23
MAKALAH GEODINAMIKA “TEKTONIK PULAU JAWA BAGIAN BARAT” OLEH: KELOMPOK II A.AGUSLIMI SHAFIRA PUTRI.AP H22112007 JAMALUDDIN H22112011 SATIA R.USMAN H22112010 AZALIATUL HIDAYAH H22112008 PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

Makalah Geodinamika

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAHGEODINAMIKATEKTONIK PULAU JAWA BAGIAN BARAT

OLEH:KELOMPOK II

A.AGUSLIMI SHAFIRA PUTRI.APH22112007JAMALUDDINH22112011SATIA R.USMANH22112010AZALIATUL HIDAYAHH22112008

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2014BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSecara garis besar perkembangan tektonik Pulau Jawa tidak berbeda banyak dengan perkembangan Pulau Sumatra. Hal ini disebabkan disamping keduanya masih merupakan bagian dari batas tepi lempeng Mikro Sunda, juga karena masih berada dalam sistim yang sama, yaitu interaksi konvergen antara lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia demgam lempeng Mikro Sunda.Unsur-unsur tektonik yang membentuk Pulau Jawa adalah:1. Jalur subduksi Kapur-Paleosen yang memotong Jawa Barat, Jawa Tengah dan terus ke timurlaut menuju Kalimantan Tenggara.2. Jalur magma kapur di bagian utara Pulau Jawa.3. Jalur magma Tersier yang meliputi sepanjang pulau terletak agak ke bagian Selatan.4. Jalur subduksi Tersier yang menempati punggungan bawah laut di selatan pulau Jawa.5. Palung laut yang terletak di selatan pulau Jawa dan merupakan batas dimana lempeng/ kerak samudra menyusup ke bawah pulau Jawa (jalur subduksi sekarang).B. Rumusan Masalah1. Jelaskan fisiografi Jawa Barat!2. Jelaskan stratigrafi Jawa Barat!3. Jelaskan stratigrafi regional Jawa Barat!4. Jelaskan struktur dan tektonik Jawa Barat!5. Jelaskan geologi regional Banten Selatan (fisiografi, stratigrafi, struktur dan tektonik)!C. TujuanAdapun tujuannya yaitu untuk menambah wawasan mengenai tektonik Pulau Jawa bagian Barat.BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. FISIOGRAFIDaerah Jawa Barat secara fisiografis dibagi menjadi enam zona berdasarkan karakteristik morfologi dan tatanan tektoniknya (Van Bemmelen, 1949), yaitu:1. Zona dataran pantai Jakarta, merupakan daerah relatif stabil yang terdiri dari endapan sedimen sungai berumur Eosen-Oligosen, ditutupi oleh endapan lahar gunungapi muda.2. Zona Bogor, terdiri dari endapan sedimen laut berumur Tersier yang telah terlipat dan ditutupi oleh endapan alluvial sungai, lahar dan endapan volkaniklastik yang berasal dari pegunungan di bagian selatan. Pada zona ini banyak ditemukan intrusi-intrusi berbentuk stok, hipabisal, yang menerobos batuan sedimen berumur Tersier.3. Zona Punggungan Depresi Tengah, zona ini terletak di sebelah barat daya Jawa Barat. Morfologi yang tampak pada zona ini adalah kubah dan punggungan yang berada pada zona deperesi tengah. Pegunungan Bayah yang tersusun oleh batuan yang terlipat pada awal Tersier berarah utara-selatan berupa tuf berumur Kuarter dan endapan alluvial.4. Zona Deperesi Tengah Jawa Barat (Zona Bandung), terdiri dari batuan Oligosen-Miosen yang ditutupi oleh endapan gunungapi kuarter dan endapan alluvial. Zona ini merupakan hasil suatu depresi antar pegunungan. Pegunungan yang membatasi depresi-depresi tersebut umumnya tersusun oleh batuan berumur Tersier. Zona ini juga merupakan puncak antiklin Jawa Barat berumur Plistosen yang kemudian runtuh setelah mengalami pengangkatan yang dilanjutkandengan proses sedimentasi yang mengisi dataran rendah ini oleh endapan gunungapi muda.5. Zona Gunung Api Kuarter, merupakan batas antara Zona Bogor dan Zona Bandug yang tersebar pada bagian tengah Jawa Barat dan juga berada pada batas Zona Bandung dengan Zona Pegunungan Selatan. Zona ini tersusun oleh endapan gunungapi berumur Kuarter.6. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat, terdiri dari morfologi dataran tinggi. Zona ini terbentang dari Pelabuhan Ratu hingga Nusa Kambangan, Cilacap. Zona ini dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Jampang, Pangalengan dan Karangnunggal. Zona Pegungungan Selatan Jawa Barat memiliki batas berupa perbukitan bergelombang pada lembah sungai Cimandiri, dan berbatasan langsung dengan dataran tinggi dari Pegunungan Selatan dengan beda ketinggian sekitar 200 meter. Batuan yang menyusun zona ini berupa batuan hasil letusan gunungapi berumur Oligosen-Miosen dan batuan sedimen berumur Tersier. Zona ini mengalami beberapa proses deformasi yaitu pada umur Paleogen Akhir, Miosen Tengah, dan Plio-Plistosen yang ketiga-tiganya berpa pengangkatan, intrusi dan aktivitas vulkanik.

Gambar 1. Peta Fisiografi Jawa Barat

Van Bemmelen (1949) menganggap Zona Bandung merupakan puncak geantiklin Jawa Barat, kemudian runtuh setelah pengangkatan. Daerah rendah ini kemudian terisi oleh endapan gunungapi muda berumur Kuarter (Gambar 2). Dalam Zona Bandung terdapat beberapa tinggian yang terdiri dari endapan sedimen tua yang menyembul di antara endapan vulkanik. Salah satu yang penting adalah G.Walat di Sukabumi dan Perbukitan Rajamandala di daerah Pandalarang.

Gambar 2. Penampang skematik selatan-utara Jawa Barat

2. STRATIGRAFI JAWA BARATMenurut Martodjodjo (1984), Jawa Barat dapat dibagi menjadi empat blok utama berdasarkan karakteristik penyebaran sedimen pembentuknya (Gambar 3), yaitu:

Gambar 3. Pembagian Blok Jawa Barat

1. Blok Jakarta-CirebonBatuan beku dan batuan metamorfosa derajat rendah merupakan bagian terbawah yang menyusun blok ini yang terbentuk pada Zaman tersier. Pada Tersier Bawah diendapkan batuan vulkanik dan lempung merah yang merupakan bagian dari Formasi Jatibarang, berumur Eosen Atas-Oligosen Bawah. Diatasnya diendapkan Formasi Cibulakan secara tidak selaras terdiri dari batulempung dan batugamping sisipan batu pasir yang mencirikan laut dangkal. Pada bagian atas Formasi Cibulakan diendapkan batu gamping Formasi Parigi, kemudian diatasnya diendapkan Formasi Subang bagian dari endapan laut dangkal. Setelah itu diendapkan Formasi Kaliwangu, Formasi Ciherang yang terdiri dari konglomerat dan endapan vulkanik berumur Resen. 2. Blok BogorBagian paling bawah yang menyusun blok ini adalah Formasi bayah berumur Oligosen tengah yang terdiri dari batupasir kuarsa, perselingan konglomerat dengan batulempung dan sisipan batubara. Formasi Batuasih yang berumur Oligosen Atas menutupi diatas Formasi Bayah dengan litologi batulempung dan batulanau. Diatas Formasi Batuasih diendapkan Formasi Rajamandal berumur Miosen Bawah batugamping terumbu dan kalkarenit.3. Blok BantenBlok ini sebagian besar merupakan endapan berumur Tersier yang terbagi atas batuan sedimen, batuan hasil aktivitas gunungapi, batuan terobosan dan batuan metamorf. Tebal satuan batuan diperkirakan dari beberapa meter hingga mencapai ribuan meter.4. Blok Pegunungan SelatanPengendapan awal blok ini merupakan Formsi Ciletuh yang memiliki ciri flysch dibagian bawah yang kemudian berubah menjadi endapan fluviatil bagian dari Formasi Bayah yang ditunjukkan oleh batupasir konglomeratan. Diatasnya diendapkan secara tidak selaras Formasi Jampang yang berumur Miosen Bawah yang terdiri dari breksi vulkanik. Dibagian barat diendapkan Formasi Cimandiri yang tersusun oleh endapan gravitasi, batugamping dan batupasir selanjutnya diatasnya diendapkan Formasi Bentang berupa batulempung dan batupasir yang mencirikan lingkungan laut dangkal-darat.

3. STRATIGRAFI REGIONALJawa Barat dibagi menjadi tiga mandala sedimentasi berdasarkan ciri sedimen pembentuknya selama Zaman Tersier, yaitu:1. Mandala paparan KontinenMandala sedimentasi ini terletak dibagian paling utara, dicirikan oleh endapan paparan, terdiri dari batugamping, batulempung, dan pasir kuarsa, pada lingkungan pengendapan yang umumnya laut dangkal. Mandala ini memiliki struktur geologi yang sederhana, umumnya akibat dari pengaruh pergerakan isostasi dari batuan dasar (basement).2. Mandala Cekungan BogorMandala sedimentasi ini dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang kebanyakan berupa fragmen batuan beku dan sedimen seperti andesit, basalt, tufa, dan batugamping.3. Mandala BantenMandala sedimentasi ini sebenarnya tidak begitu jelas, karena sedikitnya data data yang diketahui. Pada umur Tersier Awal, mandala ini lebih menyerupai Mandala Cekungan Bogor, sedangkan pada akhir-akhir Tersier cirinya sangat mendekati Mandala Paparan Kontinen.

Gambar 4. Mandala Sedimentasi Jawa Barat

4. STRUKTUR DAN TEKTONIK JAWA BARATProses tektonik yang terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda. Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), terdapat tiga pola struktur dominan yang berkembang di Pulau Jawa (Gambar 5), yaitu:

Gambar 5. Pola Struktur yang berkembang di Jawa Barat

1. Struktur dengan arah barat daya-timur laut (pola Meratus) yang diwakili oleh sesar Cimandiri, sesar naik Rajamandala serta sesar-sesar lainnya di daerah Purwakarta (Kapur Akhir-Eosen Awal).2. Struktur berarah utara-selatan (pola Sunda) banyak terdapat dibagian utara {ulau Jawa, arah sesar ini juga yang mengontrol batuan sedimen berumur Tersier. Salah satu sesar berarah utara-selatan memisahkan Blok Banten dari Blok Bogor dan Pegunungan Selatan. Kedudukannya sebagai unsur tektonik dinilai penting karena keberadaannya bukan saja memisahkan pola struktur yang berbeda, tetapi juga mengontrol pola pengendapan antara segmen Banten dan sekitarnya (Eosen Awal-Oligosen Awal).3. Struktur dengan arah timur-barat (pola Jawa). Pada umumnya pola ini merupakan pola sesar-sesar naik ke utara yang melibatkan sedimen tersier (Oligosen Akhir-Resen).

Menurut Martodjojo (1984) batuan tertua berumur Pra-Tersier yang terdiri dari batuan metamorf, vulkanik dan batuan beku. Pada Paleosen-Eosen Awal terbentuk kompleks mlange akibat proses penunjaman pada saat itu. Dibagian utara diendapkan batuan vulkanik Formasi Jatiberang sebagai endapan busur magmatik. Pada waktu yang sama diendapkan Formasi Ciletuh sebagai ponded deposits. Pada Eosen terjadi ketidakselarasan akibat kondisi benua, kemuadian dilanjutkan dengan pengangkatan diseluruh Jawa Barat pada Oligosen Awal. Pada saat Oligosen Akhir terjadi transgresi sebagai awal dari pembentukan Cekungan Bogor. Pada saat itu terendapkan Formasi Rajamandala yang didahului dengann pengendapan batuserpih karbonatan dari Formasi Batuasih. Pada zaman Miosen diendapkan sedimen laut dalam dengan mekanisme turbidit dan volcanic debris Formasi Citarum, kemudian berturut-turut Formasi Saguling. Formasi Bantargadung, Formasi Cigadung dan Formasi Cantayan. Kemudian terjadi pengangkatan pada Pliosen dan vulkanisme yang berlanjut sampai Pleistosen.

Gambar 6. Stratigrafi umum cekungan Bogor

Formasi Bayah adalah Formasi tertua dalam stratigrafi regional daerah penelitian. Kemudian diatasnya diendapkan lapisan batuan Oligocene dan Masigit and Tagogapu Limestones.

5. GEOLOGI REGIONAL BANTEN SELATANA. FISIOGRAFIMenurut pembagian zona berdasarkan Van Bemmelen (1949), secara fisiografi Banten Selatan masuk kedalam Zona Depresi Tengah Jawa Barat, Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Zona Bogor. Zona ini tersusun oleh batuan yang berumur Tersier, endapan gunungapi muda dan endapan sungai.Daerah ini umumnya mempunyai bentuk kubah, pematang dan beberapa gunungapi strato. Morfologi daerah ini dapat dibedakan dalam tiga satuan, yaitu: pegunungan, perbukitan, dan dataran rendah. Sungai dan alurnya ada yang bersifat tetap sementara dan berkala.B. STRATIGRAFI BANTEN SELATANBerdasarkan lembar Leuwidamar, batuan yang tersingkap berumur Eosen hingga Resen, terbagi atas batuan sedimen, batuan gunungapi, batuan terobosan dan batuan metamorf (Gambar 7).Stratigrafi Banten Selatan terbagi menjadi tiga jalur sedimentasi, yaitu:1. Jalur sedimentasi utara yang terdiri dari batuan sedimen Formasi Cimapag, Formasi Sareweh dan Formasi Badui berumur Miosen Bawah hingga Tengah, Jalur ini mengalami perlipatan lemah dan diterobos oleh intrusi berkomposisi dioritik.2. Jalur erupsi tengah didominasi oleh Formasi Cikotok yang berinterkalasi dengan Formasi Bayah, Formasi Cijengkol, dan Foramasi Citarate.3. Jalur sedimentasi selatan dicirikan oleh kehadiran endapan sedimen Formasi Bayah, Formasi Cijengkol, dan Formasi Citarate berumur Eosen sampai Miosen. Daerah ini mengalami perlipatan kuat yang diikuti oleh pembentukan sesar-sesar naik dan mendatar.Satuan batuan tertua adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen sampai Resen. Formasi ini terbagi atas tiga anggota satuan batuan yaitu anggota Konglomerat yang terendapkan pada lingkungan paralik dengan ciri sedimen klastika kasar kemudian anggota Batulempung yang terendapkan pada lingkungan neritic yang umumnya berupa Batulempung-napal, dan anggota Batugamping yang menjemari dengan anggota Batulempung.Diatas Formasi Bayah terendapkan secara selaras Formasi Cicarucup berumur Eosen Akhir di lingkungan paralik sampai litoral berupa endapan vulkanik dengan perselingan batugamping. Formasi ini menjemari dengan Formasi Cikotok yang tersusun oleh batuan gunungapi andesit-basalt pada lingkungan laut dangkal dan bersama dengan Formasi Bayah tertindih tak selaras oleh Formasi Cijengkol yang tersusun oleh batupasir. Formasi ini terdiri dari anggota Batupasir, anggota Batugamping dan anggota Napal. Pada bagian atas Formasi Cijengkol diendapkan secara selaras Formasi Citarate yang berumur Miosen Awal. Formasi ini terdiri dari Batugamping yang diendapkan dilingkungan laut dan batuan klastik tufaan dilingkungan laut dangkal-darat. Pada umur Oligosen Awal terjadi intrusi batuan beku yang berlangsung hinga Miosen Awal berupa andesit tua ynag mengintrus Formasi Cijengkol dan Formasi Citarate. Diatas Formasi Citarate diendapkan secara selaras Formasi Cimpag, terdiri dari Batupasir, Batulempung yang mencirikan laut dangkal.Diatas Foramsi Cimpag terdapat Formasi Sareweh berumur Miosen Tengah. Bagian bawah Formasi Sareweh berpa anggota Batugamping yang terendapkan pada lingkungan laut dan anggota Batulempung dibagian atas. Seluruh Formasi ini tersingkap didaerah Banten Selatan. Endapan neogen tersingkap di utara Blok Banten yang terdiri dari endapan-endapan laut dangkal, peralihan, dan darat yang berumur Miosen hingga resen. Endapan ini dimulai dari Foramsi Badui dan pada bagian atasnya diendapkan secara berturut-turut Formasi Bojongmanik, Formasi Genteng, Formasi Cipacar dan Formasi Cilegong.

Gambar 7. Staratigrafi Daerah Banten SelatanC. STRUKTUR DAN TEKTONIK BANTEN SELATANDi daerah yang termasuk dalam lembar Leuwidamar tektonik dan struktur yang terbentuk terbagi dalam tiga wilayah, yaitu: utara, tengah dan selatan. Secara umum struktur yang ada pada daerah ini berarah barat-timur, utara-selatan dan timur laut-barat daya. Pada beberapa tempat terdapat intrusi batuan beku seperti diorite, dasit dan andesit.Pada kala eosin, daerah bagian Selatan diduga merupaka cekungan laut dan sebagian darat, yang didalam cekungan tersebut diendapkan Formasi Bayah. Evolusi tektonik dan struktur diperkirakan dimulai dari Oligo-Miosen hingga Plistosen Tengah. Struktur yang terbentuk terdiri dari berbagai jenis sesar dan lipatan. Sumbu lipatan dan lipatan busur berarah timur-barat, barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Jurus sesar berarah utara-selatan, barat-timur, tenggara-barat laut dan timur laut-barat daya.Pada zaman Plistosen Tengah, setempat terjadi orogenesa yang menyebabkan terjadinya perlipatan dengan arah timur-barat dan timur laut-barat daya, sesar turun, sesar geser dengan arah utara-selatan, timur laut-barat daya.

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Perkembangan tektonik Pulau Jawa tidak berbeda banyak dengan perkembangan Pulau Sumatra. Daerah Jawa Barat secara fisiografis dibagi menjadi enam zona berdasarkan karakteristik morfologi dan tatanan tektoniknya (Zona dataran pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Punggungan Depresi Tengah, Zona Deperesi Tengah Jawa Barat (Zona Bandung), Zona Gunung Api Kuarter, Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat). Jawa Barat dapat dibagi menjadi empat blok utama berdasarkan karakteristik penyebaran sedimen pembentuknya (Blok Jakarta-Cirebon, Blok Bogor, Blok Banten, Blok Pegunungan Selatan). Jawa Barat dibagi menjadi tiga mandala sedimentasi berdasarkan ciri sedimen pembentuknya selama Zaman Tersier (Mandala paparan Kontinen, Mandala Cekungan Bogor, Mandala Banten). Terdapat tiga pola struktur dominan yang berkembang di Pulau Jawa (Struktur dengan arah barat daya-timur laut (pola Meratus), Struktur berarah utara-selatan (pola Sunda), Struktur dengan arah timur-barat (pola Jawa)). Secara fisiografi Banten Selatan masuk kedalam Zona Depresi Tengah Jawa Barat, Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Zona Bogor. Stratigrafi Banten Selatan terbagi menjadi tiga jalur sedimentasi (Jalur sedimentasi utara, Jalur erupsi tengah, Jalur sedimentasi selatan).

B. SaranSebagai penulis, kami menyarankan agar para pembaca yang ingin mengetahui lebih rinci tektonik Jawa Barat agar mencari sumber yang lebih banyak lagi karena yang kami jelaskan hanya secara umumnya.