MAKALAH GERAKAN MUHAMMADIYAH

  • Upload
    shella

  • View
    294

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH GERAKAN MUHAMMADIYAH GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM DI NUSANTARA

Disusun Oleh : KELOMPOK : 11. NURHIDAYATI2. NOVA NOVLITA

Kelas : Biologi V C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU2014

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini izinkanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan makalah ini agar dapat selesai tepat waktu. Akhirnya dengan penuh kesadaran bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam makalah ini. Namun harapan saya hendaknya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta dapat mencapai sasaran yang kita inginkan. Hasil makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi atau penunjang bagi rekan- rekan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Bengkulu, Oktober 2014

PenyusunKelompok 1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan ...............................................................................................................BAB II PEMBAHASAN2.1 pengertian pembaharuan.................................................................................2.2 Landasan dan ruang lingkup pembaharuan....................................................2.3 Gerakan pembaharuan islam oleh ibnu taimiyah...........................................2.4 Gerakan pembaharuan islam oleh muhammad bin abdul wahab...................2.5 Gerakan pembaharuan islam oleh jamaluddin al-afghani.............................

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 3.2 Saran ............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang MasalahModernisasi mengandung pengertian pemikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, intuisi-intuisilama dan sebagainya. Agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat dan keadan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.Karena terpuruknya nilai-nilai pendidikan dilatar belakangi oleh kondisi internal Islam yang tidak lagi menganggap ilmu pengetahuan umum sebagai satu kesatuan ilmu yang harus diperhatikan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif oleh kaum barat yang pada masa lalu tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan Islam. Pertama, faktor internal yaitu faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu system yang benar-benar bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah. Kedua, faktor eksternal adanya kontak Islam dengan kaum barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan pragmatis umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada kaum barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.Namun bukan berarti pembaharuanIslammengubah isi Al-Quran dan Hadits.

1.2Perumusan Masalah1.Apa pengertian pembaharuan ?2.Bagaimana landasan dan ruang lingkup pembaharuan ?3.Bagaimana gerakan pembaharuan Islam oleh Ibnu Taimiyah ?4.Bagaimana gerakan pembaharuan Islam oleh Muhammad bin Abdul Wahab ?5.Bagaimana gerakan pembaharuan Islam oleh Jamaluddin Al-Afghani ?

1.3Tujuan Penulisan MakalahSesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisanmakalahiniadalah :1.Untuk mengetahui pengertian pembaharuan.2.Untuk mengetahui landasan dan ruang lingkup pembaharuan.3.Untuk mengetahui gerakan pembaharuan Islam oleh Ibnu Taimiyah.4.Untuk mengetahui gerakan pembaharuan Islam oleh Muhammad bin Abdul Wahab.5.Untuk mengetahui gerakan pembaharuan Islam oleh Jamaluddin Al-Afghani.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1Pengertian PembaharuanPembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan Islam dengan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi madern.Dalam bahasa Arab, gerakan pembaharuan Islam disebuttajdd. Secaraharfiahtajddberarti pembaharuan dan pelakunya disebutmujaddid. Dalam pengertiantersebut, sejak awal sejarahnya, Islam sebenarnya telah memiliki tradisi pembaharuan. Sebabketika menemukan masalah baru, kaum muslim segera memberikan jawaban yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasarAl-Qurandan sunnah.[2]Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini(Islam)pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki-memperbaharuiagamanya (HR. Abu Daud).Meskipun demikian, istilah ini baru terkenal dan populer pada awal abad ke-18. tepatnya setelah munculnya gaung pemikiran dan gerakan pembaharuan Islam, menyusul kontak politik dan intelektual dengan Barat. Pada waktu itu, baik secvara politis maupun secara intelektual, Islam telah mengalami kemunduran, sedangkan Barat dianggap telah maju dan modern. Kondisi sosiologis seperti itu menyebabkan kaum elit muslim merasa perlu uintuk melakukan pembaharuan.Dari katatajdidselanjutnya muncul istilah-istilah lain yang pada dasarnya lebih merupakan bentuktajdid. Diantaranya adalahreformasi, purifikasi, modernismedan sebagainya. Istilah yang bergam itu mengindikasikan bahwa hal itu terdapat variasi entah pada aspek metodologi, doktrin maupun solusi, dalam gerakantajdidyang muncul di dunia Islam.Secara geneologis, gerakan pembaharuan Islam dapat ditelusuri akarnya pada doktrin Islam itu sendiri. Akan tetapihsl tersebutmendapatkan momentum ketika Islam berhadapan dengan modernitas pada abad ke-19. Pergumulanantara Islam dan modernitas yang berlangsung sejak Islam sebagai kekuatan politik mulai merosot pada abad ke-18 yang menyita banyak energi dikalangan intelektual muslim. Kaitan agama dengan modernitas memang merupakan masalah yang pelik, lebih pelik dibanding dengan masalah-masalah dalam kehidupan lain. Hal ini karena agamadandoktrin yang bersifat absolut, kekal, tidak dapat diubah, dan mutlakkebenarannya. Sementara pada saat yang sama perubahan dan perkembangan merupakan sifat dasar dan tuntutan modernitas atau lebih tepatnya lagi ilmu pengerahuan dan teknologi.

2.2Landasan dan Ruang Lingkup PembaharuanLandasan PembaharuanDi antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan historis.Landasan TeologisMenurut Achmad Jainuri dikatakan bahwa ide tajdid berakar pada warisan pengalaman sejarah kaum muslimin. Warisan tersebut adalah landasan teologis yang mendorong munculnya berbagai gerakan tajdid (pembaruan Islam). Selanjutnya,landasan teologis itu terformulasikan dalam dua bentuk keyakinan, yaitu :1.Keyakinan bahwa Islam adalah agama universal (universalisme Islam). Sebagai agama universal, Islam memiliki misi rahmah li al-alamin, memberikan rahmat bagi seluruh alam. Universalitas Islam ini dipahami sebagai ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan, mengatur seluruh ranah kehidupan umat manusia, baik berhubungan dengan habl min Allah (hubungan dengan sang khalik), habl min al-nas (hubungan dengan sesama umat manusia), serta habl min al-alam (hubungan dengan alam lingkungan). Dengan terciptanya harmoni pada ketiga wilayah hubungan tersebut, maka akan tercapai kebahagiaan hidup sejati di dunia dan di akherat, karena Islam bukan hanya berorientasi duniawi semata, melainkan duniawi dan ukhrawi secara bersama-sama.Konsep universalisme Islam itu meniscayakan bahwa ajaran Islam berlaku pada setiap waktu, tempat, dan semua jenis manusia, baik bagi bangsa Arab, maupun non Arab dalam tingkat yang sama, dengan tidak membatasi diri pada suatu bahasa, tempat, masa, atau kelompok tertentu. Dengan ungkapan lain bahwa nilai universalisme itu tidak bisa dibatasi oleh formalisme dalam bentuk apapun.Universalisme Islam juga memiliki makna bahwa Islam telah memberikan dasar-dasar yang sesuai dengan perkembangan umat manusia. Namun demikian, tidak semua ajaran yang sifatnya universal itu diformulasikan secara rinci dalam al-Quran dan al-Sunnah. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk menginterpretasikannya agar sesuai dengan segala tuntutan perkembangan sehingga konsep universalitas Islam yang mencakup semua bidang kehidupan dan semua jaman dapat diwujudkan, atau diperlukan upaya rasionalisasi ajaran Islam.Senada dengan hal di atas, Din Syamsudin mengatakan bahwa watak universalisme Islam meniscayakan adanya pemahaman selalu baru untuk menyikapi perkembangan kehidupan manusia yang selalu berubah. Islam yang universal-shalih li kulli zaman wa makan-menuntut aktualisasi nilai-nilai Islam dalam konteks dinamika kebudayaan. Kontekstualisasi ini tidak lain dari upaya menemukan titik temu antara hakikat Islam dan semangat jaman. Hakikat Islam yang rahmah li al-alamin berhubungan secara simbiotik dengan semangat jaman, yaitu kecondongan kepada kebaruan dan kemajuan.Selanjutnya juga dikatakan bahwa pencapaian cita-cita kerahma-tan dan kesemestaan sangat tergantung kepada penemuan-penemuan baru akan metode dan teknik untuk mendorong kehidupan yang lebih baik dan lebih maju. Din Samsudin mengatakan bahwa keuniversalan mengandung muatan kemodernan. Islam menjadi universal justru karena mampu menampilkan ide dan lembaga modern serta menawarkan etika modernisasi.2.Keyakinan bahwa Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah Swt, atau finalitas fungsi kenabian Muhammad Saw sebagai seorang rasul Allah. Dalam keyakinan umat Islam, terpatri suatu doktrin bahwa Islam adalah agama akhir jaman yang diturunkan Tuhan bagi umat manusia; yang berarti pasca Islam sudah tidak ada lagi agama yang diturunkan Tuhan; dan diyakini pula bahwa sebagai agama terakhir, apa yang dibawa Islam sebagai suatu yang paling sempurna dan lengkap yang melingkupi segalanya dan mencakup sekalian agama yang diturunkan sebelumnya. Al-Quran adalah kitab yang lengkap, sempurna, dan mencakup segala-galanya; tidak ada satupun persoalan yang terlupakan dalam al-Quran. Keyakinan yang sama juga terhadap keberadaan Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi akhir jaman (khatam al-anbiya), yang tidak akan lahir (diutus) lagi seorang pun Nabi setelah Nabi Muhammad Saw, dan risalah yang dibawa Muhammad diyakini sebagai risalah yang lengkap dan sempurna.Menurut Achmad Jainuri bahwa keyakinan akan Muhammad sebagai Nabi penutup hendaknya dipahami bahwa berhentinya fungsi kenabian bukan berarti terputusnya petunjuk Tuhan kepada umat manusia. Kondisi ini mengacu pada ide bahwa setelah fungsi keNabian Muhammad selesai, secara fungsional, peran ulama dipandang sangat penting untuk memelihara dinamika ajaran Islam. Hal ini dipandang tidaklah berlebihan karena ulama adalah pewaris para nabi (alulama waratsah al-anbiya). Dari kalangan ulama itulah muncul para mujaddid yang secara fungsional memelihara dinamika ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad Saw sebagai pengemban risalah terakhir dari Tuhan. Dengan perkataan lain bahwa kontinuitas petunjuk agama Wahyu dari Nabi Adam hingga Muhammad melalui para Nabi, sedangkan dari Muhammad ke penerusnya melalui para mujaddid yang secara institusional dimanifestasikan dalam berbagai ragam pemikiran serta gerakan tajdid.Landasan NormatifLandasan normatif yang dimaksud dalam kajian ini adalah landasan yang diperoleh dari teks-teks nash, baik al-Quran maupun al-Hadis. Banyak ayat al-Quran yang dapat dijadikan pijakan bagi pelak-sanaan tajdid dalam Islam karena secara jelas mengandung muatan bagi keharusan melakukan pembaruan. Di antaranya surat al-Dluha: 4. Sesungguhnya yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang dahulu, Ayat lainnya adalah surat ar-Rad: 11, Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sehingga mengubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri.Dari ayat di atas, nampak jelas bahwa untuk mengubah status umat dari situasi rendah menjadi mulia dan terhormat, umat Islam sendiri harus berinisiatif dan berikhtiar mengubah sikap mereka, baik pola pikirnya maupun perilakunya. Dengan demikian, maka kekuatan-kekuatan pembaru dalam masyarakat harus selalu ada karena dengan itulah masyarakat dapat melakukan mekanisme penyesuaian dengan derap langkah dinamika sejarah.Sementara itu, dalam hadis Nabi dapat kita temukan adanya teks hadis yang menyatakan bahwa Allah akan mengutus kepada umat ini pada setiap awal abad seseorang yang akan memperbarui (pema-haman) agamanya. Menurut Achmad Jainuri, dikalangan para pakar terdapat perbedaan interpretasi mengenai kataala rasi kulli miati sanah(setiap awal abad) ini berkaitan dengan saat munculnya sang mujaddid. Sebagian lain mengkaitkan dengan tanggal kematian. Hal ini sesuai dengan tradisi penulisan biografi dalam Islam yang biasanya hanya menunjuk tanggal kematian seseorang. Jika arti kata tersebut dikaitkan dengan tanggal kelahiran, maka sulit dipahami karena sebagian merekayang disebutkan dalam daftar literatur sejarah Islamtelah meninggal dunia pada awal abad, yang berarti bahwa mereka belum melakukan pembaruan. Atas dasar ini, maka sebagian lagi memahami dalam pengertian yang lebih longgar dan menyatakan bahwa yang penting mujaddid yang bersangkutan hidup dalam abad yang dimaksud. Terlepas dari adanya perdebatan sebagaimana di atas (dalam memaknai awal abad), yang jelas bahwa ide tajdid dalam Islam memiliki landasan normatif dalam teks hadis Nabi.Landasan HistorisDi awal perkembangannya, sewaktu nabi Muhammad masih ada dan pengikutnya masih terbatas pada bangsa Arab yang berpusat di Makkah dan Madinah, Islam diterima dan dipatuhi tanpa bantahan. Semua penganutnya berkata:samina wa athana. Dalam perkembangannya, Islam baik secara etnografis maupun geografis menyebar luas, dari segi intelektual pun membuahkan umat yang mampu mengembangkan ajaran Islam itu menjadi berbagai pengetahuan, mulai dari ilmu kalam, ilmu hadis, ilmu fikih, ilmu tafsir, filsafat, tasawuf, dan lainnya, terutama dalam masa empat abad semenjak ia sempurna diturunkan. Umat Islam dalam periode itu dengan segala ilmu yang dikembangkannya, berhasil mendominasi peradaban dunia yang cemerlang, sampai mencapai puncaknya di abad XII-XIII M, di masa inilah, ilmu pengetahuan ke-Islaman berkembang sampai puncaknya, baik dalam bidang agama maupun dalam bidang non agama. Di jaman itu pula para pemikir muslim dihasilkan. Mereka telah bekerja sekuat-kuatnya melakukan ijtihad sehingga terbina apa yang kemudian dikenal sebagai kebudayaan Islam.Setelah melalui kurun waktu lebih kurang lima abad sampai ke puncak kejayaannya, sejarah kemajuan Islam mengalami kemandekan; Islam menjadi statis atau dikatakan mengalami kemunduran. Masa demi masa kemundurannya semakin terasa. Pintu ijtihad dinyatakan tertutup digantikan dengan taklid yang merajalela sampai menenggelamkan umat Islam ke lubuk yang terdalam pada abad ke XVIII. Meskipun demikian, upaya pembaruan senantiasa terjadi, di mana dalam suasana seperti digambarkan di atas, yaitu sejak abad XIII M (peralihan ke abad XIV M) Ibn Taimiyah telah tampil membendung-nya (melakukan pembaruan).Pembaruan yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, ditujukan kepada tiga sasaran utama yaitu, sufisme, filosof yang mendewakan rasionalisme, teologi asyariyah yang cenderung pasrah kepada kehendak Tuhan dan totalistik. Ketiganya dipandang sebagai menyimpang dari ajaran Islam sehingga di dalam memberikan kritik selalu dibarengi seruan kepada umat Islam agar kembali kepada al-Quran dan Sunnah serta memahaminya. Dalam perkembangan sejarahnya bahwa gerakan pembaruan pasca Ibnu Taimiyah terus mengalami dinamisasi, dan kontinuitasnya, serta mengalami beberapa variasi corak dan penekanannya masing-masing sesuai dengan konteks waktu, tempat, dan problem yang dihadapi. Gerakan-gerakan pembaruan itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gerakan pembaharuan pra-modern dan gerakan pembaharuan pada masa modern.Gerakan pembaharuan pra-modern (pasca Ibnu Taimiyah), mengambil bentuknya terutama pada abad XVII dan XVIII M. Sementara itu, gerakan modern terutama dimulai pada saat jatuhnya Mesir di tangan Napoleon Bonaparte (1798-1801 M), yang kemudian menginsafkan umat Islam tentang rendahnya kebudayaan dan peradaban yang dimilikinya, serta memunculkan kesadaran akan kelemahan dan keterbelakangan.Walaupun gerakan pembaruan Islam secara garis besarnya terbagi dalam dua batasan dekade yaitu pra-modern (abad XVII dan XVIII M) dan modern (mulai abad XIX M), tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Fazlur Rahman bahwa gerakan pembaruan yang dilancarkan pada abad tersebut pada dasarnya menunjukkan karakteristik yang sama dengan gagasan pokok Ibnu Taimiyah yang dipandang sebagai bapak tajdid, yaitu gerakan-gerakan pembaruan tersebut mengedepankan rekontruksi sosio-moral masyarakat Islam sekaligus melakukan koreksi sufisme yang terlalu menekankan individu dan mengabaikan masyarakat.Adanya karakteristik yang sama pada gerakan-gerakan pembaruan Islam, baik pra-modern maupun modern tersebut, dapat dilihat misalnya pada abad XVII M. Syaikh Ahmad Sirhindi telah meletakan dasar teori reformasi yang sama dengan Ibnu Taimiyah, juga menekankan pelaksanaan ajaran syariah dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian gerakan wahabiah pada abad XVIII M yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahab dipandang lebih radikal dan tidak mengenal kompromi terhadap semua pengaruh yang non Islam terhadap amal ibadah. Gerakan-gerakan serupa juga muncul di kawasan dunia Islam lainnya. Shah Waliyullah di India abad XVIII M, juga melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Syaikh Ahmad dalam sikapnya terhadap ajaran sufi yang menyimpang. Namun, yang membedakannya dengan pendahulunya, gerakan Shah Waliyullah juga memasuki dunia kehidupan sosial politik, di mana ia menentang ketidakadilan sosial ekonomi yang menimpa rakyat, mengkritik beban pajak yang ditanggung oleh kaum petani, serta menyerukan kaum muslimin untuk menegakkan sebuah negara teritorial di India yang menyatu ke dalam bentuk sebuah kekaisaran yang bersifat internasional.Gerakan pembaruan pra-modern dengan dasar kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah serta ijtihad sebagaimana di atas, juga me-warnai gerakan pembaruan pada era modern (abad XIX dan XX M). Sebagai misal, gerakan pembaruan yang digerakkan dan dicetuskan oleh Muhammad Abduh, yang dirumuskan dalam empat aspek yaitu: pertama, pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan pengamalan yang tidak benar (bidah dan khufarat); kedua, pembaruan sistem pendidikan tinggi Islam; ketiga, perumusan kembali doktrin Islam sejalan dengan semangat pemikiran modern; keempat, pembelaan Islam terhadap pengaruh-pengaruh dan serangan-serangan Eropa.Apa yang dilakukan oleh Abduh di atas, menunjukan adanya karakteristik yang sama dengan era sebelumnya, yaitu adanya purifikasionis-reformis. Apa yang dilakukan Abduh hanya sebagai salah satu contoh, tentunya dapat ditemukan juga dalam gerakan dan pemikiran yang dilakukan oleh tokoh lainnya.Berkaitan dengan kesinambungan karakteristik gerakan pem-baruan Islam baik pra-modern dan modern, menurut Voll dapat terlihat pula pada tiga bidang atau tema yang digelorakan, yaitu: pertama, seruan untuk kembali kepada penerapan ketat al-Quran dan Sunnah Nabi; kedua, keharusan adanya ijtihad; ketiga, penegasan kembali keaslian dan keunikan pengalaman Quran yang berbeda dengan cara-cara sintesa dan keterbukaan pada tradisi Islam lainnya.Uraian di atas menunjukan bahwa ide pembaruan Islam yang berlandaskan teologis dan normatif, secara historis menunjukkan relevansi dengan kedua landasan tersebut (teologis dan normatif). Oleh karenanya, gerakan tajdid (pembaruan Islam) memiliki akar historis yang kuat sebagai pijakan bagi kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang akan datang.Ruang Lingkup Pembaharuan1.Pra ModernisKelompok pembaharu pra modernis dan yang se-ide dengannya lebih menekankan pada aspek pemurnian ajaran Islam dalam bidang akidah, syariah, dan akhlaq dari subversi ajaran yang bukan Islam dan tidak dapat di-Islamkan. Meskipun demikian mereka tidak melupakan aspek politik dan sosial ekonomi.2.Modernis KlasikKelompok modernis klasik sudah lebih jauh me-langkah dari apa yang diperjuangkan oleh kekom-pok pra-modernis. Mereka bukan hanya sekedar mere-kontruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan teta-pi sudah sampai pada tahap membicarakan mana yang disebut ajaran dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar atau hanya furu. Mereka melakukan reaktuali-sasi penafsiran dan pemahaman Kitab suci dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadis secara tajam. Di antara mereka ada yang bersikap hati-hati terhadap penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad Abduh misalnya, dan ada yang meno-lak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti Sayyid Ahmad Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang masalah eko-nomi, kenegaraan, penafsiran kontekstual dan mengam-bil metode modern dalam kalian-kajiannya.3.Pasca ModernisPasca modernis dapat pula kita katakan sebagai neo revivalisme yang menekankan pembaharuan pada bidang politik dan pendidikan. Mereka, para pembaharu ini ingin agar adanya identitas khusus yang Islami; mereka berbeda dengan kaum modern klasik dan pra modernis.Demikianlah pembaharuan dalam Islam, dengan berbagai variasinya dapat membangkitkan umat Islam dari kevakinan Intelektual dan kerusakan akidah. Pembaharuan yang dimulai di dunia Arab menghembuskan angin segar ke seantero dunia Islam, sehingga kaum muslimin menemukan kembali identitas dirinya dan mampu pula membebaskan dirinya dari penjajahan dan kolonialisme Barat.Ruang Lingkup Pembaharuan Dalam Dunia Islam1.Dibidang aqidah dan ibadah, pembaharuan di maksudkan untuk memurnikan ajaran islam dari unsur-unsur asing dan kembali kepada ajaran yang murni dan utuh, sehingga iman menjadi suci karena terus diperbaharui. Ini sesuai dengan hadist Nabi :Dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi Saw bersabda, Tuhanmu berfirman : Jaddidu manakumyang bermaknaperbaharuilah imanmu(Hadist riwayat Ahmad).2.Di bidang muamalah duniawiyah, pembaharuan dimaksudkan sebagai upaya modernisasi atau pengembangan dalam aspek social, ekonomi, politik, pendidikan, budaya dan lain-lain sepanjang tidak bertentangan dengan dan di bawah panduan Al-Quran dan Hadis. Di sini umat islam bebas melakukan kreasi, inovasi, dan reformasi kehidupan masyarakat muslim dengan berbagai metode dan pendekatan.

2.3Gerakan Pembaharuan Islam oleh Ibnu Taimiyah(1263-1328)Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani atau yang biasa disebut dengan namaIbnu Taimiyahsaja lahir pada22 Januari1263/10 Rabiul Awwal 661Hdan wafat wafat pada1328/20 Dzulhijjah 728 H, adalah seorang pemikir dan ulamaIslamdariHarran,Turki.Ia berasal dari keluarga cendekiawan. Ayahnya bernama Shihabuddin Abdul Halimbin Taimiyahseorang ahli hadits,ulama, syaikh, hakim, dan khatibterkenal di Damascus.Demikianjuga kakeknya Syekh MajuddinAbul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani, adalah ulama terkemukayang menguasai fiqih, hadits, tafsir, ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz).Mereka semua adalah pemuka dalam mazhab Hambali. Ibnu Taimiyah belajar Al-Quran dan hadits dari ayahnya, kemudian sekolah di Damascus. Pada usia 10 tahun ia telah mempelajari kitab-kitab hadits utama, hafal Al-Quran, belajar ilmu hitung dan sebagainya. Kemudian ia tertarik mendalami ilmu kalam dan filsafat yang menjadi keahliannya. Karena penguasaannya di bidang kalam, filsafat, hadits, Al-Quran, tafsir dan fikih, pada usia 30 tahun ia sudah menjadi ulama besar pada zamannya. Ibnu Taimiyah kuat memegang ajaran kaum salaf. Ia juga seorang penulis yang tekun dan produktif.Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu RasulullahMuhammadSAW danSahabat Nabi, kemudianTabi'inyaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, danTabi'ut tabi'inyaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk kehidupan Islam. Ibnu Taimiyah lahir di zaman ketikaBaghdadmerupakan pusat kekuasaan dan budayaIslampada masaDinasti Abbasiyah. Ketika berusia enam tahun (tahun1268), Ibnu Taimiyah dibawa ayahnya keDamaskusdisebabkan serbuan tentara Mongol atas Irak.Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba diDamaskus, ia segera menghafalkan Al-Quran dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mujam At-Thabarani Al-Kabir.Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dariAleppo,Suriahyang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya".Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai kesempatan untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.Ia adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah berkata: Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-citaku.Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulisArab), nahwu, ushul fiqih. Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafalAl-Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.Ibnu Taymiyyah amat menguasaiilmu rijalul hadits(perawi hadits) yang berguna dalam menelusuriHaditsdari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalamKutubus SittahdanAl-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah.Ibnul Wardimenuturkan dalamTarikh Ibnul Wardibahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agamaIslam.Corak pemikiran Ibnu Taimiyah bersifat empiris sekaligus rasionalis. Empiris dalam arti bahwa ia mengakui kebenaran itu hanya ada dalam kenyataan, bukan dalam pemikiran (al-haqqah fi al-ayn la fi al-adhhn), dan rasionalis dalam arti ia tidak mempertentangkan antara akal dengannaql(Al-Quran dan hadits) yang sahih. Ia menolak logika sebagai metode berpikir deduktif yang tidak dapat digunakan untuk mengkaji materi keislaman secara hakiki. Materi keislaman empiris hanya dapat diketahui melalui eksperimen dan pengamatan langsung (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993: 169). Adapun beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut.Pertama, sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan paham tauhid. la menentang segala bentukbidah,takhayuldankhurafat. Menurutnya, aqidah tauhid yang benar adalah aqidah salaf, aqidah yang bersumber dari teks Al-Quran dan hadits, bukan diambil dari dalil-dalil rasional dan filosofis. Dalam menjelaskan sifat-sifat Allah, ia mengemukakan bahwa sifat-sifat Allah secara jelas termaktub dalam Al-Quran dan hadits. Pendapat yang membatasi sifat Allah pada sifat dua puluh dan pendapat yang menafikan sifat-sifat Allah, bertentangan dengan aqidah salaf. Walaupun ia menetapkan adanya sifat-sifat Allah, ia menolak mempersamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk. Ibnu Taimiyah menetapkan sifat-sifat Allah tanpatamtsl(menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk) dantanzih(menafikan sifat-sifat Tuhan). Ia juga gigih menentang penggunaantawldalam menjelaskan sifat-sifat Allah.Tawlkata yad (tangan) dengan kekuasaan tidak dapat diterimanya. Ia tetap mempertahankan arti yad dengan tangan. Demikian pula dengan ayat-ayatmutasybihtlainnya. Inilah yang ia sebutal-aqdah al-wsithiyah.Kedua,ia menggalakkan umat Islam agar bergairah kembali menggali ajaran-ajaran Al-Quran dan hadits, serta mendorong mereka melakukan ijtihad dalam menafsirkan ajaran-ajaran agama. Menurutnya, metode penafsiran Al-Quran yang terbaik adalah tafsir Al-Quran dengan Al-Quran. Jika tidak didapati dalam al-Quran, baru dicari dalam hadits. Jika penjelasan ayat tidak dijumpai dalam hadits, dicari dari perkataanshahabat. Kalau juga tidak didapati, maka dicari dalam perkataantabin. Ayat Al-Quran harus ditafsirkan menurut bahasa Al-Quran dan hadits. Di sini tampak bahwa Ibnu Taimiyah adalah pembaharu yang mempergunakan metode berpikir kaum salaf.Ketiga,karena untuk kembali pada Al-Quran dan hadits diperlukan ijtihad, maka ia menentang taklid. la menolak sikap umat Islam yang mengekor pada para mujtahid yang telah mendahului mereka, sementara pokok persoalan sudah berubah.Taqldadalah sikap yang membuat umat Islam mundur, sebabtaqldberarti menutup pintu ijtihad, membuat otak menjadi beku. Pahadal sudah sangat lama umat Islam berada dalam kegelapan akibat pintu ijtihad dinyatakan tertutup. Menurutnya, ijtihad terbuka sepanjang masa, karena kondisi manusia selalu berubah. Perubahan itu harus selalu diikuti oleh perubahan hukum yang sumbernya dari wahyu. Di sinilah fungsi ulama membimbing perubahan masyarakatnya sesuai dengan petunjuk wahyu.Keempat, di dalam berijitihad tidak terikat pada madzhab atau imam. Menurut Ibnu Taimiyah, pendapat siapa saja yang lebih tepat dan kuat argumennya, itulah yang diambil. Pengambilan pendapat dan argumen itu bukan didasarkan atas kemauan nafsu. Semua pendapat harus mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.Kelima, dalam bidang hukum Islam, Ibnu Taimiyah menawarkan suatu metode baru. Ia tidak mendasarkan keputusan hukum berdasarkan padaillat, tetapi berdasarkan hikmah. Penerapan hukum Islam hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek hikmah dalam keputusan hukum tersebut. Di sinilah sesungguhnya letak relevansi sekaligus keluwesan Ibnu Taimiyah dalam merumuskan ushul fiqh yang menjadi ijtihadnya.Ibnu Taimiyah wafat di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang muridnyaIbnul Qayyim, ketika beliau sedang membaca Al-Qur an surah Al-Qamar yang berbunyi"Innal Muttaqina fi jannatin wanaharin"[1]. Ia berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Ia wafat pada tanggal 20 DzulHijjah th. 728 H, dan dikuburkan pada waktuAshardi samping kuburan saudaranya Syaikh Jamal Al-Islam Syarafuddin. Jenazahnya dishalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sesudah salat Zhuhur dihadiri para pejabat pemerintah, ulama, tentara serta para penduduk.

2.4Gerakan Pembaharuan Islam oleh Muhammad bin Abdul Wahab(1838/1839-1897)Nama Lengkapnyaadalah Muhammad bin Abd al-Wahhb bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.Ia lahir di Uyaynahpada 1730 M/l115 Hdan wafatdi Daryah tahun 1206 H (1793M). Ayah dan kakeknya adalah ulama terkenal di Najd/Nejad (Arab Saudi). Dari ayahnya ia memperoleh pendidikan di bidang keagamaan dan mengembangkan minatnya di bidang tafsir, hadits, dan hukum madzhab Hanbaliyah. Untuk meningkatkan pengetahuannya ia banyak melakukan perjalanan mencari ilmu. Ia juga membaca karya-karya Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, sehingga ia benar-benar menjadi seorang ulama, ahli hukum dan pembaharu ternama.Dia adalah seorang ahli teologi agamaIslamdan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagaimuftiDaulah Su'udiyyah, yang kemudian berubah menjadiKerajaan Arab Saudi.Dia juga merupakan seorang ulama besar yang produktif,karena buku-buku karangannya tentang islam mencapai puluhan buku,diantaranya buku yang berjudul Kitab At-Tauhid yang isinya tentang pemberantasan syirik,khurafat,takhayuldan bidah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni.Proses pembaharuannya dimulai dengan banyak menyampaikan ceramah dan khutbah dengan berani dan antusiasme. Oleh karena itu, ia cepat memperoleh banyak pendukung. Pada permulaan ini pula ia melahirkan karya terkenal berjudulKitb al-Tauhd. Setelah kematian ayahnya pada 1740, Muhammad Ibn Abdul Wahhab semakin populer dan gerakannya mendapat dukungan dari pemerintah Kerajaan Ibn Saud.Muhammad bin Abd al-Wahhb, adalah seorang ulama berusaha membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung pergerakan ini sesungguhnya menolak disebutWahabbi, karena pada dasarnya ajaran Ibnu Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun, yang berarti "satu Tuhan".Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal-usul dan kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya terkeliru dengan mereka kerana mereka mendakwa mazhab mereka menuruti pemikiran Ahmad ibn Hanbal dan alirannya, al-Hanbaliyyah atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan abangnya adalah seorang qadhi (mufti besar), tempat di manamasyarakat Najdmenanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama.Dia menempuh berbagai macam cara, dalam menyampaikan dakwahnya, sesuai dengan keadaan masyarakat yang dihadapinya. Di samping berdakwah melalui lisan, beliau juga tidak mengabaikan dakwah secara pena dan pada saatnya juga jika perlu beliau berdakwah dengan besi (pedang).Maka Syeikh mengirimkan suratnya kepada ulama-ulama Riyadh dan para umaranya, salah satunya adalahDahham bin Dawwas. Surat-surat itu dikirimkannya juga kepada para ulama dan penguasa-penguasa. Ia terus mengirimkan surat-surat dakwahnya itu ke seluruh penjuru Arab, baik yang dekat ataupun jauh. Di dalam surat-surat itu, beliau menjelaskan tentang bahayasyirikyang mengancam negeri-negeri Islam di seluruh dunia, juga bahayabidah,khurafatdantakhayul.Berkat hubungan surat menyurat Syeikh terhadap para ulama dan umara dalam dan luar negeri, telah menambahkan kemasyhuran nama Syeikh sehingga beliau disegani di antara kawan dan lawannya, hingga jangkauan dakwahnya semakin jauh berkumandang di luar negeri, dan tidak kecil pengaruhnya di kalangan para ulama dan pemikir Islam di seluruh dunia, seperti diHindia,Indonesia,Pakistan,Afganistan,Afrika Utara,Maghribi, Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain lagi.Inti gerakan pembaharuannya adalah :pertama, pembaharuan Islam yang paling utama disandarkan pada persoalan tauhid. Dalam hal ini, Muhammad Ibn Abdul Wahhab dan para pengikutnya membedakan tauhid menjadi tiga macam;tauhd rubbiyah, tauhd ulhiyahdantauhd al-asm wa al-sift(C.M.Helm, 1981: 88-89). Menurut Abdul Wahhab, Allah adalah Tuhan alam semesta yang maha kuasa, dan melarang penyifatan kekuasaan Tuhan pada siapapun kecuali Dia. Dialah yang menciptakan manusia dan alam dari tiada. Eksistensi Allah dapat dirasakan melalui tanda-tanda dan ciptaan-Nya yang tersebar di seluruh alam, seperti siang dan malam, matahari dan bulan, gunung-gunung dan sungai-sungai, dan seterusnya. Allah adalah Tuhan yang berhak disembah. Segala urusan manusia sehari-hari harus didasarkan pada Al-Quran dan Sunnah Nabi.Tuhan sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan apapun (QS.Asy-Syr/42: 11).Baik dan buruk berasal dari Allah dan manusia tidak bebas berkehendak.Wahhab tidak mempercayai superioritas ras; superioritas atau inferioritas tergantung pada ketaqwaan pada Allah.Tauhd ulhiyyahdipandang sebagaitauhd amal.Tauhid ini didasarkan atas rukun Islam dan rukun Iman. Yang termasuk dalam tauhid ini adalah semua bentuk ibadah harian, keyakinan dan tindakan iman serta perjuangan dengan penuh kecintaan, ketaqwaan, harapan dan kepercayaan pada Allah.Wahhab percaya pada makna harfiah Al-Quran termasuk ungkapan-ungkapan antropomorfisme tentang Allah; tetapi bukan berarti ini mengharuskan antropomorfisme bagi Allah. Ia berpendapat bahwa orang beriman akan melihat Allah di surga, tetapi bentuk dan rupa Allah melampaui akal manusia (Saedullah, 1973: 138).Kedua, Wahhab sangat tidak setuju dengan para pendukungtawashshul.Menurutnya, ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan Tuhan. Usaha mencari perlindungan kepada batu, pohon dan sejenisnya merupakan perbuatan syirik. Demikian juga bertawassul kepada orang yang sudah mati atau kuburan orang suci sangat dilarang dalam Islam dan Allah tidak akan memberikan ampunan bagi mereka yang melakukan perbuatan demikian. Ini bukan berarti ziyarah kubur tidak diperkenankan, namun perbuatan-perbuatanbidah, takhayuldankhurafatyang mengiringi ziyarah semestinya dihindarkan agar iman tetap suci dan terpelihara (Ayman al-Yassini, 1995: 307-308).Ketiga, sumber-sumber syariah Islam adalah Al-Quran dan Sunnah. Menurutnya, Al-Quran adalah firman Allah yang tak tercipta, yang diwahyukan pada Muhammad melalui malaikat Jibril; ia merupakan sumber paling penting bagi syariah. Ia hanya mengambil keputusan berdasarkan ayat-ayatmuhkamtdan tidak berani mempergunakan akal dalam menafsirkan ayat-ayatmutasybiht. Maka, ia menyarankan agar kaum Muslim mengikuti penafsiran Al-Quran generasial-salaf al-shlih. Sementara itu, Sunnah Nabi adalah sumber terpenting kedua. Sedangkan ijma adalah sumber ketiga bagi syariah dalam pengertian terbatas; ia hanya mempercayai kesucian ijma yang berasal dari tiga abad pertama Islam, karena hadits yang memuat Sunnah Nabi sebagai jawaban atas setiap masalah, dikembangkan Muslim selama 3 abad pertama (D.S. Margouliouth, t.th.: 661). Ia menolak ijma dari generasi belakangan. Oleb karena itu, menurutnya semua komunitas Muslim dapat melakukan kesalahan dalam menyusun hukum-hukum secara independen melalui proses ijma.Wahhab juga akan tetap memilih mengikuti hadits yang otentik daripada pendapat para ulama yang menjadi idolanya, sekalipun seperti Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim. Jadi, ia percaya bahwa hukum Islam dan dinamika kehidupan Muslim akan tetap hidup dengan menekankan pentingnya ijtihad terhadap Al-Quran dan Sunnah. Namun demikian, ia tidak keberatan bagi siapapun untuk mengikuti salah satu dari empat madzhab Imam asalkan sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah.Keempat, serupa dengan Ibn Taimiyah, Wahhab menyatakan pentingnya negara dalam memberlakukan secara paksa syariah dalam masyarakat yang otoritas tertinggi ada di tangan khalifah atau imam yang harus bertindak atas dasar saran ulama dan komunitasnya. Jika seseorang menjadi khalifah dengan konsensus komunitas Muslim, maka ia harus ditaati. Ia juga memandang sah upaya penggulingan khalifah yang tidak kompeten oleh Imam yang kompeten melalui kekerasan dan paksaan. Namun demikian, khalifah yang tidak kompeten tetap harus dipatuhi sepanjang ia melaksanakan syariah dan tidak menentang ajaran-ajaran Al-Quran dan sunnah. Wahhab juga memuji pentingnya jihad untuk melaksanakan syariah sekaligus menyebarkan syiar Allah ke seluruh penjuru dunia (R.B.Winder, 1965: 12).Pembaharuan Muhammad Ibn Abdul Wahhab memurnikan Islam dari segalabidah, takhayuldankhurafat,tampaknya menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan pembaharuan yang terjadi di dunia Muslim dari waktu ke waktu. Di negara Arab sendiri ajaran-ajaran Wahhab kemudian menjadi Wahhabi karena dukungan Ibn Saud dan putranya Abdul Aziz.Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di Dariyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di Tanah Arab. Muhammad bin AbdulWahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.

2.5Gerakan Pembaharuan Islam oleh Jamaluddin Al-Afghani(1838/1839-1897)Nama panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani, dilahirkan diAsadabad, Afghanistanpada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau bernama SayyidSafdaral-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan Sayyid Ali al-Turmudzi(seorang perawi hadits yang masyhuryang telah lama bermigrasi ke Kabul) juga dengan nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib.Meskipun lahir di Afghanistan, ia berasal dari keluarga Syiah Iran. Namun, tidak ada bukti yang menguatkan bahwa ia mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Syiah. Pendidikan dasarnya diperoleh di tanah kelahirannya, yakni Asadabad. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di kota-kota suci kaum Syiah pada 1805. Di sinilah ia banyak dipengaruhi para filosof rasionalis Islam seperti Ibnu Sina dan Nasir al-Din al-Tusi.Pada usia 8 tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa,beliau tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqih dan ilmu keislaman lainnya.Dan pada usia 18 tahun ia telah menguasai hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan meliputi filsafat, hukum, sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan metafisika. Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan bak ensiklopedia.Setelah membekali dirinya dengan seluruh cabang ilmu pengetahuan di Timur dan Barat (terutama Paris, Perancis), Al-Afghani mempersiapkan misinya membangkitkan Islam. Pertama-tama ia masuk ke India, negara yang sedang melintasi periode yang kritis dalam sejarahnya. Kebencian kepada kolonialisme yang telah membara dalam dadanya makin berkecamuk ketika Afghani menyaksikan India yang berada dalam tekanan Inggris. Perlawanan terjadi di seluruh India. Afghani turut ambil bagian dari periode yang genting ini, dengan bergabung dalam peperangan kemerdekaan India pada bulan Mei 1857. Namun, Afghani masih sempat pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.Sepulang dari haji, Afghani pergi ke Kabul. Di kota ini ia disambut oleh penguasa Afghanistan, Dost Muhammad, yang kemudian menganugerahinya posisi penting dalam pemerintahannya. Saat itu, Dost Muhammad sedang mempertahankan kekuasaannya dengan memanfaatkan kaum cendekiawan yang didukung rakyat Afghanistan. Sayang, ketika akhirnya Dost terbunuh dan takhtanya jatuh ke tangan Sher Ali, Afghani diusir dari Kabul.Perjalanan hidup Jamaluddin sebenarnya lebih mirip seorang politik dari pada pembaharu Islam (L. Stoddard, 1921: 21). Hal ini terbukti dari aktivitas yang ia lakukan. Pada umur 22 tahun ia menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Pada 1864 ia menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi perdana menteri oleh Muhammad Azam Khan.Meninggalkan Kabul, Afghani berkelana ke Hijjaz untuk melakukan ziarah. Rupanya, efek pengusiran oleh Sher Ali berdampak bagi perjalanan Afghani. Ia tidak diperbolehkan melewati jalur Hijjaz melalui Persia. Ia harus lebih dulu masuk ke India. Pada tahun 1869 Afghani masuk ke India untuk yang kedua kalinya. Ia disambut baik oleh pemerintah India, tetapi tidak diizinkan untuk bertemu dengan para pemimpin India berpengaruh yang berperan dalam revolusi India. Khawatir pengaruh Afghani akan menyebabkan pergolakan rakyat melawan pemerintah kolonial, pemerintah India mengusir Afghani dengan cara mengirimnya ke Terusan Suez yang sedang bergolak.Jamaluddin pernah tinggal di India meskipun tidak lama. Setelah itu menetap di Mesir dari 1871 hingga l879 dengan bantuan dana Riyad Pasha. Di kota ini, ia menghabiskan waktunya untuk mengajar dan memperkenalkan penafsiran filsafat Islam. Ketika Mesir berada dalam krisis politik dan keuangan pada akhir 1870, tokoh ini mendorong para pengikutnya untuk menerbitkan surat kabar politik. Ia banyak memberikan ceramah dan melakukan aktivitas politik sebagai pemimpin gerakan bawah tanah. Para pengikutnya antara lain Muhammad Abduh, Abdullah Nadim, Saad Zaghlul, dan Yakub Sannu. Pada 1889 ia membentuk partai Hizbul Wathani dan berhasil menggulingkan Raja Mesir Khedewi Ismail, meskipun kemudian ia diusir oleh penguasa baru Tawfik (Harun Nasution, 1975: 54-55).Kemudian, Jamaluddin pergi ke Paris dan bersama-sama muridnya yang bernama Muhammad Abduh, menerbitkan majalahal-Urwah al Wutsqa. Pada tahun 1884 pergi ke Inggris untuk berunding dengan Sir Henry Drummond Wolff tentang masalah Mesir. Dua tahun kemudian, pergi ke Iran untuk membantu penyelesaian sengketa Rusia dan Iran. Akhirnya diusir keluar Iran oleh penguasa Syah Nasir al-Din karena perbedaan faham.Sultan Ottoman Abdul Hamid II mengundang Jamaluddin ke Istambul untuk membantu pelaksanaan politik Islam yang direncanakan Istambul. Pengaruh Jamaluddin yang cukup besar, membuat Abdul Hamid khawatir jika posisinya akan terongrong. Selanjutnya Abdul Hamid mengeluarkan kebijakan untuk membatasi aktivitas politik Jamaluddin. Di kota inilah Jamaluddin tinggal hingga akhir hayatnya, meninggal pada 1897 karena penyakit kanker.Meskipun karirnya lebih menggambarkan sebagai tokoh politik, Jamaluddin al-Afghani telah berjasa memberikan kontribusi bagi pembaharuan Islam modern. Pengalamannya berkelana ke Negara-negara Barat, membawa pada suatu kesimpulan bahwa dunia Islam dalam keadaan mundur, sementara Barat mengalami kemajuan. Ini mendorongnya untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru. Pemikiran pembaharuannya didasarkan pada keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, zaman, dan keadaan. Jika ada pertentangan, perlu dilakukan penyesuaian dengan mengadakan interpretasi baru terhadap ajaran Islam. Kemunduran umat Islam, menurutnya, disebabkan karena mereka statis,taqlddan fatalis. Umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya,al-Islm mahjbun bi al-Muslim. Umat Islam juga terbelakang dari segi pendidikan dan kurang pengetahuan mengenai dasar-dasar ajarannya, serta lemah rasa persaudaraan akibat perpecahan internal.Untuk mengatasi keterbelakangan dan kemunduran tersebut, Jamaluddin mengemukakan dan memperjuangkan gagasan pembaharuannya meliputi:pertama,dari sudut pandang Islam tradisional, Jamaluddin mengemukakan pentingnya kepercayaan pada akal dan hukum alam, yang tidak bertentangan dengan kepercayaan pada Tuhan. Jamaluddin mengajarkan hal yang dibela oleh para filosof, mendakwahkan agama dan rasionalisme kepada massa, serta hukum alam pada para elite Muslim. Ia berusaha mengelaborasi interpretasi Islam modernis dan pragmatis (Nikki R. Keddie, 1995: 25-27).Kedua, Jamaluddin berhasil mendukung kebangkitan nasionalisme di Mesir dan India. Lebih luas dari itu, juga menawarkan gagasan dan gerakan Pan-Islam sebagai anti-imperialisme dan mempertahankan kemerdekaan Negara-negara Muslim. Pan-Islam dalam pengertian kesatuan politik atau lebih umum kesatuan Negara-negara Gerakan Muslim tersebut, semakin menguat dan mampu menggalang solidaritas Muslim untuk menentang Kristen dan penjajah Barat. Dikombinasikan dengan aktivitas anti-Inggris inilah yang membuat Jamaluddin semakin populer di dunia Islam saat itu. Maka jasanya adalah memberikan kontribusi pemikiran Islam modern khususnya berkenaan dengan politik (Nikki R. Keddie, 1995: 25-27).Ketiga, Jamaluddin menyatakan ide tentang persamaan antara pria dan wanita dalam beberapa hal. Wanita dan pria sama kedudukannya, keduanya mempunyai akal untuk berpikir. Tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja di luar rumah, jika situasi menuntut semacam itu. Dengan demikian, Jamaluddin menginginkan agar wanita juga meraih kemajuan dan bekerjasama dengan pria untuk mewujudkan umat Islam yang maju dan dinamis ( Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993: 300).Afghani menghabiskan sisa umurnya dengan bertualang keliling Eropa untuk berdakwah. Bapak pembaharu Islam ini memang tak memiliki rintangan bahasa karena ia menguasai enam bahasa dunia (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia, dan Rusia).Afghani menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker yang dideritanya sejak tahun 1896. Beliau pulang keharibaan Allah pada tanggal 9 Maret 1897 di Istambul Turki dan dikubur di sana. Jasadnya dipindahkan ke Afghanistan pada tahun 1944. Ustad Abu Rayyah dalam bukunyaAl-Afghani : Sejarah, Risalah dan Prinsip-prinsipnya,menyatakan bahwa Al-Afghani meninggal akibat diracun dan ada pendapat kedua yang menyatakan bahwa ada rencana Sultan untuk membinasakannya.

BAB IIIKESIMPULAN

3.1KesimpulanKemunculan gerakan pembaharuan Islam tidak bisa dipisahkan dari kondisi obyektif kaum muslim di satu sisi dan tantangan Barat yang muncul di hadapan Islam di sisi lain. Dari sudut pandang ini, Islam memang menghadapi tantangan dari dua arah, yaitu dari dalam dan dari luar. Dengan demikian, Pengertian pembaharuan bukan hanya mencakup perbaikan kondisi obyektif masyarakat muslim, tetapi juga mencakup jawaban Islam atas tantangan modernitas. Pembaharuan Islam juga mengindikasikan ketidakpuasan atas kondisi Islam historis yang berkembang sejak abad ke-18. oleh karena itu, kaum pembaru ingin membangun citra ideal Islam yang maju dan modern.Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi Modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam akan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam adalah:Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran. Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.Adapun tujuan dari pembaharuan dalam dunia Islam yaitu mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Quran dan Hadist, dan membuang segala bidah, khurafat, tahayul dan mistik.

3.2SaranAdapaun saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca melalui makalah ini yaitu. sebagai berikut:1.Pembaharuan Islam (tajdid) merupakan suatu keharusan karena ajaran Islam yang rahmatan lil alalamin serta sebagai agama pamungkas menuntut adanya upaya rasionalisasi dan kontekstualisasi sesuai dengan semangat jaman. Hal itu karena pada hakikatnya pembaruan Islam merupakan ikhtiar melakukan rasionalisasi dan kontekstualisasi ajaran Islam dalam segala ranah kehidupan.2.Keharusan bagi upaya tajdid setidaknya memiliki tiga landasan dasar yaitu landasan teologis, landasan normatif, dan landasan historis. Artinya bahwa gerakan tajdid dilaksanakan dengan dasar dan pijakan yang kuat.3.Agar tajdid dalam Islam dapat terimplementasikan dan teraktualisasikan, maka ijtihad harus dijalankan karena tajdid dan ijtihad hakikatnya merupakan dua hal yang saling terkait.

DAFTAR PUSTAKAhttp://aanborneo.blogspot.com/2012/09/makalah-gerakan-pembaharuan.htmlhttp://nikmatulmaskuroh.blogspot.com/2013/12/gerakan-pembaharuan-dalam-islam.htmlhttp://www.academia.edu/7155167/GERAKAN_PEMBAHARUAN_DALAM_ISLAM_DI_INDONESIA_Jamiat_al-Khair_alIrsyad_Muhammadiyah_dan_Persatuan_Islam_http://fikykpistainparay.wordpress.com/2012/03/04/ppmdi-gerakan-pembaruan-di-indonesia-muhammadiyah-dan-persis/http://sibage.blogspot.com/2013/04/makalah-awal-kelahiran-gerakan.html