Upload
trisfo
View
205
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Homeostatis seluler diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Kedua ini
berhubungan erat, khususnya di hipotalamus, yang mengatur fungsi hipofisis dan sel-sel neuro
endokrin di tempat-tempat lain (sebelumnya dikenal dengan sistem Amine Precursor Uptakeang
Dekarboxylation, APUD).
Aktifitas beberapa organ endokrin, misalnya hipofisis diatur oleh adanya hormon- hormon
stimulator atau inhibitor yang dihasilkan di hipotalamus. Di tempat-tempat lain, seperti korteks
adrenal, hormon-hormon yang diproduksi kelenjar tersebut menghambat sintesis hormon-hormon
topik yang dilepas oleh hipotalamus dan hipofisis, suatu proses dikenal sebagai hambatan umpan
balik (feedback inhibition). Secara umum, penyakit-penyakit sistem endokrin (endokrinopati)
ditandai dengan kelebihan atau kekurangan produksi hormon, yang klinisnya berupa keadaan
hipofungsi atau hiperfungsi.Gangguan-gangguan semacam ini sering kali berkaitan dengan gangguan
mekanis umpan balik.
Kelainan-kelainan endokrin Hipopituitary merupakan salah satu ganjaran yang tersering
dalam dunia kedokteran. Penyakit-penyakit tersebut sering memberikan tanda-tanda dan gejala
yang membingungkan, dimana bila dipahami secara benar, bersama-sama dapat dijadikan patokan
sebagai diagnosa yang meyakinkan. Sama lebih pentingnya, penyakit-penyakit tersebut yang
sebagian cukup letal tetapi sering dapat diperbaiki dan disembuhkan.
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis mengkoordinasikan
berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung,
beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui
mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah
memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan
hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada hakikatnya
sama.Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis.
Panhipopituitarisme ( penyakit simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seleruh sekresi hipofisis
dan penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus ( syndrome Sheehan ) merupakan
penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada
wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.
(Smeltzer, Suzanne.C. 2001. )
1
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hipopituitarisme ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan klien dengan Hipopituitarisme
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjer hipofisis
b. Mengetahui definisi Hipopituitarisme
c. Mengetahui klasifikasi Hipopituitarisme
d. Mengetahui etiologi Hipopituitarisme
e. Mengetahui patofisiologi Hipopituitarisme
f. Mengetahui manifestasi klinis Hipopituitarisme
g. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Hipopituitarisme
h. Mengetahui komplikasi Hipopituitarisme
i. Mengetahui penatalaksanaan medis Hipopituitarisme
j. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Hipopituitarisme
3. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan cara
mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : BAB I adalah
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,tujuan penulisan, metode penulisan,
dan sistematika penulisan. BAB II adalah materi tentang ASKEP Hipopituitarisme.BAB III adalah
penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
2
BAB IIPEMBAHASAN
A.ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJER HIFOFISIS Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur
bertulang (sela tursika) di dasar otak.lekukan os spenoidalis basis cranii.berbentuk oval dengan
diameter kira –kira 1cm dan dibagi atas dua lobus lobus anterior,merupakan bagian terbesar dari
hipofisis kira – kira 2/3 bagian dari hipofisis.lobus anterior ini juga disebut adenohipofise.lobus
posterior,merupaKan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga
neurohipofie.jipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan
hipotalamus.
3
Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk
mengembang.Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa. Hipofisa
memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor
atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan
keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:
Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)
Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
Pertumbuhan seluruh tubuh.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diatara lobus anterior dan posterior,
fungsinya belum diketahui secera pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan lobus ini
mungkin menghaslkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjer
hipofise dikelompokkan berdasarkan jenis hormon yang disekresikan yaitu :
1. Sel-sel somatotraf bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500
nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon
somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm,
menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3. Sel-sel tirotroph berbentuk polihendral, mengandung granula sekretori diameter 50-100 nm,
menghasilkan TSH.
4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula
sekretori,menghasilkan FSH dan LH.
5. Sel-sel kortikottrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar,
menghasilkan ACTH.
6. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjer hipofise tidak dapat
diwarnai dengan pewarnaan yang lazim di gunakan dan karena itu disebut sel-sel kromofob.
Penawaran yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah sel-sel
yang berfolikal.
4
Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hormon tropik akan mengontrol
sintesa dan sekresi hormon kelenjer sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja langsung
pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas
kelenjar endokrim lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
Suatu kelenjer endrokrin yang terletak didasar tengkorak yang memegang peranan penting
dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin.
Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap
dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.
Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:
Mengatur keseimbangan air
Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui
Merangsang kontraksi rahim.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak
perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus.
Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.
Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal,
hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan
pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun
sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar
terendah sesaat sebelum tidur.
Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar LH
(luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi,
bervariasi selama siklus menstruasi. Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon
hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.
Dapat dikatakan sebagai kelenjar pemimpin sebab hormon-hormon yang dihasilkannya
dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus.
Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus, sel-sel
saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini
dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi
langsung mempengaruhi organ target
5
a. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah tubulus dan
arteriol.berfungsi :
ᴥ meningkatkan TD
ᴥ meningkatkan absorsi di tubulus distal
ᴥ menurunkan krja otot saluran GI
ᴥ meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi,
maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit (misalnya natrium,
klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi
secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan
hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula
darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid,
obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana
ginjal terlalu banyak membuang air.
b. hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus dan
payudara.berfungsi :
ᴥ menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan
untukmencegah perdarahan.
ᴥ merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu.
Pengisapanputing susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudaraberkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
6
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa
N
o
Hormon Location Function
1. Hormonpertumbuhan
(growth hormone) GH/
somatotropin
Otot & tulang meningkatkan pertumbuhan dengan
mempengaruhi beberapa fungsi
metabolisme seluruh tubuh, khususnya
pembentukan protein
2. Prolaktin hormon
adenokortikotropik
(ACTH)
Kelenjar
adrenal
mengatur sekresi beberapa hormon
korteks adrenal, yang selanjutnya
mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.
3. Hormon stimulasi tiroid
(TSH)
Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh
kelenjer tiroid, dan tiroksin selanjutnya
mengatur kecepatan sebagian besar
reaksi – reaksi kimia seluruh tubuh
4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar
mammae dan pembentukan susu
5 hormon luteinisasi (LH) Indung telur
(buah zakar)
mengatur pertumbuhan gonad serta
aktivitas reproduksinya.
6. hormon stimulasi folikel
(FSH)
Indung telur
(buah zakar)
mengatur pertumbuhan gonad serta
aktivitas reproduksinya.
7 Oksitosin Rahim &
kelenjar susu
Berperan dalm proses persalinan bayi
dan laktasi
8. Hormon antidiuretik
(vasopresin)
Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke
dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air
dalam cairan tubuh.
7
Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul sebagai kondisi
hiperfungsi hipofise,hipofungsi hipofise, dan lesi/massa setempat yang menyebabkan tekanan pada
khiasma optikus atau bagian basal otak.
B. DEFENISI PENYAKIT
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis,
terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis
yang berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.
Hipopituitarisme, juga dikenal sebagai panhipopituitarisme, merupakan sindrom kompleks
yang ditandai oleh disfungsi metabolik, imaturitas seksual, dan retardasi pertumbuhan(jika keadaan
ini terjadi pada usia kanak-kanak). Penyebab hipopituitarisme adalah defisiensi hormon yang
disekresikan kelenjer hipofisis anterior. Panhipopituitarismemerupakan kegagalan total atau parsial
pada keseluruhan enam hormon kelenjer hipofisis yang vital, yaitu kortikotropin, TSH (thyroid-
stimulatinghormone), LH (luteinizing hormone), FSH (follicle-stimulating hormone),hormon
pertumbuhan (human growth hormon),dan prolaktin. Bentuk hipopituitarisme yang parsial dan
lengkap dialami dewasa maupun anak-anak. Pada anak-anak, penyakit ini dapat menyebabkan
dwarfisme (cebol) dan keterlambatan pubertas. Prognosis baik jika pasien mendapat terapi sulih
hormon yang adekuat dan penyebabnya ditangani.
Hipopituitarisme primer biasanya terjadi dengan pola yang tidak bisa diramalkan. Umumnya,
penyakit ini dimulai dengan penurunan kadar gonadotropin (FSH serta LH) dan hipogonadisme yang
diakibatkannya. Keadaan hipogonadisme dicerminkan melalui haid terhenti pada wanita dan
impotensi pada laki-laki. Defisiensi hormon pertumbuhan kemudian terjadi sehingga terdapat tubuh
yang pendek dan keterlambatan pertumbuhan serta pubertas pada anak-anak. Penurunan kadar TSH
8
yang diakibatkan menyebabkan hipotiroidisme, dan akhirnya penurunan kadar kortikotropin
menimbulkan insufisiensi adrenal. Kalau hipopituitarisme terjadi sesudah operasi ablasi atau trauma,
pola kejadian hormonalnya mungkin tidak harus mengikuti rangkaian kejadian tersebut. Kerusakan
pada hipotalamus atau neurohipofisis dapat menyebabkan diabetes insipidus.
Hipopituitarisme adalah insupisiensi hipofisis akibat kerusakan mudos anterior kelenjar
hipofise. Panhipopituitarisme (penyakit simmod) adalah tidak terdapatnya sekresi semua hipofisis
secara total dan merupakan kondisi yang jarang terjadi. Nekrosis hipofisis post partum (sindrom
Sheehan) adalah penyebab tidak umum dari gagal hipofisis anterior. Kondisi lebih sering terjadi pada
wanita dengan kelainan darah hebat, hipovolemia, dan hipotennsi saat melahirkan. Hipopituitarisme
merupakan komplikasi radiasi pada kepala dan leher. Kerusakan kelenjar hipofise total oleh trauma,
tomur atau lesi vaskuler menghilangkan semua stimuli yang normmalnya diterima oleh tiroid,
kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal.
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)
Hipopituitaris memengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang
sangat rendah.(ElizabethC Erorwin)
Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior. (Barbara C.
Long).
Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam – macam kelainan antara lain nekrosis,
hipofisis post partum(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak,
hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain – lain (KapitaSelekta Edisi:2)
Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis (buku ajar
keperawatan medikal bedah Bunner and Sudarth)
Pituitari adalah kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak di dalam sel tursika, yakni
suatu lekukan di dalam tulang sfenoid hipopituitarisme dapat disebabkan oleh macam – macam
kelainan kelamin antara lain nekrosis, hipofisis postpartura (penyakit shecan), nekrosis karena
meningitis basalis, trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema
dan lain – lain.
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Definisi
hormon hipofisis anterior dapat terjadi dari 3 jalur :
1. Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel – sel sekretorik.
2. Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat
menyebabkan penghentian penyebaran faktor – faktor yang berasal dari hipotalamus.
9
3. Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan pengatur
pada hipofise depan.
C. KLASIFIKASI
a. Hipofisis Anterior (Adenohipofisis).
Merupakan kelenjar yang sangat vaskuler dengan sinus - sinus kapiler yang luas diantara sel
– sel kelenjar,0,6 gr dan diameternya sekitar 1 cm sekresi hipofisis anterior diatur oleh hormonyang
dinamakan”releasing dan inhibitory hormones (atau factor) hipotalamus” yang disekresi dalam
hipotalamus sendiri dan kemudian dihantarkan kehipofisis anterior melaui pembuluh darah kecil
yang dinamakan pembuluh partal hipotalamik hipofisial.
Jenis sel hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri atas beberapa jenis sel. Pada umumnya terdapat satu jenis
sel untuk setiap jenis hormon yang dibentuk pada kelenjar ini, dengan teknik pewarnaan khusus
berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satu sama lain. Satu – satunya kemungkinan pengecualiannya
adalah sel dari jenis yang sama mungkin menyekresi hormon liuteinisasi dan hormon perangsang
folikel.
Berdasarkan ciri – ciri pewarnaannya, sel – sel hipofise anterior dibedakan ke dalam 3
kelompok klasik: Kromofobik (tanpa granul), Eosinofilik dan Basofilik.
Sel – sel eosinfilik dianggap bertanggung jawab untuk sekresi yaitu:
ACTH (Adrenocorticotropic Hormon), merangsang biosintesis dan pelepasan kortisol oleh
korteks adrenal.
Hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid – Stimulating Hormon : tirotropin), merangsang
uptake yodida dan sintesis serta pelepasan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte – Stimulating Hormon) merangsang
perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormon esterogen dan ovarium serta spermatogenesis
pada testis.
Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang sudah masak di
dalam ovarium. Pada laki – laki hormone ini, yang dahulunya disebut hormon perangsang sel
interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating Hormon), merangsang produksi dan pelepasan
testosteron oleh sel – sel leydig di testis.
Prolaktrin (PRL) merangsang sekresi air susu oleh payudara ibu setelah melahirkan.
Pengendalian sekresi hipofisis anterior.
Sistem rangkap (dual system) yang mengendalikan sekresi hormon hipofise anterior melalui
2 mekanisme kontrol antara lain :
10
Umpan balik negatif, dimana hormon dari kelenjar sasaran yang bekerja pada tingakat
hipofise/hipotalamus menghambat sekresi hormon trofiknya.
Pengendalian oleh hormon – hormon hipotalamus yang berasal dari sel – sel neuronai di
dalam atau di dekat eminensia medialis dan disekresikan ke sirkulasi partai hipofise.
b. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Kelenjar hipofisis posterior terutama terdiri atas sel – sel glia yang disebut pituisit.Namun
pituisit ini tidak mensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai struktur penunjang bagi banyak
sekali ujung – ujung serat saraf dan bagian terminal akhir serat dari jaras saraf yang berasal dari
nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikel hipotalamus.
Jaringan saraf ini berjalan menuju ke neurohipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian akhir
saraf ini merupakan knop bulat yang mengandung banyak granula – granula sekretonik, yang
terletak pada permukaan kapiler tempat granula – granula tersebut mensekresikan hormone
hipofisis posterior berikut :
Hormon antidiuretik (ADH) yang juga disebut sebagai vasopresin yaitu senyawa oktapeptida
yang merupakan produk utama hipofise posterior.Memainkan peranan fisiologik yang penting dalam
pengaturan metabolisme air.
Kerja ADH untuk mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel – sel ductus
colligens ginjal. ADH mengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah permeabilitas
membran sel epitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari tubulus ke dalam cairan hipertonik
diruang pertibuler/interstisial.
Aktivitas ADH dan rasa haus yang saling terintigritas itu sangat efektif untuk
mempertahankan osmolaritas cairan tubuh dalam batas – batas yang sangat sempit.
c. Hipofisis Pars Intermedus
Berasal dari bagian dorsal kantong Rathke yang menjadi satu dengan hipofisis posterior. Pars
intermedus mengeluarkan hormon MSH (melanocyte stimulating hormon) melanotropin =
intermedian. MSH terdiri dari sub unit alfa dan sub untui beta, beta MHS lebih menentukan khasiat
hormon tersebut. Pada manusia, pars intermedus sangat rudimeter sehingga pada orang dewasa
tidak ada bukti bahwa MSH dihasilkan oleh bagian ini.Beta MSH memiliki struktur kimia yang mirip
dengan ACTH (adreno cortico tropic hormon), sehingga ACTH memiliki khasiat seperti MSH.
D. ETIOLOGI
Hipopituitarisme dapat bersifat primer atau sekunder.
Hipopituitarisme primer dapat disebabkan oleh:
11
Tumor pada kelenjer hipofisis
Kebanyakan kasus hypopituitarism disebabkan adenomas hipofisis menekan jaringan normal
di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar kelenjar- craniopharyngioma,meningioma , Chordoma
, ependymoma , glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh. misalnya dari sejenis sel
penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semua hormon lain.
Infeksi, peradangan dan infiltrasi otak
Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi pada otak ( abses otak , meningitis , ensefalitis )
atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi oleh sel-sel yang abnormal ( neurosarcoidosis ,
histiocytosis ) atau besi yang berlebihan ( hemochromatosis ). sindrom sella Kosong tidak dapat
dijelaskan hilangnya jaringan hipofisis, mungkin karena tekanan luar. hypophysitis autoimun atau
limfositik terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara langsung menyerang hipofisis.
Vascular
Sebagai kehamilan datang ke istilah , kelenjar pituitari wanita hamil rentan terhadap tekanan
darah rendah , seperti dapat mengakibatkan bentuk perdarahan , kerusakan hipofisis akibat
pendarahan setelah melahirkan disebut sindrom Sheehan. hipofisis pitam adalah perdarahan atau
infark (kehilangan suplai darah) dari hipofisis. Bentuk lain dari stroke semakin diakui sebagai
penyebab hypopituitarism.
Cedera Fisik
Penyebab fisik eksternal untuk hypopituitarism termasuk cedera otak traumatis ,
perdarahan subarachnoid , bedah saraf , dan radiasi pengion (misalnya terapi radiasi untuk tumor
otak sebelumnya).
Bawaan / Keturunan
Bawaan hypopituitarism (hadir sejak lahir) mungkin hasil komplikasi persalinan sekitar, atau
mungkin hasil pembangunan tidak cukup ( hipoplasia ) dari kelenjar, kadang-kadang dalam konteks
kelainan genetik tertentu. Mutasi dapat menyebabkan salah perkembangan cukup kelenjar atau
penurunan fungsi. Kallmann sindrom menyebabkan kekurangan gonadotropin saja.Bardet-Biedl dan
sindrom Prader-Willi telah dikaitkan dengan kekurangan hormon hipofisis.
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder.primer bila gangguan
terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila gangguan terdapat pada hipotalamus.
a. Primer: tumor pada kelenjer hipofisis, defek kongenital (hipoplasia atau aplasia kelenjer
hipofisis), infark hipofisis( paling sering akibat perdarahan pasca partum), hipofisektomi parsial atau
total melalui pembedahan, iradiasi, atau zat kimia, penyakit granulomatosa, seperti tuberkulosis
(jarang), sebab idiopatik atau autoimun (kadang-kadang).
12
b. Sekunder (disfungsi hipotalamus atau gangguan pada tangkai hipotalamus): defisiensi
releasing hormones yang diproduksi oleh hipotalamus dan bisa bersifat idiopatik atau terjadi karena
infeksi, trauma, ataupun tumor.
Akibat dari hipopitutarisme adalah penurunan berat badan yang ekstrim, pelisutan tubuh,
atrofi semua kelenjar serta organ endokrin, kerontokan rambut, impotensi, amenore,
hipometabolisme, dan hipoglikemia. Koma dan kematian akan terjadi jika tidak dilakukan terapi
hormon pengganti.
E. PATOFISIOLOGI
Hipopiutarisme menunjukkan sekresi hormon hipofisis anterior yang rendah dan
panhipopituitarisme menyatakan sekresi keseluruhan hormon hipofisis anterior yang rendah.
Keduanya dapat terjadi karena malfungsi kelenjer hipofisis atau hipotalamus. Akibatnya meliputi
berkurangnya stimulasi organ target endokrin dan defisiensi hormon organ target dalam derajat
tertentu, yang mungkin baru ditemukan setelah tubuh mengalami stress dan peningkatan sekresi
yang diharapkan dari organ target yang tidak terjadi.
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer bila gangguannya
terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila terdapat pada hipotalamus. Penyebab
tersebut termasuk diantaranya: (Hotma Rumahorbo. 1999:38).
1. Defek perkembangan konginetal, seperti pada dwarfisme pituitari.
2. Tumor yang merusak hipofise.
3. Iskemia, seperti pada nekrosis postpartum.
Hipopituitari pada orang dewasa dikenal sebagai (penyakit Simmonds’) yang ditandai dengan
kelemahan umum, intoleransi terhadap dingin, nafsu makan buruk, penurunan berat badan,dan
hipotensi.Wanita yang terserang penyakit ini tidak akan mengalami menstruasi dan pada pria akan
menderita impotensi dan kehilangan libido. Insufisiensi hipofise pada anak-anak akan
mengakibatkan dwarfisme.
Diabetes insipidus ditandai dengan kurangnya ADH sekunder terhadap lesi yang
menghancurkan hipotalamus, stalk hipofise, atau hipofise posterior. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh tumor, infeksi otak atau meningen. Diabetes insipidus dikelompokkan menjadi nefrogenik
(diabetesinsipidus yang terjadi secara herediter di mana tubulus ginjal tidak berespon secara tepat
terhadap ADH, sementara kadar hormon dalam serum normal.Insufisiensi hipotalamus
membutuhkan terapi penggantian hormon yang sesuai. Tetapi penggantian dengan ADH
menunjukkan hasil yang efektif dalam mengobati diabetes insipidus.
13
Lebih dari 90% kelenjar harus dihilangkan sebelum tanda-tanda klinis hipopituitarisme
bermanifestasi. Perubahan patologi bergantung apa penyebabnya. Pada kasus-kasus yang
disebabkan oleh nekrosis istemik, bagian awal nekrosis koagulatif diganti oleh jaringan parut.
Efek klinis hipopituitarisme tergantung pada apakan pasien tersebut anak-anak atau dewasa.
Hipopituitarisme pada anak-anak mengakibatkan kegagalan perkembangan yang
porposiaonal akibat tidak adanya hormon pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Anak-anak ini
memiliki kecerdasan normal dan tetap seperti anak-anak , gagal berkembang secara seksual.
Gambaran klinis dwarfisme hipofisis yang sama terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kelainan
reseptor organ akhir terhadap hormone pertumbuhan (dwarfisme hipofisis). Pasien memiliki kadar
hormone pertumbuhan yang normal di dalam serum.
Pada orang dewasa, hipopituitarisme terutama ditandai dengan efek defisiensi
gonadotropin. Pada wanita, terjadi amenore dan infertilitas ; pada pria, terjadi infertilitas dan
impotensi. Defisiensi tirotropin dan kortikotropin dapat mengakibatkan atropi tiroid dan korteks
adrenal. Meskipun demikian, penurunan sekresi tiroksin dan kortisol jarang cukup berat untuk
menyebabkan manisfestasi klinis. Defisiensi hormone pertumbuhan saja menimbulkan sedikit
kelainan pada orang dewasa.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala hipopituitari bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang.
a. kekurangan hormon GH
Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau
tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan,
kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme). Tanda-tandanya meliputi pertumbuhan lambat, ukuran
otot dan tulang kecil, tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, infertilitas, impotensi, libido
menurun, nyeri senggama pada wanita.
b. Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:
kebingungan, tidak tahan terhadap cuaca dingin, penambahan berat badan, sembelit, kulit kering.
c. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan:
terhentinya siklus menstruasi (amenore), kemandulan, vagina yang kering, hilangnya beberapa ciri
seksual wanita.
Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan impotensi, pengkisutan buah zakar,
berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan, hilangnya beberapa ciri seksual pria
(misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).
d. Kekurangan hormon ADH menyebabkan diabetes insipidus gejalanya adalah : Poliuria
(Urin yang dikeluarkan dalam jumlah yang banyak, bisa mencapai 5-10 liter. Urine sangat encer,
14
berat jenis 1001-1005 atau 50-200mOsmol/kgBB.), Polidipsia (Rasa haus yang berlebihan, biasanya
mencapai 10 iter cairan tiap hari, terutama membutuhkan air dingin) Penurunan berat badan,
Noturia, Kelelahan, Konstipasi, Hipotensi.
Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat defisiensi pelepasan GH.
Dwarfisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari defisiensi tersebut. Ketika anak-anak
tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna gagal
berkembang.Selain itu sering pula ditemukan berbagai derajat insifisiensi adrenal dan
hipitiroidisme,mereka mungkin akan mengalami kesulitan di sekolah dan memperlihatkan
perkembangan intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH.
Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis seperti defisiensi
GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena. Karena orang dewasa telah
menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan hipotuitarisme
adalah normal.
Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu :
1. Terjadinya hipogonadisme.
2. Penurunan libido, impotensi, progresif pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh, jenggot,
berkurangnya perkembangan otot pada pria.
3. Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi atau aminorea yang merupakan tanda awal
dari kegagalan hipofisis. Kemudian di ikiti atrofi payudara dan genetalia eksterna.
(Price Syvia A, 2005:1216-1217)
Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang
meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.
Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan
dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia
(nyeri sendi).
Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada wanita,
impotensi pada pria.
Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus,
osteoporosis.
Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak-
anak.
Defisiensi Gonadotropin : yang menyebabkan disfungsi seksual dan infertilitas.
Defisiensi TSH :konstipasi, intoleransi hawa dingin, rasa cepat lelah, rambut yang kasar,
proses berfikir yang lambat, dan retardasi pertumbuhan pada anak-anak.
15
Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala – gejala
yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium
dari penurunan fungsi adrenal.
Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.
G.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi
kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.
a.Foto polos kepala.
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.
b.Poliomografi berbagai arah (multi direksional).
c.Pneumoensefalografi.
d.CTScan.
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus
melalui kompeterisasi.
e.Angiografi serebral.
Pemeriksaan Lapang Pandang.
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.
b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.
Pemeriksaan Diagnostik.
a.Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
b.Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
c.Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
d.Tes provokatif.
H. KOMPLIKASI
1. Kardiovaskuler.
Hipertensi.
Tromboflebitis.
Tromboembolisme.
Percepatan uterosklerosis.
16
2. Imunologi.
Peningkatan resiko infeksi danpenyamaran tanda – tanda infeksi.
3.Perubahan mata.
Glaukoma.
Lesi kornea.
4. Muskuloskeletal.
Pelisutan otot.
Kesembuhan luka yang jelek.
Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis
aseptik kaput femoris.
5. Metabolik.
Perubahan pada metabolisme glukosa sindrome penghentian steroid.
6. Perubahan penampakan.
Muka seperti bulan (moon face).
Pertambahan berat badan.
Jerawat.
I.PENATALAKSANAAN MEDIK
Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormon-hormon yang kurang. GH
manusia, hormon yang hanya efektif pada manusia, dihasilkan dari tehnik rekombinasi asam
deoksiribonukleat(DNA), dapat digunakan untuk mengobati pasien dengan defesiensi GH dan hanya
dapat dikerjakan oleh dokter spesialis. GH manusia jika diberikan pada anak-anak yang menderita
dwarfisme hipofisis, dapat menyebabkan peningkatan tinggi badan yang berlebihan. GH manusia
rekombinan juga dapat digunakan sebagai hormon pengganti pada pasien dewasa dengan
panhipopituitarisme. Hormon hipofisis hanya dapat diberikan dengan cara disuntikan.
Sehingga, terapi harian pengganti hormon kelenjar target akibat defesiensi hipofisis untuk jangka
waktu yang lama, hanya diberikan sebagai alternatif.( Price Syvia A, 20051217)
1. Kausal.Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila ada gejala – gejala
tekanan oleh tumor progresif dilakukan operasi.
2. Terapi Substitusi
Hidrokortison antara 20 – 30 mg sehari diberikan per–os, umumnya disesuaikan dengan
siklus harian sekresi steroid yaitu 10 – 15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam. Prednison dan
deksametason tidak diberikan karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stres
(infeksi, operasi dan lain - lain), dosis oral dinaikkan atau diberikan parenteral. Bila terjadi krisis
adrenal atasi syok segera dengan pemberian cairan per-infus NaCl-glukosa, steroid dan vasopreses.
17
Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.
Testosteron pada penderita laki – laki berikan suntikan testosteron enantot atau
testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10
mg per-os tiap hari.
Esterogen diberikan pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan
juga androgen dosis setengah dosis pada laki – laki hentikan bila ada gejala virilisasi ’’growth
hormone’’ bila terdapat dwarfisme.
3. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali
dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).
4. Beberapa cara pengobatan sering dilakukan. Defisiensi hormon diobati sebagai berikut :
penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak – anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan
ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat
diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG.
5. Desmopressin dengan insuflasi masal dalam dosis terukur.
J. WOC
K. ASKEP
1. PENGKAJIAN
a) Data biografi
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, no register, diagnose medic, tanggal masuk dan tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaaan, hubungan dengan pasien dan alamat
b) Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Pertumbuhan lambat.
Ukuran otot dan tulang kecil.
Tanda - tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan rambut axila,
payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain – lain.
Interfilitas.
Impotensi.
Libido menurun.
Nyeri senggama pada wanita.
18
Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pada pasien dengan hipopituitarisme RKD ditemukan Ada penyakit atau trauma
pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada pasien dengan hipopituitarisme pada RKS nya ditandai dengan Kelelahan,
kelemahan otot, penurunan toleransi aktifitas, gangguan tidur,Terjadinya siklus menstruasi atau
aminorea dan kulit klien yang terlihat pucat, Nyeri pada kepala, nyeri pada otot dan tulang,
kemandulan, vagina yang kering.
Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada RKK didapatkan adanya generasi yang terdahulu yang menderita penyakit
yang sama. Atau berkaitan dengan penyakit endokrin lainnya misalnya: riwayat penyakit diabetes
melitus, penyakit tiroid, hipertensi, hipotensi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tumor
otak.
Pemeriksaan fisik
¯ Keadaan umum
Biasanya pada pasien hipopituitarisme kesadaran pasiennya CM (compose mentis) atau baik,
pola komunikasinya baik, postur tubuhnya kecil, ukuran tubuhnya kecil / kurang dari normal, berat
badan menurun, tinggi badannya kurang dari normal, biasanya pasien hipopituitarisme juga
mengalami kecemasan (ansietas).
¯ Pemeriksaan kulit
Biasanya pada pasien hipopituitarisme dilihat tekstur kulitnya, biasanya kulitnya kering,
turgor kulit buruk.
¯ Pemeriksaan kepala
Biasanya pada pasien hipopituitarisme dilihat terdapat penonjolan rahang, kulit kepalanya
kering, rambutnya kasar, lihat ekpresi wajahnya biasanya ada terdapat tanda-tanda kecemasan dan
depresi.
¯ Pemeriksaan mata
Biasanya pada pasien hipopituitarisme matanya tidak simetris, lapang pandangnya buruk.
¯ Pemeriksaan mulut
Pertumbuhan giginya tidak rata, inspeksi warna mukosa mulut biasanya pucat dan kering.
¯ Pemeriksaan dada
Biasanya dadanya atau payudaranya tidak berkembang.
¯ Pemeriksaan genetalia
19
Rambut pubisnya tidak tumbuh, vaginanya kering, aminorea, pada laki-laki terjadi juga
pengkisutan buah zakar.
¯ Pemeriksaan ekstremitas
Biasanya terjadi kelemahan pada tonus otot, kekuatan ototnya lemah, terjadi pembesaran
tangan dan kaki, nyeri pada sendi, terjadinya trunkei obesitas (badan besar ekstremitas kecil).
¯ Pemeriksaan neurologis
Biasanya proses berfikirnya lambat, emosinya tidak stabil.
Pemeriksaan menunjang
Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi
kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.
a.Foto polos kepala.
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan
prosedur sangatlah penting.
b.Poliomografi berbagai arah (multi direksional).
c.Pneumoensefalografi.
d.CTScan.
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus
melalui kompeterisasi.
e.Angiografi serebral.
Pemeriksaan Lapang Pandang.
a. Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.
b. Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optik.
Pemeriksaan Diagnostik.
a.Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
b.Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
c.Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan
melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
d.Tes provokatif.
20
2. ANALISA DATA
No. Data Patofisiologi Masalah
1 Ds :
-keluarga klien
mengatakan adanya
perkembangan yang
terlambat atau tidak
berarti
- keluargan
mengatakan payudara
tidak tumbuh
-keluarga mengatakan
bahwa klien tidak mau
bermain dengan anak
usianya
- klien sering minder/
menarik diri
- klien mengatakan
badanya terasa lemah
Do :
- tampak badan tidak
berkembang sesuai
usia .
- tampak klien murung
atau minder
- klien tampak lemah
Hipotalamus menghasilkan GHRH
↓
Adanya trauma/ kelainan organik
↓
↓ produksi GH
↓
Jaringan kekurangan hormon GH
untuk berkembang
↓
Tulang,jaringan lunak,dan organ tidak
dapat berkembang .
↓
Kritinisme
Perubahan citra
tubuh
2 Ds :
-Klien mengatakan
bahwa keadaan
seperti ini
membuatnya stress
-klien mengatakan
bahwa klien suka
Hipotalamus menghasilkan GHRH
↓
Adanya trauma/ kelainan organik
↓
↓ produksi GH
↓
Jaringan kekurangan hormon GH
Koping tidak efektif
21
mengurung diri
- keluarga
mengatakan bahwa
klien sering
mengeluhkan kondisi
ini
Do :
- afek klien terlihat
lesu atau tidak
brsemangat
- klien tampak
merunduk selama
pengkajian
- klien tampak
berputus asa
untuk berkembang
↓
Tulang,jaringan lunak,dan organ tidak
dapat berkembang .
↓
Kritinisme
↓
Penurunan percaya diri
↓
Menarik diri dari lingkungan
↓
Mengurung diri di rumah
↓
MK: koping tidak efektif
3
Dst
Ds :
- klien mengatakan
adanya gangguan
dalam penglihatan
- klien mengatakan
tidak mampu melihat
dalam jarak yang jauh
DO :
- jarak visus klien
berkurang
dst
Adanya kelainan akibat trauma /
kelainan organik
↓
Perkembangan tumor non kanker
dibawah otak
↓
Memberi dampak patologi pada
nervus kranial ( Nervus optikus )
↓
↓ jarak pandang ( visus berkurang )
↓
Kronik
↓
Penglihatan kabur samapi pada
kebutaan
dst
Gangguan persepsi
sensori (penglihatan)
.
Dst
22
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan.
Kopingindividutakefektifberhubungandengankronisitaskondisipenyakit.
Gangguanpersepsisensori (penglihatan)
berhubungandengangangguantransmisiimpulssebagaiakibatpenekanan tumor padanervusoptikus.
Harga diri rendah yanfg berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh
Ansietas yang berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot
Gangguan integritas kulit (kekeringan) sehubungan dengan menurunnya kadar hormonal
Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan penurunan fungsi intelektual.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan di rumah.
4. INTERVENSI
N
o.
Diagnosa Keperawataan Noc
(Krite
ria
Hasil)
Nic
(Intervens
i)
Aktifitas Keperawataan
1 Perubahan citra tubuh b.d perubahan
penampilan fisik.
Adapt
asi
psiko
sosial
1. pe
ni
ng
ka
ta
n
cit
ra
tu
bu
h
1.kaji fakta dan perasaan diri
klien.
2.kaji perilaku yang relevan
dengan rasa kehilangan klien.
3.dorong untuk interaksi sosial.
4.bantu keluarga meningkatan
citra tubuh klien
5.rujuk ke layanan sosial untuk
rencana perawatan untuk klien
dan keluarga.
23
2. M
an
aj
e
m
en
ko
pi
ng
2 KopingIndividuTidakEfektifberhubu
ngandenganKondisiPenyakit.
KOPI
NG
INDIV
IDU
EFEKT
IF
2.Manaje
men
koping
1. Kaji status
kopingindividuyang ada.
2.
Berikandukunganjikaindividu
berbicara.
3. Bantu
individuuntukmemecahkanm
asalah (problem solving).
4.
Instruksikanindividuuntukmel
akukanteknisrelasi, dalam
proses
teknikpembelajaranpenatalak
sanaan stress.
5.
Kolaborasidengantenagaahlip
sikologiuntuk proses
penyuluhan.
24
3 GangguanPersepsiSensori:
PenglihatanberhubungandenganKes
alahanInterpertasiSekunder,
GangguanTransmisi, Impuls.
Dapat
melih
at
deng
an
norm
al
1. Kurangipenglihatan yang
berlebih.
2.
Orientasikanterhadapkeseluru
hanbidang (orang, tempat,
waktu).
3.
Sediakanwaktuuntukistirahat
bagiklientanpagangguan.
4.
Gunakanberbagaimetodeuntu
kmenstimulasiindera.
5. EVALUASI
Setelah tindakan keperawatan dilakukan evaluasi proses dan hasil mengacu oada kriteria evaluasi
yang telah ditentukan pada masing – masing diagnosa keperawatan.sehingga:
Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi dihentikan).
Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan).
Masalah tidak teratasi/tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang
dan intervensi di ubah.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbul sebagai akibat hipofungsi hipofisis. Hipofungsi
hipofise jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia. Kondisi ini dapat
mengenai semau sel hipofise (panhipopituarisme) atau hanya sel-sel trtentu, terbatas pad satu
subset sel-sel hipofise anterior atau sel-sel hipofise posterior. Hipopituarisme ini disebabkan oleh
infeksi atau peradangan, penyakit autoimun, tumor, umpan balik dari organ sasaran yang
mengalamai malfungsi, nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis. Hipopituitari ini
ditandai dengan adanya sakit kepala dan gangguan penglihatan, produksi hormon pertumbuhan
yang berlebih, hiperprolaktinemia, sindrom chusing, defisiensi hormone pertumbuhan, defisiensi
gonadotropin, defisiensi tsh, defisiensi kortikotropin, defisiensi vasopresin. Yang penatalaksanaan
dari penyakit ini adalah kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obat hormonal sampai
dengan operasi bila ada gejala – gejala tekanan oleh tumor progresif.
B. SARAN
Penyusun menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penyusun ucapkan terimakasih.
26
DAFTAR PUSTAKA
Baradero,Mary.2009.Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.Jakarta:ECG
Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3. Jakarta: EGC.
Price,Sylvia.A dan Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit.Jakarta: EGC
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC
http://putri-purnasari.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html
http://ners-blog.blogspot.com/2011/04/askep-hipopituitari.html
27