebut
trombosis vena dalam akut. Emboli paru-pariu merupakan resiko yang
cukup bermakna pada trombosis vena dalam. Kebanyakan trombosis
vena dalam berasal dari ekstrimitas bawah. Banyak yang sembuh
spontan, dan sebagian lainnya berpotensi membentuk emboli. Penyakit
ini dapat menyerang satu vena bahkan lebih. Vena-vena di betis adalah
vena-vena yang paling sering terserang. Trombosis pada vena poplitea,
femoralis super fisialis, dan segmen-segmen vena ileofemoralis juga
sering terjadi.
Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas
dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah, disebut dengan
emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah hingga ke
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 4/16
4
jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di salah
satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaan
yang disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism).
Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah
dan ukuran dari emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka
akan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil,
sehingga menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction).
Namun jika ukuran emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan
pada sebagian atau seluruh darah dari jantung kanan ke paru, sehingga
menyebabkan kematian.
Thrombosis adalah keadaan dimana terjadi pembentukan
massa bekuan darah intravaskuler, yang berasal dari konstituen darah,
pada orang yang masih hidup. Dalam pengertian yang luas thrombus
dapat bersifat fisiologik disebut sebagai hemostatic thrombus yang
berguna untuk menutup kerusakan dinding pembuluh darah setelah
injury, dapat juga bersifat patologik, disebut sebagai pathologic
thrombus, thrombus yang justeru dapat menyumbat lumen pembuluh
darah. Pada umumnya yang dimaksud dengan thrombosis ialah
pembentukan pathologic thrombus. Thrombosis dapat terjadi pada
arteri, disebut sebagai thrombosis arteri (arterial thrombosis), dapat
juga terjadi pada vena disebut sebagai thrombosis vena (venous
thrombosis). Thrombus arteri berbeda sifatnya dengan thrombus vena.
Komponen thrombus arteri sebagian besar terdiri dari platelet
(thrombosit) diselingi oleh anyaman fibrin, komponen eritrositnya
sangat rendah sehingga thrombus berwarna putih disebut sebagai
white thrombus.. Sedangkan thrombus vena sebagian besar terdiri dari
sel darah merah disela-sela anyaman fibrin, komponen thrombosit
sangat sedikit, thrombus berwarna merah disebut sebagai red thrombu.
Thrombophilia adalah suatu keadaan dimana sesorang lebih
mudah mendapat thrombosis dibandingkan dengan orang normal.
Thrombophilia dapat disebabkan karena faktor-faktor yang didapat
sehingga disebut acquired thrombophilia, dapat juga disebabkan oleh
karena faktor-faktor yang diturunkan, disebut sebagai hereditary
thrombophilia. Ada juga yang menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan thrombophilia hanyalah hereditary thrombophilia.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 5/16
5
2.2 Trombosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam
sumsum tulang yang berbentuk cakram bula, ovale, bikonkaf, tidak
berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit ( platelet ) berdiameter
kurang lebih 2 µm, jumlah normal 150.000-450.000/mm³. Tempatnya
1/3 di dalam limpa sebagai cadangan, sisanya disirkulasi. Trombosit
berperan dalam pembekuan darah dan mengubah bentuk dan kualitas
setelah berikatan dengan pembuluh yang cidera. Ada beberapa
kelainan pada trombosit yang meliputi:
1. Trombositopeni, yaitu berkurangnya jumlah trombosit dibawah
normal. Dapat terjadi karena: penurunan produksi, terjadi bila sum
sum tulang terganggu.Meningkatnya destruksi, terjadi akibat
trombosit yang beredar berhubungan dengan mekanisme imun.
Akibat pemakaian yang berlebihan pengenceran trombosit.Terjadi
karena transfusi yg dibiarkan dalam waktu singkat dg memakai
darah murni yg disimpan sehingga mengakibatkan hemostatik
pada resipien.
2. Trombositosis, yaitu meningkatnya jumlah trombosit pada
peredaran darah di atas normal.
3. Trombositemi, yaitu peningkatan jumlah trombosit oleh proses yg
ganas.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi DVT.
1) Imobilitas (Keadaan Tak Bergerak)
Misalnya perjalanan dan duduk yang berkepanjangan, seperti
penerbangan-penerbangan pesawat yang panjang ("economy class
syndrome"), mobil, atau perjalanan kereta api, opname di rumah
sakit, operasi, trauma pada kaki bagian bawah dengan atau tanpa
operasi atau gips, kehamilan,termasuk 6-8 minggu setelah partum,
kegemukan.
2) Hypercoagulability (Pembekuan darah lebih cepat daripada
biasanya)
Misalnya Obat-obat (contohnya, pil-pil pengontrol kelahiran,
estrogen), merokok, kecenderungan genetik, polycythemia (jumlah
yang meningkat dari sel-sel darah merah), kanker.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 6/16
6
3) Trauma pada vena
Misalnya seperti patah tulang kaki, kaki yang memar, komplikasi
dari prosedur yang invasif dari vena.
2.4 Patofisiologi
Penyabab utama trombosis Vena belum jelas, tatapi ada tiga
kelompok faktor pendukung yang dianggap berperan penting dalam
pembentukannya yang dikenal sebagai TRIAS VIRCHOW;
Stasis aliran darah vena, terjadi bila aliran darah melambat, seperti
pada gagal jantung atau syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat
terapi obat, dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada
istirahat lama, paralysis ekstremitas atau anastesi.Hal-hal tersebut
menghilangkan pengaruh dari pompa vena perifer, meningkatkan
stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas bawah.
Cedera dinding pembuluh darah, diketahui dapat mengawali
pembentukan thrombus. Penyebabnya adalah trauma langsung pada
pembuluh darah, seperti fraktur dan cedera jaringan lunak, dan infuse
intravena atau substansi yang mengiritasi, seperti kalium klorida,
kemoterapi, atau antibiotic dosis tinggi. Hiperkoagulabilitas darah,
terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat
antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar
diskrasia.
Pathway DVT
Usia (penuaan)
Bedrest yang lama Faktor resiko terjadinya DVT
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
Jarang bergerak
- PD rusak
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 7/16
7
- PD mengalami kelainan.
Darah membeku
Aliran darah terhambat
Terjadi penumpukan
- Bengkak
- Kemerahan Resiko infeksi
Pola persepsi kognitif Nyeri pola persepsi kognitif
Inflamasi
Aliran darah pengosongan vena
Rangsangan trobosit vena
Paru-paru volume & tekanan vena
meningkat
CO meningkat
Emboli paru gangguan aliran darah kekulit
-sesak napas. Penimbunan darah di ekstermitas
- nyeri dada gangguan mobilitas
- TD menurun kerusakan mobilitas fisik
- cyanosis pola aktivitas & latihan trombus melekat di PD
- detak jantung cepat resiko embolisasi
Sikulasi O2 terganggu
Kematian mendadak - sesak napas pola aktivitas
-perfusi jar. Tdk efektif
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 8/16
8
2.5 Farmakologi DVT ( trombolitik ) Dan Implikasi Keperawatannya.
2.5.1Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darahdengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat
fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Antikoagulan
dibagi menjadi tiga bagian, yang meliputi:
1) Heparin: Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang
diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila
diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru
dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark
miokard akut.
2) Antikoagulan oral:Seperti halnya heparin, antikoagulan oral
berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli.
Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam jangka
panjang.
3) Antikoagulan pengikat ion kalsium: Natrium sitrat dalam darah
akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat.
Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi,
karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya
pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan
depresi jantung.
2.5.2 Antitrombolitik adalah obat yang dapat menghambat agregasi
trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan
trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri.
Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol, tiklopidin dan dekstran
merupakan obat yang termasuk golongan ini.
2.6 Penatalaksanaan Pada Kasus DVT Dan Implikasi Keperawatannya.
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah
perkembangan dan pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu
Embolisme Paru dan mencegah tromboemboli kambuhan. Terapi
antikoagulan dapat mencapai kedua tujuan itu. Heparin yang diberikan
selama 10 – 12 hari dengan infuse berkelanjutan, dapat mencegah
berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. 4-7 hari
sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien mulai diberikan
antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan
atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Penatalaksanaan Keperawatan:
1. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking
elastic, dan analgetik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan
untuk terapi ini. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari
setelah terjadi DVT. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai
stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri
atau duduk lama-lama. Latihan di tempat tidur, seperti
dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 9/16
9
2. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang
terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan
DVT. Analgetik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai resep,akan menambah rasa nyaman.
Penyuluhan pasien yang menjalani terapi antikoagulan:
1. Minum tablet antikoagulan pada waktu yang sama setiap hari,
biasanya antara jam 08.00 – 09.00 pagi.
2. Mengenakan atau membawa identitas yang menunjukan bahwa
sedang memakai antikoagulan.
3. Mematuhi setiap kunjungan untuk uji darah.
4. Jangan minium salah salah satu obat berikut tanpa persetujua
dokter. ( vitamin, obat flu, antibiotic, aspirin, minyak mineral, dan
obat antiradang ) Karena obat tersebut mempengaruhi kerja
antikoagulan.
5. Hindari alcohol, karena dapat mengganggu respon tubuh terhadap
antikoagulan.
6. Hindari perubahan pola makan, diet yang drastic atau perubahan
kebiasaan makan yang mendadak.
7. Jangan minum obat Caumadin, kecuali dianjurkan oleh dokter atau
perawat.
8. Jangan menghentikan Coumadin yang telah direpkan kecuali atas
saran dokter atau perawat.
9. Apabila berobat ke dokter lain, tunjukkan bahwa sedang memakai
antikoagulan.
10. Hubungi dokter pribadi ebelum mencabut gigi atau pembedahanelektif.
11. Apabila muncul salah satu tanda berikut, laporkan segera kepada
dokter:
a) Pingsan, pusing, atau semakin lemah.
b) Sakit kepala atau perut yang berat
c) Warna urine merah atau cokelat
d) Adanya perdarahan, seperti luka yag tidak berhenti berdarah
e) Lecet yang bertambah ukurannya, perdarahan hidung atau
perdarahan abnormal pada setiap bagian tubuh.
f) Tinja merah atau hitam
g) Kulit kemerahan
h) Hindari cedera yang dapat mengakibatkan perdarahan.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 10/16
10
i) wanita harus memberitahu dokter apabila ada dugaan hamil.
Dalam penatalaksanaan ini juga perlu didukung oleh hasillaboratorium. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan untuk membantu diagnosis trombosis vena dalam antara
lain:
1. Ultrasonografi. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara
untuk membentuk gambaran aliran darah melalui pembuluh darah
arteri dan pembuluh darah balik pada bagian tungkai yang terkena.
(doppler )pemeriksaannya TCD.
2. Tes D-Dimer. Pemeriksaan ini mengukur kadar D-Dimer dalam
darah yang biasanya dikeluarkan ketika bekuan darah memecah.3. Venografi. Pemeriksaan ini merupakan suatu standar baku (gold
standard) pada trombosis vena dalam. Pada pemeriksaan ini suatu
pemindai akan diinjeksikan ke dalam pembuluh darah balik, kemudiandaerah tersebut akan dirőntgen dengan sinar X. Jika pada hasil foto
terdapat area pada pembuluh darah balik yang tidak terwarnai dengan
pemindai maka diagnosis trombosis vena dalam dapat ditegakkan.
2.7 Gizi Pada Lansia Dengan DVT.
Vitamin K adalah nama generik untuk beberapa bahan yang
diperlukan dalam pembekuan darah yang normal. Vitamin ini di
anjuran jika pasien sudah mengalami perdarahan.
Bentuk dasarnya adalah vitamin K1 (filokuinon), yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan, terutama sayuran berdaun hijau. Kebanyakan
sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh
bakteri di dalam sistem pencernaan. Anda dapat memperoleh
vitamin K dari makanan seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau
yang berdaun banyak, sayuran sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K
dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada susu kedelai, teh hijau,susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan probiotik,
seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu
menstimulasi produksi vitamin ini.
2.8 Asuhan Keperawatan DVT.
KASUS
Tn. Hasan (67 thn) dirawat dengan diagnosa medis DVT. Dari hasil pengkajian
didapatkan data klien mempunyai riwayat bedrest dalam waktu lama, lumpuh kaki
kanan, betis kanan klien tampak bengkak, kemerahan. Klien mengeluh nyeri pada
kaki kanannya dengan skala nyeri 6, mengeluh kakinya kemeng. TD 150/80 mmHg,
Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, suhu 36 º C.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 11/16
11
PENGKAJIAN
Nama : Tn. Hasan
Umur : 67th
Dx. Medis : DVT
DS : Pasien mengatakan mempunyai riwayat bedrest dalam waktu lama, kaki
kanan lumpuh.
Pasien mengeluh nyeri pada kaki kanannya dengan skala nyeri 6.
Pasien mengeluh kakinya kemeng.
DO : Betis kanan klien tampak bengkak dan kemerahan.
TD : 150/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, Suhu 36.
ANALISA DATA
Data Problem Etiologi
DS : Pasien mengeluh
nyeri pada kaki kanannya
dengan skala nyeri 6.
Pasien mengeluh
kakainya kemeng.
DO : Betis kanan klien
tampak bengkak dankemerahan.
TD : 150/80 mmHg, Nadi
88 x/menit, RR 18
x/menit, Suhu 36 º C.
DS : Pasien mengatakan
mempunyai
riwayat bedrest
dalam waktu lama,
kaki kanan lumpuh.
DO : TD : 150/80 mmHg,
Nadi 88 x/menit, RR 18
x/menit, Suhu 36 º C.
Nyeri akut.
Kerusakan mobilitas fisik.
Agen cedera (fisik).
Intoleransi aktivitas.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 12/16
12
RUMUSAN DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (fisik) ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada kaki kanannya dengan skala nyeri 6, pasien mengeluh
kakainya kemeng, betis kanan klien tampak bengkak dan kemerahan, TD :
150/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit, Suhu 36 º C.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai
dengan pasien mengatakan mempunyai riwayat bedrest dalam waktu lama,
kaki kanan lumpuh, TD : 150/80 mmHg, Nadi 88 x/menit, RR 18 x/menit,
Suhu 36 º C
INTERVENSI
Tgl/jam No Tujuan Intervensi Rasional Ttd
1 juli
2010
09.00WIB
1. Nyeri pada pasien
dapat diatasi setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x
24 jam.
Dengan kriteria hasil :
Pasien mengatakan
nyeri berkurang
Skala nyeri < 3.
Kaki tidak kemeng.
TD : sistol : 100-150
mmHg.
Diastol : 60 – 80
mmHg.
1. Monitor skala
nyeri pasien setiap
2 jam.
2. Lakukan
kompres hangat.
3. Ajarkan tekhnik
distraksi dan
relaksasi saat
pasien merasa
nyeri.
1. Pasien
mengalami nyeri
dengan skala 6,
maka perlu
dilakukan monitor
skala nyerinya.
2. Kaki pasien
tampak bengkak
dan kemerahan
(sudah terjadi
inflamasi) maka
diberikan kompres
hangat supaya
vasodilatasi dapat
melancarkan aliran
darah.
3. Dengan teknik
distraksi pasien
dapat mengalihkan
pikirannya dan
dengan teknik
relaksasi pasien
bisa lebih rileks,
sehingga dapat
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 13/16
13
2.
Pasien dapat kembali
beraktivitas dengan
normal setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama 7
x24 jam.
Dengan kriteria hasil :
Kaki kanan dapat
digerakan.
Pasien dapat
melakukan kegiatan
sehari-hari
4. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat analgetik.
1. Monitor TTV
sebelum dan
sesudah pasien
mendapat tindakan.
2. Beri balutan
perban dan lakukan
ROM pasif pada
pasien.
3.Anjurkan pasien
untuk banyak
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan.
4. Pasien mengeluh
nyeri, dengan skala
nyeri 6. Sehingga
diberikan obat
analgetik untuk
mengurangi rasa
nyeri.
1. Pasien
mengalami
gangguan dengan
mobilitasnya, maka
perlu dilakukan
pengukuran TTV
agar bisa
mengetahui status
kesehatan pasien
dan menentukan
dalam tindakan
selanjutnya.
2. Penggunann perban akan
melancarkan aliran
darah selain itu
Kaki kanan pasien
mengalami
kelumpuhan, dan
tentu susah untuk
digerakkan, maka
diberikan latihan
ROM pasif agar
kaki kanannya tidak
semakain kaku.
3.Kondisi fisik
pasien belum kuat
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 14/16
14
beristirahat.
4. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat antikoagulan.
5. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi
untuk banyak
melalukan aktivitas,
jadi dianjurkan
untuk banyak
beristirahat. Karena
saat beristirahat
dapat
mengembalikan
energi.
4. obat
antikoagulan dapat
membantu
mencegah
terjadinya
pembekuan darah
karena pasien
terjadi pembekuan
darah di kakinya
maka perlu diberi
obat antikoagulan
5. dilakukannya
fisioterapi dapat
membantu pasien
untuk dapat
melakukan aktivitas
mandirinya.
BAB III
PENUTUP
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 15/16
15
3.1 Kesimpulan
DVT ( deep vein thrombisis ) merupakan pembekuan darah di vena dalam yang
disebabkan oleh tidak adanya aktivitas yang dilakukan, sehingga pembuluh darah
balik menjadi terhambat. Pembekuan tersebut kemudian mengalami embolisis
(pecahnya thrombus ) dan akan menyebar ke organ vital lainnya yang kemudian akan
menjadi emboli paru ( jika masuk ke dalam paru-paru ). Jadi tindakan keperawatan
dalam menangani penyakit ini dapat dilakukan tirah baring dan pemberian obat
antikoagulan yang dapat mengencerkan bekuan darah tersebut (throbus).
3.2 Saran
Diharapkan agar kita selalu beraktivitas dan menghindari posisi yang
mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah balik ( seperti duduk dalam waktu
lama dan tidak menggerakkan kaki sedikit pun ) ini akan sangat memicu untuk
terjadinya DVT.
Daftar pustaka
A. Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 6
Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7/27/2019 Makalah Dvt Su Jadi
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-dvt-su-jadi 16/16
16
C. Guyton, Arthur. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal- Bedah, volume 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Himawan, Sutisna.1994. Patologi . Jakarta : Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.
http://www.dharmahealthcare.com/?news=ya&bid=171
http://www.fortunestar.co.id/penyakit-kardiovaskular/53-kanker-vena-dalam.html
http://ismar71.wordpress.com/2007/12/14/trombus/
http://www.malaysiaairlines.com/hq/ms/bkinfo/trvlinfo/dflight/health/health-tips.aspx
http://www.ufarmed.com/medical-stocking.html
http://vitadocs.com/id/medical_encyclopedia/deep_vein_thrombosis_dvt_-
_blood_clots_in_the_legs/
Santosa,Budi. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.
Stevens, J.M. 2000. Ilmu Keperawatan. Jakarta : EGC.
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Himawan, Sutisna.1994. Patologi . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Tambayong, jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson, Judith. M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.