25
MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA “ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr)” Disusun Oleh: KELOMPOK 6 / IIA Hera Cahyawati 138927 Indri 138929 Martina Rizka Yulinda 138943 Putri Fatika Sari 138961 Rahmaji 138963 Ratih Ariska 138965 Yessi Dwisanti 139005 1

makalah flavonoid.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Farmakognosi

Citation preview

MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOIDPADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr)

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6 / IIAHera Cahyawati138927Indri138929Martina Rizka Yulinda138943Putri Fatika Sari138961Rahmaji138963 Ratih Ariska138965Yessi Dwisanti139005

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2014 / 201513

KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt.Karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak menemukan berbagai hambatan dan kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami punya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik secara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh karena itu, kami siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang lainnya.Tak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang kesehatan pada umumnya.

Wassalamualaikumwr.wb

Pontianak,Maret 2015

PenyusunDAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I1PENDAHULUAN1I.Latar Belakang1II.Tujuan1BAB II2TINJAUAN PUSTAKA2BAB III7METODELOGI PENELITIAN7A.Alat dan Bahan7B.Cara Kerja7C.Hasil dan Pembahasan10BAB IV12PENUTUP13I.Kesimpulan13II.Saran13DAFTAR PUSTAKA14

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar BelakangTumbuhan Katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dan beberapa negara tetangga, baik sebagai obat tradisional, sebagai sayuran atau pewarna. Dilaporkan bahwa tumbuhan ini sering digunakan untuk pengobatan demam, bisul, borok, frambusia, sebagai diuretik, memperlancar ASI dan obat luar. Tetapi disebutkan juga bahwa konsumsi daun katu yang berlebihan dapat menimbulkan pusing, mengantuk dan sembelit. Katu diduga berasal dari India, kemudian menyebar ke Malaysia, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah berketinggian 8 m sampai 1300 m di atas permukaan laut, tetapi tumbuh paling baik di daerah berhawa sejuk dengan kelembaban dan curah hujan yang tinggi.Di Indonesia tumbuhan ini umumnya ditanam sebagai tumbuhan pagar, sebagai tanaman selingan diantara tanaman lain, atau tumbuh liar. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa daun katu mengandung protein, vitamin, senyawa sterol, lemak, alkaloid dan mineral. Dari India dan Malaysia dilaporkan bahwa daun katu mengandung papaverin sebesar 580 mg per 100 g daun segar. Kandungan protein 7,3-9,1%. Vitamin berupa -karoten 6 mg, thiamin 0,5 mg, riboflavin 0,3 mg vitamin C 250 mg dan niasin 3 mg per 100 g daun segar. Penelitian tentang kandungan daun katu yang tumbuh di Indonesia belum banyak dilakukan. Oleh karena itu dalam rangka menunjang program pemerintah untuk pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi sediaan fitofarmaka, perlu dilakukan penelitian kandungan kimia tumbuhan obat yang telah banyak digunakan oleh masyarakat, sehingga dapat membantu proses standardisasi bahan baku obat tradisional. II. TujuanUntuk mengetahui jenis flavonoid yang terdapat pada daun katu.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. FlavonoidFlavonoid adalah golongan fenol alam yang tersebar luas dalam tumbuhan. Menurut perkiraan , kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan atau sekitar 1.000.000.000 ton per tahun diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan dengannya. Diduga flavonoid sudah ada di alam ini telah cukup lama, yang terdapat pada ganggang hijau lebih 1 milyar tahun silam. Tidak ada senyawa yang begitu menyolok seperti flavonoid yang memberi keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam, misalnya flavin memberi warna kuning atau jingga, antosianin warna merah, ungu atau biru dan secara biologis dia memainkan peranan penting dalam proses penyerbukan pada tanaman oleh serangga.Pada mulanya para ahli tertarik pada antosian, yang merupakan pigmen tumbuhan flavonoid. Kemudian diketahui pula bahwa dalam buah-buahan, sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung berbagai jenis senyawa flavonoid. Disamping sebagai pigmen tumbuhan, flavonoid diketahui pula berperan dalam pertumbuhan, pertahanan diri dari serangan hama dan penyakit, tabir surya, dan sinyal kimia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Bagi manusia golongan senyawa ini memberi manfaat yang cukup banyak seperti, antioksidan, antiinflamasi, immunostimulan, antikanker, antivirus dan antimikroba. Tanin yang termasuk golongan senyawa ini telah lama digunakan sebagai penyamak kulit dan pewarna kain. Berbagai komoditi penting seperti teh, coklat dan anggur, mutunya sangat ditentukan oleh warna maupun rasa yang berasal dari flavonoid yang terdapat didalamnya. Istilahflavonidyang diberikan untuk senyawa-senyawa fenol ini berasal dari kataflavon,yakni nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan.Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pada setiaap telaah ekstrak tumbuhan. Oleh karena itu, para ilmuwan perlu kiranya untuk mengetahui cara mengenal, mengisolasi, dan mengidentifikasi bahan alam tersebut dalam berbagai bentuk.

B. Kerangka dasarFlavonoid merupakan senyawa dengan kerangka dasar mempunyai 15 atom C, dua cincin benzen yang terikat pada suatu rantai propana sehingga susunannya adalah C6 C3 C6.Susunan ini akan menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu : 1,3 diaril propane atauflavonoid, 1,2 diaril propane atauisoflavonoiddan 1,1 diaril propane atauneoflavonoid.

Contoh:

1. Flavonoid

2. Isoflavonoid

3. Neoflavonoid

Kedua cincin aromatik (benzen) yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Untuk memudahkan maka cincin pertama benzen diberi indeks A, cincin benzen kedua indeks B dan cincin yang dapat terbentuk cincin C.

Senyawa flavonoid terdiri atas beberapa jenis, bergantung dari tingkat oksidasi dari rantai propane dari sitem 1,3 diaril propane. Dalam hal ini flavan mempunyai tingkat oksidasi yang terendah sehingga senyawa ini dianggap sebagai senyawa induk dalam tatanama senyawa-senyawa turunan flavon.

C. Fungsi flavonoid pada tumbuhan1. Fungsi penyerbukanFlavonoid termasuk pigmen yang penting pada tumbuhan. Warna jingga, merah, biru dan ungu pada bunga dan buah pada umumnya disebabkan oleh flavonoid. Warna pada bunga adalah salah satu faktor yang menarik lebah, kupu-kupu, burung dan hewan lainnya untuk melakukan penyerbukan. Burung akan lebih menyukai warna merah, sedang lebah lebih menyukai warna biru dan juga dapat melihat di daerah ultraviolet.2. Fungsi pengatur tumbuhFlavonoid secara tidak langsung berperan sebagai zat pengatur tumbuh melalui sistemIAA(Indole Acetic Acid) IAA Oxidase.Secarain vitro,senyawa flavonoid kuersetin dapat menghambat enzim IAA Oxidae, yang berarti kuersetin secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan.Senyawa flavonoid dapat pula berfungsi sebagaifeeding deterrentmaupunfeeding stimulant. Kandungan tanin yang tinggi pada buah muda merupakanfeeding deterrentyang menyebabkan kera maupun manusia tidak bernafsu untuk memakan buah sebelum masak. Sedang senyawa morin dan isokuersetrin yang terdapat dalam daun murbei (Morus albaL), merupakanfeeding stimulantbagi ulat sutera (Bombyx mori).3. Zat alelopatiDalam berinteraksi dengan lingkungannya, tumbuhan menggunakan sinyal berupa senyawa kimia.Pada tahun 1986, secara hampir bersamaan, para ahli dari berbagai laboratorium di dunia melaporkan bahwa simbiosis antara tumbuhan polong-polongan dengan bakteri margaRhizobiumdipicu oleh sinyal kimia berupa senyawa flavonoid yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan. Sejak tahun 1982, ahli ekologi sudah mengetahui tumbuhan Spotted knapweeds(Centaurea maculosaLam.) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya, baru tahun 2001 diketahui bahwa senyawa tersebut adalah (-) katekin, suatu senyawa flavonoid golongan flavan yang sekarang diteliti untuk dikembangkan menjadi herbisida alam.4. Tabir suryaRusaknya ozon di lapisan stratosfir, terutama di daerah dekat Kutub Selatan, menyebabkan tumbuhan mengalami cekaman sinar ultraviolet B (UVB). Penelitian pada sejenis semanggi di Selandia Baru memperlihatkan bahwa tumbuhan tersebut mempunyai toleransi yang tinggi terhadap sinar UVB, adaptasi ini disebabkan dengan peningkatan kadar flavonoid dari tumbuhan.

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

A. Alat dan BahanAlat:1. Tabung reaksi2. Mortir & Stampher3. pipet tetes4. Cawan Porselen5. Kuvet6. Spektofotometer UV 7. Beaker Glas8. Gelas Arloji9. Gelas Ukur10. Pipet ukur 11. Labu alas datar Bahan1. air panas 2. serbuk magnesium 3. sam klorida pekat 4. amil-alkohol, 5. Daun katu 6. pelarut n-heksana 7. etanol 95%. 8. kloroform pekat 9. n-butanol

B. Cara KerjaSejumlah 1 gram serbuk bahan ditambah 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring, filtrat digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan ditambahkan sedikit serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil-alkohol, dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah. Terbentuknya warna jingga atau merah jingga pada lapisan amil-alkohol menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Daun katu (Sauropus androgynus (L.) Merr. diambil dari dari tanaman yang terdapat di kebun budidaya PT. Kimia Farma Bandung, pada waktu tumbuhan tersebut sedang berbunga. Setelah dibersihkan dari bagian tumbuhan lain, dari bahan organik asing dan pengotor lainnya, daun dikeringkan secara alami di udara dengan tidak dikenai sinar matahari langsung, kemudian digiling dan diayak dengan ayakan nomor 6, sehingga diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu.Ekstraksi dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan pelarut mula-mula n-heksana kemudian etanol 95%. Sejumlah 1 kg serbuk kering daun katu pertama-tama diekstrasi dengan n-heksana berkali-kali sampai filtrat jernih. Ampas dikeringkan kemudian diekstraksi dengan etanol 95% berkali-kali hingga filtrat jernih. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan penguap putar vakum sehingga diperoleh ekstrak kental. Pada penelitian ini yang digunakan adalah ekstrak etanol. Isolasi senyawa flavonoid dikerjakan dengan metode Charaux-Paris. Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam air panas, disaring kemudian diekstraksi dengan n-heksana, fraksi n-heksana dikumpulkan dan di pekatkan, diperoleh fraksi n-heksana pekat. Fraksi air diekstraksi dengan kloroform, fraksi kloroform dikumpulkan dan dipekatkan diperoleh fraksi kloroform pekat. Fraksi air diekstrasi lagi dengan etil asetat, fraksi etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan, diperoleh fraksi etil asetat pekat. Kemudian fraksi air diekstraksi dengan n-butanol, fraksi n-butanol dikumpulkan dan dipekatkan, sehingga diperoleh fraksi n-butanol pekat. Ekstraksi dengan n-butanol dilakukan 3 kali, setiap kali dengan pelarut n-butanol yang baru, sehingga diperoleh fraksi n-butanol I, fraksi n-butanol II dan fraksi n-butanol III.

Setelah diketahui bahwa fraksi yang mengandung jenis flavonoid terbanyak adalah fraksi n butanol I, maka dilakukan isolasi senyawa flavonoid dengan cara kromatografi kertas preparatif.- Cairan pengembang yang digunakan : n-butanolasam asetatair (4:1:5)- Jarak rambat : 40 cm- Teknik pengembangan : Menurun.- Penotolan : Bentuk pita.- Pendeteksi : Sinar UV 254/ 366Masing-masing pita kromatogram dipisahkan, dipotong kecil-kecil dan diekstraksi dengan metanol. Untuk pemurnian isolat dilakukan pengembangan kedua secara kromatografi kertas preparatif.- Cairan pengembang : Asam asetat 2 % dalam air- Jarak rambat : 20 cm- Teknik pengembangan : Menurun- Penotolan : Bentuk pita- Pendeteksi : Sinar UV 254/366

Setiap pita kromatogram yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan metanol, sehingga diperoleh beberapa isolat dari senyawa flavonoid. Identifikasi senyawa golongan flavonoid dilakukan dengan mengamati warna fluoresensi di bawah sinar ultraviolet sebelum dan sesudah penambahan uap amonia terhadap bercak isolat yang diperoleh. Kemudian dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet dilihat geseran batokromik setelah setiap isolat dalam larutan metanol diberikan pereaksi geser natrium hidroksida, aluminium klorida, asam klorida, natrium asetat, dan asam borat secara bergantian. Dengan melihat geseran batokromik tersebut dapat diidentifikasi jenis flavonoid. Dilakukan juga pembuatan spektrum derivatisasi dengan menggunakan spektrofotometer UV dan dibuat spectrum inframerah terhadap 2 (dua) isolat untuk lebih meyakinkan hasil identifikasi.

C. Hasil dan PembahasanDari proses isolasi terhadap fraksi n-butanol dengan menggunakan cairan pengembang I, didapatkan 5 (lima) bercak senyawa flavonoid yang mempunyai Rf 0.22, 0,29, 0,37, 0,48 dan 0,60. Bercak dominan adalah yang mempunyai Rf0.37 dan 0,48. Kromatogram dapat dilihat pada Gambar 3.

Adapun hasilnya, yaitu: No 1 merupakan hasil Fraksinasi dari kloroform No 2 merupakan hasil Fraksinasi dari etil asetat No 3 merupakan hasil Fraksinasi dari n-butanol III No 4 merupakan hasil Fraksinasi dari n-Butanol I No 5 merupakan hasil Fraksinasi dari n-butanol II No 6 merupakan hasil Fraksinasi dari air.Yang mana Pengembang yang digunakan, yaitu: n-butanolas.asetatair dengan perbandingan 60:22:1,2Penampak bercak : Lar. Aluminium klorida 5%, sinar UV dan uap ammonia

Setelah dilakukan pemurnian dengan pengembangan ke II terhadap isolat, diperoleh bercak baru dengan Rf 0,51 yang berasal dari pemisahan bercak yang mempunyai Rf 0.37. Bercak yang diperoleh kemudian diberi kode sebagai berikut:Bercak dengan Rf. 0,37 : SA-DE-1,Bercak dengan Rf. 0,48 : SA-DE-2,Bercak dengan Rf. 0,22 : SA-DE-3,Bercak dengan Rf. 0,29 : SA-DE-4,Bercak dengan Rf. 0,51 : SA-DE-5,

Bercak dengan Rf. 0,60 : SA-DE-6. Setelah dilakukan identifikasi pendahuluan terhadap setiap isolat senyawa golongan flavonoid yang dilakukan dengan mengamati warna fluoresensi di bawah sinar ultra-violet sebelum dan sesudah penambahan uap amonia, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet untuk melihat geseran batokromik setelah direaksikan dengan pereaksi tertentu, maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 1 dan Gambar 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

BAB IVPENUTUP

I. KesimpulanDari hasil isolasi dan identifikasi flavonoid pada daun katu , enam senyawa flavonoid telah berhasil diisolasi dari daun katu dari ekstrak etanol 95%. Setelah dilakukan identifikasi salah satu senyawa flavonoid tersebut adalah rutin, sedangkan 5 senyawa lainnya mengarah kepada golongan flavonol oh-3 tersulih, atau golongan flavon. Senyawa rutin dapat digunakan sebagai zat identitas untuk daun katu.

II. SaranDisarankan untuk dilakukan mengidentifikasi lebih lanjut terhadap senyawa flavonoid yang telah berhasil diisolasi, dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih.

DAFTAR PUSTAKA

MAKARA, SAINS, VOL. 7, NO. 2, AGUSTUS 2003J.B. Harborne, Metode Fitokimia, Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan, (Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro), Penerbit ITB, Bandung, 1987K. Heyne, Tumbuhan Berguna Indonesia Jil. II, (Terjemahan) Yayasan Sarana Wana Jaya, Departemen Kehutanan, Jakarta, 1987, p 1144.T.J. Mabry, K.R. Markam, M.B. Thomas, The Systematic Identification of Flavonoids, Springer Verlag, New York,1970.P. Padmavathi, M.P. Rao, Plant Foods Human Nutrition, 40 (1990) 107.C.A. Baker, R.C.B. Van den Brink, Flora of Java, Spermatophyta Only, Wolters-Noodhoff, N.V. Groningen, 1988.Ditjen POM, Materia Medika Indonesia Jil. 5, Depkes RI, Jakarta, 1989.Ditjen POM, Pemanfaatan Tanaman Obat, ed. 3, Depkes RI, Jakarta, 1983.K.R. Markham, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan, Penerbit ITB, Bandung, 1988.N.R. Farnsworth, J. Pharm. Sci. 55 (1996) 243.Ditjen POM, Cara Pembuatan Simplisia, Depkes RI, Jakarta, 1985.E.G.C. Clarke, Isolation and Identification of Drugs, Pharmaceutical Press, London, 1972.https://pasche08.files.wordpress.com/2009/05/copy-of-copy-of-makalah-quercetin-2003.pdf