Upload
ik-ben-echa-cakti
View
705
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANAK DAN REMAJA
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya
tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada
15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20% (Keys, 1998). Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention
Deficit-Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi
pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai 9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku yang tidak
sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang
mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk
memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak, dan remaja adalah dengan
menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma-norma perkembangan
merupakan tanda bahaya penting adanya suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi retardasi mental,
gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan perilaku destruktif, dan gangguan
ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah
gangguan mood dan gangguan psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau
remaja berbeda dengan orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.
Menurutnya, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan, bahwa
prevalensi gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan emosional penduduk Indonesia
usia 15 tahun mencapai 11,6 persen. Ini berarti, jika total populasi di dalam kelompok
tersebut pada tahun 2010 adalah sekitar 169 juta orang, maka jumlah ODGJ kurang lebih
mencapai 19,6 juta orang.
Sedangkan menurut WHO, sambung Noriyu, hingga tahun 2003, terdapat 25 persen
negara-negara dengan hampir 31 persen dari populasi dunia yang belum memiliki UU
KesehatanJiwa. Setengah dari UU Kesehatan Jiwa yang berlaku di seluruh dunia saat ini,
disahkan setelah tahun 1990, sementara sekitar 15 persennya –undang itu, diberlakukan
sebelum 1960.
A. KEPERAWATAN JIWA PADA REMAJA
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Haber, Hoskins, Leach, dan Sideleau (1987) menentukan usia remaja antara 12-18 tahun,
sementara Wilson dan Kneils (1988) menggunakan usia 12-20 tahun sebagai batasan remaja.
1
Landasan Teoritis
Menurut Wilson dan Kneils (1988) dua teori yang menjadi landasan utama untuk
memahami tentang perkembangan remaja adalah teori perkembangan dan teori humanistic.
Stuart dan Sundeen (1995) mengemukakan teori biologis, teori psikoanalisis, teori
perkembangan intelektual, teori budaya, dan teori multidimensional.
Teori Perkembangan
Teori perkembangan memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi penyimpangan
yang terjadi pada proses tumbuh-kembang remaja. Teori Sigmund Freud, Erik Erikson, dan
Sulivan member penghayatan kepada kita tentang perjuangan remaja dalam mencapai
kedewasaan.
Proses perkembangan identitas diri remaja memerlukan citra diri juga hubungan
antarperan yang akan dating dengan pengalaman masa lalu. Untuk mendapatkan kesamaan
dan kesinambungan pada umumnya remaja harus mengulangi penyelesaian krisis masa lalu
dengan mengintegrasikan elemen masa lalu dan membina identitas akhir. Periode krisis yang
perlu ditinjau kembali adalah rasa percaya, otonomi, rasa inisiatif, dan rasa industry.
Pada tahap pertama, remaja perlu mencari ide dan objek untuk tempat melimpahkan
rasa percaya (sense of rust). Konflik yang tidak terselesaikan pada tahap pertama ini
membuat remaja merasa ditinggalkan. Biasanya, dimanifestasikan melalui pertilaku makan
yang berlebihan serta ucapan kasar dan bermusuhan. Tahap kedua adalah ras otonomi, remaja
belajar bertindak dan membuat keputusan secara mandiri. Konflik masa lalu yang tidak
terselesaikan membuat remaja takut mengikuti kegiatan yang akan membuat ia ragu akan
kemampuannya. Tahap ketiga adalah rasa inisiatif, ketika anak tidak lagi mementingkan
bagaimana berjalan, tetapi apa yang dapatdilakukan dengan kemampuan tersebut. Pada
tahapan ini, mereka mengujicoba apa yang mungkin dilakukan dan bukan apa yang dapat
dilakukan. Konflik masa ini akan terbawa pada saat remaja, yaitu ketidakmampuan untuk
mengambil inisiatif. Tahap keempat adalah rasa inbdustrim yang menuntut remaja untuk
memiliuh karier yang tidak saja menjamin secara financial, tetapi juga member kepuasan
karena penampilan kerja yang baik.
2
Teori Interaksi Humanistik
Interaksi perlu mengintegrasikan prinsip-prinsip interaksi humanistic dalam
pengkajian dan asuhan keperawatan untuk mengembangkan hubungan rasa percaya dengan
remaja. Perawat perlu memerhatikan dampak tahapan perkembangan, factor social budaya,
pengaruh keluarga, dan konflik psikodinamika yang dimanefestasikan melalui perilaku
remaja. Pertanyaan yang perlu diperhatiakan perawat adalah sebagai berikut :
1. Apa arti perilaku atau masalah ini bagiu remaja?
2. Apa yang dikatakan remaja tentang perilakunya?
3. Apa dampak masalh ini pada remaja? Apakah ini suatu masalah yang biasa terjadi pada
kelompok usia remaja?
4. Bagaimana perubahan ini mempengaruhi remaja dan hubungannya dengan orang lain?
5. Apa tujuan yang dimiliki remaja dalam waktu dekat dan yang akan dating?
6. Apa kekuatan personal yang dimiliki remaja untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya ?
7. Pertimbangan apa yang telah dibuat (perawat dan remaja) berkaitan dengan factor
perkembangan, keluarga, biologis, atau social budaya ?
Perkembangan remaja
1. Perkembangan kognisi
Perkembangan kognisi pada masa ini disebut operasional formal yaitu kemampuan
berpoikir abstrak dan logis dengan cirri-ciri :
Mampu mengembangkan, mempertimbangkan dan mengetes hipotesa. Pada masa remaja
terdapat keterbatasan perkembangan pemikiran remaja, yaitu :
a. Argumentativeness : remaja secara terus menerus mencari kesempatan untuk mencoba
dan menunjukkan kemampuan berargumentasinya.
b. Indicesiveness : oleh karena remaja mulai menyadari betapa banyak pilihan hidup
yang ditawarkan, mereka mengalami kebingungan untuk memutuskan sesuatu yang
sederhana.
c. Hipokrit : remaja kadang-kadang tidak mengenali perbedaan antara idealism dengan
kenyataan yang ada.
d. Imaginary audience : remaja mengasumsikan bahwa orang lain memiliki pemikiran
yang sama dengan apa yang sedang dia pikirkan tentang dirinya,.
3
e. Personal fable : remaja merasa dirinya special, memiliki pengalaman unik yang tidak
pernah dimiliki oleh orang lain, dan tidak terkena aturan-aturan yang ada.
2. Perkembangan sosioemosional
Identitas diri.
Pada masa remaja tugas utama perkembangan adalah menghadapi krisis antara
pencapaian identitas diri dengan kebingungan identitas (role confution). Jika identitas diri
berhasil di capai maka remaja menjadi dewasa yang matang dimana terdapat
keseimbangan antara perkembangan diri dengan keadaan sosialnya.
Sebaliknya jika remaja gagal mencapai identitas dirinya maka remaja akan menghadapi
kebingungan peran/identitas.
Terdapat 4 keadaan identitas diri, yaitu :
a. Identity diffusion, suatu keadaan dimana belum mengalami krisis atau membuat
komitmen akan melakukan sesuatu
b. Identity foreclosure, suatu keadaan dimana remaja telah membuat komitmen namun
belum mengalami krisis.
c. Identity moratorium, suatu keadaan dimana remaja telah emngalami krisis namun
belum membuat komitmen.
d. Identity achivement, suatu keadaan dimana remaja telah mengalami krisis dan telah
membuat komitment.
Karakteristik bermain bagi remaja:
1. Game dan athletic adalah yang paling umum dan penting
2. Aktivitas teman sebaya
3. Membatasi aturan dalam suatu tempat
4. Kompetitif adalah hal yang penting.
Contoh permainan dan aktifitas:
1. Olah raga
2. Video game
3. Mendengarkan radio, cd
4. Mencoba dengan gaya rambutnya, pakaian dan make up
5. Membaca majalah
6. Bercakap lewat thelepone.
4
B. JENIS GANGGUAN JIWA ANAK-ANAK
a) Gangguan perkembangan pervasif.
Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial,
dan komunikasi.
1. Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan substandar dalam
berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah
rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan
adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari,
keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan,
fungsi akademis, dan bekerja
2. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta
aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya
responsivitas terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, kerusakan yang
menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap lingkungan (mis.,tergantung
pada benda mati danger akan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan,
bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala)
3. Gangguanperkembanganspesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada kerusakan fungsional
pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmetika, bahasa, danartikulasi verbal.
b) Defisit perhatian dangan ganguan perilaku destruktif
1. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Di cirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua
tempat (mis., di sekolahdan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994).
2. Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disruptif, dan kesengajaan untuk tidak patuh, termasuk
melanggar norma dan peraturan sosial. Sebagian besar anak-anak dengan gangguan ini
mengalami penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisosial setelah berusia 18
tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi mencuri, berbohong,
5
menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaran,
bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan serangan fisik terhadap orang lain.
3. Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan, meliputi perilaku yang
kurang ekstrim. Perilaku dalam gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai
tingkat yang terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam gangguan ini menunjukkan
sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah terhadap
frustasi, dan menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya).
c) Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa.
1 Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak terjadi pada
anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang terlihat pada orang
dewasa. Misalnya : Anoreksia Nervosa.
2 Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang
ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya. Gejala-
gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah, keluhan somatik, ansietas berat terhadap
perpisahan dan khawatir tentang adanya bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.
d) Skizofrenia
1 Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit di diagnosis. Gejala-gejalanya dapat
menyerupai gangguan pervasif, seperti autisme.Walaupun penelitian tentang skizofrenia
anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku yang khas (Antai-Otong, 1995),
seperti beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri secara sosial, dan
komunikasi.
2 Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama masa
remaja akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia dewasa. Gejala
awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-hari, isolasi sosial, sikap yang
aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku yang tidak
disadarinya.
e) Gangguan mood
1 Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada
orang dewasa (Keltner,1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar
6
antara 1% sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi gangguan bipolar (jenis
manik) pada anak-anak masih kontroversial. Prevalensi penyakit bipolar pada
remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama dengan yang
diobservasi pada orang dewasa.
2 Bunuh diri.
Adanya gangguan mood merupakan faktor resiko yang serius untuk bunuh diri.
Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga pada individu berusia 15
sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya untuk bunuh diri pada remaja meliputi
menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku keras atau sangat memberontak,
menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak biasanya mengabaikan
penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah menurun, membolos, melarikan diri,
keletihan berlebihan dan keluhan somatik, respon yang buruk terhadap pujian,
ancaman bunuh diri yang terang-terangan secara verbal, dan membuang benda-
benda yang didapat sebagai hadiah (Newman, 1999).
f) Gangguan penyalahgunaan zat.
1 Gangguan ini banyak terjadi; diperkirakan 32% remaja menderita gangguan
penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alkohol atau zat
terlarang lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Risiko terbesar
mengalami gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15 sampai 24
tahun. Pada remaja, perubahan penggunaan zat menjadi ketergantungan zat terjadi
lebih cepat; misalnya, pada remaja penggunaan zat dapat berkembang menjadi
ketergantungan zat dalam waktu 2 tahun sedangkan pada orang dewasa
membutuhkan waktu antara 15 sampai 20 tahun.
2 Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainnya merupakan hal yag banyak
terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan perilaku
disruptif.
3 Tanda bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah penurunan
fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya, seperti perilaku
menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga, perubahan kepribadian
dan toleransi yang rendah terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang
juga menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang penggunaan zat.
7
g) Gangguan Jiwa Bipolar
Perasaan senang dan sedih muncul secara tidak menentu dan berlangsung tiba-tiba
termasuk dalam kategori gangguan penyakit jiwa bipolar. Bipolar itu sendiri adalah
gangguan afektif bipolar. Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama
dari gangguan ini. Biasanya gangguan ini berujung pada kematian.
Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang
cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang
terganggu. Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood
meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau
hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental
berkurang (episode depresi). Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung
berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada
manik.
Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan
gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling
bergantian. Di antara episode peralihan mood ini bisa saja orang megalami mood yang
normal. Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5 persen.
Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis.
Gangguan jiwa bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di
luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja.
Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka mengambil
jalan pintas.
Episode pertama bisa timbul mulai dari mata kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus
terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar,
risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-
anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah
dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko
mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap
penyakit bipolar.
PenyebabTerjadinya Bipolar
8
Penyebab gangguan ini, tidak diketahui secara pasti. Faktorgenetika, dan factor
psikososial. Para peneliti pun mengatakan bahwa terjadi disregulasih eterogen dari
neurotransmitter atauzatkimia di otak. Gangguan jiwa bipolar adalah penyakit gangguan jiwa
yang bukan disebabkan tekanan psikologis, melainkan karena terjadinya gangguan
keseimbangan pada otak.
Bipolar terjadi secara biologis berupa gangguan di neurotransmitter otak yang berfungsi
mengatur keseimbangan. Faktor genetika dinilai melalui suatu mekanisme gen yang
kompleks, sedangkan peristiwa-peristiwa kehidupan dan stress lingkungan merupakan factor
psikososial yang sering mendahului episode pertama dari gangguan bipolar tersebut.
ManifestasiKlinis
Gejala manic biasanya ditandai dengan perasaan gembira yang berlebihan, seperti
perubahan mendadak dari perasaan gembira menjadi tiba-tiba marah, keresahan, tutur kata
cepat dan konsentrasi kurang, energi yang meningkat dan keinginan tidur kurang, dorongan
seksualitas tinggi, cenderung membuat rencana besar dan sulit dicapai, cenderung kurang
dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu, penyalahgunaan obat dan alkohol, dan
impulsivitas meningkat.
Sedangkan gejala depresi biasanya ditunjukkan dengan kesedihan, kehilangan energi,
perasaan putus asa atau tak berarti, hilangnya kegembiraan terhadap hal yang belum dirasa
menyenangkan, sulit berkonsentrasi, menangis tak terkendali, sulit mengambil keputusan,
lekasmarah, insomnia, perubahan nafsu makan, berfikir dan mencoba untuk melakukan
bunuhdiri. Gangguan bipolar ini juga bias terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami peralihan mood yang lebih cepat. Jika
penderita sedang mencapai klimaks maka dia akan cenderung untuk melakukan semua
aktivitas dan tidak pernah berada di rumah. Namun sebaliknya, suatu saat ketika dia sedang
mencapai tahap titik antiklimaks (penurunan) maka dia cenderung untuk selalu berdiamdiri di
rumah.
Penanganan Bipolar
Penyakit bipolar bias disembuhkan dengan menggunakan obat dan terapi. Bipolar bias
sembuh melalui farmakoterapi dan psikoterapi. Kedua penyembuhan tersebut juga harus
9
bersinergi atau tidak cukup hanya diobati, tetapi juga harus ada terapi. Gangguan bipolar ini
merupakan gangguan jangka panjang yang membutuhkan penanganan komprehensif. Mereka
yang memiliki empat atau lebih perubahan mood dalam setahun lebih sulit untuk ditangani.
Seorang pasien yang mengalami gangguan bipolar bias sembuh. Dalam empat fase itu
pasien bias menjalankan terapi. Tapi jika tak berhasil atau mebahayakan, diperlukan
penanganankhusus di rumah sakit khusus atau tempat rehabilitasi mental. Biasanya
psikoterapi berupa terapi perilaku-kognitif menjadi pilihan.
Sudah lebih dari 50 tahun lithium digunakan sebagai terapi gangguan bipolar.
Efektivitasnya telah terbukti pada 60-80 persen pasien. Terapi ini bias menekan angka
kematian karena bunuh diri dan ongkos perawatan. Farmakoterapi adalah pemberian obat-
obatan jenis mood stabilizer ditambah obat-obatan golantipsikotik sesuai dengan gambaran
klinis yang ditunjukkan oleh penderita tersebut. Antipsikotik lebih baik dari pada lithium
pada sebagian penderita gangguan bipolar. Perhatian ekstra harus dilakukan bila hendak
merencanakan pemberian antipsikotik jangka panjang terutama generasi pertama atau
golongan tipikal karena dapat menimbulkan beberapa efek samping. Penderita harus control
secara teratur, minum obat secara teratur, dan kemampuan mengenali gejala-gejala
merupakan kunci utama pencegahannya.
C. ETIOLOGI GANGGUAN PSIKIATRIK PADA ANAK-ANAK DAN REMAJA
Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan mental pada anak-anak dan remaja.
Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga, dan faktor
lingkungan berkombinasi secara kompleks.
a) Faktor-Faktor Psikobiologik
1 Riwayat genetika keluarga
Seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan
bipolar, dan gangguan ansietas.
2 Abnormalitas struktur otak
Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter
pada pasien yang menderita autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
3 Pengaruh pranatal
Seperti infeksi maternal, kurangnya perawatan pranatal, dan ibu yang menyalahgunakan zat,
semuanya dapat menyebabkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan
10
gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen
pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan
saraf lainnya.
4 Penyakit kronis atau kecacatan
Dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
b) Dinamika keluarga
1. Penganiayaan anak.
Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak awal, perkembangan otaknya
kurang adekuat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak
berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan
belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998).
2. Disfungsi sistem keluarga
Misalnya kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk, kurangnya batasan antar
generasi, dan perasaan terjebak) disertai dengan keterampilan koping yang tidak adekuat
antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
c) Faktor lingkungan
1. Kemiskinan.
Perawatan pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya
kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada
pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
2. Tunawisma.
Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi
perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya
peningkatan angka penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan masalah
psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend,
1999).
3. Budaya keluarga.
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan
kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
11
D. PENATALAKSANAAN GANGGUAN PSIKIATRIK PADA ANAK-ANAK
DAN REMAJA
a. Perawatan Berbasis Komunitas Saat Ini Lebih Banyak Terdapat Pada Managed
Care.
1. Pencegahan primer
Melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan anak. Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program
intervensi dini bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam membesarkan
anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko untuk memberikan dukungan dan
pendidikan kepada orang tua dari anak-anak ini.
2. Pencegahan sekunder
Dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah
sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu
dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas, layanan
intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi traumatik, konseling kelompok di
sekolah, dan konseling teman sebaya.
3. Dukungan terapeutik bagi anak-anak
Diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan program pendidikan khusus
untuk anak-anak yang tidak mampu berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode
pengobatan perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam
mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.
4. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga
Penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan dan bantuan yang diperlukan
guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan fungsi semua anggota keluarga.
b. Pengobatan Berbasis Rumah Sakit
1. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di rumah sakit jiwa.
Pengobatan di unit-unit ini biasana diberikan untuk klien yang tidak sembuh dengan
metode alternatif yang kurang restriktif, atau bagi klien yang beresiko tinggi
melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
2. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program sekolah di tempat
(on-site) yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan khusus anak yang menderita
penyakit jiwa.
12
3. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi menjadi kontroversi.
Penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat bersifat traumatik pada anak-anak
dan tidak efektif untuk pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif
meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu kekuatan, dan
intervensi dini untuk mencegah memburuknya perilaku.
c. Farmakoterapi.
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik
digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek
samping yang beragam.
1. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja memengaruhi jumlah dosis, respon klinis,
dan efek samping dari medikasi psikotropik.
2. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat memengaruhi hasil
pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama dengan
antidepresan trisiklik.
E. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Definisi Komunikasi
Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh beberapa para ahli, yaaitu :
1 Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan
pesan yang disampaikan melalui lambang - lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan
oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
2 Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3 Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam mengirim
dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
4 Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-
lambang yang mengandung arti.
5 Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses lewatnya
informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
6 Menurut Oxtord Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar
informasi, ide atau sebagainya.
13
7 Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup ekspresi wajah,
sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon
dan lainnya.
Dari beberapa pengertian komunikasi di atas, dapat disimpulkan pengertian komunikasi
adalah penyampaian dari seseorang ke orang lain, dengan menyertakan kode atau lambang
penyampaiannya itu sendiri melalui suatu proses.
Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan, antara lain :
1 Supaya yang disampaikan dapat mengerti
2 Memahami orang lain, komunikator harus mengerti aspirasi orang lain, janngan
memaksakan kehendak.
3 Supaya gagasan dapat diterima orang lain, melalui pendekatan persuasif bukan
memaksakan kehendak.
4 Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, kegiatan yang banyak mendorong
dengan cara yang baik
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai
pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar
menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial yaitu sebagai
informasi, sosialisasi (pemasyarakatan), motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan,
memajukan kehidupan, hiburan dan integrasi.
b. Menurut Mudjiti (1999) dalam teknik komunikasi menyatakan bahwa fungsi
komunikasi adalah :
1 Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga dapat mencapai tujuannya.
2 Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku pada suatu organisasi.
3 Komunikasi adalah alat untuk menyampaikan informasi kepada seluruh organisasi.
Berdasarkan fungsi komunikasi itu, maka komunikasi memegang peran penting dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan.
Komunikasi dianggap sebagai proses yang mempunyai unsur-unsur komunikasi sebagai
berikut :
1 Komunikator merupakan seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk
menjadi sumber dalam sebuah hubungan.
2 Komunikan adalah objek, sasaran atau audiens dari suatu sasaran dari kegiatan
komunikasi atau orang yang menerima pesan atau lambang.
3 Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator.
14
4 Saluran adalah saluran penyampaian pesan, disebut juga media.
5 Umpan balik adalah untuk mengetahui pesan tersebut berhasil atau gagal.
c. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti yang
diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya :
1 Latar Belakang Budaya
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya,
sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan
maka komunikasi semakin efektif.
2 Ikatan Kelompok atau Group
Nilai - nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati
pesan.
3 Harapan
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan
yang diharapkan.
4 Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi
pesan yang disampaikan.
5 Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan / situasi. Faktor situasi ini adalah:
1 Faktor ekologis ( iklim atau kondisi alam ).
2 Faktor rancangan dan arsitektural ( penataan ruang ).
3 Faktor temporal, misal keadaan emosi.
4 Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara.
5 Teknologi.
6 Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu.
7 Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya.
8 Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.
d. Cara Berkomunikasi dengan Remaja
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa. Bila
stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya dan keluarganya. Menolak orang
yang berusaha menjatuhkan harga dirinya dengan memberi support penuh perhatian.
15
a) Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi
Dalam berkomunikasi, orang tua ingin segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada
hal-hal yang orang tua yang sering lakukan, seperti :
1) Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan.
2) Merasa tau lebih banyak dari pada remaja.
3) Cenderung memberi arahan dan nasihat.
4) Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami
remaja.
5) Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat.
6) Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya.
7) Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan
terhadap remaja.
b) Kunci pokok berkomunikasi dengan remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak dewasa
seperti :
1 Mendengar supaya remaja mau berbicara
2 Menerima dahulu perasaan remaja.
3 Bicara supaya didengar.
Oleh sebab itu orang tua harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan cara
mendengar.
c) Mengenal Diri Remaja
1 Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena
orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara. Agar
komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan
mencoba memahami perasaan anak sebagai lawan bicara.
2 Bagaimana memahami perasaan remaja.
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima dulu perasaan dan
ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia merasa nyaman
dan mau melanjutkan pembicaraan dengan orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa
yang sebenarnya dirasakan remaja.
16
d) Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah Dan
Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah.
1 Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku anak terhadap
orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak membedakan antara anak
dan perilakunya sehingga membuat anak merasa disalahkan, direndahkan dan di
sudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku
anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain.
Melalui pesan saya akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya,
sehingga anak akan merasa nyaman.
2 Menentukan masalah siapa
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu mengetahui
masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena :
Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua masalah.
Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan
masalahnya sendiri.
Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
Anak perlu belajar mandiri
3 Apa yang harus dilakukan ?
Setelah kita mengetahui masalah siapa maka akibatnya siapa yang punya masalah harus
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah masalah remaja
maka tekhnik yang digunakan adalah mendengar aktif. Bila masalah itu adalah masalah
orang tua maka tekhnik yang digunakan adalah pesan saya.
e. Komunikasi Terapeutik
Pada Remaja:
1 Pola pikir dan tingkah laku
Peralihan dari anak ke dewasa
2 Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa Diluar keluarga dan terbuka
terhadap perawat.
3 Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
Beri support penuh perhatian
Jangan melakukan intrupsi
Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran
17
Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi)
f. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Anak Dan Remaja
1 Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara
efektif.
2 Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
3 Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi. Bila komunikan bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4 Usia tumbuh kembang status kesehatan anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung secara efektif.
5 Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke
komunikan dengan baik.
6 Lingkungan
g. Teknik Komunikasi Pada Anak Dan Remaja
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil bebrbagai data
yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah
keperawatan. Beberapa cara yang digunakan alam berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1 Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan
diri anak, denga menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang
tua secara langsung yang sedangbberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan
dengan cara memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta
hal lainnya.
2 Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui
tulisan maupun gambar.
18
3 Memfasilitas
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons
terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan
jangan mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang jelek pada anak.
4 Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.
5 Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan
yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak.
6 Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
7 Menulis
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan
diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
8 Menggambar
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui gambar
dan anak akan mengungkapkan perasaanya apabila perawat menanyakan maksud dari
gambar yang ditulisnya.
9 Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan
dapat disampaikan.
h) Tahapan Komunikasi Pada Anak Dan Remaja
1 Tahap Prainteraksi
19
Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang
tua tentang masalah yang ada.
2 Tahap Perkenalan
Memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi, mencari kebenaran data
yang ada, megobservasi, memperkenlakan nama dengan tujuan, waktu dan menjelaskan
kerahasiaan klien.
3 Tahap Kerja
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal
yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama.
4 Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan
reinforcement positif, tidak lanjut, kontrak, dan mengakhiri wawancara dengan cara yang
baik.
F. TINJAUAN PROSES KEPERAWATAN GANGGUAN PSIKIATRIK PADA
ANAK-ANAK DAN REMAJA
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan remaja meliputi observasi dan interpretasi
pola prilaku, mencakup informasi sebagai berikut :
a) Pertumbuhan dan perkembangan
b) Keadaan biofisik (penyakit dan kecelakaan)
c) Keadaan emosi (status mental, termasuk proses berfikir dan pikiran tentang bunuh diri
atau membunuh orang lain)
d) Latar belakang social budaya, ekonomi dan agama
e) Penampilan kegiatan kehidupan sehari-hari (rumah dan sekolah)
f) Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego, seperti denial , ekting out, dan menarik diri)
g) Pola interaksi (keluarga dan teman sebaya)
h) Persepsi remaja tentang dan kepuasan terhadap keadaan kesehatannya
i) Tujuan kesehatan remaja
j) Lingkungan (fisik, emosi, dan ekologi)
k) Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah, dan
keterlibatannya dalam kegiatan di masyarakat)
20
B. Diagnosis Keperawatan
Gangguan jiwa pada remaja : penyalahgunaan zat
C. Perencanaan dan identifikasi hasil
1 Bekerjasama dengan klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan yang realistis
2 Tetapkan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, keluarga, atau keduanya.
D. Implementasi
1 Implementasi umum
a) Bentuk rasa saling percaya
b) Dengarkan secara aktif, tunjukkan perhatian dan dukungan
c) Tingkatkan komunikasi yang jelas, jujur, dan langsung
d) Tempatkan diri sebagai pihak yang netral, jangan memihak orang tua atau anak
e) Dukung kelebihan klien dan keluarga
f) Gunakan model kognitif untuk menjelaskan hubungan antara pikiran, perasaan, dan
perilaku
g) Berpartisipasi dalam rencana pengobatan di unit rawat inap
h) Perkuat secara positif perilaku yang dapat diterima
i) Berpartisipasi dalam terapi bermain, biarkan anak mengekspresikan dirinya melalui
permainan imajinatif
j) Bekerjasama dengan keluarga klien, sekolah, dan tim kesehatan jiwa
k) Anjurkan digunakannya kelompok pendukung masyarakat bagi klien dan keluarga
l) Anjurkan pada keluarga tentang cara menjaga kesehatan emosi anak melalui
penyuluhan klien dan keluarga
Penyuluhan keluarga dengan anak atau remaja yang menderita gangguan mental dapat
dilakukan dengan memberikan informasi umum tentang gangguan tersebut, ajarkan pada
orangtua tentang cara menjaga kesejahteraan emosi anak, dan beritahu orangtua tentang
kelompok pendukung komunitas yang tersedia untuk masalah spesifik yang dialami anak atau
keluarga.
2 Untuk anak atau remaja dengan gangguan perkembangan pervasif
a) Ciptakan lingkungan yang aman, dan bantu orangtua untuk melakukannya juga di
rumah
21
b) Bantu orangtua mengurangi perasaan bersalah dan menyalahkan atas apa yang
mereka alami
c) Pertahankan konsistensi pengasuh anak di rumah sakit, sekolah, dan rumah
d) Bantu orangtua dan saudara kandung anak dalam mengidentifikasi dan
mendiskusikan perasaannya, berbagai hal dan masalah yang berkaitan dengan
tinggal bersama anak yang menderita gangguan serius
e) Alihkan perhatian anak bila ansietasnya meningkat dan perilakunya memburuk
f) Berikan benda-benda yang dikenal anak
3 Untuk anak atau remaja dengan ADHD
a) Berikan medikasi stimulan di pagi hari guna memaksimalkan efektivitasnya untuk
kegiatan di siang hari
b) Bantu keluarga menggunakan manipulasi lingkungan untuk mengurangi stimulus
guna mengendalikan perilaku
c) Bantu keluarga menyusun jadwal yang tetap untuk makan, tidur, bermain, dan
mengerjakan tugas sekolah
d) Bekerjasama dengan sekolah, keluarga, dan tim kesehatan jiwa untuk memastikan
penempatan ruang kelas yang sesuai
4 Untuk anak atau remaja dengan gangguan perilaku atau gangguan penyimpangan
oposisi
a) Buat batasan-batasan yang tegas, jelas, dan konsisten tentang konsekuensi atas
perilaku yang tidak dapat diterima
b) Bantu orangtua menentukan dan mempertahankan batasan yang telah ditetapkan
c) Berikan umpan balik positif atas perilaku yang baik
d) Dorong klien mengekspresikan kemarahannya dengan sikap verbal yang tepat
e) Gunakan latihan fisik dan aktivitas untuk membantu anak menyalurkan kelebihan
energi yang muncul karena peningkatan ansietas atau kemarahan
f) Catat tanda-tanda perburukan perilaku dan dan lakukan intervensi segera
5 Untuk anak atau remaja dengan gangguan ansietas
a) Pertahankan sikap tenang bila klien dan orangtua mengalami peningkatan ansietas
b) Ajarkan pada klien tindakan koping untuk mengatasi ansietas
22
c) Gunakan strategi kognitif dalam mendiskusikan tentang ketakutan-ketakutan yang
dirasakan klien, dengan mengemukakan realitas yang ada
d) Bantu klien segera kembali ke sekolah dengan dukungan dari keluarga, bila terjadi
ansietas akibat perpisahan
6 Untuk anak atau remaja dengan gangguan mood
a) Ajarkan pada klien dan keluarganya tentang gangguan mood, penyebab, gejala,
dan pengobatannya
b) Fokuskan pada tindakan meningkatkan harga diri
c) Gunakan tindakan kognitif dalam mengatasi perasaan dan pikiran negatif
d) Pertahankan sikap yang penuh harapan
e) Gunakan tindakan kewaspadaan terhadap bunuh diri bagi klien yang berisiko
melakukannya
7 Untuk anak atau remaja dengan gangguan penyalahgunaan zat
a) Ajarkan pada klien dan keluarganya tentang zat-zat tersebut dan dampaknya
terhadap kesejahteraan fisik dan psikologis
b) Anjurkan klien dan keluarganya untuk menghadiri kelompok swadaya, misalkan
alcoholic anonymous
c) Perkuat sikap penuh harapan bahwa klien dapat mencapai dan mempertahankan
keadaan bersih tanpa penyalahgunaan
d) Ajarkan tindakan koping untuk mengatasi perasaan dan situasi yang tidak nyaman
8. Implementasi kegiatan perawat meliputi hal-hal berikut :
1. Pendidikan pada remaja dan orang tua
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling tepat untuk member informasi mengenai
kesehatan berkaitan dengan penggunaan obat-obat terlarang, masalah seks,
pencegahan bunuh diri, dan tindakan kejahatan. Juga informasi mengenai fungsi
emosi yang sehat. Dengan mengetahui perilaku remaja dan memahami konflik yang
di alami mereka, orang tua, guru, dan masyarakat akan lebih suportif dalam
menghadapi remaja, bahkan dapat membantu mengembangkan fungsi mandiri pada
remaja. Dengan meningkatkan kemandirian remaja dan mengurangi pertentangan
kekuasaan antar remaja dan orang tua mereka akan menimbulkan perubahan
hubungan yang positif.
23
2. Terapi keluarga
Terapi keluarga khususnya diperlukan bagi remaja dengan gangguan kronis dalam
interaksi keluarga yang mengakibatkan gangguan perkembangan pada remaja. Oleh
karena itu perawat perlu mengkaji tingkat fungsi keluarga dan perbedaan yang
terdapat di dalamnya untuk menentukan cara terbaik bagi perawat berinteraksi dan
membantu keluarga
3. Terapi kelompok
Terapi kelompok memanfaatkan kecenderungan remaja untuk mendapat dukungan
dari teman sebaya. Konflik antar keinginan untuk mandiri dan tetap tergantung, serta
konflik berkaitan dengan tokoh otoriter, akan mudah di bahas.
4. Terapi individu
Terapi individu dilakukan oleh perawat spesialis jiwa yang berpengalaman dan
berpendidikan formal yang memadai. Terapi individu terdiri atas terapi yang
bertujuan singkat dan bersifat langsung, terapi perilaku dan terapi penghayatan. Hal-
hal yang harus diperhatikan oleh perawat ketika berkomuniukasi dengan remaja
antara lain penggunaan teknik berdiam diri, menjaga perasaan, negativistik, resisten,
berdebat, sikap menguji perawat, membawa teman untuk terapi, dan minta perhatian
khusus.
E. EVALUASI HASIL
Perawat menggunakan criteria hasil berikut ini untuk menentukan efektivitas
intervensi keperawatan yang dilakukan.
a) Klien dan keluarganya menunjukkan perbaikan keterampilan koping
b) Klien mengendalikan perilaku impulsifnya
c) Klien menunjukkan stabilitas mood yang normal
d) Klien berpartisipasi dalam program penyuluhan sesuai kemampuan
e) Klien dan keluarganya berpartisipasi dalam program pengobatan dan menerima
rujukan komunitas
f) Klien berinteraksi secara social dengan kelompok teman sebaya
24
DAFTAR PUSTAKA :
Isaac, Ann. 2004. PanduanBelajar :KeperawatanKesehatanJiwadanPsikiatrik. Jakarta: EGC.
25