Upload
ainun-maylana
View
151
Download
41
Embed Size (px)
DESCRIPTION
matra laut
Citation preview
KELOMPOK A3
Astri rusmarici Andri yanuardi
Natasya pratiwi Agung karya winara
Satrio nindyo istiko Adimas ratmanhana kusuma
Sari novita pratiwi Rr. Aris bayu
Malik jantra indarto Dedeh koesmiyati
Adi rahmawan Ainun maylana
Gilang andya pratama Detty ardhyasari
Septian harry wibowo Putri dwi wahyu nur utami
Ilmah Sylvia wahyu rahmawati
Deputri anandhyta
Anastasya nelyana padma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran menghasilkan sejumlah
metode-metode baru dalam upaya penyembuhan penyakit. Salah satu diantaranya adalah
terapi hiperbarik.
Sejarah awal terapi hiperbarik berkaitan dengan dunia penyelaman (diving), seperti
diketahui bahwa manusia telah mengenal aktivitas menyelam sejak jaman dahulu, oleh
karena itu konsep pemikiran terapi hiperbarik oksigen dapat dikatakan sudah memiliki usia
yang tua.
Terapi hiperbarik mempunyai riwayat yang tidak tetap. Ruangan di Eropa pada abad
sembilan belas lebih digunakan sebagai spa oleh orang-orang kaya dan modis daripada
sebagai modalitas pengobatan medis untuk mendiagnosa penyakit tertentu.Dilanjutkan
penelitian Paul Bert, Al Behnke, dan Ite Boerma et al. yang mengembangkan dasar pemikiran
ilmiah pada manfaat klinis ilmu kedokteranhiperbarik. Terlepas dari eksploitasi, pasien-
pasien Midwest sebagai penggemarProfesor Orville J. Cunningham pada tahun 1920, oksigen
hiperbarik tidak lagi "sepertiobat untuk suatu penyakit" tetapi sebuah ilmu pengetahuan dasar
terapi hiperbarik. (Binta, 2012)
Di awal tahun 1962, komite dikejutkan oleh Divisi Ilmu Pengetahuan medis
dariAkademi Nasional Ilmu Penetahuan (National Academy of Science) menetapkanDewan
Penelitian Nasional yang merupakan sebuah komite untuk mengevaluasikemanjuran terapi
hiperbarik.Pada tahun 1967, Lembaga Kesehatan Hiperbarik dan bawah laut
didirikan.Merupakan lembaga oganisasi internasional yang mendorong pertukaran
intelektualinformasi mengenai fisiologi, penyelaman, dan pengobatan klinik hiperbarik.
Pertemuan ilmiah merangsang presentasi makalah untuk ulasan, dan hasilnya diterbitkan
dalam jurnal of undersea and hyperbaric medicine. (Binta, 2012)
Dengan desakan dari keduanya, komunitas penggalang dana dan rekan-rekanmedis
mereka, lembaga mempublikasikan laporan utama komite Terapi OksigenHiperbarik pada
tahun 1977. Tak bisa dipungkiri kenyataan ilmiah tentang kegunaandari oksigen hiperbarik
untuk diagnosa yang telah ditetapkan. Dalam hal ini komitemengulas diagnosa potensial
untuk 13 indikasi yang disetujui (Binta, 2012).
Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan kata lain
terapi hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang tinggi. Pada awalnya
terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati decompression sickness, yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh penurunan tekanan lingkungan secara mendadak sehingga
menimbulkan sejumlah gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik dalam sel maupun di
luar sel, dan hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ dalam tubuh, dari derajat
ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang terbentuk. Seiring
dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya untuk terapi bermacam-
macam penyakit, beberapa diantaranya: stroke, multiple sclerosis, cerebral edema, keracunan
karbon monoksida dan sianida, trauma kepala tertutup, gas ganggrene, peripheral neuropathy,
osteomyelitis, sindroma kompartemen, diabetic neuropathy, migraine, myocardial infarction.
(Jain, 1990; Guyton dan Hall, 1997).
Di Indonesia terapi hiperbarik pertama kali dimanfaatkan pada tahun 1960 oleh
Lakesla yang bekerjasama dengan RSAL Dr. Ramelan, Surabaya. Sekarang ini banyak
rumah sakit yang mempunyai fasilitas terapi hiperbarik yaitu RSAL Mintohardjo Jakarta, RS
Pertamina Arun Aceh, RS Pertamina Cilacap, RSU Sanglah Denpasar dan masih banyak juga
rumah sakit milik swasta yang memiliki fasilitas tersebut.
Mengetahui besarnya manfaat terapi hiperbarik dalam penyembuhan penyakit di atas,
sudah selayaknya terapi hiperbarik dijadikan salah satu terapi pengobatan baru yang tidak
dapat dipandang sebelah mata. Mengigat Indonesia sendiri merupakan negara maritime dan
kepulauan dimana 65% adalah kepulauan, tidak dipungkiri kejadian masalah kesehatan yang
berhubungan dengan penyelaman yang merupakan salah satu manfaat terapi hiperbarik.
Ironisnya, masih banyak tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum mengenal
dan mengerti manfaat 2 terapi hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah hati penulis
untuk mengetahui lebih lanjut dan memberi informasi tentang cara kerja dan manfaat terapi
hiperbarik.
1.2 Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti
untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
menghasilkan metode baru salah satunya terapi hiperbarik. Berkaitan dengan penyelaman
dan kelautan, selain itu mempunyai banyak manfaat dalam terapi kesehatan. Indonesia
merupakan negara kepulauan 65% adalah pulau, sehingga pengetahuan tentang terapi
hiperbarik sangat penting dan penggunaan dalam kesehatan terkait dengan kesehatan
yang berhubungan dengan kesehatan penyelaman ataupun masalah kesehatan yang lain.
Ironisnya, masih banyak tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran belum
mengenal dan mengerti manfaat 2 terapi hiperbarik, Sehingga hal ini yang menggugah
hati penulis untuk mengetahui lebih lanjut dan memberi informasi tentang cara kerja dan
manfaat terapi hiperbarik.
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan mengenal terapi oksigen hiperbarik di RS. TNI AL dr. Mintohardjo.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui mekanisme kerja dari terapi oksigen hiperbarik.
2. Mengetahui alat yang diperlukan pada terapi oksigen hiperbarik.
3. Mengetahui indikasi yang tepat untuk dilakukan terapi oksigen hiperbarik.
4. Mengetahui kontraindikasi dilakukannya terapi oksigen hiperbarik.
5. Mengetahui protokol penggunaan terapi oksigen hiperbarik yang tepat.
1.4 Manfaat
1.ManfaatTeoritis
Secara akademis kegiatan field study ini bermanfaat sebagai bahan kajian
dalam menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai penggunaan alat hyperbaric
chamber . Pada kegiatan field study ini juga dapat mengetahui sejauh mana manfaat
hyperbaric chamber sebagai terapi.
2.Manfaat Praktis
a. Masyarakat Umum
Sebagai sumber informasi dan bahan ilmu pengetahuan tentang
penggunaan alat hyperbaric chamber.
b. Masyarakat Peneliti
Sebagai data informasi bacaan dan pelengkap bahan referensi untuk
penelitian di bidang Hiperbarik.
c. Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
Menambah data dan referensi apabila dilakukan kegiatan field study
selanjutnya ataupun penelitian di bidang Hiperbarik.
d. Diri Sendiri
Menambah pengetahuan di bidang Hiperbarik dengan mengatahui alat-
alat hyperbaric chamber dan manfaat dari Hyperbaric Oxygen
Therapy.
BAB II
TEORI HIPERBARIK
II.1. Sejarah Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik adalah pengobatan oksigenasi hiperbarik yang
dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan dengan menggunakan ruang udara
bertekanan tinggi (RUBT) dan pemberian pernapasan oksigen murni (O2 = 100 %)
pada tekanan lebih dari satu atmosfer dalam jangka waktu tertentu ( Kemenkes,
2008). Oksigen hiperbarik adalah suatu cara pengobatan dimana pasien menghirup
oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada tekanan udara
atmosfer normal (RS AL Mintohardjo).
Terapi oksigen bertekanan tinggi adalah suatu prosedur dimana pasien
menempati suatu ruangan yang disebut dengan ruangan udara bertekanan tinggi
(RUBT) dan diberikan oksigen dengan tekanan 100% dengan harapan untuk
menstimulasi penyembuhan untuk beberapa masalah kesehatan (Erick Supondha)
Terapi ini awalnya digunakan untuk penyakit dekompresi, yaitu suatu penyakit yang
dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan
saat naik ke permukaan secara mendadak. Dari berbagai penelitian diketahui oksigen
dengan tekanan tinggi memiliki manfaat lebih, tidak hanya pada kasus-kasus
penyelaman saja. Satu contoh terapi oksigen hiperbarik yang berhasil, digunakan
dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Terapi oksigen hiperbarik sebenarnya
merupakan terapi penunjang pada proses penyembuhan luka. Sedangkan perawatan
utamanya sendiri adalah debridement dan penjahitan jika diperlukan. (Indo Diving)
Penggunaan tekanan atmosfer untuk menyembuhkan pasien tidaklah baru.
Ternyata sudah mulai dikenal pada tahun 1600an, sampai akhirnya oksigen yang
bersaturasi dalam darah dengan hemoglobin ditemukan dapat menyembuhkan luka
dengan cepat pada tahun 1930an oleh seorang tentara angkatan laut bernama Behnke.
Fisher pada tahun 1969 untuk pertama kali menggunakan oksigen hiperbarik pada 32
pasiennya yang mengalami ulser pada kaki. Penelitian serupa dilakukan pada tahun
1975 pada pasien lainnya. Oksigen dialirkan dan dipertahankan selama 41 menit,
terapi dilakukan dua kali sehari dan setiap sesi dilakukan sedikitnya 2-3 jam. Hasil
penelitiannya menunjukkan banyak ulkus yang sembuh dengan baik, walau demikian
oksigen bertekanan tinggi gagal pada kasus-kasus iskemia hebat. Ignacio et.al pada 18
pasien denga jenis ulcer yang berbeda dan hasilnya cukup memuaskan. Heng
memberikan terapi oksigen hiperbarik secara topikal pada 6 pasien denga 27 ulser (5
dari 6 pasien Penyembuhan terjadi pada hari 6 sampai dengan 21 hari, sedangkan 10
ulser tanpa terapi oksigen hiperbarik tidak terjadi proses penyembuhan pada periode
waktu yang sama. Di Indonesia, pemanfaatan HBOT pertama kali oleh Lakesla yang
bekerja sama dengan RS Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya, tahun 1960. Hingga
saat ini fasilitas tersebut masih merupakan yang paling besar di Indonesia. Sementara
di tempat lain telah tersedia pula fasilitas terapi oksigen hiperbarik, diantaranya
adalah RSAL Dr RSAL Halong Ambarawa, RSAL Midiato, RSP Balikpapan, RSP
Cilacap, RSU Makasar, RSU Manado, RSU Sangla Denpasar, RSAL Dr.
Mintohardjo, dan Diskes Koarmabar. Terapi oksigen bertekanan tinggi juga sudah
diakui secara internasional maupun nasional sebagai salah satu cabang dari
kedokteran kelautan dan masuk ke dalam terapi ozon bukan sebagai terapi alternatif.
Dasar dari terapi hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori
Toricelli yang mendasari terapi, digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm
adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur udara yang
terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 78 % dan Oksigen (O2) 21%.
Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang
disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori
fisika dasar dari hukum-hukum Dalton, Boyle, Charles dan Henry. Sedangkan prinsip
yang dianut secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan
menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang berada di
sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara pertukaran gas. Fase-
fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan
diffusi. Dengan kondisi tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang
menopang kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal. (Indo
Diving)
II.2. Tujuan dan Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik
Menurut Kemenkes (2008) tujuan dan manfaat dari terapi oksigen hiperbarik
ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pengobatan utama, yaitu penyakit-penyakit akibat penyelaman
dan kegiatan kelautan :
a. Penyakit dekompresi
b. Emboli udara
c. Luka bakar
d. Crush injury
e. Keracunan gas karbon monoksida (CO)
2. Sebagai pengobatan tambahan, yaitu untuk :
a. Gas gangrene
b. Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)
c. Eritema nodusum
d. Osteomielitis
e. Buerger’s disease
f. Morbus Hansen
g. Psoriasis vulgaris
h. Edema serebral
i. Kleroderma
j. Lupus eritematosus (SLE)
k. Rheumatoid artritis
3. Sebagai pilihan pengobatan lain, yaitu untuk :
a. Pelayanan kesehatan dan kebugaran
b. Pelayanan kesehatan olahraga
c. Pasien lanjut usia (geriatric)
d. Dermatologi dan kecantikan
4. Sebagai penunjang diagnostik, yaitu untuk pasien rawat inap dengan :
a. Penyakit dekompresi berat dengan kelumpuhan (parese
dan plegi)
b. Penyakit dekompresi berat dengan pneumonia
c. Penyakit dekompresi berat dengan disertai penyakit
jantung
d. Penyakit dekompresi berat dengan inkontinensia urin
dan hematuria
II.3. Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hioperbarik telah dimanfaatkan oleh hamper semua orang di
dunia. Tahun 2011 di Amerika Serikat, Undersea and Hyperbaric Medical Society
(UHMS) dan Food and Drug Administration (FDA) mengakui adanya 13 indikasi
klinis yang dapat diobati oleh terapi ini. Indikasi klinis yang dimaksud adalah:
1. Emboli gas arteri
2. Keracunan karbon monokasida
3. Klostridial myositis dan myonecrosis (gas gangrene)
4. Cedera, sindrom kompartemen dan iskemia akut lain
5. Dekompresi
6. Penyumbatan arteri retina
7. Anemia yang parah
8. Abses kepala atau otak
9. Kematian karingan pada infeksi jaringan lunak
10. Osteomyelitis
11. Radiasi cedera jaringan lunak
12. Pencangkokan kulit
13. Luka bakar
Sedangkan menurut Kemenkes (2008), yang ditujukan untuk terapi oksigen
hiperbarik ini adalah:
1. Penyakit dekompresi (DCS)
2. Penyakit emboli udara (arterial gas emboli/AGE)
3. Keracunan gas : CO, sianida,hydrogen disulfide
4. Gas gengren, facitis akuta nekrotikans, osteomielitis refrakter
5. Morbus Hansen
6. Penyakit jamur sistemik
7. Luka bakar
8. Ulkus dan gangrene diabetikum
9. Pengobatan tambahan untuk penyembuhan pasca tindakan bedah plastic dan
rekonstruksi
10. Crush injury
11. Bedah ortopedi
12. Penyakit vaskuler
13. Penyakit neurologi
14. Hematologi (anemia sel sabit)
15. Oklusi arteri sentralis retina
16. Ileus paralitik, tukak lambung
17. Sudden deafnees, menier disease
18. Abses paru
II.4. Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
1. Kontraindikasi mutlak
• Pneumothorax yang belum diobati
• Kehamilan
• Keganasan yang belum diradioterapi
2. Kontraindikasi relative
• ISPA
• Sinusitis kronik
• Kelainan kejang-kejang
• Emfisema
• Febris yang tidak terkontrol
• Riwayat pneumothoraks spontan
• Riwayat bedah thorax
• Riwayat operasi telinga
• Lesi paru asimtomatik
II.5. Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen Hiperbarik
Efek samping yang terjadi pada pasien setelah melakukan terapi dengan
oksigen bertekanan tinggi adalah:
1. Merangsang pembentukan pembuluh darah baru
2. Mengurangi pembengkakan dan peradangan
3. Menonaktifkan racun
4. Meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi,
membantu tubuh membangun jaringan ikat baru, dan membunuh
beberapa jenis bakteri berbahaya
5. Membersihkan racun dan produk sisa metabolism
6. Mempercepat proses penyembuhan.
7. Mual
8. Berkeringat
9. Batuk kering
10. Sakit dada
11. Kedutan
12. Tinnitus
Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada pasien setelah terapi adalah:
1. Barotrauma (telinga, sinus, paru, gigi)
2. Keracunan oksigen
3. Temporer myopia
4. Kejang
II.6. Peralatan
Agar pelayanan hiperbarik dapat dapat terselenggara dengan baik, maka
diperlukan peralatan – peralatan utama dan tambahan yang memadai dan memenuhi
syarat di setiap ruangan sesuai dengan fungsinya.
1) Ruang udara bertekanan tinggi (RUBT)
Ruang udara bertekanan tinggi merupakan fasilitas utama yang
dibutuhkan dalam pelayanan medic hiperbarik. Mekanisme yang terpenting
dari RUBT adalah adanya tekanan, maka oksigen didalamnya member tekanan
yang lebih tinggi dari permukaan air laut. Ukuran, bentuk dan kapasitas tekan
dari RUBT sangat bervariasi. Pembagian tipe RUBT adalah sebagai berikut :
a. RUBT ruang tunggal (Monoplace)
Merupakan tipe RUBT yang sering digunakan. Pasien dapat
dipindahkan kedalam RUBT dengan oksigen yang diisi sesuai dengan
tekanan, yaitu tidak lebih dari 3 ATA. Digunakan untuk penanganan
pasien individu, kasus infeksi dan perawatan intensif. Kelebihannya
adalah mudah dioperasikan, mudah untuk ditempatkan, tidak
membutuhkan masker muka, mudah untuk mengobservasi pasien, serta
hanya membutuhkan sedikit tenaga operator
b. RUBT ruang ganda (Multiplace atau “walk in chamber”)
Digunakan untuk pengobatan bersama beberapa pasien, dimana
pasien bernafas melalui masker yang menutup mulut dan hidung.
Tekanan yang digunakan dapat sampai 6 ATA (untuk indikasi emboli
udara dan penyakit dekompresi)
c. RUBT pengangkut (Mobile/portable)
RUBT yang dapat dipindahkan atau bergerak kemana saja
dibutuhkan, dapat langsung berfungsi di lokasi, bahkan di tempat
parkir Rumah Sakit. Tipe ini sangat ideal untuk mendukung operasi
militer, dan dapat difungsikan sebagai Rumah Sakit di medan tempur,
serta dapat digunakan untuk mendukung penelitian dan terapi
d. RUBT untuk testing dan latihan penyelam
Digunakan untuk melakukan uji coba terhadap penyelam,
dimana ruangan tersebut disimulasikan sesuai dengan kedalaman
penyelaman
e. Small hyperbaric chamber
Digunakan untuk neonates dan hewan percobaan (Kemenkes,
2008)
2) Pemilihan tipe RUBT
Tipe tekanan Tipe
Sampai 1,5 ATA RUBT ruang tunggal dan RUBT ruang ganda
Indikasi:
• Iskemi cerebral
• Iskemi kardiak
• Iskemi peripheral vascular
• Pengobatan tambahan untuk kebugaran, kedokteran
olahraga, skin flaps, dan trauma akustik
Sampai 2,5 ATA Non portable dan portable
• Gas gangrene
• Luka bakar
• Crush injury pada ujung lengan / kaki
Sampai 3 ATA Non portable dan portable
• Penanganan darurat pada penyakit dekompresi
Sampai 6 ATA RUBT ruang ganda • Emboli udara
• Dekompresi
3) Peralatan tambahan untuk RUBT
a. Masker oksigen
b. Respirator dan ventilator
c. Peralatan untuk terapi, yaitu :
1. Peralatan resusitasi jantung paru (RJP)
2. Tabung endotrakeal
3. Alat penghisap (suction)
4. Peralatan infus
d. Peralatan diagnostic :
1. Alat diagnostic kedokteran
2. Alat monitor transkutan oksigen (laser dopler)
3. EKG
4. EEG
5. Alat ukur gas darah
6. Alat monitor tekanan intrakranial
e. Alat neurologi, yaitu oftalmoskop dan dynamometer untuk
mengukur spastisitas
f. Alat latihan, yaitu treadmill
g. Alat terapi, yaitu traksi servikal untuk luka cervical spine
(Kemenkes, 2008)
II.7. Mekanisme Pengobatan
Mekanisme pengobatan hiperbarik antara lain sebagai berikut :
1. Hiperoksigenasi, memberikan pertolongan segera terhadap
jaringan yang miskin perfusi di daerah yang aliran darahnya
buruk
2. Neovaskularisasi, efek teurapetiknya meliputi peningkatan
pemecahan fibroblast, pembentukan kolagen baru dan
angiogenesis kapiler di daerah yang sulit terbentuk
neovaskularisasi seperti pada kerusakan jaringan akibat radiasi,
osteomielitis refrakter dan ulkus kronik
3. Hiperoksia akan meningkatkan aktifitas antimikroba, oksigen
hiperbarik menyebabkan terhambatnya toksin dan inaktivasi
toksin pada infeksi kuman Clostridium perfringens (gas
gangrene), dan meningkatkan fagositosis serta membunuh sel
darah putih yang teroksidasi, serta meningkatkan aktivitas
aminoglikosida
4. Efek penekanan langsung menggunakan konsep hokum boyle
untuk mengurangi volume intravascular atau gas bebas lainnya
5. Hiperoksia mengakibatkan timbulnya vasokontriksi. Dan
terjadi tanpa disertai komponen hipoksia dan sangat menolong
mengurangi timbulnya edema interstitial pada jaringan yang
dicangkok (graft). Penelitian pada aplikasi OHB terhadap
penanganan luka bakar telah mengindikasikan suatu penurunan
yang bermakna pada kebutuhan cairan untuk resusitasi (RS AL
Mintohardjo)
II.8. Protocol Pengobatan
Pengobatan ini dapat berupa pengobatan tunggal maupun pengobatan
kombinasi dengan prosedur medis konvensional, maupun prosedur bedah lainnya.
Setelah menjalani pengobatan OHB, konsultan hiperbarik akan merujuk kembali ke
dokter yang merawat (RS AL Mintohardjo)
BAB III
PERALATAN KOMPONEN RUBT
III.1 Komponen
1. Pintu
Pintu RUBT dalam keadaan tertutup mampu menahan tekanan yang
besar, baik dari satu sisi maupun dua sisi. Pada umumnya, pintu ini berbentuk
bulat dan pipih tetapi dapat dimodifikasikan sesuai kegunaannya. Sekeliling
pintu diberi lapisan karet agar kedap udara. Karet pelapis ini harus tergolong
high elastic rubber dan tahan terhadap minyak maupun ozon. Untuk
meringankan waktu membuka pintu, engsel dipasang di bagian samping.
Terdapat 2 pintu pada RUBT :
• Main Lock : Pintu utama yang umumnya dijadikan pintu masuk
• Emergency Lock : Pintu darurat
2. Jendela
Jendela untuk mengamati kegiatan di dalam RUBT, pada dindingnya
dipasang semacam jendela permanen yang ditutup dengan kaca tebal. Kaca ini
terbuat dari gelas acrylic atau gelas mineral yang tidak mudah pecah bila
mendapatkan tekanan. Jika pecah akan sangat berbahaya bagi orang yang
berada di dalam RUBT karena akan mengalami penurunan tekanan secara
mendadak.
3. Kompressor
Kompressor berguna untuk menghasilkan udara yang sudah
dimampatkan kedalam RUBT. Setelah dimampatkan di dalam kompressor,
udara di filtrasi kemudian masuk ke dalam bank persediaan kemudian baru
dialirkan ke RUBT.
4. Ventilasi udara segar
Udara luar dan udara masuk biasanya diletakkan secara diagonal agar
pengaliran udara tetap terjamin. Pada pengobatan oksigen tekanan tinggi,
biasanya penderita menghisap O2 100% dengan masker. Kadar O2 tidak boleh
>25% karena dapat menyebabkan kebakaran. Karena itu RUBT juga
dilengkapi dengan sarana-sarana pemadam kebakaran.
5. Penyinaran
Sinar alami yang masuk ke dalam RUBT tidak mencukupi untuk
penerangan di dalamnya. Untuk itu diberikan sinar tambahan dengan tegangan
rendah yaitu <42 volt. Biasanya dipakai lampu 2 x 100 watt untuk RUBT
dengan diameter 1,8 m dan panjang 2,4 m.
6. Pendinginan dan Pemanasan
RUBT dilengkapi dengan alat pendingin dan pemanas, karena jika
tekanan udara dalam RUBT dinaikkan, suhu udara didalamnya juga akan naik
dan jika tekanan udara RUBT dikurangi, maka suhu udara di dalam akan
turun.
7. Pengatur kelembaban Udara
Kelembaban udara di dalam RUBT diatur dengan menempatkan
absorbent seperti silica gel sebagai penyerap uap air.
8. Peredam suara
Untuk mengurangi kebisingan pada saat kompresi. Mengurangi
kebisingan sampai dibawah 50 dB.
9. Komunikasi
Digunakan untuk melakukan komunikasi antara operator dengan orang
yang berada di dalam RUBT. Biasanya komunikasi dengan voltase rendah dan
Sound Power Telephone.
10. Kamera televisi
Digunakan untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan di dalam RUBT.
III.2 Peralatan tambahan RUBT
a. Masker oksigen
b. Respirator dan ventilator
c. Peralatan untuk terapi, yaitu:
• Peralatan resusitasi jantung dan paru (RJP)
• Tabung endotrakeal
• Alat penghisap (suction)
• Peralatan infus
d. Peralatan diagnostik
• Alat diagnostik kedokteran
• Alat monitor transkutan oksigen
• EKG
• EEG
• Alat ukur gas darah
• Alat monitor tekanan intrakranial
e. Alat neurologi
Optalmoskop dan dynamometer untuk mengukur spastisitas
f. Alat latihan
Treadmill
g. Alat terapi
Traksi servikal untul luka cervical spine
III.3 Mekasnisme kerja pada RUBT/ Hyperbaric Chamber
Tekanan udara yang dihasilkan pada RUBT berasal dari kompresor. Untuk
Hyperbaric chamber digunakan kompresor medical untuk menghasilkan udara dan
digerakan oleh listrik. Menghisap udara bebas kemudian melalui filter catrid udara
disaring, lalu dikumpulkan pada Bufferbank (Airbank). Kemudian melalui filter catrid
lagi, udara tekan yang bersih dialirkan ke Hyperbaric chamber. Oksigen yang
digunakan yaitu oksigen murni 100% yang dialirkan melalui beberapa tabung oksigen
dan dihubungkan pada face mask sehingga dapat dihirup oleh pasien di dalam
Hyperbaric chamber.
Kompresor yang digunakan ada dua jenis yaitu kompresor tekanan tinggi yang
dapat menghasilkan tekanan 200 atmosfer dan kopresor tekanan rendah yang dapat
menghasilkan tekanan sekitar 15 atmosfer. Untuk RUBT digunakan kompresor
tekanan rendah. Selain itu, kompresor juga menggunakan oli nabati atau berasal dari
tumbuh-tumbuhan, ada dua jenis yaitu oli mineral yang dapat digunakan untuk 1000
jam putaran dan oli sintetik yang dapat digunakan untuk 2000 jam putaran.