22
MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ETIKA DAN MORAL Oleh : Nama : Muhammad Amri Nim : 2010-21-022 Kelas : Administrasi Negara (Pagi) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK [1]

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

ETIKA DAN MORAL

Oleh :

Nama : Muhammad Amri

Nim : 2010-21-022

Kelas : Administrasi Negara (Pagi)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PROF.DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

[1]

Page 2: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa yang tentunya kalau bukan karna nikmatnya

yang berupa kesehatan ini, maka mungkin saja saya tidak bisa menyelesaikan tugas makalah

ini. Karna sudah barang tentu tak ada hal yang terjadi di muka bumi ini melainkan atas

kehendak dan izin Tuhan yang maha esa

Karangan sederhana ini saya buat sebagai tugas mata kuliah Pengantar Filsafat yang

membahas tentang etika dan moral, pengertian, contoh dan macam-macam dari etika dan

moral.di samping kesibukan kuliah saya juga harus bekerja demi memenuhi segala kebutuhan

baik biaya kuliah biaya hidup tempat tinggal dan lain sebagainya, untuk itu sebagai sumber

bahan makalah ini di waktu senggang dikala kuliah saya selalu menyempatkan untuk

mengambil bahan makalah ini dari internet.

Sebelumnya saya mohon maaf jika dalam makalah ini banyak terjadi salah ketik ataupun

kajanggalan dalam isi maupun cara pembuatanya di karnakan saya belum mempunyai

pengalaman menulis yang baik dan kesibukan bekerja membuat saya tidak bisa mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler yang di selenggarakan oleh fakultas dimana sering di dalamnya di

ajarkan cara-cara membuat karya ilmiah.Untuk itu, baik dan buruknya harap di maklumi dan

semoga saja makalah ini bisa bermanfaat

Jakarta, 15 Desember 2010

[2]

Page 3: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

DAFTAR ISI:

1. Kata pengantar............................................................................................................... 1

2. Daftar isi........................................................................................................................ 2

3. Bab I: Pendahuluan....................................................................................................... 3

4. Bab II: Pembahasan....................................................................................................... 4

A. Pengertian etika....................................................................................................... 4

B. Macam-macam etika............................................................................................... 5

C. Moral....................................................................................................................... 9

D. Norma sosial.......................................................................................................... 10

5. Bab III: Kesimpulan.................................................................................................... 13

[3]

Page 4: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

BAB:I

PENDAHULUAN

Etika dan moral, lagi-lagi sebuah kata yang sederhana, namun arti dan makna yang

terkandung di dalamnya tak sesederhana kata-katanya,di zaman yang seperti ini banyak sekali

orang-orang atau pemimpin-pemimpin yang mendapat pengakuan baik secara umum ataupun

secara khusus oleh lembaga-lembaga pendidikan sebagai orang yang mempunyai pendidikan,

terhormat dan sederet gelar.Namun kenyataanya, tindakannya sangat tidak bermoral dan tidak

lebih terhormat daripada sederet gelar yang di milikinya.Dari korupsi, tindakan asusila, kasus

suap, sampai berkelahi seperti orang pasar,bukan hal yang langka lagi, ironisnya hal tersebut

terjadi di kalangan pemimpin-pemimpin bangsa yang katanya terhormat.Lantas buat apa ilmu

etika dan moral yang mereka pelajari selama ia menempuh pendidikan.Miris memang

mengetahui hal tersebut, tapi begitulah fakta umum yang ada

Pada awalnya saya juga memandang etika dan moral bukanlah sebagai hal yang rumit

untuk dipelajari.Asumsi saya, pembahasan etika dan moral tidak jauh berbeda dengan

pembahasan tentang moral pada mata pelajaran PPKN di bangku sekolah dulu, namun

setelah di bangku kuliah dan saya mendapat kuliah tentang etika dan moral pada mata kuliah

filsafat semua pandangan saya yang menganggap enteng tentang etika dan moral semuanya

buyar dan tak lagi menganggap remeh tentang pembahasan etika dan moral karna ternyata

etika dan moral bukan hanya hal untuk di pelajari ,tapi juga lebih-lebih harus bisa di

terapkan, dan semoga saja karangan tentang etika dan moral ini bisa berguna bagi saya dan

orang lain

[4]

Page 5: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

BAB II:

PEMBAHASANA. PENGERTIAN ETIKA

Secara etimologi

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno "ethikos", yang berarti "timbul dari kebiasaan.

Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta/etha. Ethos

mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa , padang rumput, kandang,

kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta/etha yaitu adat

atau kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh

Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata),

etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat

kebiasaan

Menurut kamus besar bahasa indonesia

1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok

dalam mengatur tingkah lakunya.Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang

Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan

etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem

nilai ini bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

2. kumpulan asas atau nilai moral yang berkenaan dengan akhlak.Yang dimaksud di sini

adalah kode etik. Contoh : Kode Etik Jurnalistik

3. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral

(akhlak)

Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi

mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep

seperti benar,salah baik, buruk, dan   tangung jawab .

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan

kita.Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak

[5]

Page 6: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk

mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.Secara metodologi tidak setiap hal

menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.

Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena

itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku

manusia.Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia,

etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk

terhadap perbuatan manusia.

B. MACAM-MACAM ETIKA

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau

etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia

secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas

keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan

jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di

dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, ada beberapa

macam etika, yaitu sebagai berikut:

Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa

yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika

deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan

perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang

membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau

tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan

manusia dapat bertindak secara etis.Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk

mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau di ambil

Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh

manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai

dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar

manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah

atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Etika Filosofis

[6]

Page 7: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan

berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah

bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara

etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat.Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika

maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua

sifat etika:

SIFAT ETIKA:

1. Non-empiris

Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang

didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat

berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-

gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang

kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya

dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Praktis

Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukun

mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya

tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat

bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-

resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya

menganalisa tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb,

sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.

Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan

hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya

masing-masing.Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu

banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat

dimengerti setelah memahami etika secara umum.

[7]

Page 8: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari

presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika

filosofis dan etika teologis.Di dalam etika kristen misalnya, etika teologis adalah etika yang

bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang

kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi.Karena itu,

etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika

teologis Kristen memiliki objek yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku

manusia.Akan tetapi, tujuan yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang

seharusnya dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan

menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan

yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya.

Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis

Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah

etika.Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika ini, ada tiga jawaban menonjol

yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas, yaitu:

Revisionisme

Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakan bahwa etika

teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis.

Sintesis

Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yang menyintesiskan

etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hingga kedua jenis etika ini, dengan

mempertahankan identitas masing-masing, menjadi suatu identitas baru. Hasilnya

adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum, sedangkan etika

teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus.

Diaparalelisme

Jawaban ini diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834) yang menganggap etika

teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal tersebut dapat

diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.

[8]

Page 9: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapa keberatan. Mengenai pandangan

Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat

dengan etika teologis.Terhadap pandangan Thomas Aquino, kritik yang dilancarkan

juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis,

walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat.Terakhir, terhadap pandangan

Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap setingkat

namun belum ada pertemuan di antara mereka.

Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yang dialogis antara

keduanya.Dengan hubungan dialogis ini maka relasi keduanya dapat terjalin dan bukan

hanya saling menatap dari dua horizon yang paralel saja.Selanjutnya diharapkan dari

hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu

membantu manusia dalam bagaimana ia seharusnya hidup.

Etika secara umum dapat di bagi mnejadi:

ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia

bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori

etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam

bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.

Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas

mengenai pengertian umum dan teori-teori.

ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam

bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya

mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan

khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral

dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai

perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang

dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara

bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta

prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.

ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :

a.Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya

sendiri.

[9]

Page 10: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku

manusia sebagai anggota umat manusia.

C. MORAL

PENGERTIAN MORAL

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu “mos” sedangkan

bentuk jamaknya yaitu “mores” yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu

kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis,

kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti

yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’,

maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan

bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang

membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari

bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak

bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma

etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa koruptor itu bermoral

bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan

‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya

segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat

moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.moral juga

dapat diartikan sebagai sikap,perilaku,tindakan,kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat

mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman,tafsiran,suara hati,serta nasihat,dan

lain lain.Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang

terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk.Karna etika sebagai ilmu membahas tentang sikap

dan prilaku maka di dalam membahas soal etika erat kaitanya juga dengan norma-norma

sosial yang ada.Maka dari itu, rasanya perlu juga kita mengetahui tengntang normab–norma

yang ada

[10]

Page 11: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

D. NORMA SOSIAL

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok

masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan

kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial.

Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi

sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau

suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada

dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat

berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.

Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku

sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.

Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang

mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini

dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara

sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang

pantas atau wajar.

TINGKATAN NORMA SOSIAL

1.Cara (usage)

Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat

tetapi tidak secara terus-menerus.

Contoh: cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan.

2.Kebiasaan (Folkways)

Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang

dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.

Contoh: Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau

kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

3.Tata kelakuan (Mores) Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang mencerminkan

sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan

[11]

Page 12: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan

terdapat unsur memaksa atau melarang suatu perbuatan.

Contoh: Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

4.Adat istiadat (Custom)

Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat

kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.

MACAM-MACAM NORMA SOSIAL

Norma sosial di masyarakat dibedakan menurut aspek-aspek tertentu tetapi saling

berhubungan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Pembagian itu adalah sebagai

berikut.

Norma agama

Norma agama berasal dari Tuhan, pelanggarannya disebut dosa

Norma agama adalah peraturan sosial yang sifatnya mutlak sebagaimana penafsirannya dan

tidak dapat ditawar-tawar atau diubah ukurannya karena berasal dari Tuhan.Contoh:

Melakukan sembahyang kepada Tuhan, tidak berbohong, tidak boleh mencuri, dan lain

sebagainya.

Norma kesusilaan

Norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang

menghasilkan akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan apa yang dianggap baik dan

apa pula yang dianggap buruk. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat sanksi pengucilan

secara fisik (dipenjara, diusir) ataupun batin (dijauhi).

Contoh: Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila,melecehkan

wanita atau laki-laki di depan orang

Norma kesopanan

Norma kesopanan adalah peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang berkenaan

dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam kehidupan

bermasyarakat. Contoh: Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima

sesuatu dengan tangan kanan, tidak kencing di sembarang tempat.

[12]

Page 13: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

Norma kebiasaan

Norma kebiasaan adalah sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau peraturan

yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang sehingga perilaku

tersebut menjadi kebiasaan individu. Pelanggaran terhadap norma ini berakibat celaan, kritik,

sampai pengucilan secara batin.

Contoh: Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat, bersalaman ketika bertemu.

Kode etik

Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu.

Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran.

Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki

sangsi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.

Norma agama dan norma kesusilaan berlaku secara luas di setiap kelompok masyarakat

bagaimanapun tingkat peradabannya. Sedangkan norma kesopanan dan norma kebiasaan

biasanya hanya dipelihara atau dijaga oleh sekelompok kecil individu saja, sedangkan

kelompok masyarakat lainnya akan mempunyai norma kesopanan dan kebiasaan yang

tersendiri pula.

[13]

Page 14: MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT

BAB III:

KESIMPULAN Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi

mengenai standar dan penilaian moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep

seperti benar,salah baik, buruk, dan tangung jawab.

etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan

buruk dari perilaku manusia.

Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena

itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku

manusia.

etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku

manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada

keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi

ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.

etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya

memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu

menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika

ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.

[14]