Upload
qye-ducky
View
2.123
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
MUKADDIMAH
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT Sang Peninggi derajat, Pencipta
bumi dan langit, Pencipta manusia dan jin, penumbuh berbagai
tumbuhan. Bagi_Nya segala pujian di dunia dan di akhirat. Bagi_Nya
segala rasa syukur yang tiada terkira. Dialah Sang Maha Pengampun dan
Maha Pengasih. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang
besar kepada hambanya berupa kemauan dan kesempatan untuk
menyusun makalah ini. Dengan menyebut asma Allah kami selaku
penyusun makalah, berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami sampaikan shalwat serta salam atas manusia yang diutus
sebagai rahmat bagi sekalian alam, junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Dan juga atas keluarga beliau dan para sahabat serta orang-orang yang
mengikuti jejak beliau sampai hari kiamat.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk mengikuti mata kuliah “HADIST II”, dibawah bimmbingan dosen
kami. Yang selanjutnya akan dijadikan bahan diskusi pada mata kuliah
tersebut di Universitas Islam Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak
kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik,saran, dan
tanggapan dari para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki
makalah kami selanjutnya.
Jihad Fiisabilillah
2
Jakarta, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Mukadimah
…………………………………………………………………………………………………
………. 1
Daftar Isi
…………………………………………………………………………………………………
…………… 2
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
…………………………………………………………………………… 5
A. Pengertian Jihad Fiisabilillah
………………………………………………………. 7
B. Sasaran Jihad Fiisabilillah
…………………………………………………………… 9
C. Dalil Tentang Sasaran Inti Jihad
………………………………………………….. 11
D. Sasaran-Sasaran Jihad Lainnya
……………………………………………………. 13
E. Manfaat Jihad di Jalan Allah
……………………………………………………….. 16
F. Tujuan Jihad Fiisabilillah
………………………………………………………….... 19
Jihad Fiisabilillah
3
BAB III KESIMPULAN
…………………………………………………………………………….. 20
Daftar Pustaka
…………………………………………………………………………………………………
…… 21
BAB I
PENDAHULUAN
�لل�ه� صلى الله عليه ول� ا س� ال� ر� : ق� ال� �لل�ه� ع�ن!ه� ق� ي� ا ة� ر� ض� ي!ر� ر� ب�ي ه�� ع�ن! أ
ع!ب�ة1 م�ن! وسلم ) ه� ب�ه�, م�ات� ع�ل�ى ش� س� د>ث! ن�ف! ل�م! ي�ح� , و� ل�م! ي�غ!ز� م�ن! م�ات� و�اق1 ( ل�مC ن�ف� اه� م�س! و� . ر�
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan." (HR. Muttafaq Alaihi)”
Jihad Fiisabilillah
4
�: ال� �لن�ب�ي� صلى الله عليه وسلم ق� ن� ا و�ع�ن! أ�ن�س1 رضي الله عنه أ�
ن�ت�ك�م! ( �ل!س� أ , و� ك�م! س� �ن!ف� أ , و� ال�ك�م! و� م!ر�ك�ين� ب�أ� �ل!م�ش! د�وا ا اه� د�, ) ج� م� اه� أ�ح! و� ر�
. اك�م� �ل!ح� ه� ا ح� ح� , و�ص� Qائ�ي الن�س� و�
“Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (Riwayat Ahmad dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim)”
Allah ta'ala berfirman:
CونF هHب JرF ت HهH ب OوFدCع HهO الل JمF وCمHنJ وCعCدFوOك HاطC رHب HلJ ي CخJ مCا ال JمF CطCعJت ت Jاس JنHم dةOوFق
CعHدgوا وCأ JمFهC ل
HيلH ب Cس HهO الل OفCوF ي JمF Jك Cي Hل ال فHي إ FمFهC CمFون CعJل ت FهO الل JمFهFمC CعJل ي وCمCا JفHقFوا Fن ت JنHم dءJي Cش
CينHرCآخCو JنHم JمHهH FمJ دFون Jت Cن وCأ ال CونFمC FظJل ت
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu
dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang
Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah
niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan
dianiaya (dirugikan).” (QS al Anfal:60)
Meskipun begitu, tidak dapat diingkari bahwa jihad dapat pula
mengambil bentuk peperangan, tetapi jihad di dalam pengertian ini
bersifat kondisional, bukan pengertian satu-satunya. Yang jelas bahwa
jihad sebagai cara untuk memelihara dan mempertahankan ajaran Islam
dalam kehidupan masyarakat harus dilaksanakan secara terus-menerus.
Karena itu pula maka jihad dalam pelaksanaannya harus bermotifkan
tekad yang bulat untuk mencari ridha Allah. Di dalam hal ini, Al-Qur’an
menya-takan bahwa pengerahan tenaga, pikiran, dan harta benda secara
optimal tidak boleh menyim-pang dari jalan yang diridhai oleh Allah,
seperti diisyaratkan di dalam beberapa ayat; misalnya QS. Al-Baqarah [2]:
218, QS. Al-Mâ’idah [5]: 35 dan 54, QS. Al-Anfâl [8]: 72 dan 74, QS. At-
Taubah [9]: 19, 24, dan 41, QS. Al-Hajj [22]: 78, QS. Al-Hujurât [49]: 15,
dan QS. Ash-Shaff [61]: 11.
Jihad Fiisabilillah
5
Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk bahwa orang yang mengerahkan
tenaga, pikiran, dan harta bendanya akan memperoleh ridha Allah bila
mereka berjuang dengan ikhlas pada jalan yang diridhai Allah.
Di samping jihad dengan harta, juga disebutkan bersama-sama
jihad dengan anfus (سFفJ Cن yang dapat berarti ‘hati, jenis, nyawa, dan ,(أ
totalitas manusia’. Maka, ketika Al-Qur’an memerintahkan berjihad
dengan anfus, ia dapat mencakup jihad dengan nyawa, emosi, pengeta-
huan, tenaga, dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat.
Perintah berjihad dengan menggunakan segala potensi dan
kemampuan yang dimiliki manusia disebutkan pula di dalam QS. Al-Hajj
[22]: 78. Hal itu berarti bahwa jihad merupakan puncak dari segala
aktivitas.
Pengertian umum bahwa jihad fisabilillah adalah dengan berperang
di jalan Allah, perang membela agama Allah dan kalau gugur
mendapatkan titel sebagai syuhada. Jadi ketika pengertian ini diterapkan
maka hanya orang-orang tertentu lah yang bisa mendapatkan
kehormatan sebagai syuhada. Wah, enak temen ya para pejuang Islam di
jaman dulu, mati dan berpredikat syuhada.
Memaknai “jihad” janganlah dipandang dari unsur “perang”. Atau
mencontoh Amrozi CS dengan bom Bali nya. Kalau hanya dimaknai
perang mengangat senjata, kita-kita ini jelas tidak kebagian jatah karena
kebetulan saja tempat kita jauh dari lokasi perang itu sendiri.
Jihad fisabilillah yang paling berat adalah berjuang memerangi hawa
nafsu, bagaimana kita memerangi syetan yang ada dalam tubuh ini. Justru
nafsu inilah yang sangat sulit untuk diperangi karena teramat halusnya
syetan ini bersemayam dan lalu menghembuskan bisikan-bisikan manis
tetapi penuh racun. Nafsu kesombongan, amarah, merasa dirinya mampu,
merasa lebih pintar, merasa lebih kaya, merasa lebih khusyuk. Perang
melawan hawa nafsu inilah perang yang sangat besar dalam sejarah
Jihad Fiisabilillah
6
manusia, karena perang ini hanya berakhir ketika ruh ini lepas dari tubuh
yang fana ini.
Dan kami pemakalah akan membahas permasalahan jihad ini lebih
memfokuskan kepada sasaran yang dimaksud dengan jihad itu sendiri.
Jadi kami lebih mengambil segi pendidikan yang tersembunyi di balik jihad
fiisabilillah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jihad Fiisabilillah
Istilah jihâd di dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 41 kali
di dalam Al-Qur’an. Kata jihâd yang berasal dari kata juhd )دJهFج( dan jahd
berarti ‘kekuatan, kemampuan, kesulitan, dan kelelahan’. Dari ,)جCهJد(
pengertian itu dipahami bahwa jihad membutuhkan kekuatan, baik
tenaga, pikiran maupun harta. Pada sisi lain, dipahami bahwa jihad pada
umumnya mengandung risiko kesulitan dan kelelahan di dalam
pelaksanaannya.
Kata al-juhd hanya dijumpai sekali di dalam Al-Qur’an, yakni QS. At-
Taubah [9]: 79. Ayat ini berbicara mengenai sikap dan penghinaan orang
munafik terhadap orang-orang beriman yang memberikan sedekah
dengan sukarela, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Adapun
kata al-jahd ditemukan lima kali di dalam Al-Qur’an, masing-masing di
dalam QS. Al-Mâ’idah [5]: 53, QS. Al-An‘âm [6]: 109, QS. An-Nahl [16]: 38,
QS. An-Nûr [24]: 53, dan QS. Fâthir [35]: 42, semuanya berbicara di dalam
konteks sumpah, baik sumpah yang benar maupun sumpah yang bohong.
Akan tetapi, ayat-ayat tersebut cukup memberikan petunjuk tentang
kesungguhan pelakunya di dalam bersumpah walaupun belum tentu
benar.
Di dalam terminologi Islam, kata jihâd diartikan sebagai ‘perjuangan
secara sungguh- sungguh mengerahkan segala potensi dan kemampuan
yang dimiliki untuk mencapai tujuan’, khususnya di dalam melawan
Jihad Fiisabilillah
7
musuh atau di dalam mempertahankan kebenaran, kebaikan, dan
keluhuran.
Meskipun begitu, istilah jihad yang dijumpai dalam Al-Qur’an tidak
semuanya berarti berjuang di jalan Allah karena ada juga ayat yang
menggunakan kata jihad untuk pengertian ‘berjuang dan berusaha
seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan’, walaupun tujuan yang
dimaksud belum tentu benar. Hal seperti ini dijumpai di dalam QS.
Al-‘Ankabût [29]: 8 dan QS. Luqmân [31]: 15. Kedua ayat tersebut
berbicara di dalam konteks hubungan antara anak yang beriman dan
orang tuanya yang kafir.
Kata jihâd yang mengandung pengertian ‘berjuang di jalan Allah’,
ditemukan pada 33 ayat: 13 kali di dalam bentuk fi‘l mâdhi ( dاضCم FلJعHف =
kata kerja bentuk lampau), lima kali di dalam bentuk fi‘l mudhâri‘ ( FلJعHف
dعHارCضFم i= kata kerja bentuk sekarang atau yang akan datang), tujuh kali
di dalam bentuk fi‘l amr ( dرJمC i= kata kerja perintah), empat kali di فHعJلF أ
dalam bentuk mashdar, dan empat kali di dalam bentuk ism fâ‘il ( Fم JسH إ
dلHاعCف i= kata benda yang menunjukkan pelaku).
Ayat-ayat tersebut memberikan indikasi bahwa jihâd mengandung
pengertian yang luas, yakni perjuangan secara total yang meliputi seluruh
aspek kehidupan, termasuk di dalamnya perang fisik atau mengangkat
senjata terhadap para pembangkang atau terhadap musuh.
Dengan begitu, istilah jihâd tidak selalu berkonotasi perang fisik,
bahkan terdapat beberapa ayat yang berbicara tentang jihâd, tetapi tidak
berkonotasi perang, khususnya ayat-ayat Makkiyah seperti QS.
Al-‘Ankabût [29]: 6 dan 69. Ayat-ayat tersebut memberikan indikasi
bahwa jihâd yang dimaksudkan adalah mencurahkan seluruh kemampuan
yang dimiliki untuk mencapai ridha Allah. Karena itu, orang yang berjihad
di jalan Allah tidak mengenal putus asa, menyerah, atau berkeluh kesah.
Bahkan, QS. Al-Furqân [25]: 52 yang juga termasuk ayat Makkiyah, secara
tegas memerintahkan berjihad terhadap orang-orang kafir dengan jihâd
yang besar. Akan tetapi, ayat ini pun tidak dapat dipahami sebagai jihâd
di dalam bentuk kontak senjata, mengingat bahwa selama Nabi saw.
mengembangkan misi kerasulannya di Mekkah, beliau tidak pernah
melakukan kontak senjata dengan orang-orang kafir. Padahal, ayat-ayat
ini secara jelas dan tegas memerintahkan agar menghadapi orang-orang
Jihad Fiisabilillah
8
kafir dengan jihad yang besar. Bahkan, ketika orang-orang musyrik
mengadakan tekanan dan penyiksaan terhadap umat Islam, terdapat
indikasi bahwa kaum Muslim berupaya menghadapi kekejaman tersebut
tidak dengan berperang, tetapi beliau menyatakan kepada sahabatnya,
“Ishbirû fa innî lam u’mar bil-qitâli” ( HالC HالقHت FؤJمCرJ ب CمJ أ �ى ل Hن HرJ فCإ HصJب -bersabar = إ
lah kalian karena aku belum mendapat perintah untuk berperang).
Dengan begitu, perintah berjihad di dalam QS. Al-Furqân [25]: 52 di atas
bukanlah perintah berperang. Perintah berjihad terhadap orang-orang
kafir adalah dengan menggunakan Al-Qur’an, yakni menyampaikan ajaran
Al-Qur’an dengan informasi rasional atau pendekatan-pendekatan lainnya
yang dapat menarik perhatian mereka kepada Islam. Terbukti bahwa
banyak orang kafir yang tertarik kepada Islam karena pendekatan yang
lunak dan simpatik.
Di samping itu, QS. At-Taubah [9]: 73 dan QS. At-Tahrîm [66]: 9,
secara tegas memerintahkan berjihad terhadap orang-orang kafir dan
orang-orang munafik. Terhadap orang kafir, jihad di dalam bentuk kontak
senjata telah dilaksanakan oleh Nabi, tetapi terhadap orang-orang
munafik, Nabi tidak melakukannya. Ini pun memberikan kesan bahwa
jihad terhadap orang-orang munafik bukanlah jihad dalam bentuk
mengangkat senjata sebab secara formal mereka adalah umat Islam;
mereka juga tidak secara terang-terangan mengadakan aksi untuk meng-
hancurkan Islam. Karena itu, usaha maksimal yang dapat dilakukan untuk
menghadapi mereka adalah membendung pengaruh buruk yang
ditimbulkan mereka.
Meskipun begitu, tidak dapat diingkari bahwa jihad dapat pula
mengambil bentuk peperangan, tetapi jihad di dalam pengertian ini
bersifat kondisional, bukan pengertian satu-satunya.
Yang jelas bahwa jihad sebagai cara untuk memelihara dan
mempertahankan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat harus
dilaksanakan secara terus-menerus. Karena itu pula maka jihad dalam
pelaksanaannya harus bermotifkan tekad yang bulat untuk mencari ridha
Allah. Di dalam hal ini, Al-Qur’an menya-takan bahwa pengerahan tenaga,
pikiran, dan harta benda secara optimal tidak boleh menyim-pang dari
jalan yang diridhai oleh Allah, seperti diisyaratkan di dalam beberapa
ayat; misalnya QS. Al-Baqarah [2]: 218, QS. Al-Mâ’idah [5]: 35 dan 54, QS.
Al-Anfâl [8]: 72 dan 74, QS. At-Taubah [9]: 19, 24, dan 41, QS. Al-Hajj [22]:
Jihad Fiisabilillah
9
78, QS. Al-Hujurât [49]: 15, dan QS. Ash-Shaff [61]: 11. Ayat-ayat tersebut
memberi petunjuk bahwa orang yang mengerahkan tenaga, pikiran, dan
harta bendanya akan memperoleh ridha Allah bila mereka berjuang
dengan ikhlas pada jalan yang diridhai Allah.
Mengenai luasnya ruang lingkup dan cakupan jihad di jalan Allah,
seperti yang ditunjukkan di dalam Al-Qur’an, meliputi jihad dengan diri
dan jihad dengan harta, seperti disebutkan dalam beberapa ayat,
misalnya: QS. Al-Anfâl [8]: 72, QS. At-Taubah [9]: 20, 41, dan 88, QS. An-
Nisâ’ [4]: 95, QS. Al-Hujurât [49]: 15, serta QS. Ash-Shaff [61]: 11. Istilah
jihad di dalam ayat-ayat tersebut dikaitkan dengan alat yang digunakan
untuk berjihad, yaitu harta dan diri. Hal ini dapat dimaklumi karena jihad
tidak dapat dilaksanakan tanpa modal dan karena itu maka jihad
disesuaikan dengan modal serta tujuan yang ingin dicapai. Sebelum
tujuan tercapai dan selama modal masih ada di tangan, selama itu pula
jihad masih tetap dituntut.
Di samping jihad dengan harta, juga disebutkan bersama-sama
jihad dengan anfus ( JفFسأ Cن ), yang dapat berarti ‘hati, jenis, nyawa, dan
totalitas manusia’. Maka, ketika Al-Qur’an memerintahkan berjihad
dengan anfus, ia dapat mencakup jihad dengan nyawa, emosi, pengeta-
huan, tenaga, dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat.
Perintah berjihad dengan menggunakan segala potensi dan
kemampuan yang dimiliki manusia disebutkan pula di dalam QS. Al-Hajj
[22]: 78. Hal itu berarti bahwa jihad merupakan puncak dari segala
aktivitas.
Jihad Fiisabilillah
10
B. Sasaran Jihad Fiisabilillah
Jihad mempunyai ketentuan hukum yang pasti serta saran yang
jelas, sebab syariat jihad itu datang dari dzat yang Maha Mengetahui.
Karena itu sesalam yang memerintah itu yang Maha Bijaksana, tentu
hikmah dan kemaslahatannya itu pasti ada dan benar.
Hikmah dan maslahat yang berkenaan dengan sasaran jihad,
mengharuskan kita kembali kepada kitab Allah serta sunnah Rosul-Nya.
Sasaran pokok jihad adalah agar manusia mengabdikan diri kepada
Allah dan mengeluarkan mereka dari system pengabdian kepada manusia
menuju pengabdian kepada tuhan yang pantas diabdi, serta
menyingkirkan para penantang hukum Allah dimuka bumi ini dan
menghilangkan dari dunia ini segala bentuk kerusakan dan kejahatan.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis qudsi :
“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu sebagai orang-
orang hanif (cenderung kepada kebenaran) seluruhnya. Aku datangkan
kepada mereka berupa syaitan-syaitan yang menagguhkan mereka dari
dien mereka. Syetan pulalah yang mengharamkan terhadap mereka apa-
apa yang Aku halalkan atas mereka, dan yang memerintahkan mereka
agar mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tak ada kekuasaan
sedikitpun dariKu” (HR. Muslim)
Berkata Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya “Fii Zhilalil Qur’an”,
“Sesungguhnya motivasi jihad dalam agama islamyang sebenarnya harus
dicari dalam tabiat islam, sebagai seorang muslim pertama-tama harus
mewujudkan manhaj islam agar terbukti pada diri kita sendiri. Sebab
rukun islam yang pertama adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah, artinya mengEsakan Allah didalam pengabdian dan tidak
mempersekutukan dengan siapapun dari makhlukNya dalam sifat apapun.
Jihad Fiisabilillah
11
Hak Allah yang mutlak adalah berkuasa hukum bagi makhluknya
dalam segala aspek kehidupan. Maka syahadah suatau kesaksian yang
tidak ada artinya jika tidak diiringi drngan pengakuan bahwa Allah berhak
mengatur manhaj kehidupan mereka.
Kita wajib menegakkan manhaj itu dikarenakan adanya beberapa
sebab dalam manhaj itu sendiri. Hanya manhaj islam yang dapat
menjamin kemuliaan manusia dan memberikannya kemerdekaan yang
hakiki, serta melepaskannya dari system perbudakan antar manusia,
sebab yang menciptakannya adalah Zat yang Maha Kuasa dan
menginginkan kebaikkan-kebaikkan bagi manuisa itu sendiri.
C. Dalil Tentang Sasaran Inti Jihad
Sasaran inti jihad adalah agar manusia mengabdi kepada Allah
semata dan mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap manusia
lain, termasuk menghilangkan segala tindak kerusakan dan kejahatan
dari muka bumi.
Dalil yang menunjukan sasaran tersebut diantaranya adalah :
HهO Hل ل HنH فCإ CهCوJا Jت ان فCال CانCوJدFع Hال إ عCلCى CينHمH حCتOى الظOال ال CونF Cك ت Cة� Jن فHت CونF Cك وCي Fالد�ين
JمFوهF Hل وCقCات
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah (sehingga)
agama itu hanya milik Allah saja, jika mereka berhenti dari memusuhimu,
maka tidak ada permusuhan lagi kecuali terhadap orang-orang yang
zalim”. (QS. Al-Baqarah : 193)
Berkata As-Syaukani : “Maksud dari pada perangilah mereka supaya
tidak ada fitnah adalah perintah untuk memerangi kaum musyrikin
sehingga tidak lagi terjadi fitnah”.
Jihad Fiisabilillah
12
Maka siapa yang masuk ke agama islam dan meninggalkan kemusyrikan,
ia tidak boleh diperangi atau dibunuh.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah tinggi
menjulang, maka ia berperang di jalan Allah” (HR. Muslim)
Sesungguhnys menegakkan kalimatullah itu ialah kewajiban semua
muslim, karena itulah yang diperintahkan dalam ajaran islam,
bahwasanya islam itu adalah agama proklamasi bagi kemerdekaan
manusia dimuka bumi, yaitu pembebasan manusia atas hawa nafsunya.
Ini berarti penolakan sempurna terhadap segala bentuk dan system
hukum ciptaan manusia.
Proklamasi rububiyah Allah ini berarati mengembalikan kekuasaan Allah
yang dirampas, serta menghalau para perampasnya yang menghukumi
manusia dengan syari’at-syari’at mereka sendiri. Sehingga mereka
menempati kedudukan sebagai Tuhan-tuhan. Padahal sebenarnay hukum-
hukum itu hanyalah milik Allah SWT. Sebagaimana Firmannya :
Fالد�ين Fم� JقCي OاهF ال Hي إ CكH Hال ذCل Cال إ أ FدFوا CعJب OهH ت Hل ل CرCمC HنH أ إ FمJ JحFك ال Hال إ
“Hukum itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia, itulah agama yang benar” (QS. Yusuf : 40).
Kerajaan Allah di muka bumi berdiri dengan berdaulatnya syari’at
Allah dan kembalinya segala urusan kepada Allah sesuai dengan syari’at
yang telah ditetapkan. Bahwasanya proklamasi tentang kemerdekaan
manusia dari segala kekuasaan yang bukan kekuasaan Allah itu bukanlah
proklamasi yang teoritis, falsafi dan pasifakan tetapi ia adalah proklamasi
yang dinamis, realistis dan aktif. Karena itu, maka proklamasi ini harus
mengambil bentuk gerakan untuk menghadapi relitas manusia dengan
segala aspeknya.
Jihad Fiisabilillah
13
Realitas manusia, kemarin, sekarang dan esok denagn segala
hambatan konsep ideologis dan material harus dihadapi oleh agama
islam.dakwah dan harokah menghadapi realita manusia secara total
dengan sarana yang dimilikinya. Keduanya harus ada untuk melancarkan
proklamasi kemerdekaan manusia dibumi dengan jalan menghapuskan
“realita” yang bertentanagan dengan proklamasi ini dan mengupas
kekuatan-kekuatan politik yang memperhambakan manusia kepada selain
Allah SWT.
Di zaman ini banyak pemimpin yang menjadi usahawan atau
konglomerat, sehingga menguasai sumber-sumber penghasilan dengan
mengumpan orang-orang miskin bahkan ada pula yang mengaku dialah
sebagai tuhan. Mereka memaksa orang lain untuk tunduk kepada
perintahnya, sambil berkata :
gكF األعJلCى ب CرFا مC Cن أ
“Akula Rabbmu yang paling tinggi” (QS. An Nazi’at : 24)
Mereka juga mengucapkan berbagai macam ungkapan
kesombongan dan dakwaan keuhanan mereka dengan lantang dan
menantang.
Dari apa yang telah disebutkan itu, jelaslah bahwa ajaran islam
melarang menyekutukan Allah, setiap kali Nabi diutus untuk menyeru
kepada manusia :
H قCوJم FدFوا اعJب CهO الل مCا JمF Cك ل JنHم dهC Hل إ Fه FرJ Cا غCي ي
“Wahai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan kecuali
Hanya Dia” (QS. Al-A’raf : 59)
Dakwah jihad Nabi bukan hanya sekedar keterangan, tapi
merupakan seruan kepada revolusi sosial yang universal. Islam adalah
satu-satunya system kebaikkan yang dapat menyelamatkan manusia dari
penyakit kejahatan dan kedurhakaan dan membawa kesejahteraan dunia
Jihad Fiisabilillah
14
dan akhirat. Setiap orang yang beriman dan beramal shaleh, maka dia
termasuk jamaah muslimin Hizb Islam. Hizb ini dibentuk untuk mencapai
tujuan, yaitu menegakkan system kebenaran dengan Jihad sebagai
jalannya.
Sebagaimana firman Allah SWT :
CونF FؤJمHن وCت HهO Hالل CرH ب Jك JمFن FمJ ال Jت Fن ك CرJ ي Cخ dةOمF أ JتCجHرJخF أ HاسO Hلن ل Cون FرFم
J Cأ ت Hوف FرJعCمJ Hال ب CنJوCهJ Cن وCت HنCع
“Kamu adalah umat terbaik yang telah dilahirkan untuk manusia. Kamu
menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman
kepada Allah” (QS. Al-Imran : 10).
Dalam Hizb ini sejak pertama bertujuan menghapus sumber-sumber
kejahatandan kezaliman di muka bumi serta menahan kendali tuhan-
tuhan palsu yang berlaku sombogn di muka bumi dengan cara yang tidak
benar. Serta menggantikannya dengan dengan system pemerintahan
yang ada dan benar.
Allah SWT mengisyaratkan dalam Al-Qur’an :
JمFوهF Hل وCقCات Oى حCت ال CونF Cك ت Cة� Jن فHت CونF Cك وCي Fالد�ين Fهg Fل ك HهO Hل ل
“Dan perangilah mereka, agar jangan ada fitnah dan agar agama itu
semata-mata bagi Allah” (QS. Al-Anfaal : 39)
Maka telah jelas bahwa salah satu tujuan jihad dalam islam adalah
menumbangkan bangunan system-sistem yang bertentangan dengan
perinsip-perinsip dan kaidah-kaidah islam. Sesungguhnya kebenaranlah
yang menolak batas-batas geografis dan tidak dapat menerima untuk
dibatasi pada batas-batas yang diciptakan dan diistilahkan oleh manusia.
D. Sasaran-sasaran Jihad Lainnya
Jihad Fiisabilillah
15
Sasaran-sasaran jihad dan hukum-hukum jihad haruslah mengikuti
sasaran yang inti, antara lain :
1. Melawan orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin,
dengan menghindari cara-cara yang melampaui batas. Dalam
firman-Nya :
CهO الل ال gبHحF ي CتJعFمJ Cال OهH دHين الل CينHذO ال JمF Cك Fون Hل FقCات ي وCال CدFوا CعJت ت OنH Fوا إ Hل وCقCات فHي HيلH ب Cس
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-
Baqarah : 190)
2. Menghilangkan fitnah dari umat manusia, sehingga mereka mau
mendengarkan dalil-dalil tauhid tanpa ada penghalang siapapun.
Fitnah terbagi menjadi tiga macam :
a. Fitnah berarti gangguan dan penindasan yan dilakukan orang-
orang kafir terhadap kaum muslimin.
b. Fitnah berarti system kemusyrikan yang menimbulkan kerusakan
dalam berbagai segi kehidupan termasuk pengertiannya adalah
tunduknya ahli dzimmah terhadap hukum-hukum islam, seperti
menghilangkan perbuatan zina, riba dan lain sebagainya.
c. Fitnah berarti penolakan orang-otang kafir untuk mendengarkan
kebenaran islam.
Itu disebabkan system penguasa syirik tegak berdiri sebagai
penghalang sampainya kebenaran kepada manusia sehingga
mereka umbuh diatas kerendahan dan kehinaan serta tejadilah
penghambaan manusia atas manusia tanpa memperdulikan
penciptanya.
System yang demikian tidak mampu membawa manusia kepada
kedudukan yang mulia.
3. Melindungi negeri-negeri adri kejahatan orang-oarang kafir.
Sayyid sabiq dalam fiqhus sunnah mengatakan bahwa islam
menganjurkan agar perlindungan daerah strategis itu dijaga dengan
Jihad Fiisabilillah
16
jalan menyiapkan pasukan. Dengan begitu negeri-negeri islam tetap
kaut dan terlindungi.
Para ulama sependapat bahwa penjagaan terhadap daerah
strategis ini lebih utama dari pada tetap tinggal di kota Mekkah.
Dalam hal ini Allah berfirman :
CهO الل JمF Oك CعCل ل CونFحH FفJل Cا ت gهCاي يC أ CينHذO آمCال Fوا ن وا FرH اصJب وا FرH وCصCاب HطFوا اب CرCو OقFوا وCات
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu)
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Ali
Imran : 200)
Dalil diatas merupakan suatu pertanda, bahwa perlindungan
terhadap Negara islam, merupakan sasaran jihad yang benar.
4. Membunuh orang orang kafir, mencelakakan dan membinasakan
mereka.
Membunuh orang-orang kafir dlakukan karena kekufuran
mereka, di ibaratkan seperti penyakit kangker, ia ganas serta
membahayakan jiwa. Jika orang mau tidak mau tunduk, tidak mau
mematuhi hukum islam tentu kita harus memusnahkannya.
Firman Allah :
FهO الل JنC أ OقHحF ي OقCحJ ال HهH HمCات Cل Hك ب CعCطJقC وCي CرH دCاب CينHرHافC Jك FرHيدF ال وCي
“Dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan
ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir” (QS. Al Anfaal :
7)
5. Membuat orang-orang kafir ketakutan, hina dan marah.
Firman Allah SWT :
CونF هHب JرF ت HهH ب OوFدCع HهO الل JمF وCمHنJ وCعCدFوOك HاطC رHب HلJ ي CخJ مCا ال JمF CطCعJت ت Jاس JنHم dةOوFق JمFهC ل
CعHدgوا وCأ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
Jihad Fiisabilillah
17
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu” (QS. Al Anfaal : 60)
Ayat tersebut melegitimasi, bahwa salah satu tujuan jihad
adalah agar musuh menjadi takut dan gentar.
Ibnu Qayyim berkata : “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai
Allah dari pada orang yang mencari perlindungan (dari kejahatan)
musuhnya yang membuat mereka murka kepadanya”
Umat islam dituntut agar mau melaksanakan tujuan jihad ini
sebagai pengejawantahan kesempurnaan penghambaannya kepada
Allah SWT.
E. Manfaat Jihad di Jalan Allah
Dalam jihad terdapat manfaat dan sasaran yang ingin dicapai. Ini
harus terwujud bagi setiap muslim. Diantara manfaatnya adalah :
1. Tersingkapnya kaum munafiq.
Adalah kenyataan, bahwa sifat munafiq, rakus, material
oriented yang destruktif terhadap tegaknya kalimat Allah terhadap
diantara kaum muslimin.
Jihad merupakan salah satu alat untuk menyingkap kedok
mereka. Sebab didalam jihad terdapat pengorbanan yang sangat
besar, artinya menyangkut segala sesuatu yang menjadi potensi
manusia, bahkan nyawa sekalipun dapat dikorbankan. Orang
munafik tidak akan mau memberikan potensinya, kecuali untuk
menyelamatkan nyawanya dan memperoleh kenikmatan dunia.
Terbukti ketika ada seruan untuk berjihad, dimana sebagai
taruhannya adalah nyawa, niscaya mereka menolak. Hal ini
disinyalir dalam firman Allah SWT :
Jihad Fiisabilillah
18
Fوا آمCن CوJال ل JتCل Fز� ن ة� Cور Fس HذCا فCإ JتCلHزJ نF أ ة� Cور Fس CمCة� مFحJك CرH وCذFك فHيهCا FالC JقHت ال CتJ Cي أ Cر
FولFقC وCي CينHذO ال
Cون FرFظJ Cن ي CكJ Cي Hل إ CرCظC ن JمCغJشHي� ال HهJ Cي عCل CنHم HتJوCمJ ال وJلCىC فCأ JمFهC مCرCض� ل
CينHذO ال فHي JمHهH Fوب قFل
“Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada
diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang
jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang,
kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya
memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan
karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” (QS.
Muhammad : 20)
Kenalnya orang-orang mukmin terhadap orang-orang munafik
mempunyai manfaat yang sangat banyak. Mereka ini sesungguhnya
musuh dalam selimut dan sangat berbahaya dari musuh eksternal.
Jika identitas mereka diketahui, mereka bisa dicegah untuk
bergabung dengan kaum muslimin dalam berjihad. Sebab mereka
selalu menyebarkan berita-berita bohong dan enggan (berlambat-
lambat) melakukan perintah. Hendaknya orang-orang mukmin
berjihad menghadapi mereka sesuai dengan perintah Allah SWT.
Hal ini tertera dalam firman_Nya :
HدHاهCج CارOفF Jك Cال CافHقHين JمFن وCال JظFلJاغCوJمHهJ Cي Hيg عCل Oب Cا الن gهCا ي يC أ
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka” (QS. At
Taubah : 73)
2. Membersihkan Orang-orang mukmin dari dosa-dosa mereka.
Sesungguhnya bagi orang mukmin berjihad dengan niat ikhlas
karena Allah semata. Kemudian dimedan perang dia membunuh
orang-orang kafir, maka baginya pahala yang besar
Jihad Fiisabilillah
19
Sebagaimana Hadist Nabi :
“orang kafir dan orang yang membunuhnya tidak akan pernah
disatukan dalam neraka”
Jika hatinya disertai rasa takut kepada Allah dalam berjihad
dijalannya, berguguranlah kesalahan-kesalahannya itu dari sisinya.
Dan jiak ia gugur di tangan-tangan orang-orang kafir, maka baginya
setinggi-tingginya kesuksesan, yakni Syahid.
Rosulullah SAW bersabda :
”Tak seorangpun yang masuk surga menyukai untuk kembali
kedunia lagi. Sekalipun tidak memiliki sesuatu kekayaan apapun di
dunia kecuali orang mati syahid. Ia menghendaki kembali ke dunia
agar dapat terbunuh sampai sepuluh kali dalam berjihad dijalan
Allah. Sebab ia telah menyaksikan balasab penghormatan
kepadanya (pahala berjihad)” (HR. Bukhari).
Maksudnya adalah bahwa syahid dijalan Allah serta
tertebusnya dosa-dosa itu merupakan sasaran yang tinggi dan
mengandung banyak manfaat yang patut diberikan kepada kaum
muslimin atas jihad merka.
3. Mendidik orang-orang beriman kepada kesabaran, keteguhan,
ketaatan dan pemurah.
Sesungguhnya sikap santai dan tidak siap menghadapi
berbagai kesulitanakan mengantarkan seorang beriman kepada
kehinaan, kemanjaan dan ketergantungan kepada kehidupan dunia.
Sedang pergolakan dalam kancah jihad untuk memperoleh ridho
Jihad Fiisabilillah
20
Allah akan mengasah dan mendidik jiwa menjadi sabar, berani,
kuat, semangat dan mempunyai rasa persaudaraan, serta sifat-sifat
terfuji lainnya. Disisi lain akan menghilangkan sifat-sifat tercela,
seperti egoisme, pengecut dan lain sebagainya.
4. Memperoleh harta rampasan dan tawanan perang.
Nabi SAW memberiakn hak prajurit yang membunuh guna
memperoleh harta rampasan dari yang dibunuhnya. Nabi juga
memberi bagian dari ghonimah (harta rampasan) kepada sebagian
kaum muslimin yang turut berperang sesuai dengan kemampuan
mereka.
Nabi SAW bersabda kepada sebagian sahabatnya ketika
sampai berita tentang kafilah Abu Sofyan. Kaflah ini merupakan
kafilah yang kuat dan lengkap perbekalannya yang baru datang dari
negeri Syam. Yang artinya :
“Ini kafir Quraisy yang padanya terdapat harat mereka. Sebab itu
keluarlah kalian kepadanya. Semoga Allah memberikan karunia
kepada kalian untuk memperolehnya” (Kitab Al Bidayah Wan
Nihayah, Ibnu Katsir)
Ghonimah merupakan salah satu diantara sekian sasaran
jihad. Akan tetapi bukan sasaran inti, melainkan saasran tambahan.
Sedang bagi orang-orang yang berjihad semata-mata untuk
mendapatkan Ghonimah, maka tidak ada nilai jihad baginya.
Jihad Fiisabilillah
21
F. Tujuan Jihad Fiisabilillah
Adalah merupakan tujuan utama dari pada jihad seandainya
seluruh penduduk dunia menganut agama Islam.
Bagi ahli kitab dan majusi, jika mereka menolak masuk islam,
mereka harus membayar jizyah (Upeti). Seandainya menolak, tidak ada
pilihan lain kecuali masuk islam dan tunduk pada hukum-hukumnya.
Jihad islam tidak akan pernah padam selama-lamanya, sebab
syetan terus-menerus menyesatkan umat islam. Sesungguhnya
pertarungan antara hak dan batil tidak akan pernah selesai hingga
akhir zaman.
Dari Jubair bin Nafir, bahwa Salmah bin Nafil membritahukan
kepada para sahabat, bahwasanya ia telah mendatangi Nabi SAW, lalu
berkata : “Aku bosan menunggang kuda dan perang telah berhenti dan
tidak ada peperangan lagi. Maka Nabi SAW bersabda : “sekarang ini
datang waktu perang. Tak ada henti-hentinya akan datang sekelompok
dari umatku yang gigih membela kebenaran atas umat manusia. Allah
membuat angkuh hati suatu kaum, sehingga mereka (kelompok itu)
bangkit memeranginya. Allah berkenan member rejeki kepada mereka
dari kaum tersebut, sampai datang keputusan Allah, sedang mereka
tetap gigih membela kebenaran”. (Musnad Ahmad bin Hanbal).
Berkata Imam Bukhari didalam kitab shohihnya, Rasulullah SAW
bersabda :
“Pada kuda yang terlambat, pada tambatannya terdapat kebaikannya
hingga hari kiamat”
Menurut interpretasi Ibnu Hajar dalam kitab syarahnya
mengemukakan, bahwa perkataan “Kebaikkan yang ada pada kuda
yang tertambat hingga hari kiamat”, artinya adalah mendapatkan
pahala dan ghonimah (Harta rampasan). Pahala dan ghonimah yang
didapat itu hanya jika kuda tersebut digunakan untuk bejihad.
Jihad Fiisabilillah
22
Dengan demikian jelaslah, bahwa kontinuitas dalam berjihad
adalah hingga datangnya hari kiamat. Hukum perintah dalam berjihad
melawan orang-orang kafir tidak akan hilang hingga mereka komitmen
dan mau menyatakan ke islamannya atau membayar jizyah bagi ahli
kitab dan majusi.
Mengenai penentuan yang diharuskan membayar jizyah diantara
golongan kafir, para Ulama berlainan pendapat. Namun mereka
sepakat, bahwa Yahudi dan Nasrani dari luar Arab (yang bukan orang
Arab), jika mereka menolak membayar jizyah wajib untuk diperangi.
Adapun untuk golongan kafir selain mereka, maka disini terdapat
perbedaan pendapat.
Pendapat para ulama tersebut dibagi kepada empat kelompok :
a. Pendapat Imam Syafi’I, Imam Ahmad Abu Tsauri dan pengikutnya,
berpendapat bahwa jizyah orang musyrik (selain ahli kitab) tidak
boleh diterima. Orang musyrik hany mempunyai dua pilihan, masuk
islam atau dibunuh.
Sebagaimana sabda Nabi SAW : “Aku diutus untuk memerangi
manusia sehingga mereka bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain Allah
SWT”
Masih banyak dalil dan hadits lain yang menegaskan, bahwa tujuan
jihad adalah agar manusia masuk islam, kecuali untuk ahli kitabdan
majusi. Jika mereka menolak, maka bagi mereka harus membayar
jizyah.
b. Pendapat Imam Hanafi, bahwa Rasulullah SAW melarang jizyah
dipungut dari orang Arab tetapi dipungut dari orang kafir.
c. Pendapat Imam Malik, bahwa jizyah tidak bisa diterima dari orang
Quraisy, namun dapat diterima dari orang kafir selain mereka.
d. Bahwa jizyah diterima dari setiap orang kafir yang ada di muka
bumi, tanpa terkecuali. Hal ini diriwayatkan dari Imam Malik dan
Auza’I, serta Ibnu Qayyim, dan juga disepakati oleh ulama masa
kini.
Jihad Fiisabilillah
23
Kalau ada orang lebih cenderung kepada pendapat yang
pertama, dimana jizyah tidak dapat dipungut dari orang musyrik, itu
dikarenakan mengartikan lafadz “musyrik” dalam hadits muslim diatas,
dengan ahli kitab.
Allah SWT berfirman :
HتC وCقCال FودFهC Jي ال Jر� ي CزFع FنJ اب HهO الل HتCالCقCو ى CارCصO الن Fيح HسCمJ ال FنJ اب HهO الل
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang
Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah".” (QS. At Taubah : 30)
Kami melihat, pendapat yang paling kuat diantara yang empat
diatas adalah pendapat yang pertama, yaitu tidak diterima jizyah
dari orang-orang musyrik kecuali ahli kitab dan majusi. Karena
orang musyrik hanya punya dua alternative, masuk islam atau
diperangi.
Adapun mengenai ketentuan, bahwa selama Ahli kitab
berdomosili di areal islam harus dipungut jizyah. Itu dikarenakan
khawatir berdampak negative bagi kaum muslimin, sebagaiman
yang terjadi pada akhir masa kejayaan dinasti Abbasiyah, dimana
sebagian Khalifahnya terbiasa memaafkan Ahli Kitab, yaitu dengan
tidak memungut jizyah kepada mereka.
Dalam hal ini Ibnu Qayyim memberikan komentar mengenai
diharuskannya membayar jizyah bagi Ahli Kitab dan Majusi didalam
wilayah Islam, dengan menyebutkan, bahwa didalamnya terdapay
beberapa hikmah, yaitu: “Agar kekufuran dan kemusyrikan hilang
dimuka bumi dan menjadikan Dienullah sebagai satu-satunya Dien,
seperti firman Allah SWT :
“Dan Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah dan
agar Dien itu seluruhnya milik Allah SWT”.
Jihad Fiisabilillah
24
Demikianlah akhir dari pada tujuan dan sasaran jihad yang
harus ditegakkan di muka bumi ini dengan keadilan dan kebenaran.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah melakukan pembahsan Makalah kami Jihad Fiisabilillah yang
memfokuskan pada tujuan dan Sasaran jihad yang terjadi pada zaman
Rasulullah, sehingga kita bisa mengambil Ibrah dan maksud tujuan jihad
uang sebenarnya yang terjadi pada zaman Rasul. Dan akhirnya sampailah
kepada kesimpulan sebagai berikut :
Jihad mempunyai sasaran yang esensial, yaitu menuntut manusia
untuk mengabdikan diri hanya kepada Allah SWT semata dan
manafikan kepada selain-Nya.
Jihad sebagai salah satu media untuk menyingkap oaring-orang
munafik dengan segala bentuk propagandanya.
Mengislamkan manusia seluruh dunia merupakan dasar dari pada
tujuan jihad.
Jihad Fiisabilillah
25
Kita dituntut untuk senantiasa menegakkan dan menjadikan jihad
sebagai salah satu upaya mensyi’arkan Islam yang tidak boleh
berhenti hingga tiba hari Kiamat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Kariim.
Fahmi Abu, Marjan Ibnu , Tujuan dan Sasaran Jihad, Dar al-Fikr,
Beirut, 1411 H.
Dr. Ali bin Nafayyi’ al-‘Alyani, Ahdaf Al- Jihad Wa Ghayatuhu,
Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram dan
Penjelasannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2000 M.
Jihad Fiisabilillah
26
Imam Nawawi, Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi & Terjemah
Riyadhus Shalihin, Pustaka Amani, Jakarta, 1999 M.
Jihad Fiisabilillah