Upload
tikamoesthafa
View
13
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
estetik
Citation preview
PENYALAHGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH
Disusun oleh :
1. Rr. Arienta Yusitasari 112010101004
2. Ariska Nur Aida 112010101009
3. Chikita Rizqi Hanifati 112010101017
4. Ardiansyah Putra Pratama 112010101030
5. Fauziyah Damayanti 112010101040
6. Afiyati Rakhmatika M. 112010101048
7. Budiono 112010101053
8. I Gede Prima Julianto 112010101070
9. Galuh Dharanindya Ica M. 112010101087
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
PENYALAHGUNAAN KOSMETIK PEMUTIH
Perempuan dan kecantikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi,
kecantikan sendiri merupakan suatu hal yang bersifat subjektif. Perempuan Indonesia
dengan ciri khas kulit cokelatnya yang eksotis selalu mempunyai keunikan tersendiri.
Perempuan di bumi bagian utara dan selatan mengidamkan kulit cokelat seperti kulit
kebanyakan perempuan Indonesia. Akan tetapi perempuan di Indonesia memiliki
pemikiran yang berbeda. Menurut Prabasmoro (2003) dan Yulianto (2007) hal ini
disebabkan karena wacana kulit putih tidak terlepas dari sejarah di masa lalu dimana
Indonesia (dan sebagian besar negara-negara Asia yang lain) merupakan bekas negara
jajahan bangsa kulit putih. Kaitannya dengan isu ras, menunjukkan bahwa ras kulit
putih masih dianggap sebagai ras tertinggi dan terbaik. Selain itu banyaknya iklan
kecantikan yang menawarkan produk pemutihkan kulit, yang semakin membuat
masyarakat merasa bahwa kecantikan identik dengan kulit putih.
Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau
menghambat melamin yang sudah terbentuk, sehingga akan memberikan warna kulit
yang lebih putih. Produk ini didesain untuk bekerja dengan cara berpenetrasi ke
dalam kulit dan mengganggu produksi pigmen oleh sel kulit. Di beberapa
negara produk ini digolongkan sebagai obat dan bukan sebagai kosmetik yang
digunakan dengan bebas. Sedangkan di negara Asia seperti di Indonesia, kosmetik
yang berfungsi sebagai pemutih/pencerah kulit masih beredar sebagai kosmetik
yang digemari, oleh karena itu bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai
pemutih/pencerah banyak diteliti dan dikembangkan sehubungan dengan keamanan
produk tersebut bagi konsumen.
Pada umumnya, kulit wajah yang lebih putih dan hilangnya bintik-bintik hitam, bisa
diperlihatkan dalam waktu 6 bulan setelah penggunaan produk pemutih. Namun,
beberapa konsumen beranggapan bahwa waktu 6 bulan tersebut terlalu lama.
Sehingga hal ini dimanfaatkan oleh produsen-produsen nakal untuk menjual kosmetik
pemutih yang berbahan dasar zat kimia berbahaya yang penggunaannya dilarang di
Indonesia, misalnya Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B. Pada
akhirnya hal ini mengakibatkan terjadinya simbiosis mutualisme antara produsen
yang nakal dengan konsumen yang menginginkan efek cepat dari kosmetik pemutih.
Para konsumen rela mengesampingkan kesehatan kulitnya dengan menghiraukan efek
samping dari penggunaan kosmetik pemutih yang mengandung bahan berbahaya.
Mekanisme Kerja Kosmetik Pemutih Kulit
Warna kulit dihasilkan dari banyaknya jumlah melanin dalam kulit seseorang.
Melanin merupakan produk dari melanosit. Melanosit merupakan sel khusus yang
terdapat pada epidermis, dijumpai di bawah atau di antara sel-sel stratum basalis dan
pada folikel rambut. Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase
memainkan peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja
enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan
kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi, setelah melalui beberapa
tahap transformasi menjadi melanin.
Enzim tirosinase dibentuk dalam ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum
endoplasma kasar, melanosit diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh
kompleks golgi. Ketika dibentuk granul melanin migrasi didalam perluasan
sitoplasma melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum germinativum dan
spinosum dari epidermis. Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan ke dalam
keratinosit. Ketika di dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam
sitoplasma di daerah atas inti (supranuklear), jadi melindungi nukleus dari efek
merusak radiasi matahari.
Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun sel-sel epitel/keratinositlah
yang menjadi gudang dan berisi lebih banyak melanin, dibandingkan melanosit
sendiri.
Sejauh ini terdapat 6 mekanisme kerja kosmetik pemutih kulit :
a. Proteksi sinar matahari (Tabir surya)
Makin gelapnya kulit (tanning) setelah terpapar radiasi matahari (panjang gelombang:
290-320mm) disebabkan oleh reaksi fisis dan kimiawi menggelapkan warna melanin
yang belum muncul ke luar melanosit, dan merangsangnya secara cepat untuk
masuk ke keratinosit. Selain itu, terpapar radiasi matahari akan menyebabkan
kecepatan sintesis melanin dalam melanosit mengalami akselerasi, sehingga semakin
meningkatkan jumlah pigmen melanin (Fitrie, 2004).
Mekanisme tabir surya yaitu dengan memberikan tabir sehingga radiasi matahari
dengan panjang gelomang 290-320 nm tidak langsung atau mengurangi
pemapaparannya terhadap kulit.
b. Menghambat aktivitas melanosit
Menghambat aktivitas melanosit dilakukan dengan menghindari cahaya matahari dan
obat-obat fototoksik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melanosit akan masuk
kedalam keratinosit jika kulit terpapar cahaya matahari. Selain itu kecepatan sintesis
melanin dalam melanosit juga akan meningkat.
c. Menghambat sintesis melanin
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan peranan
penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja enzim tirosinase,
tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan kemudian menjadi
dopaquinone, yang kemudian dikonversi, setelah melalui beberapa tahap
transformasi menjadi melanin.
Penghambatan sintesis melanin dilakukan dengan penghambatan enzim, tirosinase.
Obat yang biasanya digunkan dan mampu menghambat enzim tersebut adalah
hidrokuinon, asam kojik, asam azelaik, ekstrak bengkuang, arbutin.
d. Menghambat produksi melanin
Obat yang dapat digunakan untuk menghambat produksi melanin diantaranya adalah
asam askorbat dan glutation.
e. Toksisitas melanosit selektif dan supresi melanogenesis non selektif
Obat yang mempunyai efek toksisitas melanosit selektif adalah merkuri, isopropil
katekol, dan N-asetil sistein yang menyebabkan kerusakan melanosit. Akibatnya
melanin tidak dapat disintesis.
Obat yang mempunyai efek supresan pada melanogenesis non selektif yaitu
kortikosteroid dan indometasin. Obat tersebut bekerja dengan menekan proses
melanogenesis (Zhai, 2009).
f. Memindahkan melanin
Melanin yang sudah disintesis akan menumpuk dan berkumpul di keratinosit. Obat
ini bekerja untuk memindahkan melanin tersebut untuk segera di metabolisme. Obat
yang mempunyai aktivitas tersebut adalah asam kloroasetik, solutio jessner, asam
glikolat.
Jenis – jenis Bahan Pemutih Kulit
1. Hidrokuinon
Hidrokuinon (HQ) dapat dijumpai dimana saja dan tersedia dalam berbagai kosmetik
dan bentuk tanpa resep lainnya untuk pemutih kulit wajah. Bahan ini
dipertimbangkan sebagai salah satu penghambat yang paling efektif terhadap
melanogenesis invitro dan invivo. HQ menyebabkan hambatan reversibel
metabolisme seluler dengan mempengaruhi sintesis DNA dan RNA. Efek sitotoksis
HQ tidak berbatas pada melanosit, tetapi menghambat metabolisme seluler sel non-
melanosit dengan dosis yang lebih tinggi, sehingga HQ dapat dipertimbangkan
sebagai agen sitotoksik melanosit poten dengan sitotoksik melanosit spesifik yang
relatif tinggi (Counter, 2003). Bahan ini termasuk golongan obat keras yang hanya
dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Hidroquinon yang banyak dipakai sebagai
penghambat pembentukan melanin dapat menyebabkan hiperpigmentasi, padahal
melanin berfungsi sebagai pelindung kulit dari sinar ultraviolet, sehingga terhindar
dari resiko sinar matahari secara langsung, hidroquinon dapat mengakibatkan noda
hitam dan benjolan kekuningan pada kulit yang disebut sebagai okrosinosis yang
sifatnya permanen.
Oleh karena itu, Badan POM menetapkan ambang batas kandungan hidroquinon di
bawah 2%(BPOM, 2007). Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter
dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat
menyebabkan kelainan pada ginjal (Nephropaty), kanker darah (Leukimia) dan
kanker sel hati (Hepaoceluller adenoma) (Yasmin, 2008).
2. Monobenzyl Ether HQ
Monobenzyl Ether Hidroquinon (MBEH) sama dengan HQ yang termasuk agen
kimia golongan fenol atau ketakol. MBEH hampir selalu menyebabkan depigmentasi
ireversibel kulit. Sisa MBEH telah ditemukan dalam desinfektan, germisida, baki
hidangan dari karet, selotif dan apron karet. Dalam dermatologi seharusnya dipakai
untuk menghilangkan daerah yang tersisa selain kulit normal pada pasien untuk
vitiligo umum dan sukar disembuhkan. Mekanisme yang diduga terjadi pada
pigmentasi oleh MBEH adalah dengan penghancuran melanosit selektif melalui
pembentukan radikal bebas dan penghambatan kompetitif sistem enzim tirosinase
(James, 2009).
3. Merkuri
Merkuri (Hg)/air raksa termasuk logam berat berbahaya yang dalam konsentrasi
dapat bersifa racun. Pemakaian merkuri (Hg) dalam krim pemutih dapat
menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang akhirnya dapat
menyebabkan bintik- bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, serta pada
pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanent pada
susunan saraf otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka
pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan
ginjal, serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada manusia
(Arief, 2007).
4. Arbutin
Arbutin berasal dari ekstrak tanaman bearberry, yang dulu sering digunakan oleh
bangsa Jepang. Jika dibandingkan dengan hidroquinon, maka daya pemutih arbutin
tidak sekuat hidroquinon. Produk yang mengandung arbutin dapat dijual secara bebas
tanpa resep dokter. Selain bearberry, arbutin juga ditemukan pada tanaman gandum
dan kulit buah pear. Bahan ini berfungsi sebagai pemutih kulit wajah (skin lightening)
yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan melanin dalam kulit yaitu
dengan menghambat aktivitas tirosin. Karena arbutin tidak menghidrolisa HQ bebas,
agen selanjutnya tidak bertanggung jawab terhadap efek inhibitor arbutin pada
melanogenesis. Penghambatan sintesis melanin (kira-kira 39%) terjadi pada
konsentrasi 5x105mol/L. selain bekerja dengan menghambat tirosin, arbutin juga
bekerja dengan mengelupas kulit epidermis (eksfoliasi). Beberapa pabrik melaporkan
arbutin sebagai obat depigmentasi yang efektif pada konsentrasi 1% (James, 2009).
5. Asam Alezaik
Secara alami asam azelaik didapat dari saturasi pityrosporum ovale, asam azelaik
mempunyai efek antiproliferatif dan sitotoksik terhadap melanosit. Efek selanjutnya
terjadi karena penghambatan yang agak kuat dari retioreduksin reduktase, enzim yang
terlibat dalam aktivasi oksireduktase mitokondria dan sintesi DNA. Walaupun asam
azelaik pada awalnya digunakan untuk pengobatan akne, ternyata juga berhasil pada
pengobatan lentiginosis, rosasea dan hiperpigmentasi paska inflamasi. Selain
berfungsi sebagai antibakteri, keratolitik, komedogenik dan anti inflamasi. Asam
azelaik juga mampu mengurangi pigmentasi pada kulit terutama bagi mereka yang
berkulit gelap dan bekas jerawat warna coklat atau untuk kasus melasma. Asam
azelaik 20% dilaporkan mempunyai efektivitas yang sama dengan HQ 4% dalam
mengatasi kulit gelap tersebut. Efek samping dari bahan ini berupa iritasi kulit, rasa
gatal, dan terbakar hingga pengelupasan kulit (James, 2009).
6. Asam kojik
Sebelum digunakan sebagai pemutih kulit, asam kojik telah banyak digunakan
sebagai bahan tambahan pada makanan yang digunakan untuk menjaga kualitas
warna makanan. Asam kojik marupakan metabolit jamur yang biasa dihasilkan oleh
spesies jamur aspergillus, acetobacter, dan penicillium. Asam kojik menghambat
aktivitas katekolase tirosin, yang dibatasi enzim esensial dalam biosintesis pigmen
kulit melanin. Melanosit yang diobati dengan asam kojik menjadi nondendritik,
dengan penurunan jumlah melanin. Kemudian asam kojik mencari oksigen reaktif
yang dilepaskan secara berlebihan dari sel atau yang dihasilkan dalam jaringan atau
darah. Biasanya konsentrasi asam kojik yang digunakan sebagai kosmetik berkisar
antara 1-4%. Kelebihan asam kojik dibandingkan bahan pemutih lainnya adalah
kestabilannya dalam suatu produk kosmetik. Akan tetapi dari hasil penelitian asam
kojik lebih mengiritasi dibandingkan HQ sehingga lebih baik dikombinasikan dengan
kortikosteroid topical untuk mencegah masalah tersebut. Beberapa penelitian
kontroversial menyimpulkan bahwa penggunaan asam kojik dalam dosis tinggi dapat
bersifat karsinogenik (James, 2009).
7. Licorice ekstrak
Glabiridin (glicyrrhia glabra) merupakan kandungan utama dari ekstract licorice yang
mampu memutihkan kulit. Cara kerjanya yaitu menghambat melanogenesis
(pembentukan pigmen kulit) dan juga mencegah terjadinya proses inflamasi di kulit.
Beberapa riset menunjukkan bahwa penggunaan glabiridin 0,5% secara topical dapat
menghambat sinar UV-B yang dapat memicu terbentuknya pigmentasi dan
kemerahan pada kulit (James, 2009).
8. Vitamin E
Sebuah literatur Jepang melaporkan bahwa penggunaan vitamin E (tocoferol) secara
oral ternyata efektif untuk mengatasi masalah hiperpigmentasi pada wajah, terutama
jika dikombinasikan dengan vitamin C. Beberapa riset lainnya juga menemukan
bahwa derivat tocoferol ini merupakan penghambat pembentukan melanin yang lebih
kuat jika dibandingkan dengan arbutin dan asam kojik. Derivat vitamin E juga dapat
digunakan untuk memeperbaiki dan mencegah terbentuknya pigmentasi wajah yang
dipicu oleh radiasi sinar UV, sebaik cara kerja vitamin E sebagai antioksidan.
9. Vitamin C
Asam askorbat (vitamin C) merupakan salah satu antioksidan sama seperti vitamin E.
Vitamin ini banyak ditemukan pada jeruk dan sayuran berwarna hijau. Kandungan
vitamin C sangat populer dan banyak digunakan dalam produk perawatan kulit,
namun sayangnya produk vitamin C masih banyak yang belum stabil. Bentuk vitamin
C yang stabil adalah derivat vitamin C yang disebut sebagai magnesium-L- ascorbyl-
2-phospate. Salah satu penelitian menyatakan bahwa derivat vitamin C yang
digunakan secara topikal pada pasien melasma dan lentigo senilis menunjukkan efek
mencerahkan yang cukup signifikan. Hanya saja, harga produk vitamin C yang stabil
ini relatif lebih mahal ketimbang vitamin C biasa (James, 2009).
10. Asam Ellagik
Asam Ellagik ditemukan pada rapsberry, strawberry, dan pomegranate. Berdasarkan
suatu hasil riset laboratorium menyatakan asam ellagik dapat memperlambat
pertumbuhan tumor-tumor tertentu. Walaupun hasil riset ini sangat menjanjikan,
namun sampai saat ini belum ada bukti secara medis bahwa bahan ini mampu
mencegah dan mengobati kanker pada manusia. Selain diduga mampu melawan
kanker, asam ellagik juga berguna sebagai pemutih kulit. Pada tahun 1996 dijepang,
Asam Ellagik disetujui sebagai bahan aktif yang mampu mencegah terbentuknya
spots dan freckles setelah luka bakar karena paparan sinar matahari ( James, 2009).
11. Tretionin
Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian tretinoin sangat efektif dalam mengobati
perubahan kulit. Saat memakai tretinoin kita harus menghindari sinar langsung
matahari, sebab penggunaan tretinoin membuat kulit kita menjadi sensitif terhadap
sinar matahari.
12. Asam Retinoat
Asam retinoat merupakan asam vitamin A yang digunakan untuk pengobatan akne secara topical. Prinsip pengobatan akne secara topical adalah untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi akne. Asam vitamin A sebanyak 0,025-1% berguna sebagai bahan iritan atau pengelupas senyawa lain. Namun asam retinoat kini tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak menguntungkan (Iswari, 2007).
Beberapa bahan yang tidak diizinkan untuk digunakan pada kosmetika :
1. Arsen dan senyawanya
2. Barium dan senyawanya
3. Hidrokuinon mono benzil eter
4. Perak dan senyawanya
5. Air raksa (merkuri) dan senyawanya, kecuali Fenil raksa nitrat dan tiomersal yang
digunakan sebagai pengawet dalam sediaan tata rias.
6. Selenium dan senyawanya, kecuali selenium disulfida maksimum 2% dalam
sampo.
7. Salisil anilida berhalogen.
8. Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat maksimum 2% dalam cat rambut.
Terdapat standar tertentu untuk penggunaan zat aktif dalam kosmetik seperti yang
sudah dijelaskan pada masing-masing poin jenis kosmetik pemutih kulit diatas. Bahan
kimia tentu saja dapat memberikan efek samping jika penggunaannya tidak sesuai
dengan takaran yang disarankan, misalnya untuk kasus pemutih yang mengandung
hidroquinon . Hidroquinon pada pemutih bekerja sebagai penghalang pengeluaran
melanin oleh melanosit di dalam epidermis dan menyebabkan penebalan gentian
kolagen. Melanin adalah pigmen. Orang yang berkulit lebih hitam memiliki melanin
yang lebih banyak. Fungsi melanin tersebut ialah sebagai pelindung kulit manusia
dari sinar UV, karena sinar UV dapat diserap oleh melanin. Kulit dengan jumlah
melanin yang sangat sedikit memiliki resiko lebih besar untuk terkena kanker kulit.
Pemakaian hidroquinon lebih dari 2% dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar
pada kulit. Jika dihentikan, kulit akan kembali seperti semula, bahkan bisa lebih
buruk.
Bahaya semacam itu tak hanya ditemui dalam pemutih ber-hidroquinon. Salah satu
zat aktif krim pemutih lain yang sangat berbahaya adalah merkuri. Merkuri anorganik
dalam krim pemutih bisa menimbulkan keracunan bila digunakan dalam waktu lama.
Hal ini dikarenakan merkuri itu sendiri yang sebetulnya adalah bahan yang
terkandung dalam baterai untuk sumber tenaga telepon genggam, walkman, dan lain-
lain. Gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim pemutih muncul sebagai
gangguan sistem saraf. Diantaranya adalah tremor, insomnia, kepikunan, gangguan
penglihatan, gerakan tangan abnormal (ataxia), serta gangguan emosi. Selain gejala-
gejala yang tampak tersebut, logam berat seperti merkuri dapat mendenaturasi protein
dalam tubuh (terutama protein yang mengandung asam amino sistein), terakumulasi
di dalam tubuh/susah dikeluarkan, merusak sistem enzim, dan menimbun racun di
dalam tubuh. Setelah pemakaian bertahun-tahun, merkuri dapat mengendap di bawah
kulit sehingga kulit akan menjadi biru kehitaman. Hal ini dapat berujung pada kanker.
Pada dasarnya, dalam jangka waktu lama krim pemutih memang dapat
menghilangkan atau mengurangi hiperpigmentasi pada kulit. Dengan berkurangnya
hiperpigmentasi, kulit akan terlihat lebih putih. Zat pengubah pigmen semacam ini
tentu dapat menimbulkan dampak di kemudian hari, sebab ada proses fisiologis
normal yaitu pembentukan pigmen yang diganggu. Penggunaan terus-menerus justru
malah akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen. Akhirnya, kulit bisa
menjadi lebih hitam daripada sebelumnya. Rata-rata semua pemutih instan akan
menimbulkan efek rebound saat pemakaian dihentikan, yaitu memberikan respon
yang berlawanan. Pada awalnya memang terlihat bagus, dalam beberapa hari saja,
kulit menjadi lebih mulus, kenyal, dan lebih putih, akan tetapi saat pemakaian
dihentikan kulit akan menjadi gelap dan dapat timbul flek-flek atau kulit menjadi
merah seperti udang rebus, kasar, bahkan mengelupas seperti kulit ular.
Contoh kasus :
Nn.X, seorang gadis SMA, mengeluh berjerawat dan kulitnya kusam. Ia mendatangi
salon kecantikan dekat rumahnya untuk mendapatkan perawatan wajah sehingga
wajahnya dapat terlihat putih dan bersinar. Pekerja di salon kecantikan tersebut
menawarkan Nn.X mencoba krim Syahrini agar wajahnya terlihat putih seperti artis
Syahrini. Nn.X pun tertarik untuk mencoba. Pada satu minggu pertama pemakaina
krim Syahrini, Nn.X sudah merasakan perubahan pada wajahnya. Wajahnya jadi
lebih putih, halus, dan terasa lebih kenyal. Akan tetapi wajahnya menjadi tidak tahan
sengatan sinar matahari. Setelah pemakaian berbulan-bulan, Nn.X menghentikan
pemakaian krim Syahrini tersebut karena mukanya semakin merah jika terkena
sengatan sinar matahari. Satu hari setelah penghentian pemakaian, terdapat bintik-
bintik berisi air disekitar mulut dan hidung Nn.X, jerawatnya pun mulai bermunculan
lagi, bahkan ukurannya cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrie, Alya Amila. 20. Histologi Dari Melanosit.
http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-alya2.pdf
Junquiera, L.C., Carneiro, J., Kelley, R.O. 2007. Basic Histology 10th edition. Washington: Lange
Puspa, Ratih. 2010. Isu Ras dan Warna Kulit dalam Konstruksi Kecantikan Ideal Perempuan. Surabaya : Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga,
Rohman, Apriana. 2011. Mekanisme Kerja Whitening Agent. http://putrajogjakarta.files.wordpress.com/2011/08/formulasi-sediaan-whitening-agent.pdf
USU. 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25426/4/Chapter%20II.pdf