Upload
uchiwha-huda
View
180
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Terdapat dua pengertian pokok mengenai bisnis, pertama bisnis
merupakan kegiatan-kegiatan, kedua bisnis merupakan sebuah perusahaan. Para
ahli pun mendifinisikan bisnis dengan cara berbeda. Definisi Raymond E. Glos
dalam bukunya “Business: its nature and environment: an introduction”, dianggap
memiliki cakupan yang paling luas, yakni:
“bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang
dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta
kualitas hidup mereka”
Orang mencoba untuk terjun menjadi pengusaha karena banyak hal, tapi
diruntut-runtut biasanya berakhir pada kebebasan mengelola usahanya sesuai kata
hati, iming-iming penghasilan yang jauh dibandingkan dengan kenaikan gaji 5-
10% setiap tahun.
Masalahnya selain harus punya dana cukup untuk memulai usahanya, kita
juga perlu kosentrasi penuh supaya kita tahu liku-liku usaha yang kita sedang
coba tekuni. Alih-alih membuang dana dan energy pada trial and error, yakni
sering-sering lebih banyak errornya, ada jalan keluarnya. Yaitu membeli
waralaba. Kebebasan menjadi pengusaha tercapai. Trial and error telah dilakukan
orang lain, sehingga kita tidak perlu babak belur karena menghadapi error yang
berkepanjangan.
Kami mencoba membahas waralaba di makalah ini. Bagaimanapun
waralaba adalah salah satu tawaran investasi. Sebaik-baiknya investasi, kita tetap
perlu cermat, karena namanya tawaran selalu manis. Apa saja yang perlu kita
lihat, kita hitung kembali, kita ketahui dari prospektus waralaba.
1
2
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi perencanaan bisnis yang memaksimalkan peluang
keberhasilan?
2. Bagaimana deskripsi waralaba ?
3. Bagaimana deskripsi contoh waralaba lokal di Indonesia ?
4. Bagaimana deskripsi perkembangan waralaba terkini hasil investigasi lapangan
di dua kota besar, Jakarta dan Yogyakarta ?
5. Bagaimana deskripsi peran waralaba terhadap sektor perekonomian Nasional ?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Menggambarkan perencanaan bisnis di masa depan dengan cara
memahami usaha waralaba dengan baik.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan perencanaan bisnis yang memaksimalkan peluang
keberhasilan.
2. Mendeskripsikan pengertian waralaba.
3. Mendeskripsikan contoh waralaba lokal di Indonesia.
4. Mendeskripsikan perkembangan waralaba terkini hasil investigasi lapangan di
dua kota besar, Jakarta dan Yogyakarta.
5. Mendeskripsikan peran waralaba terhadap sektor perekonomian Nasional.
3
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat kita peroleh adalah menambah wawasan mengenai
dunia usaha waralaba di indonesia. Juga bias kita gunakan sebagai bekal bila kita
mau berbisnis waralaba.
4
BAB 2
ISI
2.1. Perencanaan Bisnis (Business plan)
Perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha
maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan. Tujuan perencanaan bisnis
adalah agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berjalan
tetap berada dijalur yang benar sesuai dengan yang direncanakan. Perencanaan
bisnis juga merupakan pedoman untuk mempertajam rencana-rencana yang
diharapkan, karenda didalam perencanaan bisnis kita dapat mengetahui posisi
perusahaan kita saat ini, arah tujuan perusahaan dan cara mencapai sasaran yang
ingin kita capai. Perencanaan bisnis yang baik harus memuat tahap-tahap yang
harus dilakukan untuk memaksimalkan peluang keberhasilan.
Perencanaan bisnis juga dapat dipakai sebagai alat untuk mencari dana
dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan dan
sebagainya. Bantuan dana yang diperlukan tersebut dapat berupa bantuan dana
jangka pendek untuk modal kerja maupun jangka panjang untuk perluasan atau
biaya investasi.
2.2. Sejarah Singkat Mengenai Waralaba
Istilah franchise (seterusnya waralaba) memang beraroma perancis.
Namun Amerika Serikatlah yang mempopulerkan istilah itu. Kata franchise
sendiri bermakna “kebeabsan” (fredom). Dalam bahasa Indonesia, franchise
diterjemahkan waralaba atau terjemahan bebasnya lebih untung. Wara berarti
lebih. Sedangkan laba artinya untung.
Waralaba berakar dari sejarah masa silam prakter bisnis di Eropa. Pada
masa lau, bangsawan diberikan wewenang oleh raja untuk menjadi tuan tanah
pada daerah-daerah tertentu. Pada daerah tersebut, sang bangsawan dapat
memanfaatkan tanah yang dikuasainya dengan imbalan pajak/upeti yang
dikembalikan kepada kerajaan. System tersebut menyerupai royalty, seperti
layaknya bentuk waralaba saat ini.
5
Di Amerika serikat sendiri, waralaba mengalami booming pada tahun 60-
70an setelah berakhirnya perang Dunia ke-2. Pada saat itu, banyak terjadi praktik
penipuan bisnis yang mengaku sebagai waralaba, salah satunya dengan cara
menjual system bisnis waralaba yang ternyata belum teruji keberhasilannya
dilapangan.
Selain itu, perawalaba pun lebih fokus unituk menjual waralaba milik
mereka dibandingkan membangun dan menyempurnakan system bisnis
waralabanya. Banyak investor baru gagal oleh modus seperti ini. Hal ini menjadi
salah satu pencetus munculnya IFA (internasional Franchise Association) pada
tahun 1960.
Salah satu tujuan didirikannya IFA adalah untuk menciptakan iklim
industry bisnis waralaba yang dapat dipercaya. IFA menciptakan kode etik
waralaba sebagai pedoman bagi anggota-anggotanya. Walau begitu, kode etik
waralaba masih perlu didukung oleh perangkat hukum agar dapat memastikan
hak-hak tiap-tiap pihak dalam industry perlindungan.
2.3. Definisi Singkat Mengenai Waralaba
Franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan
sendiri suatu usaha tertentu di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralaba
(franchising) adalah suatu aktivitas dengan system waralaba (franchise), yaitu
suatu system keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi
waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee).
2.4. Unsur-unsur Waralaba
1. Harus mempunyai merek (nama termasuk derivatifnya) : Logo, moto atau
perusahaan.
2. Harus mempunyai system bisnis yang bisa digandakan,
Yang dimaksud dengan system bisa di gandakan adalah semua perangkat
operasional bisnis; mencakup standarisasi produknya, metode pengolahannya atau
6
metode jasa, standar iklannya, system keuangannya, system control inventory dan
lain sebagainya.
3. Ada biaya atau fee yang dibayarkan.
Biaya yang terkait dengan adanya waralaba ini adalah initial fee, biaya
awal, investasi awal apapun namanya, yang dikaitkan dengan perjanjian waralaba.
4. Adanya pelatihan awal
Pelatihan yang bersifat berkesinambungan, yang diselenggarakan oleh
franchisor guna peningkatan keterampilan.
2.5. Tipe-tipe Waralaba
Secara umum, system pewaralabaan (franchising) dibedakan menjadi empat
kategori besar, yaitu :
1. Product franchising (trade-name franchising)
2. Manufacturing franchising (product – distribution franchising)
3. Business – format franchising (pure/comprehensive franchising)
4. Franchising pribadi
2.6. Waralaba / Franchising dan Pemasaran Langsung
1. Pengertian
Merupakan peluang bagi wiraswastawan untuk masuk dalam usaha dengan
pemanfaatan pengalaman, pengetahuan, dan dukungan dari pemberi franchise.
Sering wiraswasta memulai usaha baru kecil kemungkinan bahwa usahanya akan
berhasil dengan franchise, wiraswastawan akan dilatih dan didukung dalam
pemasaran usaha dan akan menggunakan nama yang telah mempunyai citra yang
mapan.
7
2. Definisi
Merupakan persetujuan dimana perusahaan atau distributor tunggal dari
produk yang memiliki merek dagang memberikan hak eksklusif kepada
perusahaan, distributor, atau pengecer independen dengan imbalan pembayaran
royalty dan menyesuaikan diri dengan prosedur operasi standar. Franchise
merupakan orang yang membeli franchise dan diberikan peluang untuk masuk
dalam usaha baru dengan peluang besar untuk berhasil.
3. Keuntungan
Hasil yang didapat dari waralaba adalah wiraswasta tidak perlu pusing
dengan hal yang berkaitan dengan hal yang berkaitan dengan memulai usaha baru.
Pemberi franchise akan memberikan rencana operasi bisnis dengan arahan yang
jelas. Jika pemberi hak memberikan peluang kuat untuk berhasil, dia juga akan
menerima manfaat dari royalty yang diterima dari penerima franchise. Tujuan dari
pemberian hak usaha adalah bahwa pemberian hak tidak bisa mendapatkan
ekspansi yang cepat dan luas tanpa meminjam dan menanggung resiko financial
penting.
Usaha franchising melibatkan banyak resiko yang harus diketahui oleh
para wiraswastawan sebelum mereka mempertimbangkan investasi demikian.
Langkah-langkah yang diambil untuk menurunkan atau meminimalisasi resiko
investasi dalam franchising yaitu:
a. Melakukan evaluasi diri
Wiraswastawan hendaknya melakukan evaluasi sendiri untuk meyakinkan bahwa
mamasuki usaha franchising adalah tepat bagi dirinya.
b. Meneliti franchise
Tidak setiap usaha franchise tepat untuk anda. Wiraswastawan harus
mengevaluasi usaha franchise untuk memutuskan mana yang paling tepat.
8
Kontrak atau persetujuan franchise adalah tahap akhir untuk menjadi
pemakai franchise. Diperlukan pengacara yang berpengalaman dalam franchise.
Syarat-syarat yang bisa dipebaharui akan menunjukkan panjang kontrak dan
persyaratan untuk memperbaharuinya. Persyratan financial akan menentukan
harga dari franchise, jadwal pembayaran, royalty yang harus dibayar, dll.
Permasalahan pemutusan perjanjian franchise sering mendatangkan perkara
hukum dibandingkan persoalan lain dalam franchise
Terdapat penelitan yang meningkat tentang usaha baru yang melibatkan
pemasaran langsung karena memberikan peluang yang menguntungkan
disbanding tipe pemula lainnya karena wiraswastawan biasanya menanggung
resiko modal kecil dan bisa mendapatkan manfaat dari usaha pemasarannya pada
pelanggan tertentu dan bisa mendapatkan manfaat dari usaha pemasarannya pada
pelanggan tertentu yang bisa dijangkau melalui teknik pemasaran langsung
Adapun keuntungan pemasaran langsung yaitu kemudahan untuk masuk
dalam usaha dan kebutuhan modal yang kecil. Setiap orang bisa masuk keusaha
pemasaran langsung tanpa ijin usaha yang rumit dan persyaratan keterampilan dan
pendidikan yang perlu. Kebutuhan modal yang diperlukan untuk masuk dalam
usaha pemasaran langsung juga minimal.
Sejumlah usaha alternative pada usaha pemula dana oleh para
wiraswastawan untuk pemasaran langsung diantaranya:
a. Periklanan terklasifikasi
b. Periklanan display
c. Kiriman pos langsung
d. Catalog penjualan
e. Pemasaran tanggapan langsung media
Salah satu cara perusahaan untuk menenbus pasar dengan cepat adalah
dengan system pemasaran bertingkat (multilevel marketing). MLM adalah system
pemasaran yang mengandalkan penjualan langsung (direct selling) melalui
9
jaringan distributornya yang terbentuk secara berantai. Tujuan dari system
pemasaran bertingkat adalah menyebarkan produk dan mensejahterahkan
distributor sekaligus konsumennya. Berhasil atau tidaknya suatu MLM ditentukan
oleh kualitas produk dan layanannya, yaitu produk yang memenuhi keinginan
konsumen akrab dengan kesehatan dan lingkungan serta mengikuti aturan bisnis
MLM. Diindonesia system MLM belum lama diterapkan. Namun sekarang
kecenderungan semakin banyak perusahaan yang beralih dari cara direct selling
bisa ke system MLM.
2.7. Gurihnya Waralaba lokal
“Setelah terjadi krisis. Jumlah usaha waralaba merosot dari 232 usaha menjadi
150-an. Tapi yang local justru berkembang.”
Anang Sukandar (ketua Asosiasi Franchise Indonesia,AFI)
Franchise Januari-Februari/2006
Pada masa krisis moneter (krismon), pengusaha-pengusaha kelas kakap
banyak mengalami sport jantung. Selain dijerat utang, sebagian usahanya
terkapar. Berbeda dengan pengusaha kecil dan menengah yang justru adem ayem.
Disinilah kelebihan yang disandang oelh usaha kecil dan menengah atau UKM.
Lantas dimanakah posisi usaha waralaba local? Waralaba local boleh
berbangga sebab termasuk salah satu bisnis UKM. Dengan kata lain, waralaba
termasuk salah satu penyangga perekonomian nasional. Serupa denga UKM
lainnya, waralaba justru mekar disaat badai krismon menghantam bangsa sejak
tahun 1997.
2.8. Dua contoh Waralaba Lokal
1. ALFAMART
Alfamart dulu bernama Alfa Minimart. Lalu pada tanggal 1 Januari 2003
baru berubah menjadi Alfamart. Visi Alfamart adalah menjadi jaringan distribusi
ritel terkemuka yang dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi pada
pemberdayaan pengusaha kecil, pemenuhan kebutuhan dan harapan konsumen,
10
serta mampu bersaing secara global. Misi Alfamart adalah memberikan kepuasan
kepada pelanggan dengan berfokus pada produk dan pelayanan berkualitas
unggul.
Alfamart merupakan perusahaan jasa distributor eceran yang menyediakan
kebutuhan pokok sehari-hari. Target geografisnya adalah areal perumahan,
fasillitas publik, dan gedung perkantoran. Target demografi utamanya adalah ibu
rumah tangga serta kelompok sosial-ekonomi kelas menengah.
Tawaran Franchise
Keuntugan bermitra dengan Alfamart antara lain:
a. Survei lokasi secara mendetail dan perencanaan desain toko.
b. Target pasar jelas.
c. Seleksi produk berkualitas sesuai standar Alfamart.
d. Bantuan seleksi dan pelatihan karyawan.
e. Paket sistem dan administrasi keuangan toko.
f. Promosi dan pembukaan toko.
g. Panduan, bimbingan operasional, supervise, dan konsultasi selama lima
tahun.
h. Tergabung dalam jaringan Alfamart.
Untuk menjadi franchisee Alfamart, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Perorangan/badan usaha (koperasi, CV, PT, dan lain-lain).
b. Warga Negara Indonesia.
c. Sudah atau akan memiliki tempat usaha dengan luas 80 m2 (di luar gedung
dan tempat tinggal karyawan).
d. Memenuhi persyaratan perizinan.
11
e. Mempunyai area yang cukup.
f. Bersedia mengikuti sistem dan prosedur yang berlaku di Alfamart.
Adapun tahapan yang perlu dilalui oleh calon franchisee antara lain:
a. Presentasi 1.
b. Usulan lokasi disetujui.
c. Presentasi 2.
d. Perjanjian franchise.
Ada beberapa paket tawaran investasi. Untuk luas toko 80 m2 dengan 36 rak,
investasi awalnya adalah Rp 300.000.000,-, paket 45 rak dengan luas toko 100
m2 Rp 330.000.000,-, dan paket 54 rak dengan luas toko 120 m2 Rp
380.000.000,-. Tempat usaha disediakan sendiri oleh franchisee (milik pribadi
atau sewa) dengan persetujuan Alfamart.
Royalti fee yang dikenakan pada franchisee dihitung secara progresif atas
penjualan bersih perbulan dengan ketentuan sebagai berikut:
Penjualan Bersih Presentasi
Rp 0 – Rp 75.000.000 0%
Rp 75.000.000 – Rp 100.000.000 2%
Rp 100.000.000 – Rp 150.000.000 2.5%
Ø Rp 150.000.000 3%
2. PT. GUNUNG SELAMET
a. Our excellent Process
Proses produksi PT.Gunung Selamet adalah kombinasi dari pekerja
trampil dan teknologi terkemuka. Saat ini perusahaan mempekerjakan sekitar
12
2000 staff. Pengemasan menggunakan mesin dari Jerman dan Italia.Salah satunya
adalah teknologi knotting system, yang dapat menghasilkan 350 kantung teh per
detik.
Produksi teh wangi :
Pengeringan teh hijau,peragian, proses pewangian,penyortiran bunga,dan
pengeringan teh wangi.
Proses produksi teh hitam : Pencampuran
b. Our Strict Quality Control
Untuk menghasilkan produk bermutu tinggi yang konsisten, PT Gunung
Selamat bertahan pada pengendalin mutu yang teliti. Dalam kaitan dengan ini, PT
Gunung Selamat memiliki sejumlah sertifikat seperti :
1). HALAL sertifikat dari MUI
2). HACCP sertifikat dari McDonald’d
3). WSI (Worldwide Supplier Identification) & WRIN (Worldwide Raw Item
Number) dari McDolnald’s.
c. Our Mutual Partnerships
Perusahaan besar di Indonesia membina partnership dengan PT Gunung
Selamet dalam kaitan dengan dedikasinya dalam memproduksi produk bermutu.
McDonald’s dan Mustika Ratu dan yang lain menggunakan bahan baku kantong
teh.
d. Our Loyal Customers
Produksi seperti Teh Cap Botol,Teh celup Sosro dan Teh Cap Poci di
distribusikan secara nasional sedangkan sisanya tergantung pada permintaan
pasar. Distribusi produk dilaksanakan oleh perwakilan local di seluruh Indonesia.
13
e. About Tea
Introduction of tea to Indonesia
Teh di kenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda
bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu
penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah
Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji Teh secara
besar-besaran dari Cina untuk di budidayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak
terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang
ahli bedah Tentara Hindia Balanda yang pernah melakukan penelitian alam di
Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.
Usaha perkebunan Teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan
sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda,
sehinggan pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah
satu tanaman yang harus di tanam rakyat melalui Politik Tanam Paksa (Culture
Stetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan Teh
diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga
dilakukan oleh pihak swasta.
f. Product
Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, Teh Cap Sadel, Teh Cap Trompet, Teh Cap Berko.
Es Teh Cap Poci
Business Opportunity
(Available only in Indonesia)
Konsep Bisnis Es Teh Poci :
Menciptakan ENTREPRENEURS melalui Unit Usaha Mandiri (UKM)
Menciptakan lapanagan kerja baru
Menciptakan peluang pasar baru
Biaya Investasi Awal
14
Paket Meja 1 (Meja Kecil) : Rp.5.000.000,-
Paket Meja 2 (Meja Besar) : Rp.7.500.000,-
(harga sewaktu-waktu bisa berubah)
Barang-barang yang anda dapatkan
1). Meja Counter
2). Cooler Box
3). Container Eh Teh
4). Termos
5). Teko listrik
6). Mesin Seal
7). Centong Kayu
8). Sendok Besar
9). Saringan
Keuntungan Bisnis Es Teh Cap Poci
Biaya Investasi Awal paling ringan (Rp.5.000.000,; dan Rp.7.500.000,-)
Return on Investment (balik modal) Paling Cepat (Penjualan 70 cup sehari,
ROI=3-4 bulan)
Modal Kecil, Untung Besar (Modal Kerja : Rp.1.219,/ cup)
Harga jual : tidak terikat dan tidak mematok
Dibawah naungan perusahaan terkemuka Ahlinya Teh
Perhitungan Laba Es Teh Cap Poci
Paket Meja 1 (perhitungan ini hanya ilustrasi)
15
Analisis Usaha
Biaya Investasi Awal : Rp.5.000.000,;
Penjualan Rata-rata/hari : Rp.70 cup/hari
Harga Jual Es Teh Poci : Rp.2.500.;
Omset/bulan : 70 cup x 30 hari x Rp.2.500,- (Rp.5.250.000,-)
Biaya Variabel
Sewa Tempat : 500.000,-
SDM : Rp.700.000,-
Modal Kerja : Rp.2.559.000,-
Jumlah :Rp.3.759.000,-
Laba : Rp.5.250.000 – Rp.3.759.900 = Rp.1.490.000,-
Return on Investment : 3 – 4 bulan (balik modal)
*Contoh Perhitungan Modal kerja
Modal Biaya percup : Rp.1.219,-
Penjualan Rata-rata/hari : 70 cup
Hari Kerja : 30 hari
Modal Kerja / bulan : 70 cupx 30 hari x Rp.1.219,- = Rp.2.559.000,-
2.9. Info Terkini Waralaba
Hasil investigasi lapangan perkembangan waralaba yang terjadi di dua
kota besar yaitu Yogyakarta dan Jakarta yang bersumber dari kompas.com sebagai
berikut:
16
YOGYAKARTA, Usaha waralaba di bidang makanan lebih cepat jenuh
dibanding bidang lain. Dari sekitar 20 usaha waralaba makanan yang muncul di
DIY, saat ini hanya sekitar 35 persen yang bisa terus berkembang.
Ketua Paguyuban Alumni Waralaba Yogyakarta Annas Yanuar
mengatakan, pertumbuhan waralaba makanan di DIY cukup tinggi. Selain
waralaba lokal, ada banyak waralaba dari luar yang masuk. “Hal itu membuat
masyarakat cepat merasa jenuh dengan jenis-jenis makanan yang ditawarkan.
Usaha makanan itu paling riskan karena larinya ke rasa . Kalau tidak ada variasi
konsumen akan cepat jenuh,” katanya, Senin (5/10).
Walaupun banyak usaha waralaba yang tidak berlanjut, lanjut Annas,
animo pengusaha untuk mewaralabakan usahanya masih besar. Permintaan dari
calon investor pun masih ti nggi. Banyaknya mahasiswa di DIY dianggap sebagai
pasar potensial bagi usaha waralaba. Pemilik Soto Ponorogo dan Bakmi Kadin,
misalnya, tengah menjajagi kemungkinan untuk mewaralabakan usahanya.
Menurut Annas, kreativitas pelaku wirausaha di DIY dalam menciptakan
ide usaha memang tinggi. Secara nasional, saat ini jumlah usaha waralaba yang
muncul di DIY menempati posisi kedua setelah Jakarta. “Waralaba di bidang jasa,
pendidikan sampai kuliner tetap diminati. Jumlah yang muncul di DIY sekitar 50-
an, dengan ribuan gerai yang tersebar ke seluruh Indonesia,” ujarnya.
Secara terpisah, pemilik usaha waralaba Tela Tela Febri Triyanto
mengatakan, usaha di bidang makanan memang memiliki siklus jenuh. “Jika dulu
di DIY ada 100 gerai Tela Tela, kini jumlahnya tinggal sekitar 50 gerai.
Sedangkan secara nasional Tela Tela saat ini punya 1.650 gerai. Tahun 2005
gerobak Tela Tela di DIY sangat banyak. Di satu sisi omzetnya bisa sangat tinggi,
di sisi lain itu menimbulkan kejenuhan dan persaingan sehingga perlu dikurangi,”
katanya.
Menurut dia, bertahannya usaha waralaba juga sangat tergantung pada
faktor manusia. Meski menjadi usaha sampingan, pembeli merek waralaba harus
tetap menseriusi usahanya. Selain itu, inovasi produk harus terus dilakukan.
17
JAKARTA. Pengembangan calon wirausahawan muda hingga kini masih
terganjal akses, baik permodalan, pembinaan, dan informasi. Hal itu kerap
melemahkan motivasi para calon wirausahawan untuk bertahan di tengah arus
kompetisi.
Direktur Eksekutif Indonesia Business Links (IBL) Yanti Koestoer, di
Jakarta, Senin (22/6), mengemukakan, hambatan calon wirausahawan muda untuk
berkembang adalah kurangnya inisiatif untuk berbisnis, serta minimnya akses
informasi, pendanaan, dan bimbingan.
“Kaum muda kerap mengalami kesulitan akses informasi, permodalan, dan
bimbingan dari pebisnis yang berpengalaman. Kendala itu berlangsung tidak
hanya di desa, melainkan di perkotaan,” ujar Yanti.
Berdasarkan hasil program Inisiatif Wirausaha dan Karyawan Muda
(YEEI) yang dilaksanakan IBL pada tahun 2006-2009, jumlah pemuda dan
pemudi berumur 18-24 tahun yang dibina untuk wirausaha adalah 650 orang dan
karyawan 1.200 orang. Dari jumlah itu, kaum muda yang menjadi wirausahawan
580 orang atau 89 persen, dan disalurkan ke perusahaan 1.000 orang (83 persen).
Program Advisor YEEI, Muchlis Ali, mengemukakan, upaya untuk
mendorong wirausahawan muda antara lain mendukung akses permodalan,
pembinaan, dan pasar. Mulai September 2009, pihaknya berencana
mengembangkan fase kedua program YEEI untuk pemuda berusia 18-24 tahun
dengan melibatkan kemitraan dengan perusahaan, dan lembaga swadaya
masyarakat.
Usaha jasa
Sementara itu, usaha berbasis waralaba di bidang jasa mulai menggeliat.
Sebagian usaha berbasis waralaba jasa itu memanfaatkan peluang bisnis dari gaya
hidup konsumtif segmen masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar
mengemukakan, usaha berbasis waralaba di bidang jasa yang mulai marak antara
lain pendidikan, termasuk bimbingan belajar, dan kursus.
18
Sementara itu, bisnis berbasis waralaba di bidang cucian kendaraan juga
mulai berkembang dengan menawarkan keunikan obat-obatan dan pola pencucian.
Bisnis itu bertumbuh seiring dengan terus bertambahnya jumlah kendaraan.
Data AFI menunjukkan, hingga Juni tahun 2009, terdapat 750 usaha
berbasis waralaba dan waralaba lokal di Indonesia. “Masyarakat yang konsumtif
adalah peluang pasar,” ujar Anang.
JAKARTA. Suku bunga bank dinilai masih terlalu tinggi sehingga
memberatkan para pengusaha untuk memulai atau mengembangkan bisnis
waralaba. Berbeda dengan di Malaysia yang memberikan potongan bunga 50
persen khusus untuk bisnis waralaba.
“Sudah saatnya bunga bank di Indonesia diturunkan setengah. Namanya
juga menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Ketua Asosiasi Franchise Indonesia
(AFI) Anang Sukandar saat pembukaan International Franchise, License and
Business Concept Expo Conference (IFRA) di Jakarta Convention Center (JCC),
Jumat (19/6).
Anang mengatakan, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan waralaba
terus meningkat karena masyarakat mulai sadar bahwa waralaba dapat
meningkatkan perekonomian dan menciptakan pekerjaan. “Banyak yang
mengalami PHK atau tidak mempunyai keahlian tertentu sehingga mulai timbul
usaha-usaha kecil,” ungkapnya.
Data pertumbuhan waralaba di Indonesia lima tahun terakhir, yaitu tahun
2005franchise asing sebanyak 237 dan lokal 129, tahun 2006 asing 220 dan lokal
230, tahun 2007 asing 250 dan lokal 450, tahun 2008 asing 255 dan lokal 600, dan
terakhir tahun 2009 asing 260 dan lokal 750. “Itu terdiri dari franchise dan
bisnisopportunity (usaha yang masih menjadi peluang bisnis),” katanya.
Saat ini, katanya, usaha yang masih menjadi business opportunity (BO)
masih cukup besar dari total 1.010 jenis usaha, sekitar 700 usaha masih berstatus
BO.
19
Menurutnya, banyak usaha yang belum bisa menjadi franchise karena jiwa
kewirausahaan para pengusaha yang masih kurang sehingga belum menjadi
produk unggulan. “Jiwa berani mengambil risiko, tahan banting, ulet, dan tekun
yang masih kurang,” tegasnya.
Untuk menjadi franchise BO harus memenuhi beberapa syarat, seperti
usahanya harus sukses dengan penjualan yang meningkat, memiliki keunikan
yang tidak mudah dicari, punya contoh cabang, dan usaha yang menguntungkan.
“Selain itu bisa distandardisasi, bisa diajarkan dengan mudah, serta mempunyai
market potensial yang besar,” ungkapnya.
Untuk itu, AFI akan mendorong UKM menjadi usaha unggulan. “Tapi
memang memerlukan waktu dan pengalaman,” ucapnya.
20
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha
maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan dengan tujuan agar kegiatan
bisnis yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berjalan tetap berada dijalur
yang benar sesuai dengan yang direncanakan. Salah satu perancanaan bisnis yang
cukup menjanjikan yaitu tawaran investasi waralaba karena Masyarakat yang
konsumtif adalah peluang pasar, dengan mengetahui dan memahami pengertian,
unsur-unsur, tipe-tipe waralaba, contoh-contoh, pembagian waralaba dan
berdasarkan pengalaman yang matang, investasi ini akan menghasilkan balikan
modal awal, laba dan perluasan jaringan usaha. Dibawah naungan Asosiasi
Franchise Indonesia (AFI), merupakan perkumpulan para pengusaha waralaba
yang ada di Indonesia. Waralaba local saat ini lebih tumbuh dan berkembang
pesat, menguntungkan dan tahan terhadap krisis ekonomi, karena biaya produksi
dan pajak dapat diminamilisir supaya dapat dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat di Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain, waralaba termasuk
salah satu penyangga perekonomian Nasional.
3.2. Saran
Berhati-hatilah dalam memilih usaha waralaba, artinya harus waspada
dalam memutuskan rencana bisnis anda, biasanya janji awal usaha memang manis
tetapi dalam pelaksanaan akan menghadapi suatu permasalahan yang membutuh
solusi pemecahan dan kesabaran. Dengan pikiran cermat dan tepat memilih usaha
waralaba dapat memaksimalkan keberhasilan. Sesuai dengan kondisi pasar,
masyarakat yang konsumtif merupakan keuntungan tersendiri bagi para
pengusaha waralaba. Perkembangan usaha waralaba sangat peka sekali terhadap
perubahan ekonomi dan selera masyarakat. Di Indonesia usaha waralaba tumbuh
dan berkembang sangat maju dari tahun ke tahun bertambah, sehingga
memungkinkan orang untuk menekuni usaha ini
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Pramono, Peny R. 2007. Cara Memilih Waralaba yang Menjanjikan Profit.
Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.
2. Kompas.com e-newspaper in Indonesian/ usaha dan bisnis
3. Hakim, Lukman. 2008. Info Lengkap Waralaba. Jakarta. PT. Buku Kita
4. M. Fuad. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
5. Website : PT.GunungSelamet.com/tehcappoci.,di akses tgl 20 September jam
19:00 WIB
6. Wiratmo, Maskur. Pengantar Kewiraswastaan-kerangka dasar memasuki dunia
bisnis. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. 1996.