Upload
dyanabila
View
404
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah kelompok
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi-infeksi telinga adalah kondisi-kondisi yang melibatkan dan seringkali peradangan
dari area-area berbeda dari telinga. Paling sering berasal dari infeksi virus, jamur dan bakteri.
Pada kebanyakan kasus-kasus, infeksi-infeksi telinga adalah tidak serius dan hilang dengan
sendirinya. Bagaimanapun, infeksi-infeksi bakteri dapat memerlukan perawatan dengan
antibiotik-antibiotik. Dibiarkan tidak terawat, infeksi-infeksi ini dapat menjurus ke komplikasi-
komplikasi serius, terutama untuk anak-anak kecil. Infeksi ini sering terjadi pada penderita alergi
yang sering mengalami infeksi berulang atau sering sakit batuk pilek hilang timbul berulang-
ulang.
Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang
selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang masuk ke area itu melalui
saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan
tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-
saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya
tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara
pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga tengah juga mengandung
tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke telinga dalam.
. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada anak-anak daripada orang-orang dewasa
karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan sempit, membuat mereka lebih sulit untuk
mengalir. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih
besar dan dapat menghalangi tabung-tabung Eustachio.
B. Permasalahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari : membran timpani, kavum timpani, tulang-tulang pendengaran,
prosesus mastoideus, dan tuba eustachius.
Gambar 1. Anatomi telinga tengah
Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga
luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-
posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani tidak tegak
lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam
dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membrana timpani merupakan
kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani, puncak ini
dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of light ).1
Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1
1. Pars tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang dan bergetar
sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang
dari tulang temporal.
2. Pars flasida atau membran Shrapnell
Gambar 2. Membran timpani
Kavum Timpani
1. Dinding superior (batas atas)
Dibentuk oleh tulang yang sangat tipis, kadang-kadang malah ditemukan suatu dehidasi
(celah). Tegmen tympani ini merupakan batas antara cvum tympani (epitympani) dengan
fossa cranii media. Dalam klinik batas ini harus diketahui karena radang dapat meluas ke
intracranial melalui tegmen tympani.1
2. Dinding inferior (batas bawah)
Juga berdinding tipis, berbatasan dengan bulbus vena jugularis. Dalam klinik, radang dari
cavum tympani dapat meluas ke bawah dan menyebabkan thrombophlebitis.1
3. Dinding posterior (dinding belakang)
Berhubungan dengan antrum mastoid melalui suatu celah yang disebut aditus ad antrum.
Bagian atas dari aditus ini disebut tegmen antri, yang berbatasan dengan fossa cranii media.
Kemudian di bawah (dasar dari aditus ini) terdapat canalis N. Fascialis pars verticalis beserta
sarafnya (N. Fascialis pars verticalis). Saraf ini keluar dari os temporalis melalui foramen
stylomastoideus.1
4. Dinding anterior (dinding depan)
Dinding ini dibentuk oleh a. Carotis interna, muara tuba esutachius ke dalam cavum tympani.
Disini terdapat canalis dari tulang yang berisi m. Tensor tympani.
5. Dinding medial
Dinding ini merupakan pemisah antara cavum tympani dari labyrinth. Disini terdapat
beberapa struktur penting :1
o Canalis semisirkularis lateralis
o Canalis N. Fascialis pars horizontalis beserta sarafnya
o Foramen ovale ditutupi oleh basis dari stapes yang memisahkan cavum tympani dengan
skala vestibule
o Promontorium disebabkan oleh penoonjolan dari lingkaran (basis dari cochlea).
o Foramen rotundum ditutupi oleh suatu membran (slaput) yaitu membran tympani
secundaria dan membran ini memisahkan cavum tympani dengan skala tympani.
6. Dinding lateral
Terdiri dari 2 bagian : pars osseus dan pars membranasea.
Pars osseus merupakan dinding lateral dari epytimpani dan hanya membentuk sebagian kecil
epytimpani, sedangkan pars membranasea merupakan bagian terbesar yang membentuk
epitympani yang merupakan membran tympani, yang memisahkan cavum tympani dengan
meatus acusticus externa.1
Tulang-tulang pendengaran
1. Maleus
o Caput
o Colium
o Proccesus brevis
o Proccesus longus
o Manubrium mallei
(caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada
mesotympani).1
2. Incus
o Corpus
o Proccesus brevis
o Proccesus longus
Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus longus yang
berada mesotympani.1
3. Stapes
o Capitulum
o Colum
o Crus anterior
o Crus posterior
o Basis
Caput mallei mengadakan artikulasi dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus dari
Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes. Rangkaian ini disebut ossicular
chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran, oleh karena ini
penting sistem konduksi pada pendengaran.1
Tuba Eustachii
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. bentuknya seperti huruf S.
Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada
orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga
tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :1
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian tulang rawan
medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah posterior,superior dan
medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu dengan bagian
tulang atau timpani.1
Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus. Bagian tulang tetap
terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada dinding lateral
nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2-2,5 cm, lebih
tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar dan letaknya
mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga tengah.1
Gambar . Perbedaan tuba eustachius anak dan dewasa
B. Fisiologi pendengaran
Gambar . Fisiologi pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai membran
timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap
lonjong (oval window) yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli.1
Getaran diteruskan melalui membrane Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal
kearah bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (round
window) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan
mendorong membran basal,sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf
pada skala timpani.1
Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal
ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium
dan ion Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian
meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf
pusat yang ada dilobus temporalis.1
C. Fungsi tuba eustachius
Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:
1. Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.
Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi membran timpani
harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi pendengaran. Dengan begitu tuba
Eustachius harus terbuka secara periodik untuk menyeimbangkan tekanan udara pada telinga
tengah. Normalnya tuba Eustachius tetap tertutup dan terbuka secara intermitten selama
menelan, mengunyah dan bersin. Sikap badan juga mempengaruhi fungsi, pembukaan tuba
kurang berguna pada posisi berbaring dan selama tidur dikarenakan pembendungan vena. Fungsi
tuba yang buruk pada bayi dan anak-anak bertanggung jawab pada masalah telinga pada
kelompok usia tersebut. Itu biasanya normal kembali pada usia 7-10 tahun.
2. Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi dari nasofaring.
Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke telinga tengah jika tuba
terbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran yang normal. Biasanya tuba Eustachius
tetap tetutup dan melindungi telinga tengah melawan suara tersebut. Tuba Eustachius yang
normal juga melindungi telinga tengah dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan
mudah jika diameter tuba lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran
timpani yang perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi
membran timpani). Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi nasofaring
ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.
3.Pembersihan sekresi telinga tengah
Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga tengah dilapisi oleh sel ciliated
columnar. Silia bergerak kearah nasofaring. Ini membantu untuk membersihkan sekresi dan
debris dalam telinga tengah ke arah nasofaring. Fungsi pembersihan dipengaruhi oleh
pembukaan dan penutupan yang aktif dari tuba.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gangguan Fungsi Tuba eustachius
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya
terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan kedudukannya lebih horizontal
dari tuba orang dewasa. Panjang tuba dewasa 37.5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah
17.5 mm.2
Gambar: Tuba Eustachius.
Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke
dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu
oleh otot tensor velli palatine apabila perbedaan tekanan berbeda Antara 20- 40 mmHg.
Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal, mioklonus
palatal, palatoskisis dan obstruksi tuba.2
1- Tuba terbuka abnormal
Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga
tengah waktu respirasi. Umumnya idiopatik tetapi dapat juga disebabkan oleh hilangnya jaringan
lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat dan kehamilan
terutama pada trimester ketiga diidentifikasi sebagai faktor predisposisi penting. Selain itu,
faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis,
gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan
penggunaan estrogen pada laki-laki.2,5
Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan atrofi otot (misalnya, stroke, multiple sclerosis,
penyakit motor neuron) juga mungkin terlibat. Pembentukan adhesi dalam nasofaring setelah
adenoidectomy atau radioterapi juga dapat mempengaruhi untuk terjadinya kelainan ini.. Faktor
predisposisi lainnya termasuk kelelahan, stres, kecemasan, latihan, dan sindrom sendi
temporomandibular.5,6
Insiden tuba terbuka abnormal adalah sebanyak 0,3-6,6%, dan 10-20% dari orang yang
mengalaminya mencari bantuan medis karena merasa begitu terganggu dengan gejalanya.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan biasanya terjadi pada
remaja dan orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.5
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri
terdengar lebih keras), sampai bisa terdengar bunyi napas sendiri dan bisa mengganggu
pertuturan. Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami stress
berat.Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka abnormal
memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah, perubahan tekanan
kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan tulang pendengaran. Beberapa pasien
mungkin mengalami kesulitan makan karena suara mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala
mungkin berhubungan dengan perubahan siklus yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius.
Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan kongesti mukosa yang terkait dengan cara
berbaring, menempatkan kepala di antara lutut, atau selama infeksi saluran pernapasan atas.2,5
Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa meringankan gejala.
Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup tabung eustachius, dan ini
dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka panjang. Dekongestan atau tabung
ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk gejala.
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada
respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi sekunder akibat
gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus.. Disebabkan tuba yang
terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat mudah dipindahkan ke telinga
tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa dilihat pada waktu inspirasi dan ekpirasi.
Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas setelah menutup lobang hidung yang
bersebelahan. Membran timpani bergerak ke medial pada waktu inspirasi dan ke lateral pada
waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan kecil pars flaccida terjadi, yang menghilang
ketika pasien terlentang.6
CT scan dalam bidang aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka
abnormal. CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien. Radiologi
hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi. Timpanometri dapat mendeteksi gerakan dari
membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien dalam posisi tegak. Suara
distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan mikrofon ditempatkan di
meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke ruang depan hidung dan
mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba terbuka abnormal, tingkat
tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat maksimum, karena tabung tidak menutup,
tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang ditransmisikan.5
Dalam kondisi normal, tabung eustachius ditutup dan hanya dibuka pada waktu menelan
atau autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor luminal dan
ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan lembab luminal,
dan tekanan jaringan ekstraluminal. Tonus otot tensor veli palatini melebarkan lumen jadinya
kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing dapat mengakibatkan tuba
terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan pembukaan abnormal yang disebabkan
oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya deposit lemak di daerah tabung eustachius.
Kehamilan mengubah tekanan pembukaan tabung eustachius karena perubahan tegangan
permukaan, estrogen yang bekerja pada prostaglandin E mempengaruhi produksi surfaktan.
Jaringan parut di ruang postnasal akibat adenoidectomy dapat menyebabkan traksi tuba dalam
posisi terbuka.5
Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan. Pasien
dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan gejala ringan (kebanyakan
pasien) perlu diinformasi saja. Pasien yang memiliki gejala selama kehamilan bebas gejala
setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal berikut:
Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang
Hindari diuretik
Berbaring atau meletakkan kepala lebih rendah ketika gejala terjadi
Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk beberapa
pasien. Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3 tetes tid) atau
obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah tid) telah digunakan untuk
menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius. Obat hidung yang mengandung asam
klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan efektif pada beberapa pasien.
Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan sedikit atau tidak ada efek
samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA) masih tertunda. Bila tidak
berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet).2,5,6
2- Mioklonus palatal
Merupakan satu kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodik. Terbagi
kepada essensial dan simptomatik. Hal ini menimbulkan bunyi “klik” dalam telinga pasien dan
kadang-kadang dapat terdengar oleh pemeriksa. Walaupun keadaanya seperti tremor, gerakannya
bersifat berulang-ulang daripada berosilasi dan hanya menggunakan otot agonis sahaja.
Penyebab kepada bunyi klik dari dalam telinga tidak diketahui tetapi lebih sering ditemukan
pada myoklonus palatal essensial yang bersifat idiopatik. Keadaan ini jarang terjadi dan
penyebab yang pasti belum diketahui.
3- Palatoskisis
Palatoschizis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Pada palatoskisis terjadi gangguan
abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba
eustachius dimana sfingter pada muara tuba Eustachii bekerja kurang baik. Hal ini menyebabkan
kemungkinan terjadinya obstruksi tuba yang menyebabkan infeksi ke telinga tengah pada anak
dengan palatoskisis, lebih besar dan lebih mudah kambuh dibandingkan dengan anak normal.
Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan koreksi palatoskisis sedini mungkin.
4- Obstruksi tuba
Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis media
supuratif, maupun otitis media non supuratif. Salah satu bentuk otitis media non-supuratif adalah
otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika dan pada orang yang
sering pilek. Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring, peradangan
adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada penyumbatan tuba oleh
tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu
setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan
adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat tejadi oleh tampon posterior
hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).
Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)
seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu
pembesaran adenoid.
Gambar . Obstruksi tuba Eustachian
Antara sebab lain terjadinya obstruksi tuba eustachius adalah adanya tekanan yang tiba-tiba di
bagian hujung sistem tuba eustachius. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah. Ini
menunjukkan bahwa cairan telinga tidak akan berjalan sehingga tekanan negative diberikan
perlahan-lahan pada tuba eusatachius. Namun begitu, jika tekanan negative diberikan secara tiba-
tiba, akan terjadi obstruksi istmus tuba secara tiba-tiba. Kejadian ini disebut locking
phenomenon.
Gambar. Gambaran locking phenomenon
Gambar . Ketidakberhasilan mekanisme pembukaan tuba pada anak
Pada anak, mekanisme pembukaan tuba eustachius saat menelan sering kali menjadi satu
permasalahan. Hal ini disebabkan oleh, 1) Persisten kolaps kartilago tuba eustachius 2) inefisien
muskulus tensor veli palatine 3) atau kedua-duanya.
B. Otitis Barotrauma (Aerotitis)
Merupakan keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk membuka.
Otitis barotrauma merupakan tipe paling sering barotrauma. Ia disebabkan oleh perbedaan
tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir. Pasien dengan perforasi membrane
timpani tidak akan mengenai barotrauma, melainkan telinga tengahnya terlokulasi. Ia
memerlukan perubahan tekanan yang nyata untuk mengakibatkan kondisi ini.2
Membrane timpani mempunyai 2 bagian; bagian media yang bisa kolaps dan bagian lateral yang
rigid, jadi udara dapat melewatinya tetapi tidak dapat disedot keluar. Maka perbedaan tekanan
tidak berlaku sewaktu pesawat naik karena tekanan telinga tengah cenderung lebih tinggi dari
tekanan atmosfir, tetapi berlaku sewaktu pesawat turun karena tekanan telinga tengah menurun
secara progresif berbanding tekanan atmosfir, maka udara seperti ditarik ke dalam tuba. Hal ini
tidak akan berlaku sekiranya tuba terbuka secara normal oleh gerakan otot. 3,4
Gambar . Ketidakseimbangan tekanan pada barotrauma
Gambar. Keadaan tuba eustachius pada barotrauma
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu
membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah, membrane
timpani tertarik ke dalam yang menyebabkan rasa nyeri. Membrane mukosa teregang, tersumbat
dan menjadi edema, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-
kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga
mastoid tercampur darah. Membrane timpani menjadi kurang elastis, menyebabkan hantaran
getaran suara berkurang, maka mengganggu pendengaran.2,3
Apabila fungsi tuba terganggu akibat inflamasi mukosa karena ISPA, alergi atau trauma, pada
peringkat awal pergerakan udara aktif ke telinga tengah terganggu, kemudian diikuti dengan
ventilasi pasif terganggu pada kasus yang lebih berat. Maka pasien dengan ISPA biasanya
mendapati bahwa telinga mampu beradaptasi sewaktu pesawat naik, tetapi nyeri bertambah
sewaktu pesawat mahu mendarat sekiranya menelan dan perasat gagal.3,4
Gejala klinik adalah kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, perasaan ada air dalam telinga dan
kadang- kadang tinnitus dan vertigo.
Table 1. Gred barotrauma telinga tengah pada pemeriksaan auriskopik
g membrane timpani
0 Gejala tanpa tanda- tanda kelainan
membrane timpani
1 Injeksi membrane timpani
2 Injeksi dengan perdarahan ringan dalam
membrane timpani
3 Perdarahan jelas pada membrane timpani
4 Darah bebas di telinga tengah, gegendang
kebiruan dan bulging.
5 Perforasi membrane timpani
Gambar . Kondisi membrane timpani pada otoskopi menurut gred barotrauma
Penatalaksanaan biasanya konservatif saja, yaitu dengan dekongestan local atau dengan
melakukan perasat Valsalva selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Perasat Valsalva
dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut
ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa ada udara masuk ke dalam rongga telinga tengah yang
menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi
jalan napas atas.3,4
Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa
minggu, maka dianjurkan untuk miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet).
Gambar. Pemasangan Pipa Grommet
Antara pengobatan dan pencegahan barotrauma adalah:
Antihistamin:dapat membataskan jumlah produksi mucus yang dihasilkan.
Contoh: Loratadine tablet 10 mg.
Dekongestan: mengeringkan mucus pada hidung.
Contoh: semprot xylometazoline- disemprotkan satu jam sebelum waktu pesawat
mendarat, kemudian disemprot lagi 5 menit kemudiannya. Setelah itu disemprot setiap 20
menit hingga mendarat.
Antibiotic: dapat mencegah infeksi telinga sekiranya barotrauma berat.
Pencegahan baraotrauma dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet atau melakukan
perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat. Jangan tidur
sewaktu pesawat mahu mendarat. Sebaliknya, lakukan aktivitas yang dapat membantu
pembukaan tuba (minum, menguap, makan permen, dsb). Hindari aktivitas menyelam atau
menaiki pesawat sekiranya lagi sedang infeksi saluran napas atas.3,4
Antara komplikasi yang berlanjutan adalah nyeri telinga bisa memburuk, namun jarang
menyebabkan kerusakan serius pada telinga. Kadangkala menyebabkan perforasi membrane
timpani, namun biasanya dapat menutup sendiri dalam beberapa minggu. Yang lain adalah
mudahnya terkena infeksi akut telinga,gangguan pendengaran atau vertigo. Prognosis biasanya
baik karena gangguan pendengaran biasanya bersifat sementara. Namun,sekiranya aktivitas
terkait perubahan tekanan dilakukan lagi, barotrauma dapat terjadi lagi. Oleh itu, pencegahan
adalah penting untuk mengatasi hal ini.
C. Otitis Media Non- Supuratif
Otitis media non supuratif atau nama lainnya otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis
media effusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear). Otitis media non supuratif
adalah suatu keadaan pada telinga tengah yang ditandai dengan terdapatnya secret yang
nonpurulen dengan membrane timpani masih utuh tanpa dsertai gejala-gejala perandangan. Jika
terdapat cairan ditelinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi
disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila cairan efusinya encer ia dipanggil juga
otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem ia disebut sebagai otitis media
mukoid (glue ear).2
Otitis media serosa dapat terjadi disebabkan beberapa faktor berikut :6
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang dapat disebabkan oleh :
Adenoid hipertrofi
Adenoitis
Sumbing palatum
Kronik rhinitis dan sinusitis
Tonsillitis kronik : pembesaran tonsil secara mekaniknya akan menganggu pergerakkan
soft palate dan akhirya menyebabkan gangguan pada pembukaan tuba eustachius.
Tumor di nasopharynx
Barotrauma
2. Allergi
Reaksi allergi menyebabkan edema pada mukosa tuba sehingga terjadi penyumbatan. Ia juga
menyebabkan meningkatnya aktiviti sekresi dari kelenjer di mukosa telinga tengah dan tuba
esutachius.
3. Unresolved otitis media
Pengobatan antibiotic yang tidak adekuat pada penderita otitis media supuratif akut
menyebabkan inaktivasi infeksi tetapi tidak menyembuhkan secara sempurna. Akan terdapat sisa
infeksi dari kuman jenis grade yang rendah didalam telinga sehingga kuman ini merangsang
mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah yang banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar
mucus juga meningkat.
4. Infeksi virus
Berbagai jenis virus pada saluran pernafasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan
merangsang peningkatan produksi sekret.2,6
Dalam kondisi normal, mukosa telinga tengah dalam secara konstan mengeluarkan sekret yang
akan dipindahkan oleh mukosiliari kedalam nasopharynx melalui tuba eustachius. Terdapatnya
gangguan pada fungsi tuba menyebabkan sekret tidak dapat keluar sehingga menumpuk didalam
telinga tengah. Pada dasarnya mekanisme terbentuknya OME disebabkan oleh :
1. Kegagalan fungsi tuba
Kegagalan fungsi tuba eustachius akan menghambar proses aerasi yaitu pertukaran udara
didalam telinga tengah dan juga proses menalirkan cairan dari telinga ke hidung juga terhambat.
2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah
Hasil biopsy mukosa telinga tengah pada penderita kasus OME didapatkan peningkatan jumlah
sel yang menghasilkan mucus atau serosa.6
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa akut dan
otitis media serosa kronik.2,6
1- Otitis media serosa akut
Otitis media akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :2
Sumbatan tuba yaitu pada keadaan tersebut terbentuknya cairan ditelinga tengah
disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-iba seperti pada barotrauma.
Virus : terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada
jalan napas atas.
Allergi
Idiopatik
Antara gejala klinik adalah:2,6
Gejala yang menonjol ialah pendengaran yang semakin berkurang
Rasa tersumbat pada telinga
Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacussis
binauralis)
Kadang-kadang terasa seperti terdapat cairan yan bergerak dalam telinga pada saat posisi
kepala berubah
Rasa sedikit nyeri dalam teinga dapat timbul pada saat awal tuba terganggu, yang
menyebabkan timbul tekanan negative pada teliga tengah seperti pada penderita
barotrauma, tetapi setelah sekret terbentuk nyeri akan hilang secara pelan-pelan. Rasa
nyeri dalam telinga tidak akan timbul jika penyebab OME adalah virus atau allergi.
Tinnitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada tetapi dalam bentuk yang ringan.
Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani retraksi. Membran timpani kelihatan
suram dan opak dengan berkurangnya reflex cahaya. Kadang-kadang ditemukan gelembung
udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani.Pada uji garputala : pada pemeriksaan garpu
tala dapat ditemukan tuli konduktif.
Pengobatan otitis media serosa akut terdiri daripada :2,6
a. Medika mentosa :
Pengobatan medical dapat diberikan obat vasokonstriktor local (tetes hidung), diberikan obat
antihistamin, serta pasar valsalva jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi dijalan napas atas.
b. Pembedahan :
Indikasi pembedahan pada otitis media serosa akut adalah apabila setelah pengobatan secara
medika mentosa selama 1 atau 2 minggu tetapi gejala masih menetap. Tindakan yang pertama
adalah melakukan miringitomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukankan miringitomi
bererta pemasangan pipa ventilasi (grommet).
2- Otitis media serosa kronik (glue ear)
Beda antara otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik ialah pada cara
terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba ditelinga tengah
dengan disertai rasa sakit pada telinga sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara
bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.2
Prevalensi otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak-anak manakala otitis media serosa
akut lebih sering pada terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa yang unilateral pada orang
dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma
nasopharynx.6
Sekret pada otitis media kronik dapat kental seperti lem maka ia sering disebut glue ear. Selain
itu ia juga sering terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh
sempurna.Gejala klinis biasanya perasaan tuli yang menonjol (40-50dB) oleh kerana adanya
sekret kental atau glue ear. Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani masih utuh,
retraksi, suram, berwarna kuning kemerahan atau keabu-abuan.
Pengobatan otitis media kronik adalah:2,6
a. Medika mentosa :
Pada kasus yang masih baru dapat diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti
histamine. Dekongestan peroral kadang-kadang bias berhasil. Pengobatan akan dilanjutkan
selama 3 bulan bila tidak berhasil barulah dilakukan tindakan operasi. Disamping itu iuga pasien
haruslah diobservasi untuk dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran
adenoid atau tonsil, infeksi hidung atau sinus.
b. Pembedahan :
Mengeluarkan sekret dengan cara miringitomi dan memasang pipa ventilasi (grommet).
Antara komplikasi pada kelainan otitis media efusi adalah:2,6
Infeksi telinga akut
Kista di telinga tengah
Kerusakan permanen dari telinga dengan hilang fungsi pendengaran yang parsial atau
sebahagian atau seluruhnya
Terbentuk skar pada membrane timpani (timpanosklerosis)
Kesulitan berbicara dan berbahasa
Kolesteatoma
D. Otitis Media Supuratif
1- Otitis Media Supuratif Akut
Definisi.
Otitis Media Akut (OMA), otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat
akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam
keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan
faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga
tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii.
Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau
peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak
semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media
akut juga semakin sering.
Etiologi
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama
bakteri.
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh
Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA,
walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang
membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran
Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.1,2
Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau
pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran
Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan
jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga
dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam
tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel
(bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel
(kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), otitis media juga
merupakan salah satu penyakit langganan anak.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal yaitu:
Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.
Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga
ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid
berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat
mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di
mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.2
Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak – anak
umumnya keluhan berupa:
rasa nyeri di telinga dan demam.
Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.
Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan
telinga terasa perih.
Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar
tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.
Terdapat lima stadium pada OMA yaitu stadium oklusi tuba, stadium hiperemis, stadium
supurasi, stadium perforasi, stadium resolusi.2
Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:
Penyakitnya muncul mendadak (akut)
Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
o menggembungnya gendang telinga
o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
o cairan yang keluar dari telinga
Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:
o kemerahan pada gendang telinga
o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga pada
bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan
muntah, serta rewel. Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak
spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang telinga
dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung,
perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan
di liang telinga. Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik
(pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan
pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara).
Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan
pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya
diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang
telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya
timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat
perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak
memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan
komplikasi.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk
membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.2,3
Tabel 2. Perbedaan OMA dan otitis media dengan efusi.
Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi
Nyeri telinga, demam, rewel + -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang menggembung +/- -
Gerakan gendang berkurang + +
Berkurangnya pendengaran + +
Penatalaksanaan
Berdasarkan American association of Pediatric (AAP) terdapat strategi penanganan terbaru tahun
2013 dengan beberapa penambahan spesifik pada strategi yang sedia ada yaitu :
Otitis media akut harus didiagnosis apabila terdapat bulging yang sedang atau berat pada
membrane timpani, atau otore onset baru bukan disebabkan oleh otitis eksterna akut.
Otitis media akut dapat didiagnosis apabila ada bulging yang ringan pada membrane
timpani dan nyeri telinga kurang dari 48 jam atau pada membrane timpani yang
hiperemis hebat. Pada anak yang belum berbicara, nyeri telinga ditandakan apabila
mereka memegang atau menggosok telinga.
Otitis media akut tidak boleh didiagnosis apabila otoskopi pneumatik dan atau
tympanometri tidak menunjukkan tanda efusi telinga tengah.
Penanganan harus melibatkan evaluasi nyeri telingan dan pengobatannya.
Antibiotik diresepkan untuk otitis media akut bilateral atau unilateral pada anak berusia
minimal 6 bulan dengan gejala ( otalgia sedang, berat atau otalgia 48 jam dan lebih, atau
suhu tubuh 39oC dan ke atas ) dan untuk OMA yang tidak berat bilateral pada anak
berusia 6 hingga 23 bulan.
Berdasarkan keputusan dan pertimbangan dokter dan persetujuan orang tua, pada anak
OMA tidak berat berusia 6 hingga 23 bulan atau pada anak yang lebih tua, dapat
ditangani sama ada dengan antibiotic atau follow-up ketat dan tidak menggunakan
antibiotic kecuali gejala tidak membaik atau memburuk dalam waktu 48 hingga 72 jam
dari permulaan timbul gejala.
Amoksisillin merupakan antibiotik pilihan kecuali anak itu telah pernah mendapat
antibiotic tersebut dalam masa 30 hari, atau mempunyai konjungtivitis purulen konkuren,
atau alergi terhadap penicillin. Pada keadaan tersebut, dokter harus meresepkan obat
tambahan B-laktamase.
Dokter harus reevaluasi anak dengan gejala yang memburuk atau tidak berespon dengan
antibiotic yang telah diberikan dalam waktu 48 hingga 72 jam dan mengubah pengibatan
jika ada indikasi.
Pada anak dengan OMA rekuren, tuba tympanostomy, dapat menjadi indikasi untuk
mengurangi frekuensi episode OMA, bukan pemberian anibiotik profilaksis.
Dokter patut merekomendasikan pemberian vaksin konjugasi pneumococcal dan
influenza tahunan pada anak berdasarkan jadwal imunisasi.
Pemberian ASI ekslusif untuk 6 bulan atau lebih harus digalakkan.
Tujuan terapi adalah meghilangkan gejala dan mengurangi rekurensi. Kebanyakan anak dengan
OMA 70 – 90 persen mengalami resolusi sendiri dalam masa 7 hingga 14 hari. Oleh sebab itu,
antibiotik tidak selalu harus diresepkan. Ini dapat mengurangi biaya dan juga mencegah
terjadinya resistensi antibiotik.4
2- Otitis Media Supuratif Kronik
Definisi
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya
sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.7
Epidemiologi
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25%
dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Survei prevalensi di
seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam haldefinisi penyakit, metode sampling
serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang
dengan telinga berair, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang
signifikan.7,8
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,rinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakanfaktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan
dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral
dan cell mediated dapat bermanifestasi sebagai sekresi cairan telinga kronis. 7,9
Penyebab OMSK antara lain:
Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan
erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah
memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel
udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer
atau sekunder.
Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan /
atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga
dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis
Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada
otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.
Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa
organisme lainnya.
Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus
dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan
pertumbuhan bakteri. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B. coli dan Aspergillus. Organisme dari
nasofaring diantaranya Streptococcus viridans.
Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media
kronis.
Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini
merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif
berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasiepitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas
sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari
perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis, antara
lain :
Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a) Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b) Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
Perforasi membran timpani yang menetap.
Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah.
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan
oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpanosklerosis.
Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
Patofisiologi
Adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang
hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama
terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius
berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang
relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran
nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering
menimbulkan OM berbanding pada orang dewasa. Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas,
bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan
terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah.
Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti
netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses
infeksi tersebut akan menambah permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran
sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang
dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi
sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa
berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified
respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi
ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh
darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke
bentuk lapisan epitel sederhana.7,9
Klasifikasi
Tipe aman
Ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas
dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi hal ini terutama patensi tuba
eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada
pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob,
luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous.Sekret mukoid
kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah.
Secara klinis tipe aman terbagi atas:
i. Fase aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman
masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa.
Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel
mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus
dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi
pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-
kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior
ii. Fase tenang
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang
dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
Tipe ganas
Tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Lebih sering mengenai pars flaksida
dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi di mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti
mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel menumpuk yang telah nekrotis.
Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
i. Kongenital
Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang
temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese,tuli saraf
berat unilateral, dan gangguan keseimbangan
ii. Didapat
Epitel skuamosa pada membrane timpani normalnya membuang lapisan sel-sel mati dan
tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong retraksi dan proses
pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan pada akhirnya membentuk
kolesteatoma. Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma
didapat,yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel.
Diagnosis
Otorrhea
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium
peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan
mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul.Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan
infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat
terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid
dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair
tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis.
Otalgia
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya
ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding
sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri telinga mungkin ada tetapi
mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis
Gangguan pendengaran
Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif
namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses
patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis. Apabila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari
20 db ini ditandai bahwa rantai dari tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari
rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati.
Pemeriksaan
Otoskopi
Diagnosis OMSK terutama pada verifikasi dari perforasi membran timpani yang mungkin
disertai keluarnya cairan. Ini dapat dilakukan dengan membersihkan liang telinga dari obstruksi
serumen, debris, benda asing, ataupun cairan, dengan tujuan memvisualisasikan membran
timpani. Letak perforasi sangat penting untuk diidentifikasi karena dapat menentukan tipe dari
OMSK. OMSK tipe aman = mukosa = benigna adalah dengan peradangan terbatas pada mukosa
sahaja, dan perforasi terletak di sentral. OMSK tipe ini jarang menimbulkan komplikasi
berbahaya dan tidak terjadi kolesteatoma. Pada OMSK tipe bahaya= tulang = maligna, dapat
disertai dengan kolesteatoma. Dan perforasi biasanya mengenai bagian marginal atau atik. Sering
terjadi komplikasi fatal pada OMSK tipe maligna.7
Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi dapat pula
dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga tengah. Pada
penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke
dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan
ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung
basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apeks kokhlea.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.Dengan
menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur,
biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat
operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.
Radiografi
Radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
- Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateraldan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateraldan
tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangatmembantu ahli
bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
- Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur.
- Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis Proyeksi ini
menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukanadanya
pembesaran akibat kolesteatom.
- Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab dan pada
stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta
mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga. Bila didiagnosis kolesteatom,
maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengawal
infeksi sebelum operasi. 7,10
Pada OMSK benigna tenang, keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya
dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang
serta gangguan pendengaran.8
Pada OMSK benigna aktif, prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah:8
Membersihkan liang telinga dan kavum timpani
Pemberian antibiotika :
a) antibiotika/antimikroba topikal
b) antibiotika sistemik
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian
dilakukan mastoidektomi.8
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :8
Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Miringoplasti
Timpanoplasti
Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)
Bagan 1: Alur tatalaksana OMSK7
Penyebaran Penyakit
Komplikasi OMSK terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang normal
dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama
ini adalah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran nafas, mampu melokalisasi
infeksi. Bila sawar ini runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan
sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Runtuhnya
periostium akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak
berbahaya. Apabila infeksi mengarah kedalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan
paresis n.fasialis atau labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural,
tromboflebitis sinus lateralis,meningitis dan abses otak. Bila sawar tulang terlampaui, suatu
dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada OMSK penyebaran
terjadi melalui erosi tulang. Sedangkan pada OMS akut atau suatu eksaserbasi akut perjalanan
biasanya melalui hematogen. Cara penyebaran lainnya adalah toksin masuk melalui jalan yang
sudah ada, misalnya melalui fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik,
dan duktus endolimfatik.Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan
penyebaran suatu infeksi telinga ke intracranial. 12,13
Diagnosis komplikasi yang mengancam
Pengenalan yang baik terhadap perkembngan suatu penyakit telinga merupakan prasyarat untuk
mengetahui timbulnya komplikasi. Bila dalam medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala
klinik dengan tidak berhentinya otorea, dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan
berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus diwaspadai kemungkinan
terjadinya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh,nyeri kepala atau adanya tanda
toksisitas seperti malaise, perasaan mengantuk (drowsines), somnolen atau gelisah yang menetap
dapat merupakan tanda bahaya. Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan
adanya keluhan mual, muntah yang proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama
terapi diberikan merupakan tanda komplikasi intrakranial. Pada OMSK, tanda-tanda penyebaran
penyakit dapat erjadi setelah sekret berhenti keluar, hal ini menandakan adanya sekret purulen
yang terbendung. Pemeriksaan radiologik dapat membantu memperlihatkan kemungkinan
kerusakan dinding mastoid, tetapi untuk yang lebih akurat diperlukan pemeriksan CT-Scan. Erosi
tulang merupakan tanda nyata komplikasi dan memerlukan tindakan operasi segera. CT scan
bermanfaat menegakkan diagnosis sehingga terapi dapat diberikan lebih ceoat dan efektif. Untuk
melihat lesi otak, misalnya abses otak, hidrosefalus dan lain-lain dapat dilakukan pemeriksaan
CT scan otak tanpa dan dengan kontras.
Klasifikasi komplikasi OMSK
Shambough (2003) membagi komplikasi otitis media sebagai berikut7,12,13:
1. Komplikasi intratemporal
a) Perforasi membran timpani
b) Mastoiditis akut
Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam
pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid. Walau dalam praktek
kejadian komplikasi ini rendah, pengobatan harus secepat dan seefektif mungkin untuk
menghindari komplikasi. Gejala klinis OMSK yang dicurigai MA antara lain otore
purulen kental dalam jumlah banyak dan bau, tak menunjukkan perbaikan setelah
pengobatan antibiotika selama dua minggu, nyeri belakang telinga. Pada pemeriksaan
fisik mungkin akan ditemukan granulasi di dinding superoposterior kanalis auditorius
eksterna, perforasi membran timpani, abses/fistel retroaurikula. Pada beberapa kasus
dapat dijumpai perluasan abses keruang/rongga dalam leher sekitar mastoid seperti
m.digastrikus, m.sternokleidomastoideus (Bezold’s mastoiditis) dan paralisis nervus
fasialis. Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto polos
mastoid Schuller maupun CT scan mastoid.
Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi; meliputi dua hal
penting :
Pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan sekret)
Antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman empirik
dari hasil kultur mikrobiologi.
c) Paresis n. Facialis
Nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis
padaotitis media akut. Pada otitis media kronis, kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh
kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis
tersebut.Pada OMSK tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa harus
menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik
d) Labirinitis
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin disebut labirinits umum (general),
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas
(labirinitis sirkumskripta) menyebabkan vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis
terjadi karena penyebaran infeksi ke ruangan perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis
yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berupa labirinitis
serosa difus dan labirinitis sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk
labirinitis akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus
e) Petrositis
Kira-kira sepertiga dari populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel-sel udara
sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa cara penyebaran infeksi dari telinga
tengah ke os petrosum. Yang sering ialah penyebaran langsung ke sel-sel udara tersebut.
Adanya pertositis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien otitis media terdapat
keluhan diplopia, karena kelemahan n.VI. sering kali disertai dengan rasa nyeri di
daerah parietal,temporal atau oksipital, oleh karena terkenanya n.V, ditambah dengan
terdapatnya otore yang persisten, terbentuklah suatu sindrom yang disebut sindrom
Gradenigo. Kecurigaan terhadap petrositis terutama bila terdapat nanah yang keluar
terus menerus dan rasa nyeri yan menetap pasca mastoidektomi. Pengobatan petrositis
ialah operasi serta pemberian antbiotika protokol komplikasi intrakranial. Pada waktu
melakukan operasi telinga tengah dilakukan juga eksplorasi sel-sel udara tulang
petrosum serta mengeluarkan jaringan patogen
2. Komplikasi ekstratemporal
a) Abses subperiosteal
3. Komplikasi intrakranial
a) Abses otak
Abses otak otogenik merupakan salah satu komplikasi intrakranial yang sering terjadi
pada otitis media supuratif kronik tipe maligna. Mortalitasnya masih sangat tinggi yaitu
sekitar 40%. Penyebaran infeksi melalui beberapa cara yaitu
melalui tegmen timpani yang membentuk temporal abses,
melalui sinus sigmoid ke fossa kranii posterior yang membentuk abses serebellum,
dari labirin ke sakkus endolimfatikus yang membentuk abses serebellum. Dapat
juga melalui vena-vena dan
melalui meatus akustikus internus. Pada kasus abses otak dimana Otitis Media
Suppurativa Kronik (OMSK) sebagai faktor predisposisi, abses sering berlokasi
pada lobus temporalis kemudian diikuti oleh abses pada serebellum. Dilaporkan
dari 96% abses otak,62% abses berlokasi pada lobus temporal dan 34% pada
serebellum.
b) Tromboflebitis
c) Hidrosefalus otikus
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan likuor serebrospinal yang hebat
tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor itu. Pada pemeriksaan terdapat edema papil,
keadaan ini dapat menyertai otitis media akut atau kronis. Gejala berupa nyeri kepala
yang menetap, diplopia, pandangan yang kabur, mual dan muntah. Keadaan ini
diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang mengakibatkan kegagalan
absorpsi likuor serebrospinal oleh lapisan araknoid
d) Empiema subdura
e) Abses subdura/ ekstradura
Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses eksradural biasanya
sebagai perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena. Gejalanya dapat berupa
demam , nyeri kepala dan penurunan kesadaran sampai koma pada pasien OMSK.
Gejala kelainan susunan saraf pusat bisa berupa kejang, hemiplegia dan pada
pemeriksaan terdapat tanda kernig positif. Pungsi lumbal perlu untuk membedakan
abses subdural dengan meningitis. Paa abses subdural pada pemeriksaan likuor
serebrospinal kadar protein biasanya normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada
abses ekstradural nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi, pada abses subdural
nanah harus dikeluarkan secara bedah saraf (neuro-surgical), sebelum dilakukan operasi
mastoidektomi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, William. Pendengaran dan keseimbangan. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed.
Jakarta: EGC; 2008.p. 79-85.
2. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Gangguan fungsi tuba eustachius. Kelainan telinga tengah.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. 6 th ed. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 64-5.
3. Jane NZ. Middle ear barotrauma. In Principles and practice of travel medicine. 2nd ed. UK:
John Wiley & Sons Ltd; 2013. p.370-1.
4. Mohammad M,Suhail M. Nonsuppurative otitis media and otitic barotrauma. In Textbook of
ear, nose and throat diseases.12th ed. New Delhi: JP Medical Ltd; 2013.p.58-60.
5. Alpen A.Patel. patology of eustachian tube treatment and management. e-medicine (serial
online) 2013 Mei 29 (cited 2013 Oct 30). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/858909-treatment#a1128
6. Dhingra. Disorder of middle ear. In: Diseases of ear, nose and throat. 4 th Edition. Reed
Elsevier; India : 2007.p. 59-65.
7. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Otitis media supuratif kronis. Kelainan telinga tengah, Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. 6 th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI; 2007.p. 69-74.
8. Acuin J. Chronic suppurative otitis media: Burden of illness and management options.
Geneva: World Health Organization; 2004
9. Vikram BK, Khaja N, Udayashankar SG, Venkatesha BK, Manjunath D. Clinico-
epidemiological study of complicated and uncomplicated chronic suppurative otitis media. J
Laryngol Otol. May 2008; 122(5): 442-6.
10. Kenna MA. Etiology and pathogenesis of chronic suppurative otitis media. Ann Otol Rhinol
Laryngol. 1988;97(Suppl 131):16-17.
11. Wright D, Safranek S. Treatment of otitis media with perforated tympanic membrane. Am
Fam Physician. Apr 15 2009;79(8):650- 4.
12. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Komplikasi otitis media supuratif. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta:Balai Penerbit FK-
UI; 2007:78 -85.
13. Smith JA, Danner CJ. Complications of chronic otitis media and cholesteatoma. Otolaryngol
Clin North Am. Dec 2006;39(6):1237-55.