Upload
emmyamalia
View
185
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah mengenai Bank Indonesia dan peranannya
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi
yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut.
Bank Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas
sektor perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Keberadaan Bank
Sentral yang independen di Indonesia merupakan suatu prasyarat untuk dapat
dilakukannya pengendalian moneter yang efektif dan efisien.
Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk
menjaga stabilitas harga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi.
Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi terkendali, dengan mengontrol
keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar
terlalu banyak maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen antara lain
namun tidak terbatas pada base money, suku bunga, giro wajib minimum
mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan
cukup untuk menggerakkan roda perekonomian (low/zero inflation), dengan
mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang
beredar terlalu banyak maka bank sentral dengan menggunakan instrumen dan
otoritas yang dimilikinya.
Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank
Indonesia. Sebagai lembaga independen, Bank Indonesia memiliki otonomi
1
penuh dalam pelaksanaan tugasnya. Untuk menjamin indepedensi tersebut,
kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah. Undang-Undang Dasar
1945 hasil amandemen telah menempatkan kedudukan Bank Sentral sebagai
suatu lembaga Negara yang keberadaan dan independensi Bank Indonesia
tersebut dibentuk dengan Undang-undang. Keberadaan ini membuktikan
bahwa Negara sangat membutuhkan suatu Bank Sentral yang eksistensinya
diatur dalam suatu konstitusi, sedangkan susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggungjawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
Sebagai mahasiswa ekonomi, perlu kiranya untuk dapat mengetahui
seluk beluk Bank Indonesia sebagai bank sentral di negara Indonesia, dalam
hal ini kami tim penulis pada akhirnya membuat makalah dengan judul
"BANK INDONESIA: Peranan dan Tugasnya Sebagai Bank Sentral Republik
Indonesia".
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini merujuk pada:
1. Sejarah Bank Indonesia
2. Status dan kedudukan Bank Indonesia
3. Visi dan misi Bank Indonesia
4. Tujuan dan tugas Bank Indonesia
5. Kebijakan moneter
6. Peran Bank Indonesia dalam stabilitas keuangan
7. Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran
2
8. Akuntabilitas Bank Indonesia
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan bagi
mahasiswa, khususnya jurusan ekonomi mengenai seluk-beluk Bank Indonesia.
Makalah ini juga disusun dengan tujuan memenuhi nilai tugas kelompok mata
kuliah Ekonomi Moneter di PERBANAS Institute.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bank Indonesia
Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia
Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan
uang. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan
pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank
sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan,
dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting
lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank
komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang
mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah
dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas
pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah
sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia,
sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank
Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
4
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen
dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan
wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun
2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga
stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan
ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui
peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek
dari Bank Indonesia.
2.2 Status dan Kedudukan Bank Indonesia
2.2.1 Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai
ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank
Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009.
Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
5
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan
dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri
pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban
untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari
pihak manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas
moneter secara lebih efektif dan efisien.
2.2.2 Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun
badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan
hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan
hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat
seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai
badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas
nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.
2.3 Visi dan Misi Bank Indonesia
2.3.1 Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
6
2.3.2 Misi
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi
kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk
mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat
berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas
sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan
kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia
yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
2.3.3 Nilai-Nilai Strategis
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –
Coordination and Teamwork
2.3.4 Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut,
Bank Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang,
yaitu :
7
1. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran
2. Menjaga stabilitas nilai tukar
3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisienMenjaga SSK yang
didukung dengan penguatan surveillance SP
4. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
5. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
6. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
7. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI,
kultur, dan governance
8. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten
9. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
10. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank
ke OJK
2.4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
2.4.1 Tujuan Utama
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia
mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek,
yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan
terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi,
sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah
8
terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank
Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai
atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan
mudah.
2.4.2 Tiga Pilar Tunggal
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang
merupakan 3 bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka ketiga tugas
tersebut harus diintegrasikan.
9
2.4.2.1 Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan
nilai rupiah, Pasal 10 UU‐BI menegaskan bahwa Bank Indonesia
memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui
penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi
serta melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain :
Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta
asing
Penetapan tingkat diskonto;
Penetapan cadangan wajib minimum;
Pengaturan kredit atau pembiayaan
Cara-cara pengendalian moneter tersebut dapat dilaksanakan juga
berdasarkan prinsip syariah. Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank
perkembangan dan prospek ekonomi makro. Penetapan sasaran laju
Indonesia atas dasar tahun kalender dengan memperhatikan inflasi tersebut
terutama dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan harga yang
secara langsung dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Sasaran laju inflasi
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tersebut dapat berbeda dengan
asumsi laju inflasi yang dibuat oleh Pemerintah dalam rangka penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang didasarkan pada tahun
fiskal.
10
2.4.2.2 Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal
23 UU-BI. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan
memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem
pembayaran, mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk
menyampaikan laporan kegiatannya serta menetapkan penggunaan alat
pembayaran.
Persetujuan terhadap penyelenggaraan jasa sistem pembayaran
dimaksudkan agar penyelenggaraan jasa sistem pembayaran oleh pihak
lain memenuhi persyaratan, khususnya persyaratan keamanan dan
efisiensi. Kewajiban penyampaian laporan berlaku bagi setiap
penyelenggara jasa sistem pembayaran. Hal ini dimaksudkan agar Bank
Indonesia dapat memantau penyelenggaraan sistem pembayaran.
Penetapan alat pembayaran dimaksudkan agar alat pembayaran
yang digunakan dalam masyarakat memenuhi persyaratan keamanan bagi
pengguna. Termasuk dalam wewenang ini adalah membatasi penggunaan
alat pembayaran tertentu dalam rangka prinsip kehati-hatian. Dalam
rangka pelaksanaan kewenangan tersebut di atas, Bank Indonesia dapat
melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa.
11
2.4.2.3 Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank
Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas
Bank Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UU‐BI. Dalam
rangka melaksanakan tugas ini, Bank Indonesia menetapkan peraturan,
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha
tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan
sanksi terhadap bank (Pasal. 24). Selain itu, Bank Indonesia
berwenang menetapkan ketentuan‐ketentuan perbankan yang memuat
prinsip kehati‐hatian (Pasal. 25).
Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, Bank
Indonesia:
Memberikan dan mencabut izin usaha bank
Memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor
bank
Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank
Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan‐kegiatan
usaha tertentu (Pasal. 26)
Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi
pengawasan langsung dan tidak langsung (Pasal. 27). Bank Indonesia
berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan,
dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia, dimana hal ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk,
12
perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari bank apabila
diperlukan (Pasal. 28). Pemeriksaan terhadap bank dilakukan secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan dan dapat dilakukan
terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak
terafiliasi dari bank apabila diperlukan. Bank dan pihak lain tersebut
wajib memberikan kepada pemeriksa:
Keterangan dan data yang diminta;
Kesempatan untuk melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana
fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; hal‐hal lain yang
diperlukan seperti salinan dokumen yang diperlukan dan lain‐lain
(Pasal. 29).
Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas
nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank
(Pasal. 30) Bank Indonesia dapat memerintahkan bank untuk
menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi
tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia transaksi tersebut
diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan (Pasal. 31).
Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia
membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan/atau
membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan
yang membahayakan perekonomian nasional, Bank Indonesia dapat
13
melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undang‐undang tentang
Perbankan yang berlaku (Pasal. 33).
Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputi wewenang
sebagai berikut:
1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan
untuk menetapkan tatacara perizinan dan pendirian suatu bank.
Cakupan pemberian izin oleh BI meliputi pemberian izin dan
pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan
dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan
dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan
untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan
kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan sehat yang
mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan
melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site
supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site supervision).
Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan
pemeriksaan khusus,yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat
kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk
mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang
14
membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung
yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala
yang disampaikan bank,laporan hasil pemeriksaan dan informasi
lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila diperlukan BI dapat
melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang
meliputi perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak
terafiliasi dan debitur bank. BI dapat menugasi pihak lain untuk dan
atas nama BI melaksanakan tugas pemeriksaan.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction),
yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan terhadap bank apabila suatu bank kurang atau
tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur
pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang
sehat.
2.5 Kebijakan Moneter
2.5.1 Otoritas moneter
Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang
untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan
memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang
menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas moneter
adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah
mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan
15
cara mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter
lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara,
terdapatnya suatu dewan yang mengontrol jumlah uang yang beredar
terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas
untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.
2.5.2 Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur
dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat) pada
saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini
disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami
inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
2.5.3 Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan
instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
16
▫ Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang
beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah.
Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU
atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
▫ Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar
dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.
Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga
harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral,
serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
▫ Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus
disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
17
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
▫ Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi
kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah
uang beredar pada perekonomian.
2.5.4 Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No.
3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain
adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin
pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank
Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi
sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting
Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai
stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia
juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai
18
tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level
tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan
untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran
moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama
menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di
pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto,
penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau
pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara
pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.
2.6 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas
utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga
stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan
Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas
sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki
dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya,
stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan
19
moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan
moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka
transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas
sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang
menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih
merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan
instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara
lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank
Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara
tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter
memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung
bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh
karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah
menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga
perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan
regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki
20
pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan
di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan
mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif
haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam
pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law
enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa
negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law
enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder
serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana
implementasi Basel II.
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle)
pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan
timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran
sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang
bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang
bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan
pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang
cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem
21
pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem
RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan
keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam
sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian
untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
4. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas
keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia
dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi
kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem
keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan
instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan
sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR).
Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank
sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya
ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup
penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini
hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan
berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi
22
normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami
kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk
membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank
Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu,
pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan
dalam penyediaan likuiditas tersebut.
2.7 Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran
Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan
pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN).
Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal
(robust). Jadi, semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula
transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan
moneter berjalan lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar.
BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN.
Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan
memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan
memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan
(oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara
sistem (systemically important), bank sentral memandang perlu
menyelenggarakan sistem settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS).
23
Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai
penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran
tertentu. Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak
mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah.
BI juga berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang
sudah tak berlaku dari peredaran.
Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari
komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan
di Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta
pihak-pihak yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat
pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang
dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring
atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja.
Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa
menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti
menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata kelola
(governance) SPN.
Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-
satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan
uang Rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran.
Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank
Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal
di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
24
tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Untuk
mewujudkan clean money policy tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang,
pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang sampai dengan
pemusnahan uang.
Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu
dilakukan perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang
baik sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang
dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru
dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar
uang. Selain itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi
pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan
perencanaan tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk
pengeluaran uang emisi baru maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi
lama yang telah dikeluarkan.
Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan
atau diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan
uang Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah
persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama
jangka waktu tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan
darat, laut dan udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa
dilakukan baik melalui pengawalan yang memadai maupun dengan
peningkatan sarana sistem monitoring.
25
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas
kepada bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank
umum dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah.
Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung
melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui
kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank
Indonesia adalah pencabutan uang terhadap suatu pecahan dengan tahun
emisi tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah.
Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan
meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan
emisi pecahan. Uang Rupiah yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara
menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank
Indonesia.
Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam
kondisi yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan
pemusnahan uang. Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah
dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna dan
uang yang sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui
prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan
oleh tim Bank Indonesia (BI)
26
2.8 Akuntabilitas
Undang-Undang Bank Indonesia No. 23/1999 menuntut adanya
akuntabilitas dan transparansi dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang dan
anggaran Bank Indonesia. Akuntabilitas dan transparansi yang dituntut dari
Bank Indonesia tersebut dimaksudkan agar semua pihak yang berkepentingan
dapat ikut melakukan pengawasan terhadap setiap langkah kebijakan yang
ditempuh oleh Bank Indonesia.
Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, prinsip akutabilitas dan
transparansi diterapkan dengan cara menyampaikan informasi kepada
masyarakat luas secara terbuka melalui media massa, pada setiap awal tahun,
mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter pada tahun sebelumnya,
serta rencan kebijakan moneter dan penetapan sasaran-sasaran moneter untuk
tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara tertulis
kepada Presiden dan DPR.
Sejalan dengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR, Bank
Indonesia juga diwajibkan untuk menyampaikan laporan perkembangan
pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR setiap triwulan atau
sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR.
Demi tercapainya transparansi di bidang anggaran, Bank Indonesia
berkewajiban menyampaikan anggaran tahunannya kepada DPR. Disamping
itu, Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia juga disampaikan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diteliti dan diumumkan kepada
masyarakat melalui media massa.
27
Bank Indonesia juga diwajibkan menyusun neraca singkat mingguan
yang diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Masih merupakan
bagian dari transparansi, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan berbagai
publikasi seperti Laporan Mingguan, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia
Bulanan, Tinjauan Kebijakan Moneter Bulanan, Perkembangan Ekonomi dan
Moneter Triwulanan, Laporan Triwulanan Perkembangan Kebijakan
Moneter, dan Laporan Tahunan.
Disamping itu, Bank Indonesia juga telah mempunyai homepage
sendiri (http://www.bi.go.id) yang dapat diakses oleh siapa saja yang ingin
memperoleh informasi mengenai Bank Indonesia.
28
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang
baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada
tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 6/ 2009.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3
tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan
kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI.
Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank
Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan persetujuan dan
izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan
penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya serta menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas
Bank Indonesia sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UU‐BI. Dalam
29
rangka melaksanakan tugas ini, Bank Indonesia menetapkan peraturan,
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha
tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi
terhadap bank (Pasal. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang
menetapkan ketentuan‐ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati‐hatian (Pasal. 25).
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas
utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga
stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
30