33
MAKALAH FILSAFAT ILMU PENERAPAN TEORI KEBENARAN DALAM SKRIPSI DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 PDG GANJIL CITRA ADIEN A. (10/KG/8587) ANDHINI B. U. S. (10/KG/8595) NADYA KIFTA A. (12/KG/9113) SYIFA FADILAH (12/KG/9115) ENDAH NUR AINI E.R. (12/KG/9117) JATU NOVTIA H. (12/KG/9119) SRI WIDURI R.U.J. (12/KG/9121) TARILANSIA RESTIKA A. (12/KG/9123) BELLIA SUKMA R. (12/KG/9133) SITI PURWANTI (12/KG/9135) AUFIA ESPRESSIVO (12/KG/9137) RIZKY DESTIANA A. (12/KG/9139) IRENE TENRIANA KENIA (12/KG/9141) HANS KRISTIAN W. (12/KG/9143) HADANNA SABELLA (12/KG/9147) DEA RIZKI AMELINDA (12/KG/9149) FILDZA HULWANI P. (12/KG/9151) JORDI APERDANASTE (12/KG/9153) ELIZA AVIANTY (12/KG/9157)

Makalah Filsafat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Filsafat IlmuTeori KebenaranKorespondensiKoherensi

Citation preview

MAKALAH FILSAFAT ILMU

PENERAPAN TEORI KEBENARAN DALAM SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 PDG GANJIL

CITRA ADIEN A. (10/KG/8587)

ANDHINI B. U. S. (10/KG/8595)

NADYA KIFTA A.

(12/KG/9113)

SYIFA FADILAH

(12/KG/9115)

ENDAH NUR AINI E.R. (12/KG/9117)

JATU NOVTIA H.

(12/KG/9119)

SRI WIDURI R.U.J.

(12/KG/9121)

TARILANSIA RESTIKA A. (12/KG/9123)

AMALIA MAHARANI (12/KG/9125)

SEKAR SEDYANINGTYAS(12/KG/9127)

YASINIA ANNISA P. (12/KG/9129)

DWI ATIKAH SARI

(12/KG/9131)

BELLIA SUKMA R.

(12/KG/9133)

SITI PURWANTI

(12/KG/9135)

AUFIA ESPRESSIVO (12/KG/9137)

RIZKY DESTIANA A. (12/KG/9139)

IRENE TENRIANA KENIA (12/KG/9141)

HANS KRISTIAN W. (12/KG/9143)

HADANNA SABELLA (12/KG/9147)

DEA RIZKI AMELINDA (12/KG/9149)

FILDZA HULWANI P. (12/KG/9151)

JORDI APERDANASTE (12/KG/9153)

ELIZA AVIANTY

(12/KG/9157)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul Penerapan Teori Kebenaran dalam Skripsi.Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat penilaian diskusi Student Centered Learning (SCL) dalam mata kuliah Filsafat Ilmu, semester V pada program studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.

Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada drg. Purwanto Agustinoselaku pembimbing dari kelompok kami atas seluruh bantuan serta kritik dan sarannya selama proses penyusunan makalah ini, serta kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca serta dapat membantu memajukan pendidikan kedokteran gigi di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.Yogyakarta, 8 November 2014

Kelompok 1 PDG Ganjil

I. PENDAHULUAN1. Latar BelakangDalam perkembangan dunia filsafat terutama dalam dunia filsafat ilmu,teori-teori kebenaran mempunyai peran penting untuk mencari kebenarandi dalam suatu masalah pokok.Setiap kebenaran harus diserap oleh kebenaran itu sendiri serta kepastiandari pengetahuan tersebut sedangkan hakikat kebenaran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh manusia.

Filsafat sendiri merupakan sikap kritis dan bertanggung jawab dalam menjalani kehidupan ini, dengan terus mempertanyakannya, dengan tidak puas hanya menerima jawaban dan penjelasan yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk membantu seseorang dalam menentukan sikap yang dapat dia pertanggungjawaban dalam menjalani hidup ini (Antonius dkk., 2005)

Pengetahuan adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Pengetahuan bertautan erat dengan kebenaran karena demi mencapai kebenaranlah pegetahuan itu eksis.Kebenaran ialah kesesuaian pengetahuan dengan objeknya. Ketidaksesuaian pengetahuan dengan objeknya disebut dengan kekeliruan.(Rapar,1996)

Pengetahuan berkaitan dengan kebenaran, yang ditunjang dengan bukti- bukti yang memadai. Tindakan yang didasarkan pada pengetahuan akan lebih bisa dipertanggungjawabkan (Antonius, dkk., 2005). Pengetahuan selalu mengandung kebenaran. Salah satu syarat penting agar apa yang kita klaim sebagai apa yang kita ketahui benar-benar merupakan pengetahuan, adalah bahwa apa yang kita klaim itu memang benar. Karena itu suatu pembicaraan tentang pengetahuan mau tidak mau harus pula menyangkut kebenaran (Keraf dan Dua, 2001).

Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah.Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan.Hanya pengetahuan tertentu yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode yang sistematis melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara benar (Hadiwijono, 1980).

Kebenaran adalah suatu nilai utama di dalam kehidupan manusia.Berbicara tengan kebenaran ilmiah tidak dapat dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh mnausia. Di samping itu, proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.(Syafii, 1995)

Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu kebenaran tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.Secara metafisis kebenaran ilmu bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian dengan dukungan metode serta sarana penelitian maka diperoleh suatu pengetahuan.Semua objek ilmu benar dalam dirinya sendiri, karena tidak ada kontradiksi di dalamnya.Kebenaran dan kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan fakta.(Rasyidi, 1987).Salah satu penelitian ilmiah adalah skripsi. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris- objektif, baik berdasar penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan).Skripsi ditulis biasanya untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana muda yang dibimbing oleh dosen pembimbing.Dengan demikian, data atau fakta didasarkan pada pengalaman empiris, hasil kerja lapangan atau diperoleh dari data kepustakaan (Arifin, 1987).Oleh karena pentingnya teori kebenaran dalam suatu penelitian ilmiah maka penulis akan membahasnya dalam makalah ini.2. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud dengan kebenaran ilmiah?

b) Bagaimana aplikasi kebenaran ilmiah pada skripsi?3. Tujuan

a) Mampu mengetahui pengertian dari kebenaran ilmiah

b) Mampu mengaplikasikan teori kebenaran ilmiah dalam skripsi.4. Manfaat1. Sebagai penambah wawasan bagi pembaca yang ingin mengetahui makna teori kebenaran

2. Sebagai penambah wawasan bagi pembaca yang ingin mengetahui macam macam teori kebenaran

3. Sebagai penambah wawasan bagi oembaca yang ingin mengetahui penerapan teori kebenaran dalam pembuatan skripsi

II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kebenaran

Telah dikatakan bahwa manusia bukan tidak sekedar ingin tahu tetapi ingin tahu kebenaran.Ia ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran adalah penyesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Inilah kebenaran obyektif.Seperti dikatakan Poodjawijatna, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif (elearning.gunadarma.ac.id).

Kalau saya mengatakan bahwa diluar sedang hujan, proporsi itu benar jika apa yang saya katakan memang sesuai dengan fakta. Jadi, ketika saya mengucapkan kalimat itu, hujan sedang turun.Kalau hujan tidak turun, apalagi seddang panas terik, maka proporsi itu tidak benar (elearning.gunadarma.ac.id). Definisi Kebenaran Ilmiah

Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah.Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia namun tidak semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan.Hanya pengetahuan tertentu, yang diperoleh dari kegiatan ilmiah dengan metode yang sistematis melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara ilmiah, yang dapat kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Pengetahuan lain, seperti keyakinan (iman) atau pengetahuan intuitif lainnya walaupun hal-hal tersebut merupakan pengetahuan bagi manusia dan juga berguna bagi manusia namun kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkannya tidak kita kategorikan sebagai kebenaran ilmiah (Atoshoki, 2005). Sifat Kebenaran Ilmiah1. Obyektif

Bersifat obyektif artinya kebenaran sebuah teori ilmiah harus didukung oleh kenyataan obyektif atau nyata. Sehingga kebenaran ilmiah bukan bersifat subyektif atau berdasarkan pemikiran oleh seseorang atau sekelompok orang saja (Hamersma, 2008)

2. Universal

Kebenaran ilmiah bersifat universal karena kebenaran ilmiah merupakan hasil konvensi dari para ilmuan dibidangnya. Hanya dengan demikian kebenaran ilmiah dapat dipertahankan kebenarannya (Hamersma, 2008)

Selain itu kebenaran ilmiah bersifat universal karena proporsi, kesimpulan, atau teori yang diterima sebagai benar tidak hanya berlaku untuk satu orang tertentu tetapi benar bagi semua orang (Keraf dan Mikhael, 2001)

Hal ini mengandaikan pula bahwa tidak tertutup kemungkinan suatu teori yang dianggap benar suatu waktu akan gugur oleh hasil penemuan baru. Biasanya dalam kasus seperti ini dilakukan penelitian ulang dan pengkajian yang mendalam. Jika penemuan baru dapat dibuktikan kebenarannya maka kebenaran lama harus ditinggalkan (Hamersma, 2008)

3. Relatif

Kebenaran ilmiah juga dapat bersifat relatif karena rasio manusia terbatas.Ilmu dan teknologi mengalami pengembangan secara bertahap. Oleh karena itu, kebenaran lebih sering disebut kebenaran sementara (Hamersma, 2008)

Pada sumber lain juga menambahkan beberapa sifat kebenaran ilmiah yang lain, yaitu (Keraf dan Mikhael, 2001):

1. Rasional logis

Kebenaran ilmiah bersifat rasional logis mengandung maksud bahwa kebenaran ilmiah selalu dicapai berdasarkan kesimpulan yang logis dan rasional dari proposisi atau premis tertentu dapat dicapai secara deduksi maupun induksi.

2. Empiris

Empiris berarti bagaimanapun juga kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan yang ada.

3. Pragmatis

Selain kebenaran ilmiah dianggap benar secara logis maupun empiris, sebuah kebenaran atau teori juga harus memiliki manfaat serta berguna dalam kehidupan manusia untuk memecahkan berbagai persoalan dalam hidup manusia Macam-macam Teori kebenaran

1. Teori Kebenaran Korespondensi (The Correspondence Theory of Truth)Menurut Aristoteles, mengatakan hal yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada, adalah salah. Sebaliknya mengatakan hal yang ada sebagai ada, atau hal yang tidak ada sebagai tidak ada adalah benar. Dengan ini Aristoteles sudah meletakkan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Jadi, suatu pernyataan dianggap benar kalau apa yang dinyatakan di dalamnya berhubungan atau mempunyai keterkaitan (correspondence) dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan ini (Keraf dan Dua, 2001).

Menurut teori ini, kebenaran adalah soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Atau dapat pula dikatakan menurut teori ini, kebenaran terletak pada kesesuaian antara subjek dan objek, yaitu apa yang diketahui subjek dan realitas sebagaimana adanya. Kebenaran sebagai persesuaianjuga disebut sebagai kebenaran empiris karena kebenaran suatu pernyataan, proporsi, atau teori ditentukan itu didukung fakta atau tidak (Keraf dan Dua, 2001).

Contoh (Keraf dan Dua, 2001):

1. Bumi Ini Bulat adalah suatu pernyataan yang benar karena dalam kenyataannya pernyataan itu didukung atau sesuai dengan kenyataan.2. Kerusuhan-kerusuhan akhir-akhir ini didalangi oleh pihak ketiga. Ini benar kalau dalam kenyataannya memang ada pihak ketiga yang mendalangi kerusuhan itu.

Menurut teori ini suatu ide, konsep atau teori yang benar harus mengungkapkan realitas yang sebenarnya.Kebenaran terjadi pada pengetahuan. Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pengetahuan itu. Oleh karena itu, bagi teori ini mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah (Keraf dan Dua, 2001).

Ada beberapa hal yang perlu dicatat sehubungan dengan teori ini.Pertama, teori ini sangat ditekankan oleh aliran empirisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia.Maka teori ini sangat menghargai pengamatan, percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Sehubungan dengan itu, teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan setelah pengalaman dan percobaan empiris (Keraf dan Dua, 2001).

Kedua, teori ini juga cenderung menegaskan dualitas antara subjek dan objek.Dengan titik tolak dualitas ini, teori ini lalu menekankan pentingnya objek bagi kebenaran pengetahuan manusia.Bahkan bagi teori ini, yang paling berperan bagi kebenaran pengetahuan manusia adalah objek. Subjek atau akal budi hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh objek (Keraf dan Dua, 2001).

Ketiga, dalam kaitan dengan itu teori ini sangat menekankan bukti (evidence) bagi kebenaran suatu pengetahuan. Pembuktian atau justifikasi adalah proses menyodorkan fakta yang mendukung suatu proposisi atau hipotesis (Keraf dan Dua, 2001).2. Teori Kebenaran Koherens(the coherence theory of truth)Teori ini dianut oleh kaum rasionalis.Menurut teori ini kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada.Maka suatu pengetahuan, teori pernyataan, proposisi, atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar (Keraf dan Dua, 2001).

Teori kebenaran koherens lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan juga cara kerja deduktif. Dalam hal ini berarti pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau diturunkan sebagai konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada dan yang sudah dianggap benar.Dengan demikian teori kebenaran koherens lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Ini berarti pembuktian atau justifikasi sama artinya dengan validasi : memperlihatkan apakah kesimpulan yang mengandung kebenaran tadi memang diperoleh secara sahih (valid) dari proposisi lain yang telah diterima sebagai benar (Keraf dan Dua, 2001).Contoh :Pernyataan Seluruh mahasiswa UNS harus memakai jas almamater saat perkuliahan berlangsung.Sulis adalah mahasiswa UNS, Sulis harus memakai jasalmamater saat perkuliahan berlangsung.Pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.Salah satu kesulitan dan sekaligus keberatan atas teori ini adalah bahwa karena kebenaran suatu pernyataan didasarkan pada kaitan atau kesesuaiannya dengan pernyataan lain kemudian timbul pertanyaan bagaimana dengan kebenaran pernyataan tadi. Jawabannya, kebenarannya ditentukan berdasarkan fakta apakah penyataan tersebut sesuai dan sejalan dengan pernyataan lain lagi, begitu seterusnya.Oleh karena itu kendati tidak bisa dibantah bahwa teori kebenaran koherens ini penting, dalam kenyataannya perlu digabungkan dengan teori kebenaran korespondensi (Keraf dan Dua, 2001).

Sebagai perbandingan kita dapat membuat pembedaan antara kebenaran empiris dan kebenaran logis sebagai berikut (Keraf dan Dua, 2001) :

Kebenaran EmpirisKebenaran Logis

Mementingkan objekMementingkan subjek

Menghargai cara kerja induktif dan aposterioriMenghargai cara kerja deduktif dan apriori

Lebih mengutamakan pengamatan indraLebih mengutamakan penalaran akal budi

Contoh yang menunjukan perbedaan antara kedua macam kebenaran di atas :

1. Air lebih berat daripada batu maka batu tenggelam dalam air.

2. Air lebih ringan daripada batu maka batu tenggelam dalam air.

3. Air lebih ringan daripada batu maka batu mengambang di atas air.

4. Air lebih berat daripada batu maka batu mengambang di atas air.

Kesimpulan dari contoh di atas adalah sebagai berikut :

1. Mengandung kebenaran empiris tapi tidak mengandung kebenaran logis.

2. Mengandung kebenaran logis dan kebenaran empiris.

3. Tidak mengandung kebenaran logis maupun kebenaran empiris.

4. Mengandung kebenaran logis, tapi tidak mengandung kebenaran empiris.

Jadi suatu proposisi atau kesimpulan bisa saja benar dari segi logis tapi tidak benar dari segi empiris. Keduanya tidak saling tergantung satu sama lain. Hanya saja yang dibutuhkan sesungguhnya tidak hanya kebenaran empiris belaka melainkan juga kebenaran logika dan sebaliknya karena kedua macam kebenaran di atas tidak berat sebelah.Pernyataan yang didukung oleh fakta haruslah bisa dijelaskan secara masuk akal untuk menunjukkan keterkaitannya yang rasional.Maka kebenaran ilmiah haruslah memenuhi kedua kriteria, yaitu empiris dan rasional (Keraf dan Dua, 2001).3. Teori pragmatis tentang kebenaran (the pragmatic theory of truth)Bagi kaum pragmatis kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Jadi ide, konsep, pernyataan, atau hipotesis yang benar adalah ide yang berguna.Ide yang benar adalah ide yang paling mampu memungkinkan seseorang melakukan sesuatu secara berhasil dan tepat guna.Contohnya, ide bahwa kemacetan di jalanjalan besar di Jakarta disebabkan terlalu banyak kendaraan pibadi yang ditumpangi satu orang.Maka konsep solusinya adalah mewajibkan kendaraan pribadi ditumpangi minimum 3 penumpang.Ide tadi benar kalau ide tadi berguna dan berhasil memecahkan persoalan kemacetan (Keraf dan Dua, 2001).

Jadi benar tidaknya suatu ide tidak dilihat secara abstrak, dan bukanlah demi ide itu begitu saja, melainkan demi kehidupan manusia. Maka semakin berguna suatu ide untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis manusia, ide itu akan dianggap paling benar. Tapi perlu ditambahkan di sini bahwa sifat pragmatis dari suatu ide atau teori adalah sesuatu yang mengandung sifat baik. Maka menurut teori pragmatis, apa yang disebut kebenaran itu berkaitan dengan nilai moral, yakni demi kebaikan bagi manusia (Gea dan Wulandari, 2005).

Ada dua macam teori yang masuk dalam golongan teori kebenaran pragmatis.Pertama adalah teori konsensus dari C.S. Pierce yang berpendapat bahwa sebuah pernyataan yang benar adalah pernyataan yang disetujui secara unanim oleh semua orang yang memiliki pengalaman relevan yang cukup untuk menilainya. Pierce yakin bahwa dua pikiran yang menelusuri sebuah pertanyaan tertentu pada akhirnya cenderung mengarah pada jawaban yang sama, meskipun mereka menggunakan metode dan bukti-bukti yang berbeda. Kepercayaan ini dibangun atas kepercayaan yang lain bahwa hanya ada satu realitas objektif dan bahwa realitas ini mengantar kita semua pada kepercayaan yang mencerminkannya secara akurat (Tjaya dan Sudarminta, 2005).

Teori yang lain adalah teori fundamentalis yang sering dihubungkan dengan Willian James dan John Dawey. Menurut teori ini sebuah pernyataan dipandang benar jika dan hanya jika perilaku yang didasarkan pada kepercayaan dalam pernyataan ini pada akhirnya membawa, setelah mempertimbangkan segala sesuatu, kepada hasil-hasil menguntungkan bagi orang-orang yang mempercayainya (Tjaya dan Sudarminta, 2005).Contoh :Seseorang yang mencetuskan ide untuk menciptakan suatu alat perontok padi, kemudian ide tersebut direalisasikan hingga tercipta alat perontok padi yang dapat digunakan oleh manusia untuk mempermudah pekerjaannya dalam proses merontokkan padi. Maka alat perontok padi dianggap benar, karena alat tersebut adalah fungsional dan mempunyai kegunaan.4. Teori Semantik

Teori kebenaran semantik adalah teori yang menekankan arti dan makna suatu proposisi.Bagi teori kebenaran semantik, proposisi harus menunjukkan arti dan makna sesungguhnya yang mengacu kepada referen atau realitas dan bisa juga arti definitif dengan menunjuk ciri khas yang ada (Rapar, 1996).

Suatu proporsi memiliki nilai kebenaran dari segi makna dan pengertian. Misalnya dalam kalimat : Alam ini tersusun secara kebetulan. Dari segi sintaksis kalimat ini benar, tetapi dari segi semantiknya ia tidak benar dan tidak sah. Hal ini disebabkan karena susunan atau keteraturan (pada alam ini) membayangkan adanya perancangan bukannya terjadi secara kebetulan saja (Abdullah, 2005).5. Teori Kebenaran Logikal Yang Berlebih-Lebihan (Logical Superfluity Theory of Truth)Teori ini hendak menunjukkan bahwa proposisi logis yang memiliki term berbeda tetapi berisi informasi sama tak perlu dibuktikan lagi atau ia telah menjadi bentuk logik yang berlebih-lebihan. Contoh : siklus adalah lingkaran atau lingkaran adalah bulatan dan sebagainya. Dengan demikian proposisi lingkaran itu bulat tak perlu dibuktikan lagi kebenarannya (Rapar, 1996).

Teori ini didasarkan pada prinsip positivisme yang mendasarinya, kebenaran ini semacam kebenaran yang disepakati semua orang karena kejelasan dalam dirinya sehingga tidak perlu dijelaskan lagi.Hal ini yang menyebabkan teori ini disebut sebagai teori kebenaran logis berlebihan karena nilai kebenarannya seolah-olah dimaklumi semua orang (Abdullah, 2005).Intinya teori ini mengemukakan bahwa teori kebenaran itu hanya pemborosan karena pada dasarnya kebenaran yang hendak dibuktikan telah memiliki derajat logis yang saling melengkapi (Syarifudin, 1997).6. Teori Kebenaran Nondeskriptif

Teori kebenaran ini dipengaruhi oleh aliran fungsionalisme, kebenaran ini menekankan bahwa sesuatu pernyataan itu dikira benar bergantung pada peranan atau fungsi pernyataan itu.Kebenaran nondeskriptif menekankan pada fungsi praktikal dalam kehidupan harian, hal ini menyamakan teori kebenaran nondeskriptif dengan teori pragmatis (Abdullah, 2005).Suatu pengetahuan mempunyai nilai kebenaran jika pengetahuan itu memiliki fungsi praktis dan merupakan kesepakan bersana untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan kesepakatan bersama untuk digunakan dalam kehiduapan sehari-hari (Suhasti, 2012Sebagai contoh di dalam budaya Indonesia dan Budaya Jawa terdapat beberapa istilah yang maknanya diketahui secara umum sehingga kadang-kadang tak diperlukan deskripsi arti yang dikandungnya.Sebagai contoh istilah kiri, memiliki banyak arti tetapi arti itu pada umumnya tak perlu lagi ditunjukkan maknanya. Contoh lain, istilah bulan.

7. Teori Kebenaran Sintaksis

Teori ini intinya mengemukakan bahwa suatu pengetahuan dikatakan benar apabila pengetahuan itu mengikuti aturan-aturan atau gramatika yang berlaku (Syarifudin, 1997).Teoriiniberbicaratentang(Suhasti,2012): strukturdankonstruksigramatikdrkalimat pengstrukturan yang tepat dari kata-kata ke dalam kalimat menurut aturan gramatik dan penggunaannya studitentanghubunganstrukturalataugramatikdiantarasimbol-simboldancara-cara dimanasimbolinidisusununtukmenyampaikanmakna/arti.Contoh: ManusiatidakabadihidupnyaataukahTidakabadihidupmanusia.8. Teori Kebenaran PerformatifAdalah kebenaran yang diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu.Masyarakat dapat menganggap suatu hal itu benar, meski terkadang bertentangan dengan bukti-bukti empiris.Dalam kehidupan sehari-hari, manusia terkadang harus mengikuti kebenaran performatif.Pemegang otoritas yakni pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya.Kebenaran performatif cenderung menjadikan manusia kurang inisiatif dan inovatif karena mereka hanya mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas sehingga tidak terbiasa berfikir secara kritis dan rasional. (Suriasumantri,1998)Contoh :Ketua RT memutuskan bahwa hari minggu pada minggu pertama tiap bulan akan menjadi agenda rutin untuk para warga melaksanakan kerja bakti sebagian masyarakat menyetujuinya namun juga sebagian masyarakat ada yang tidak setuju dengan keputusan tersebut.9. Teori Kebenaran ProposisiMenurut Aristoteles, proposisi (pernyataan) dikatakan benar apabila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Kemudian pendapat lain dari Euclides, proposisi bernilai benar tidak dilihat dari benar formalnya,tetapi dilihat dari benar menurut materialnya (Suriasumantri,1998).10. Teori Kebenaran ParadigmatikYakni suatu teori yang menyatakan benar apabila teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuan yang mengakui paradigma tersebut.Kebenaran paradigmatik sebenarnya pengembangan dari kebenaran korespondensi. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis(Suriasumantri,1998).III. PEMBAHASANPendahuluan

Latar belakang

Latar belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan dilakukannya penelitian terhadap suatu masalah, pentingnya permasalahan dan pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis. Latar belakang salah satunya berisi gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Hal tersebut sesuai dengan teori kebenaran korespondensi yang menyatakan bahwa suatu pernyataan benar apabila sejalan dengan fakta yang ada. Disamping itu, latar belakang juga dibuat berdasarkan fakta, data, referensi dan temuan penelitian sebelumnya sehingga latar belakang mempunyai teori kebenaran koherens. Menurut teori kebenaran koherens suatu pernyataan benar apabila sesuai dan konsisten dengan teori yang sudah ada dan diyakini kebenarannya.Jadi latar belakang penelitian mempunyai teori kebenara korespondensi dan teori kebenaran koherensi. Rumusan masalahRumusan masalah memuat kalimat tanya yang menjadi permasalahan dan akan dipecahkan melalui penelitian yang akan dilakukan. Rumusan masalah sulit untuk dianalisa menggunakan teori kebenaran karena sifatnya yang sangat subjektif. Keaslian penelitianKeasliaan penelitian dikemukakan dengan menunjukkan bahwa masalah yang dihadapi belum pernah dilakukan pleh peneliti terdahulu atau dinyatakan dengan tegas beda penelitian ini dengan yang lain (Pedoman Pelaksanaan, Penulisan dan Monitoring Skripsi). Pada keaslian penelitian berisi judul-judul dan peneliti penelitian dengan permasalahan yang hampir sama. Hal tersebut sesuai dengan teori korespondensi yang mengungkapkan bahwa teori yang benar harus sejalan dengan realitas yang sebenarnya.Selain itu karena penelitian dapat berangkat dari perkembangan penelitian sebelumnya yang dianggap benar maka keaslian penelitian juga menganut teori koherensi. Teori koherensi mengungkapkan bahwa suatu pernyataan benar apabila sesuai dan konsisten dengan teori yang sudah ada dan diyakini kebenarannya.Jadi keaslian penelitian pada skripsi mempunyai teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran koherensi.

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian berisi penjelasan mengenai hasil yang ingin didapatkan melalui penelitian yang dilakukan. Pada dasarnya semua penelitian dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian sehingga dapat diyakini benar apabila dapat dijawab dengan penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan penelitian memiliki teori kebenaran korespondensi. Selain itu, tujuan penelitian berisi hasil penelitian yang akan dikembangkan lagi mejadi maslah bagi penelitian selanjutnya atau bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Hal tersebut sesuai dengan teori kebenaran pragmatis, karena suatu tujuan penelitian dianggap benar apabila dapat diaplikasikan dan memberi manfaat positif. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian berisi manfaat dari penelitian serta tulisan ilmiah berupa skripsi bagi penulis sendiri maupun masyarakat secara umum. Manfaat penelitian skripsi bersifat fungsional dalam kehidupan manusia, sehingga manfaat penelitian memiliki teori kebenaran pragmatis. Teori kebenaran pragmatis mengemukakan bahwa sesuatu dianggap benar apabila dapat mendatangkan manfaat bagi kehidupan.Tinjauan Pustaka

Telaah pustaka

Telaah pustaka dilakukan dengan mencari segala informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti biasanya ditandai dengan adanya sitasi pada akhir kalimat pernyataan yang terkait dengan teori tertentu. Telaah pustaka yang dilakukan oleh peneliti berguna bagi peneliti untuk dapat memperdalam masalah yang diteliti serta sebagai pondasi dalam menentukan landasan teori dan hipotesis (Daymon dan Holloway, 2002).Apa yang dinyatakan dalam telaah pustaka harus menunjukkan kesesuaian antara apa yang ada dalam teori ataupun penelitian sebelumnya sehingga memuat teori kebenaran koherensi. Dalam hal ini berarti pernyataan yang benar adalah yang memiliki kesesuaian dengan pernyataan lain yang sudah ada sebelumnya.

Telaah pustaka selain memiliki kesesuaian dengan teori ataupun penelitian sebelumnya juga harus mempunyai kesesuaian dengan realitas. Telaah pustaka dilakukan dengan mengaitkan masalah yang akan diteliti terhadap fakta yang sudah terbukti nyata sesuai dengan teori korespondensi yang menyatakan bahwa pernyataan benar sesuai dengan kenyataan. Jadi telaah pustaka mengandung teori kebenaran koherensi dan korespodensi.

Landasan teori

Landasan teori dijabarkan dari tinjauan pustaka dan disusun sebagai tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian dan merumuskan hipotesis (Pedoman Pelaksanaan, Penulisan dan Monitoring Skripsi). Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error) (Sugiyono, 2010).

Landasan teori dalam skripsi memuat teori-teori yang faktual. Landasan teori benar apabila teori-teori didalamnya sejalan dengan fakta pada kehidupan nyata. Oleh sebab itu landasan teori mengandung teori kebenaran korespodensi. Landasan teori berisi teori-teori dari buku, jurnal atau penelitian sebelumnya yang telah mendapat pengakuan atas kebenaran teorinya. Oleh sebab itu, landasan teori mengandung juga teori kebenaran koherensi. Jadi landasan teori mengandung teori kebenaran korespodensi dan koherensi. HipotesisHipotesis merupakan dugaan sementara terhadap suatu permasalahan. Hipotesis dapat ditarik dengan membaca banyak teori. Suatu hipotesis dianggap benar bila diperoleh dari suatu pernyataan yang telah diterima sebagai sesuatu yang benar adanya dan tidak melenceng dari teori yang sudah diyakini kebenarannya. Oleh sebab itu, Hipotesis memiliki teori kebenaran koherensi.

Metodologi Penelitian

Menurut Iswidharmanjaya dan Enterprise (2006) metodologi penelitian berisi penjelasan mengenai teknik apa yang digunakan dalam melakukan penelitian. Menurut Budiharto (2006) metode penelitian memuat jenis penelitian yang digunakan, populasi atau bahan subyek penelitian, besar sampel, cara pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, cara pengambilan data, dan cara analisis data.Didalam pengaplikasikan dan pemilihan teknik dan subjek penelitian dibutuhkan suatu keterkaitan dengan tujuan dari penelitian ini agar tercapai. Oleh sebab itu perlu adanya keterkaitan yang erat antara subyek dan obyek penelitian yang dimana ini adalah dasar penerapan ilmu kebenaran korespodensi.

Metode penelitian mencantumkan mengenai alat ukur yang digunakan dalam proses pengambilan data penelitian. Alat ukur yang tepat adalah alat ukur yang memang sesuai digunakan untuk mengukur dan satuannya sudah tepat ditentukan secara nasional. Penyesuaian penggunaan alat ukur ini menerapkan ilmu kebenaran koherensi yang artinya sesuai dengan fakta yang sudah diterapkan sebelumnya.

Penerapan alat ukur ini pun digunakan untuk suatu tujuan yang benar. Suatu tujuan dianggap benar jika dapat memberikan manfaat yang baik. Contohnya, untuk menentukan ketebalan plat resin akrilik digunakan jangka sorong, sehingga jangka sorong dapat memberikan manfaat yang baik karena dapat membantu dalam proses penelitian tersebut. Sifat yang baik ini dianggap sebagai suatu sifat yang pragmatis. Oleh sebab itu, teori kebenaran pragmatis terkandung dalam metodelogi penelitian.

Begitu juga dengan penentuan jenis penelitian yang digunakan, cara pengambilan sampel, cara pengambilan data dan cara analisis data sudah ada teori-teori yang disepakati oleh para peneliti sebelumnya. Oleh karena itu metodologi penelitian mempunyai teori kebenaran koherensi.

Sehingga dapat diketahui bahwa metodelogi penelitian mengandung 3 teori kebenaran yakni teori kebenaran korespondensi, koherensi dan pragmatis.

Hasil dan PembahasanHasil dan pembahasan membahas mengenai hasil penelitian dan sebab hasil penelitian bisa demikian. Pembahasan dalam hasil disesuaikan dengan teori-teori sebelumnya yang sudah diyakini kebenarannya. Hasil dan pembahasan dianggap benar apabila bisa dirujuk dengan referensi. Berdasarkan hal tersebut hasil dan pembahasan mengandung teori kebenaran koherensi. Selain itu hasil dan pembahasan penelitian bersumber dari fakta-fakta dari hasil penelitian. Setelah dilakukan penelitian didapatkan fakta atau hasil penelitian yang selanjutnya dibuat pembahasan dari fakta-fakta tersebut. Kebenaran tergantung dari fakta adalah ciri dari teori kebenaran korespondensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dan pembahasan mengandung teori kebenaran korespondensi dan koherensi.Kesimpulan

Kesimpulan pada skripsi menghubungkan ilmu pengetahuan, praktik serta manfaat untuk penelitian yang akan datang. Di dalamnya memiliki kebenaran korespodensi diukur dari fakta-fakta atau hubungan yang logis dan memiliki kebenaran yang koherensi diukur dari koherensinya atau konsistensinya dengan pernyataan- pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Sehingga kesimpulan penelitian skripsi memiliki arti kebenaran yang korespondensi dan koherensi.IV. KESIMPULAN1. Kebenaran ilmiah adalah kebenaran yang sesuai dengan fakta dan mengandung isi pengetahuan. Kebenaran ilmiah paling tidak mengandung 3 sifat, yaitu rasional logis, empiris dan pragmatis2. Aplikasi teori kebenaran pada karya ilmiah khususnya skripsi sangat penting karena setiap tulisan ilmiah harus mempunyai kebenara ilmiah. Kebenaran ilmiah mempunyai teori-teori yang mengkaji suatu proposisi atau permasalahan, antara lain : teori kebenaran korespondensi, teori kebenaran kehorensi, teori kebenaran pragmantis

DAFTAR PUSTAKAAbbas H. 1997.Kebenaran Ilmiah dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Intan Pariwara

Abdullah, A.R.H. 2005.Wacana Falsafah Ilmu : Analisis Konsep-Konsep Asas Falsafah Pendidikan Negara.Malaysia : Utusan Publications & Distributors Sdn Bhd

Arifin, E. Z. 1987. Dasar- Dasar Penulisan Karya Ilmiah.Edisi 4. Jakarta: Grasindo

Antonius, dkk. 2005.Relasi Dengan Dunia. Jakarta: Elex Media Komputindo

Atoshoki, A., dkk. 2005. Relasi Dengan Dunia. Jakarta: Elex Media KomputindoBakker. 1994.Pustaka Filsafat Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Kanisius Daymon, C. dan Holloway, I. 2002. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations&Marketing Communications, Yogyakarta: Bentang.

Budiharto. 2006.Metode Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Gea, A.A. dan Wulandari, A.P.Y. 2005.Character Building IV Relasi Dengan Dunia.Jakarta : Elex Media Komputindo

Hadiwijono, H. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat.Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius

Hamersma, H., 2008, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/filsafat_ilmu/bab5-kebenaran.pdfIswidharmanjaya, D., dan Enterprise, J., 2006, Membuat Skripsi dengan OpenOffice.org Writter 2.0, Jakarta : PT Elex Media KomputindoKeraf, S.A. dan Dua, M. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.Yogyakarta : KanisiusKertayasa, I Nyoman. 2011. Logika, Riset, dan Kebenaran.WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi. 10(3): 29-44.

Rapar, J.H. 1996.Pengantar Filsafat.Yogyakarta : Kanisius

Rasyidi, M. 1987.Persolan-Persoalan Filsafat. Jakarta:Bulan Bintang

Sonnoy K,2001, ilmu pengetahuan sebuah tinjauan filosofis, Yogyakarta: Kanisius

Suhasti,Ermi. 2012.PengantarFilsafatIlmu. Yogyakarta:PrajnyaMedia

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan

SyafiI, I. K. 1995.Filsafat Kehidupan (Prakata). Jakarta: Bumi Aksara

Syarifudin, A. 1997.Manusia dan Sisten Nilai Budaya (Kajian Awal Menuju Kajian Filsafat Hukum).Simbur Cahaya (05)Tjaya, T.H dan Sudarminta, J. 2005.Menggagas Manusia Sebagai Penafsir.Yogyakarta : Kanisius