13
KOMPARASI FILSAFAT HUKUM BARAT (LIBERAL) DAN FILSAFAT HUKUM RELIGIUS Makalah Disusu dan diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum Oleh: Azim Izzul Islami (P2AE13034) Pengampu: Prof. Dr. Tri Lisiani Prihatinah, S.H., M.H., Ph.D. PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Makalah Fils Hk Bab 3

  • Upload
    azim

  • View
    322

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAkalah Tugas

Citation preview

Page 1: Makalah Fils Hk Bab 3

KOMPARASI FILSAFAT HUKUM BARAT (LIBERAL) DAN FILSAFAT HUKUM RELIGIUS

Makalah

Disusu dan diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum

Oleh:

Azim Izzul Islami

(P2AE13034)

Pengampu:

Prof. Dr. Tri Lisiani Prihatinah, S.H., M.H., Ph.D.

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Makalah Fils Hk Bab 3

A. Pendahuluan

Filsafat hukum (rechtfilosofie) menurut Satjipto Rahardjo, sebagaimana dikutip

oleh AM. Laot Kian, adalah refleksi tentang hukum yang mempermasalahkan hukum dari

berbagai pertanyaan mendasar seperti apakah hukum itu, apa dasar-dasar mengikatnya

hukum, mengapa hukum berlaku umum, bagaimana hubungan hukum dengan kekuasaan,

moral dan keadilan.1 Filsafat merupakan salah satu cabang dari filsafat yang

mengkhususkan dirinya pada ranah hukum. Jadi, secara sederhana filsafat hukum adalah

upaya mencari hakikat dari hukum.

Dalam filsafat dikenal pula 2 paradigma, yakni paradigma liberal dan paradigma

religius.2 Paradigma liberal atau sekular umumnya dianut oleh barat sedang paradigma

religius umumnya berasal dari timur. Filsafat hukum juga mempunyai kaitan yang erat

dengan sistem hukum (legal system). Sistem hukum yang ada dan berkembang saat ini

banyak terinspirasi dari pemikiran para filsuf di zaman dahulu. Secara garis besar, sistem

hukum di dunia terbagi ke dalam 2 sub sistem, yakni non western law dan pre western

law. Masing-masing sub sistem tersebut terdiri dari sistem hukum yang sekular (secular

legal system) dan sistem hukum yang religius (religious legal system).3 Oleh sebab itu,

paradigma filsafat ini mempunyai kaitan yang erat dengan sistem hukum

Makalah ini berupaya memberikan deskripsi dan analisa mengenai kedua macam

landasan filsafat hukum tersebut dan kemudian mengkomparasikan keduanya sehingga

ditemukan corak masing-masing sistem hukum.

B. Pokok Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat religius dan filsafat barat?

2. Apa saja perbedaan di antara keduanya?

3. Bagaimana hubungan antara (pengaruh) keduanya terhadap sistem hukum yang

berkembang di dunia saat ini?

C. Pembahasan

Filsafat hukum terdiri dari dua kata, yakni filsafat dan hukum. Filsafat secara

etimologis berasal dari kata dalam bahasa Yunani, philo yang berarti mencintai dan

1 AM. Laot Kian, Berkelana dalam Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kepel Press, 2013. Hlm. 332 Tri Lisiani P, Diktat Perkuliahan Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Jendral Soedirman, tahun 2013/20143 Agus Raharjo, Diktat Perkuliahan Sejarah Hukum pada Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Jenderal Soedirman TA. 2013/2014.

Page 3: Makalah Fils Hk Bab 3

Sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi secara etimologis filsafat berarti mencintai

kebijaksanaan atau cinta akan kebijaksanaan. Ahmad Tafsir mengutip pandangan

Poedjawijatna tentang pengertian filsafat, bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab yang

berhubungan rapat dengan bahasa Yunani.4 Ahmad Tafsir lalu melanjutkan, bahwa

filsafat dapat diartikan keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau

keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Selain filsafat, terdapat juga kata hukum.

Hukum sebagaimana dilansir dalam Wikipedia mempunyai makna sistem yang terpenting

dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan.5 Sedang Kamus besar Bahasa

Indonesia menyebutkan pengertian hukum sebagai peraturan atau adat yg secara resmi

dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.6 Jika dua kata

tersebut digabung, maka filsafat hukum bisa diartikan mengkaji hukum secara mendalam

agar lebih bijak, atau mengkaji hukum secara filosofis untuk menemukan hakikat hukum

itu sendiri. Kesimpulan ini setidaknya hampir sama dengan pengertian filsafat hukum

yang disampaikan Satjipto Rahardjo dan dikutip oleh AM. Laot Kian, bahwa filsafat

hukum (rechtfilosofie) adalah refleksi tentang hukum yang mempermasalahkan hukum

dari berbagai pertanyaan mendasar seperti apakah hukum itu, apa dasar-dasar

mengikatnya hukum, mengapa hukum berlaku umum, bagaimana hubungan hukum

dengan kekuasaan, moral dan keadilan.Ruang lingkupnya meliputi hakekat hukum, asas-

asas hukum, sketsa sejarah pemikiran hukum, korelasi kejahatan dan hukuman, paksaan

hukum dan nilai kebebasan, hukum dan moralitas, hak menolak dan kewajiban mematuhi

hukum.7

Definisi yang disampaikan Satjipto Rahardjo memberikan gambaran bahwa salah

satu kajian filsafat hukum adalah sejarah pemikiran hukum. Sejarah pemikiran hukum

memuat cerita sejarah hukum, pemikiran-pemikiran hukum dan sebagainya. Dalam

filsafat hukum dikanal juga paradigma atau dasar untuk membangun sebuah teori,

khususnya teori hukum. Paradigma adalah kerangka konseptual yang menjadi basis,

rujukan kebenaran logis guna mencari jalan mengatasi masalah peradaban manusia.

Paradigma digunakan sebagai dasar untuk membangun teori.8 Paradigma dalam hukum

4 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales sampai Chapra),cet ke-16. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Hlm. 9.5 http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum, akses pada 10 November 2013.6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kbbiandroid v.4.0.0 (17).7 AM. Laot Kian, Ibid. Hlm 338 Tri Lisiani P, Ibid

Page 4: Makalah Fils Hk Bab 3

secara garis besar terbagi menjadi dua, yakni filsafat barat (yang sekuler) dan filsafat

religius (filsafat berketuhanan atau filsafat berlandaskan agama/kepercayaan).

1. Filsafat Barat (Liberal atau Sekular)

Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-

universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari

tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya, tradisi falsafi Yunani

sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika salinan buku filsafat

Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah dimusnahkan oleh

pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang

dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara.

Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi

sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury,

seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku

Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan berbahasa Arab, yang telah

dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti Abbasyah.9

Filsafat memiliki bebrapa ciri atau corak. Corak dalam filsafat barat merupakan

pembidangan filsafat dalam beberapa tema antara lain; Ontologi, Epistemologi dan

Aksiologi. Ketiganya secara ringkas akan dijelaskan pada penjelasan di bawah ini:

a. Epistemologi

Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara

memperoleh pengetahuan. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai

cara dan dengan menggunakan berbagai alat10. Ada beberapa aliran yang

berbicara tentang ini, antara lain; empirisme, rasionalisme, positivisme dan

intuisionosme.11

b. Ontologi

Setelah memahami cara memperoleh pengetahuan, para filosof mulai

menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Objek-objek itu

9 http://febifebriansyah60.wordpress.com/filsafat/filsafat-barat/, akses pada 10 November 2013.10 Ahmad Tafsir, Ibid. hal. 2311 Empirisme menganggap bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Rasionalisme menganggap bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Positivisme merupakan penyempurnaan dari empirisme dan rasionalisme dengan menganggap perlunya ekpserimen dan ukuran-ukuran untuk memperoleh pengetahuan. Sedang Intuisionisme menganggap adanya keterbatasan pada indera dan akal, sehingga selain indera dan akal manusia bisa memperoleh pengetahuan melalui intuisi (kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yang dapat melampaui indera dan akal. Intuisi mirip dengan instinct namun berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya)

Page 5: Makalah Fils Hk Bab 3

difikirkan secara mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah sebabnya ini

dinamakan dengan teori hakikat, ada yang menamakan ontologi.12 Ontologi

membicarakan hakikat atau sesuatu yang bersembunyi di balik penampakan

sesuatu itu. Untuk menjawab pertanyaan ini kemudian muncullah beberapa

aliran seperti; materialism, idealism, dualism, skeptisisme dan agnostisisme.13

c. Aksiologi

Secara Etimologis aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai dan

logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah sebuah teori tentang nilai. 14

aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran ilmiah, etik dan moral

sebagai dasar normative dalam penelitian dan penggalian serta penerapan ilmu.

Jadi aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan

bagaimana suatu ilmu digunakan.

Sebagaimana disampaikan dalam diktat perkuliahan, secara epistemologi

pengalaman manusia menjadi sumber pengetahuan. 15Filsafat barat menafikan peran

nilai-nilai transedental atau nilai-nilai religius. Jadi ciri khas dari filsafat barat adalah

ke-sekuler-annya yang memisahkan filsafat dengan nilai-nilai religius, sehingga

menganggap bahwa kehidupan dunia menopang dirinya sendiri (self sustain).

2. Filsafat Religius

Filsafat Religius atau filsafat ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan

pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi

orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan

menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat

Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.

Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau

mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk

sampai pada kebenaran tentang Tuhan.16

12 Ahmad Tafsir, Ibid. hal. 2813 Materialisme menganggap bahwa hakikat suatu benda adalah materi benda itu sendiri (biasa disebut dengan naturalism). Sedang idealism mnganggap sebaliknya. Idealisme mengangap bahwa hakikat benda adalah rohani, spirit dan sebangsanya. Sedang dualisme menganggap bahwa hakikat benda ada dua yakni materi dan immateri. Dan Agnotisisme menganggap bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda sama sekali (menyerah sma sekali).14 Burhanudin SAlam, Logika Materiil Filsafat ilmu Pengetahuan. Jakarta:Rineka Cipta, 1997.15 Oleh sebab itu filsafat barat bisa diartikan sebagai pencarian hakikat kebenaran yang berasal dari barat dengan berdasarkan pada ‘aql semata (empirisa0. Barat di sini secara geografis dan kebudayaan adalah Romawi dan Yunani, bukan Amerika.16 http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ketuhanan, akses pada 28 Oktober 2013.

Page 6: Makalah Fils Hk Bab 3

Secara epistemologis filsafat religius mengambil pengalaman-pengalaman empiris

manusia sebagai sumber ilmu pengetahuan. Selain pengalaman empirik, filsafat ini juga

mengakui kebenaran wahyu. sehingga sumber pengetahuan filsafat ini adalah

pengalaman dan wahyu. Penerimaan wahyu sebagai sumber pengetahuan ini kurang lebih

disebabkan karena dogma atau doktrin agama masih begitu kuat melekat. Filsafat religius

menganggap bahwa dunia merupakan manifestasi kehidupan yang dibuat dan diatur oleh

Tuhan.17

Pengaruh Filsafat Hukum terhadap Sistem Hukum Dunia

Thomas Aquinas memberikan definisi hukum sebagai aturan yang berasal dari

masyarakat.18 Karena hukum dibuat oleh masyarakat, maka ia juga bersumber dari akal

manusia (pemikiran manusia atau filsafat) dan bisa dikatakan bahwa pada hakikatnya

sistem hukum yang ada di dunia tidak terlepas dari hasil pemikiran manusia.

Qadry Azizi menyebutkan bahwa terdapat beberapa sistem hukum terbesar di

dunia yakni Hukum Islam dan hukum umum. Hukum umum biasanya dimaksudkan sama

dengan istilah hukum sekular (bukan hukum Islam dan bukan hukum adat). Hukum

umum ini terdiri dari Roman Law System dan Common Law System. 19 Sistem hukum

dunia dapat kita lihat pada map berikut20:

17 Filsafat timur biasa disebut dengan filsafat religius. Hal ini disebabkan epistemologi filsafat timur berasal dari wahyu dan non-wahyu (empiris). Filsafat timur mencari hakikat kebenaran yang berasal dari belahan bumi timur dengan bersumber pada ‘aql dan metafisik (wahyu dan non wahyu). Timur secara geografis dan kebudayaan mencakup; Arab, China, India, Turki, Persia, dan lain-lain.18 http://carapedia.com/pengertian_definisi_hukum_menurut_para_ahli_info489.html, akses pada 23 November 2013.19 A. Qadri Azizy, Eklektisime Hukum Nasional: Kompetisi antara Hukum Islam dan Hukum Umum. Yogyakarta: Gama Media, 2004. Hlm. 28.20 Agus Raharjo, Ibid.

Page 7: Makalah Fils Hk Bab 3

Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 2 sistem hukum besar di dunia, yakni

sistem hukum barat dan sistem hukum non-barat. Masing-masing sitem hukum terbagi lagi

menjadi sub sistem yang sekular dan sub sistem yang religius. Meskipun secara umum filsafat

barat dikenal sebagai filsafat yang liberal-sekular, namun filsafat bercorak religius juga pernah

hidup di sana. Salah seorang filsuf barat yang bercorak religius adalah Thomas Aquinas (1225-

1274 M). Aquinas mendasarkan filsafatnya pada kepastian adanya Tuhan. Ia mengetahui banyak

ahli teologi percaya pada adanya Tuhan hanya berdasar pendapat umum. ada juga ahli teologi

yang menganggap eksistensi Tuhan tidak dapat diketahui dengan akal, itu hanya diketahui

berdasarkan iman. Menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan akal, hingga ia

mengeluarkan lima argumennya yang terkenal yang ingin membuktikan eksistensi Tuhan dengan

menggunakan akal.21

D. Penutup

Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan yang sekaligus menjadi jawaban

bagi pertanyaan pokok permasalahan, yakni;

1. Filsafat religius merupakan filsafat yang secara epistemology bersumber dari

wahyu dan pengalaman empiris manusia. Umumnya filsafat timur (Islam dan

Hindu) yang merupakan representasi dari filsafat religius. Sedang filsafat liberal

adalah filsafat yang secara epistemology bersumber hanya dari pengalaman

empiris manusia dan menafikan wahyu (sekular-liberal). Filsafat ini biasa

digunakan untuk menyebut filsafat barat yang tidak menggunakan wahyu sebagai

landasan berfikirnya. Meski demikian beberapa filsuf barat memiliki corak

religius, seperti Thomas Aquinas.

2. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara filsafat religius dan filsafat liberal.

Secara epistemology, landasan berfikir filsafat religius menggunakan akal dan

wahyu, sedang filsafat liberal menggunakan pengalaman empiris (akal) saja.

Secara ontology, filsafat religius memahami bahwa kehidupan manusia tidak

terlepas dari Tuhan. Oleh sebab itu kehidupan manusia terdiri dari hubungan antar

manusia dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Berbeda dengan filsafat

liberal yang bercorak sekular, oleh karenanya ia menganggap bahwa kehidupan di

dunia ini tidak ada kaitannya dengan Tuhan.

3. Secara garis besar filsafat religius banyak mempengaruhi sistem hukum di Negara-

negara dunia belahan timur, sebagaimana Hukum Islam yang berkembang di 21 Ahmad Tafsir, Ibid. hal. 98

Page 8: Makalah Fils Hk Bab 3

Negara Arab. Sedang sistem hukum barat lebih banyak dihasilkan dari filsafat

liberal.

Demikian makalah ini kami buat. Penulis sadar bahwa masih banyak sekali

kekurangan pada makalah ini baik dari segi substansi maupun redaksi. Oleh sebab itu

penulis memohon kritik dan saran agar dalam pembuatan makalah-makalah

selanjutnya kesalahan-kesalahan serupa dapat diminimalisir. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Diktat

Page 9: Makalah Fils Hk Bab 3

Azizy, A. Qadri, Eklektisime Hukum Nasional: Kompetisi antara Hukum Islam dan Hukum

Umum. Yogyakarta: Gama Media, 2004.

Kian, AM. Laot, Berkelana dalam Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kepel Press, 2013.

Prihatinah, Tri Lisiani, Diktat Perkuliahan Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Universitas Jendral Soedirman, tahun 2013/2014

Raharjo, Agus, Diktat Perkuliahan Sejarah Hukum pada Program Pascasarjana Magister Ilmu

Hukum Universitas Jenderal Soedirman TA. 2013/2014.

Salam, Burhanudin, Logika Materiil Filsafat ilmu Pengetahuan. Jakarta:Rineka Cipta, 1997

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum (Akal dan Hati Sejak Thales sampai Chapra),cet ke-16. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008.

Website dan lain-lain

http://carapedia.com/pengertian_definisi_hukum_menurut_para_ahli_info489.html, akses pada

23 November 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ketuhanan, akses pada 28 Oktober 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum, akses pada 10 November 2013.

http://febifebriansyah60.wordpress.com/filsafat/filsafat-barat/, akses pada 10 November 2013.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kbbiandroid v.4.0.0 (17).