51
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary merupakan kelenjar sebesar kelereng yang mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia. Kelenjar hipofisis merupakan struktur kompleks pada dasar otak, yang terletak dalam sela tursika, di rongga dinding tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior (neurohipofisis) sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior (adenohipofisis) yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Hipofisis anterior menghasilkan hormon adrenokortikotropik (ACTH), hormon tiroid, hormon somatotrof atau hormon pertumbuhan (GH), dan hormon gonadotropin (FSH dan LH). Sedangkan hipofisis posterior menghasilkan hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin. 1

hipopituitarisme kk6A o.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: hipopituitarisme kk6A o.doc

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary merupakan kelenjar sebesar

kelereng yang mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi

kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia. Kelenjar hipofisis merupakan

struktur kompleks pada dasar otak, yang terletak dalam sela tursika, di rongga

dinding tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus

posterior (neurohipofisis) sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior

(adenohipofisis) yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis.

Hipofisis anterior menghasilkan hormon adrenokortikotropik (ACTH), hormon

tiroid, hormon somatotrof atau hormon pertumbuhan (GH), dan hormon

gonadotropin (FSH dan LH). Sedangkan hipofisis posterior menghasilkan hormon

antidiuretik (ADH) dan oksitosin.

Kelenjar hipofisis, terutama bagian anterior (adenohipofisis), memiliki

kemampuan dalam mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah yang

menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland. Sehingga apabila terjadi

1

Page 2: hipopituitarisme kk6A o.doc

gangguan atau kerusakan, akan mengganggu kerja hormon-hormon yang

dikeluarkan oleh kelenjar endokrin lainnya. Salah satu kelainan fungsi pada

hipofisis anterior adalah hiposekresi hormon-hormon hipofisis yang disebut

dengan hipopituitarisme. Hipopituitarisme dapat disebabkan oleh berbagai macam

kelainan kelamin, seperti nekrosis, hipofisis postpartum (Sheecan disease),

nekrosis karena meningitis basalis, trauma tengkorak, hipertensi maligna,

arteriasklerosis serebri, dan tumor granulema.

Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofise anterior

(Barbara, 1996). Hipofungsi kelenjar hipofisis (Hipopituitarisme) dapat terjadi

akibat penyakit pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus, atau pada

kedua-duanya. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior

kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme (Simmond disease) merupakan keadaan

hampir tidak adanya sekresi atau ada sekresi tetapi sangat rendah dari seluruh

hormon hipofisis, penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi atau nekrosis hipofisis

postpartum (Syndrome Sheehan) dapat menjadi penyebab lain kegagalan hipofisis

anterior, meski jarang terjadi. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita

yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia, dan hipotensi pada saat

melahirkan (Smeltzer, 2001).

Hipopituitarisme juga dapat terjadi akibat komplikasi dari terapi radiasi pada

kepala dan leher. Kerusakan kelenjar hipofisis total oleh trauma, tumor, atau lesi

vascular dapat menghilangkan semua stimulus yang normalnya di terima oleh

tiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal. Selain itu, hipopituitarisme dapat

disebabkan oleh defisiensi hormon trofik yang terjadi akibat berbagai proses

destruktif pada kelenjar hipofisis, seperti cedera, iskemik/nekrosis (akibat

meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri,

tumor granulema), pembedahan, radiasi, dan reaksi peradangan. Selain itu adanya

tumor seperti adenoma hipofisis nonfungsional, dapat mendesak dan merusak

parenkim hipofisis anterior sehingga menyebabkan hipopitutarisme.

Hipopituitarisme dapat terjadi pada anak dan pada dewasa. Pada anak,

hipopituitarisme dapat menyebabkan tubuh menjadi kerdil (dwarfisme).

Sedangkan pada dewasa, tubuh klien dengan penyakit hipopituitarisme seperti

2

Page 3: hipopituitarisme kk6A o.doc

orang normal lainnya karena perkembangan tubuh (somatotropin) telah selesai

dilalui. Penyebab hipopituitarisme yang paling sering terjadi pada dewasa adalah

akibat adanya trauma, tumor atau kanker, pembedahan, infeksi (terutama

Micobacterium tuberculosis) dan radiasi yang menyebabkan destruksi atau

kerusakan pada kelenjar hipofisis.

Dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan konsep dasar penyakit

hipopituitarisme pada klien dewasa dan asuhan keperawatan yang dapat diberikan

pada klien dengan penyakit hipopituitarisme.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan makalah dalam makalah ini

adalah sebagai berikut.

1. Apa definisi hipopituitarisme?

2. Apa penyebab dari hipopituitarisme?

3. Bagaimana tanda dan gejala hipopituitarisme?

4. Bagaimana patofisiologi dari hipopituitarisme?

5. Apa komplikasi dari hipopituitarisme?

6. Apa pemeriksaan penunjang dalam menetapkan diagnosis

hipopituitarisme?

7. Bagaimana pencegahan penyakit hipopituitarisme?

8. Bagaimana penatalaksanaan pada klien dengan hipopituitarisme?

9. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan

hipopituitarisme?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Memahami konsep dasar penyakit hipopituitarisme dan asuhan

keperawatan yang diberikan pada klien dengan hipopituitarisme.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Memahami definisi hipopituitarisme;

2. Mengetahui penyebab dari hipopituitarisme;

3

Page 4: hipopituitarisme kk6A o.doc

3. Mengetahui tanda dan gejala hipopituitarisme;

4. Mengetahui patofisiologi dari hipopituitarisme;

5. Mengetahui komplikasi dari hipopituitarisme;

6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dalam menetapkan diagnosis

hipopituitarisme;

7. Mengetahui pencegahan penyakit hipopituitarisme;

8. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan hipopituitarisme;

9. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan

hipopituitarisme.

4

Page 5: hipopituitarisme kk6A o.doc

BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary merupakan struktur kompleks pada

dasar otak, yang terletak dalam sela tursika, di rongga dinding tulang sphenoid,

yang berperan penting bagi kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia.

Kelenjar hipofisis manusia terdiri dari lobus posterior (neurohipofisis) sebagai

lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior (adenohipofisis) yang berhubungan

dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Hipofisis anterior menghasilkan

hormon adrenokortikotropik (ACTH), hormon tiroid, hormon somatotrof atau

hormon pertumbuhan (GH), dan hormon gonadotropin (FSH dan LH). Sedangkan

hipofisis posterior menghasilkan hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin.

Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu atau lebih hormon hipofisis

anterior (Barbara, 1996). Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat

terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri atau pada hipotalamus.

Hipopituitarisme mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormon hipofisis

anterior yang sangat rendah.

Hipopituitarisme adalah insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama lobuss

5

Page 6: hipopituitarisme kk6A o.doc

anterior. Jika keenam hormon lobus anterior terkena, disebut panhipopituitarisme.

(Brooker, Chris. 2008). Hipopituitarisme disebabkan oleh maca-macam kelainan

antara lain nekrosis, hipofisis post partum, nekrosis karena meningitis basalis

trauma tengkorak, hipertensi maligna, arterisklerosis serebri, tumor granulema

(Ovedoff, & David, 2002).

2.2. Epidemiologi

Hipopituitarusme memiliki prevalensi 30/100.000. Pada laki-laki dapat

mengakibatkan terlambat pubertas dan kemandulan pada laki-laki dewasa. Pada

perempuan penurunan atau tidak adanya gonadotropin dapat mengakibatkan

ovulasi. Bentuk dan keberadaan corpus luteum dapat mengakibatkan kemandulan,

tidak adanya PRL pada laki-laki tidak timbul gejala sedangkan pada wanita

penurunan PRL merupakan salah satu penyebab dari gangguan laktasi pada

periode postpartum penurunan sintesis dan sekresi growth hormone merupakan

salah satu tanda yang sering dilihat dari patofisiologi hipopituitari pada penurunan

growth hormone. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan sintesis. Pengeluaran

atau penggunaan growth hormon pada jaringan untuk merespon sematomedin.

Sematomedin adalah hormon yang diproduksi pada hati dengan stimulasi secara

tidak langsung dari growth hormone. Penurunan growth hormone atau

somatomedin pada anak dapat menyebabkan retardasi mental pada pertumbuhan.

Insufisiensi hipofise menyebabkan hipofungsi organ sekunder. Hipofungsi

hipofise jarang terjadi, namun dapat saja terjadi dalam setiap kelompok usia.

Kondisi ini dapat mengenai semua sel hipofise (panhipopituitarisme) atau hanya

sel-sel tertentu, terbatas pada satu subset sel-sel hipofise anterior (hipogonadisme

sekunder terhadap defisiensi sel-sel gonadotropik) atau sel-sel hipofise posterior

(diabetes insipidus).

2.3. Etiologi

Beberapa proses patologik menurut Jennifer Kowalak (2011) yang

mengakibatkan insufisiensi hipofisis dengan merusak sel-sel hipofisis normal,

yaitu:

6

Page 7: hipopituitarisme kk6A o.doc

1. Tumor pada kelenjar hipofisis

2. Defek kongenital (hipoplasia atau aplasia kelenjar hipofisis)

3. Infark hipofisis (paling sering akibat perdarahan pasca partum)

4. Hipofisektomi parsial atau total melalui pembedahan, iradiasi, atau zat

kimia

5. Penyakit granulomatosa, seperti tuberkulosis (jarang)

6. Sebab idiopatik atau autoimun (kadang-kadang)

Hipopituitarisme juga disebabkan oleh kelainan lain, yaitu:

a. Kraniofaringioma (tumor pada hipofisis serebri) dan tumor hipofisis non-

secreting;

b. Infeksi, misal ensefalitis viral dan bakteremia;

c. Trauma, termasuk pembedahan (Baradero, 2009: 14).

2.4. Tanda dan gejala

Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis

seperti defisiensi GH, hipogonadisme, hipotiroidisme, dan insufisiensi adrena.

Karena orang dewasa telah menyelesaikan pertumbuhan somatisnya, maka tinggi

tubuh pasien dewasa dengan hipotuitarisme adalah normal.

Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu:

1. Tanda dan gejala yang muncul sesuai dengan penyebabnya misalnya

bakterimia, viral, hepatitis, dan trauma, seperti pusing, peningkatan leukosit,

demam, dll.

2. Adanya gangguan pengelihatan dan papiledema (biasanya bila kerusakan

hipofisis terjadi akibat adanya tumor atau kanker). Sakit kepala dan

gangguan penglihatan terjadi akibat peningkatan tekanan intra kranial. Hal

ini dapat terjadi bila hipopituitarisme yang terjadi akibat tumor membesar

dan menyita ruangan yang cukup besar sehingga menekan hipofisis (Price,

2005: 1216-1217).

3. Tanda dan gejala akibat defisit hormon pertumbuhan (GH)

Pada anak:

a. Pertumbuhan lambat

7

Page 8: hipopituitarisme kk6A o.doc

b. Tubuh biasanya kerdil (dwarfisme)

c. Pertumbuhan otot buruk

d. Terlambat pubertas

e. Kadar hormon pertumbuhan serum menurun

f. Dapat juga muncul gangguan pola pikir (kognitif)

Pada dewasa:

a. Tubuh biasanya normal karena pertumbuhan somatis pada dewasa telah

selesai dilalui.

b. Penurunan kekuatan otot sehingga mundah merasa lelah.

c. Pada ibu postpartum yang terkena hipopituitaria, biasanya terjadi kesulitan

pengeluaran air susu ibu karena menyebabkan defisiensi prolaktin.

4. Manifestasi klinis defisiensi hormon gonadotropin (LH dan FSH)

a. Penurunan kadar FSH dan LH serum

b. Keterlambattan pubertas pada anak.

c. Pada dewasa: wanita mengalami oligomenorea atau amenorea, atrofi

uterus dan vagina, potensial atrofi payudara dan hilangnya libido. Pada

pria biasanya mengalami penurunan jumlah sperma, kehilangan libido,

penurunan ereksi, testis mengecil dan rambut tubuh mudah rontok.

5. Manifestasi defisiensi TSH: muncul tanda dan gejala hipotiroidisme seperti

nafsu makan turun (malaise, anoreksia), mudah lelah, konstipasi, serta kadar

TSH serum dan hormon tiroid menurun

6. Manifestasi klinis defisiensi ACTH: muncul tanda gejala seperti oligulia,

kulit pucat dan kering, serta penurunan kadar ACTH serum, glukokortikoid

dan adrenal androgen.

2.5. Patofisiologi

Insufisiensi hipofisis anterior (Panhipopituitarisme) pada umumnya akan

mempengaruhi semua hormon yang secara normal disekresi oleh kelenjar

hipofisis anterior. Oleh karena itu, manifestasi klinis dari panhipopituitarisme

merupakan gabungan pengaruh metabolik akibat berkurangnya sekresi masing-

masing hormone hipofosis. Sindrome klinis yang diakibatkan oleh

8

Page 9: hipopituitarisme kk6A o.doc

panhipopituitarisme pada anak dan orang dewasa berbeda. Pada anak, terjadi

gangguan pertumbuhan somatik akibat defisiensi pelepas growth hormone

akibatnya tubuh anak menjadi cebol (dwarfisme) sebagai konsekuensi dari

defisiensi hormon tersebut. Ketika anak tersebut mencapai pubertas, maka tanda

seksual sekunder dan alat genetalia eksternal gagal berkembang. Selain itu sering

pula ditemukan perkembangan intelektual yang lambat. Kulit biasanya pucat

karena tidak adanya MSH.

Pada orang dewasa, hipopituitarisme dikenal dengan Simmonds disease yang

ditandai dengan kelemahan umum, intoleransi terhadap dingin, nafsu makan

buruk, penurunan berat badan dan hipotensi, Wanita yang mengalami penyakit

akan berhentinya siklus haid atau amenore, kemudian diikuti oleh atropi payudara

dan genetalia eksterna. Sedangkan pada pria akan menunjukan pengurangan yang

progresif pada rambut dan buluh di tubuh, jenggot, serta berkurangnya

perkembangan otot, impotensi, dan kehilangan libido. Selain itu, kulit akan

terlihat pucat akibat defisiensi MSH atau hormon yang kerjanya mirip dengan

MSH (misalnya α-MSH & β-MSH yang dikeluarkan oleh ACTH).

Selain gejala yang telah disebutkan di atas, gejala hipopituitari bervariasi

tergantung kepada jenis hormon yang mengalami defisiensi atau kekurangan.

Berikut adalah penjelasannya.

a. Kekurangan/defisiensi hormon pertumbuhan (Growth Hormone)

Growth hormone atau somatotropin mempunyai pengaruh metabolik

utama, baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa. Pada anak-anak,

hormon ini diperlukan untuk pertumbuhan somatik. Pada orang dewasa,

berfungsi untuk mempertahankan ukuran orang dewasa normal dan juga

berperan dalam pengaturan sintesis protein dan pembuangan zat makanan.

GH disintesis di sel somatrotop pada kelenjar hipofisis anterior. Kerja GH

yang paling dramatis adalah pada pertumbuhan otot dan tulang skelet.

Kerjanya dapat dibagi menjadi kerja direct dan indirect.

Dalam kerja direct, GH bekerja menstimulasi sintesis dan sekresi IGF-1

peptida yang menstimulasi pertumbuhan. Pada sel lemak, IGF-1

menstimulasi lipolisis dan pada otot hormon ini menstimulasi sintesis

9

Page 10: hipopituitarisme kk6A o.doc

protein. Reseptor GH fungsional juga terdapat di tulang, menstimulasi

produksi lokal IGF-1 pada kondrosit proliferatif. Sedangkan dalam kerja

indirectnya, GH bersifat diabetogenik karena kerja hormon ini berlawanan

dengan insulin serta bersifat lipolitik di sel lemak dan glukoneogenik di sel

otot. Kadar GH normal setelah diberi glukosa adalah < 2 mU/L, sedangkan

kadar GH pada saat stress adalah > 20 mU/L.

Kekurangan atau defisiensi hormon pertumbuhan (GH) pada dewasa

biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala karena

pada dewasa, pertumbuhan dan perkembangan somatis telah selesai. Tetapi

pada anak-anak, kekurangan hormon GH bisa menyebabkan lambatnya

pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme). Tanda-tandanya

meliputi pertumbuhan lambat, ukuran otot dan tulang kecil, tanda-tanda seks

sekunder tidak berkembang, infertilitas, impotensi, libido menurun, nyeri

senggama pada wanita.

b. Kekurangan/defisiensi hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone)

TSH atau Thyroid Stimulating Hormone berfungsi merangsang

pertumbuhan dan fungsi kelenjar thyroid. TSH menyebabkan pelepasan

tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), serta kalsitonin. T3 dan T4 (atau disebut

juga hormon tiroid) berfungsi dalam metabolisme tubuh, sedangkan

kalsitonin berfungsi dalam menyeimbangkan kadar kalsium dan fosfat dalam

tubuh. Kadar TSH normal adalah 0,3–4,0 mU/L, dengan T4 bebas : 9–26

pmol/L, dan T3 bebas: 3,0–8,8 pmol/L. Jadi dapat dikatakan bahwa TSH

berfungsi merangsang uptake iodida serta sintesis dan pelepasan hormon

tiroid oleh kelenjar tiroid, termasuk mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh

kelenjar tiroid, dan tiroksin selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar

reaksi-reaksi kimia seluruh tubuh.

Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan

gejala berupa kebingungan, tidak tahan terhadap cuaca dingin, penambahan

berat badan, sembelit, kulit kering.

c. Kekurangan/defisiensi hormon gonadotropin (FSH = Follicte

Stimulating Hormone dan LH = Luteinizing Hormone)

10

Page 11: hipopituitarisme kk6A o.doc

Hormon perangsang folikel/FSH (Follicte-Stimulating Hormon)

merangsang perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormon esterogen

pada ovarium serta spermatogenesis pada testis. Sementara hormon

Luteinisasi (LH = Luteinizing Hormone) mendorong ovulasi dan luteinasi

folikel yang sudah masak di dalam ovarium. Pada laki-laki hormon ini, yang

dahulunya disebut hormon perangsang sel interstisialis (ICSH = Interfisial

Cell Stimulating Hormon), berfungsi merangsang produksi dan pelepasan

testosteron oleh sel-sel leydig di testis.

Kekurangan atau defisiensi hormon gonadotropin (LH dan FSH) pada

wanita pre-menopause bisa menyebabkan terhentinya siklus menstruasi

(amenorea), kemandulan, vagina yang kering, hilangnya beberapa ciri

seksual wanita. Pada pria, kekurangan gonadotropin dapat menyebabkan

impotensi, pengkisutan buah zakar, berkurangnya produksi sperma sehingga

terjadi kemandulan, serta hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya

kerontokan buluh badan dan rambut wajah).

d. Kekurangan/defisiensi hormon Adrenokortikotropin (ACTH =

Adrenocorticotropin Hormone)

Adrenocorticotropin hormone (ACTH) merangsang pertumbuhan dan

fungsi korteks adrenal, dan merupakan suatu faktor yang sangat penting pada

pengaturan produksi kortisol. Hormon ini mengatur sekresi beberapa hormon

korteks adrenal yang selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa,

protein, dan lemak. ACTH disintesi dari pra-po-opiomelanocortin (pra-

POMC). ACTH bertindak melalui stimulasi ACTH permukaan sel reseptor,

yang terletak di adreno cortisol, terutama sel-sel dari korteks adrenal. Hal ini

mengakibatkan sintesis dan sekresi glukominerallo kortikosteroid dan steroid

adronegik. CRH (corticotrophin releasing hormone) dan arginine-vasopresin

(AVP) bekerja secara sinergis untuk merangsang sekresi ACTH. Kadar

ACTH normal pada jam 09:00 adalah 10–80 ng/L. Kelebihan kadar ACTH

dapat menyebabkan Cushing's Syndrome, sedangkan kekurangan kadar

ACTH dapat menyebabkan timbulnya Addison's Disease.

Defisiensi kadar ACTH dapat menyebabkan timbulnya Addison's

11

Page 12: hipopituitarisme kk6A o.doc

Disease yang ditandai dengan gangguan pada semua sekresi korteks adrenal,

yaitu kortisol, aldosteron, dan androgen. Kadang-kadang pasien datang

dengan defisiensi parsial sekresi hormon korteks adrenal. Defisiensi ini

dijumpai pada kasus-kasus hipoaldosteronisme-hiporeninemik, yang hanya

mengenai sekresi aldosteron, atau hiperplasia adrenal kongenital, dengan

suatu defek enzim parsial yang hanya menghambat sekresi kortisol.

Defisiensi kortisol dapat menyebabkan peningkatan umpan-balik negatif

dalam sekresi peptida yang berasal dari proopiomelanokortin (POMC),

termasuk ACTH dan melanocyte-stimulatin growth hormone-alfa dan -beta

(α-MSH & β-MSH). Preprohormon ACTH dan MSH (Melanocyte

Stimulating Hormone) sama, yaitu POMC (proopiomelanokortin), sehingga

apabila sekresi ACTH menurun, maka sekresi MSH juga ikut menurun.

ACTH yang mengandung rangkaian MSH mempunyai efek perangsang

melanosit kira-kira 1/30 dari MSH, sehingga juga dapat menentukan jumlah

melanin kulit. Konsekuensi klinisnya adalah hipopigmentasi, yang

menyebabkan kulit terlihat pucat, kering dan turgor kulit yang jelak. Efek

lainnya dari defisiensi kortisol adalah penurunan metabolisme karbohidrat

(glukoneogenesis) menyebabkan penurunan kadar glukosa darah yang

menyebabkan penderita mengalami cepat lelah, lemah, dan tidak tahan

terhadap lapar dalam waktu yang lama. Apabila keadaan ini dibiarkan dalam

waktu yang lama dan tidak segera ditangani, penderita dapat mengalami

hipoglikemia.

2.6. Komplikasi dan Prognosis

Komplikasi dari hipopituitari adalah sebagai berikut.

1) Gangguan hipotalamus

2) Penyakit organ target seperti gagal tiroid primer, Addison's disease (akibat

kelainan adrenal, sindrom ACTH ektopik), atau gagal gonadal primer

3) Sindrom parkinson

4) Metabolik: Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik (akibat defisiensi

kortisol yang menyebabkan gangguan dalam proses glukoneogenesis oleh

12

Page 13: hipopituitarisme kk6A o.doc

insulin)

5) Imunologi: peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeksi

6) Gangguan pada mata: seperti glaukoma, lesi kornea.

7) Muskuloskeletal: pengkisutan otot.

2.7 Pemeriksaan diagnostik

1. Foto tengkorak (cranium)

Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau

juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namaun

pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

2. Foto tulang (osteo)

Dilakukan untuk melihat kondisi tulang.

3. CT Scan otak

Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau

hipotalamus melalui kompeterisasi.

4. Pemeriksaan darah dan urine

5. Pemeriksaan kadar hormon (GH, TSH, ACTH, FSH dan LH)

a. Kadar GH menurun (normal setelah diberi glukosa adalah < 2 mU/L,

sedangkan pada saat stress adalah > 20 mU/L)

b. Kadar ACTH serum menurun (normal 10–80 ng/L)

c. Kadar TSH serum menurun (normal 0,3–4,0 mU/L)

d. Kadar hormon tiroid menurun (normal T4 bebas : 9–26 pmol/L, dan T3

bebas: 3,0–8,8 pmol/L)

e. Kadar hormon gonadotropin (LH dan FSH) serum

menurun(Corenblum, 2013).

 

2.8 Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Medis

1. Kausal: mengatasi penyebab

Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila timbul

gejala-gejala penekanan oleh tumor progresif, dilakukan operasi. Apabila

13

Page 14: hipopituitarisme kk6A o.doc

disebabkan oleh tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi

atau obat (misal dengan hymocriptine).

2. Terapi Substitusi Hormon

Yaitu terapi penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak-anak, tiroksin

dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau

esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati

dengan penyuntikan FSH atau HCG.

a. Hidrokortison antara 20–30 mg sehari diberikan per–os, umumnya

disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10–15 mg waktu

pagi, 10 mg waktu malam. Prednison dan deksametason tidak diberikan

karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stres

(infeksi, operasi dan lain-lain), dosis oral dinaikkan atau diberikan

parenteral. Bila terjadi krisis adrenal atasi syok segera dengan

pemberian cairan per-infus NaCl glukosa, steroid dan vasopreses.

b. Puluis tiroid/tiroksin diberikan setelah terapi dengan hidrokortison.

c. Pada penderita laki-laki dengan defisiensi testosteron, berikan suntikan

testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap

2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.

d. Pada wanita, diberikan esterogen secara siklik untuk mempertahankan

siklus haid. Berikan juga androgen dengan dosis 1/2 dosis pada laki-laki

3. Terapi Medikasi

1) Kortikosteroid Oral

Misalnya: Dexametason. Dosis: 0,75-9 mg/ hari sebagai permulaan,

diikuti dengan pengurangan dosis secara bertahap sesuai dengan

kemajuan klinis.

2) Pengganti GH

Misalnya Somatropin. Dosis: 0,5-0,7 UI/kgBB/minggu; dibagi menjadi

7 suntikan subkutan. Dikontraindikasikan bila adanya aktivitas tumor

atau pertumbuhan tumor, wanita hamil. Perlu diberikan perhatian

khusus bila ada penyakit diabetes mellitus, hipotiroidisme selama

pengobatan hormon pertumbuhan, dan kelainan endokrin lainnya.

14

Page 15: hipopituitarisme kk6A o.doc

Pengobatan harus dilakukan oleh dokter yang ahli dan berpengalaman.

Efek samping yang dapat timbul dari pengobatan ini adalah reaksi kulit

lokal sementara. Obat ini bisa menimbulkan interaksi obat dengan obat

kortikosteroid.

3) Androgen sintetik

a) Testosteron Undekanoat. Dosis: pada umumnya, dosis harus

disesuaikan berdasarkan respon individual pasien. Dosis awal: 120-

160mg selama 2-3 minggu. Dosis pemeliharaan: 40-120mg/hari.

Dikontraindikasikan bila diketahui atau diduga ada karsinoma

prostat atau mammae. Perlu ada perhatian lebih pada anak laki-laki

prepubertal, pasien gagal jantung yang jelas dan laten, disfungsi

ginjal, hipertensi, epilepsi, migren, penyakit tiroid, dan diabetes

mellitus. Efek samping pengobatan ini adalah retensi cairan dan

elektrolit, priapismus, gejala lain dan stimulasi seksual yang

berlebihan, oligospermi, penurunan volume ejakulat. Pada anak

laki-laki prepubertal, dapat menyebabkan perkembangan seksual

prekoks, peningkatan frekuensi ereksi, pembesaran phallus dan

penutupan ephipiseal premature. Bila terjadi efek samping yang

berkaitan dengan androgen, pengobatan harus segera dihentikan

dan setelah gejala hilang, mulai lagi dengan dosis yang lebih

rendah.

b) Mesterolon. Dosis defisiensi androgen: Dosis awal: 75-100mg/

hari, Dosis pemeliharaan: 50-75mg/hari. Dikontraindikasikan bila

ada karsinoma prostat, tumor hati. Perlu perhatian pada penderita

yang terlambat pubertas, periksa prostat secara teratur, hanya

digunakan bagi pria,tumor hati dapat menyebabkan perdarahan

intra-abdominal. Apabila ada keluhan abdomen bagian atas harus

menjadi bahan pertimbangan. Efek samping dari pengobatan ini

adalah dapat menyebabkan ereksi berlebihan. Bila ereksi terlalu

sering/persisten, hentikan pengobatan atau kurangi dosis.

4) Obat pengganti Estrogen

15

Page 16: hipopituitarisme kk6A o.doc

Oestradiol. Dosis: 2mg/hari. Dikontraindikasikan bila adanya/diduga

adanya riwayat karsinoma payudara, adanya/diduga adanya neoplasia

yang tergantung estrogen, penyakit hati akut/kronik, thrombosis vena

dalam; kelainan tromboemboli, gangguan serebrovaskular perdarahan,

atau riwayat penggunaan ini berkaitan dengan penggunaan estrogen,

perdarahan genital abnormal tanpa diketahui sebabnya, serta

kehamilan atau diduga adanya kehamilan.

4. Tindakan operatif meliputi pembedahan transphenoidalis dan pembedahan

transfrontal.

16

Page 17: hipopituitarisme kk6A o.doc

PATHWAYS

17

Defisiensi sekresi hormon-hormon hipofisis

Dekstruksi/malfungsi hipofisis anterior

Infeksi bakteri TBC pada hipofisis

Kelainan autoimun (hipofisis limfoid autoimun)

Tumor (adenomakromofob & craniopharingioma)

Sheehan’s postpartum pituitary

necrosis

Fibrosis kelenjar hipofisis

imun menyerang hipofisis membesar & menekan sel hipofisisnekrosis hipoksik (infark) hipofisis

def. hormon tiroiddef. hormon

adrenokortikotropik def. hormon gonadal (FSH-LH)def. hormon GH

kekuatan otot menurun hipotiroidisme Insufisiensi adrenal hipogonadismeLk : penurunan libido, impotensi

Pr : aminorea, atrofi payudara & genitalia eksterna

TIK naik

sakit kepala, gg. penglihatan

metabolisme menurun

nyeri senggama

infertile Nyeri akut

Disfungsi seksual

Gg. persepsi sensorik

ACTH menurun

gg. sekresi androgen

sintesis aldosteron tergangguhipopigmentasi

kulit pucat, kering

Gg. integritas kulit

Gg. harga dirikelemahanIntoleransi aktivitas

suplai O2 turun

TD turun

hipotensi

Penurunan curah jantung

hiperventilasi

Perubahan pola napas

mudah lelah

anoreksia, nafsu makan buruk

BB turun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

gg. sekresi α-MSH & β-MSH

retensi Na & H2O

oliguria Perubahan pola eliminasi urine

Page 18: hipopituitarisme kk6A o.doc

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien

Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait mempermudah

penanganan dan siapa nanti yang bertanggung jawab atas perawatan klien

atau pasien. Identitas pasien meliputi:

- Nama

Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas pasien.

- Tempat tanggal lahir

Diisi dengan tempat tanggal lahir pasien.

- Umur

Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hipopituitarisme yang

terjadi pada orang dewasa.

- Jenis Kelamin

- Agama

- Pendidikan

- Pekerjaan

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,

serta riwayat radiasi pada kepala.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini.

Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang

defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja. Tubuh kecil dan

kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.

18

Page 19: hipopituitarisme kk6A o.doc

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah dari keluarga klien ada yang menderita penyakit

Hipopituitarisme atau tidak.

d. Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien hipopituarisme yaitu:

perubahan sensori terutama penglihatan, sakit kepala bagian frontal

dan temporal, nyeri sendi dan nyeri punggung, banyak keringat,

kelelahan, letargik, malas bergerak, perubahan pada tingkah laku,

perubahan menstruasi pada wanita.

e. Riwayat kesehatan lingkungan

f. Riwayat alergi (obat/makanan)

3. Pemeriksaan Fisik mencakup:

a. Penampilan secara umum: Amati bentuk, ukuran tubuh, ukur berat dan

tinggi badan, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan

rambut aksil dan pubis dan pada klien pria amati pertumbuhan rambut

di wajah (jenggot dan kumis). Kulit pada wanita biasanya kering dan

kasar.

b. Aktivitas atau istirahat: pasien merasa cepat lelah, letargik, dan malas

bergerak.

c. Sirkulasi: terjadi hipotensi pada pasien, penurunan curah jantung.

d. Eliminasi: terjadi oliguria disebabkan retensi Na & H2O.

e. Integritas Ego: terjadi perubaha pada tingkah laku pasien, misalnya

cepat marah, cemas, dan khawatir tentang citra diri.

f. Makanan/Cairan: anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan

menurun.

g. Neurosensori: terjadi perubahan sensori terutama penglihatan, sakit

kepala pada bagian frontal dan temporal, nyeri pada sendi.

h. Nyeri/Kenyamanan: pasien mengeluhkan nyeri pada sendi dan nyeri

pada punggung, nyeri senggama pada wanita.

i. Pernapasan: pasien merasa sesak, hiperventilasi.

19

Page 20: hipopituitarisme kk6A o.doc

j. Seksualitas: pada pria terjadi penurunan libido, impotensi. Pada

wanita terjadi amenorhea, atrofi payudara dan genitalia eksterna.

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Foto tengkorak (cranium)

b. Foto tulang (osteo)

c. CT Scan otak

d. Pemeriksaan darah dan urine

e. Pemeriksaan kadar hormon GH

4.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan pola napas b/d mekanisme koping tubuh akibat penurunan suplai

oksigen yang ditandai dengan napas cepat, hiperventilasi.

2. Penurunan curah jantung b/d penurunan metabolisme akibat hipotiroidisme

yang ditandai dengan tekanan darah menurun (80/60 mmHg) atau hipotensi,

akral dingin.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi

tak adekuat yang ditandai dengan anoreksia, nafsu makan buruk, penurunan

berat badan.

4. Nyeri akut b/d atrofi organ seksual yang ditandai dengan nyeri saat

senggama, atrofi genitalia eksterna

5. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum akibat defisiensi hormon

somatotropin (Growth Hormone) yang ditandai dengan penurunan kekuatan

otot, badan lemas.

6. Gangguan integritas kulit b/d hipopigmentasi akibat gangguan sekresi MSH,

atau hormon yang kerjanya mirip MSH (α-MSH & β-MSH yang

dikeluarkan oleh ACTH) yang ditandai dengan kulit pucat, turgor kulit

buruk, kulit kering.

7. Perubahan pola eliminasi urine b/d gangguan sintesis aldosteron akibat

defisiensi adrenokortikotropik yang ditandai dengan oliguria.

20

Page 21: hipopituitarisme kk6A o.doc

8. Disfungsi seksual b/d defisiensi hormon gonadotropin yang ditandai dengan

kemandulan, penurunan libido, impotensi, atrofi payudara dan genitalia

eksterna, aminorea.

9. Harga diri rendah b/d perubahan citra tubuh akibat defisiensi hormon

gonadotropin yang ditandai dengan atrofi payudara dan genitalia eksterna,

testis yang mengecil.

10. Gangguan persepsi sensorik b/d kompresi sel tumor pada area orbita yang

ditandai dengan gangguan penglihatan, pusing, nyeri kepala

21

Page 22: hipopituitarisme kk6A o.doc

22

Page 23: hipopituitarisme kk6A o.doc

4.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Perubahan pola napas b/d mekanisme

koping tubuh akibat penurunan

suplai oksigen yang ditandai dengan

napas cepat, hiperventilasi.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, pola

nafas pasien kembali normal (RR 16 –

20x/menit)

Kriteria Hasil:

- pola pernafasan normal/efektif

- tidak terjadi sianosis

- tanda-tanda vital dalam rentang

normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

1. Kaji frekuensi pernapasan, kedalaman,

dan irama.

2. Tempatkan pasien dalam posisi yang

nyaman.

3. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai

kebutuhan atau toleransi pasien

(semifowler).

4. Ajarkan teknik napas dalam

5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

terkait pemberian bronkhodilator dan

oksigenasi

6. Monitor pola nafas

2. Penurunan curah jantung b/d

penurunan metabolisme akibat

hipotiroidisme yang ditandai dengan

tekanan darah menurun (80/60

mmHg) atau hipotensi, akral dingin.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

penurunan curah jantung pasien

teratasi

Kriteria Hasil:

1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama

jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi

kemungkinan terjadinya gangguan

hemodinamik jantung seperti hipotensi,

penurunan pengeluaran urine dan

23

Page 24: hipopituitarisme kk6A o.doc

- Tanda Vital dalam rentang

normal (TD: 120/90 mmHg,

Nadi: 60 – 100x/menit,

respirasi: 16 – 20x/menit))

- Dapat mentoleransi aktivitas,

tidak ada kelelahan

- Akral hangat

perubahan status mental.

2. Catat adanya tanda dan gejala penurunan

curah jantung.

3. Anjurkan pasien untuk memberitahu

perawat segera bila pasien mengalami

nyeri dada.

4. Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan.

5. Monitor toleransi aktivitas pasien.

6. Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit.

7. Jelaskan pada pasien tujuan dari

pemberian oksigen.

8. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk

mengurangi gejala.

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b/d intake

nutrisi tak adekuat yang ditandai

dengan anoreksia, nafsu makan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam,

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil:

1. Kaji pola makan pasien sebelum sakit

2. Kaji perubahan nafsu makan pasien

3. Beri motivasi pasien untuk makan

4. Beri pasien makanan yang tinggi kalori

24

Page 25: hipopituitarisme kk6A o.doc

buruk, penurunan berat badan. - BB pasien ideal

- Albumin normal: 3,5 – 5g/dl

- Pasien tidak lemah

- Bising usus normal (5 –

35x/menit)

5. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi

sering

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

perencanaan diet pasien.

7. Pantau nutrisi dan timbang BB pasien

setiap hari

8. Kolaborasi dengan ahli gizi dan dokter

untuk pemberian suplemen penambah

nafsu makan.

4 Nyeri akut b/d atrofi organ seksual

yang ditandai dengan nyeri saat

senggama, atrofi genitalia eksterna

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam nyeri

yang dialami pasien berkurang atau

hilang

Kriteria Hasil:

- TTV dalam batas normal

- Pasien mengatakan bahwa

nyeri dapat dikontrol bahkan

hilang

- Pasien mampu beristirahat

1. Kaji keluhan nyeri yang dirasakan

pasien, meliputi lokasi, durasi, dan

intensitasnya (menggunakan skala 0-10

atau dengan lambang-lambang ekspresi

wajah)

2. Observasi adanya ekspresi non verbal

yang menunjukkan keluhan nyeri pada

pasien

3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:

napas dalam, relaksasi.

25

Page 26: hipopituitarisme kk6A o.doc

dengan nyaman. 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

untuk pemberian obat untuk mengurangi

nyeri.

5 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

umum akibat defisiensi hormon

somatotropin (Growth Hormone)

yang ditandai dengan penurunan

kekuatan otot, badan lemas.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, pasien

bertoleransi terhadap aktivitas

Kriteria Hasil:

- berpartisipasi dalam aktivitas fisik

tanpa disertai peningkatan tekanan

darah, nadi dan RR

- Mampu melakukan aktivitas sehari

hari secara mandiri

- Keseimbangan aktivitas dan

istirahat

1. Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan

3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang

adekuat

4. Monitor pasien akan adanya kelelahan

fisik dan emosi secara berlebihan

5. Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

6. Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

7. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas

yang disukai

8. Bantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan

26

Page 27: hipopituitarisme kk6A o.doc

6 Gangguan integritas kulit b/d

hipopigmentasi akibat gangguan

sekresi MSH, atau hormon yang

kerjanya mirip MSH (α-MSH & β-

MSH yang dikeluarkan oleh ACTH)

yang ditandai dengan kulit pucat,

turgor kulit buruk, kulit kering.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

kerusakan integritas kulit pasien

teratasi

Kriteria Hasil:

- Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperatur, hidrasi, pigmentasi)

- Mampu melindungi kulit dan

mempertahankan kelembaban

kulit dan perawatan alami

1. Ajarkan pasien untuk menjaga

kebersihan kulit agar tetap bersih dan

kering.

2. Anjurkan pada pasien untuk

menggunakan sabun yang mengandung

pelembab atau sabun untuk kulit sensitif.

3. Oleskan lotion atau minyak/baby oil

pada daerah kulit yang kering

4. Jaga kondisi kelembaban kulit pasien dan

jaga agar tetap bersih

7 Perubahan pola eliminasi urine b/d

gangguan sintesis aldosteron akibat

defisiensi adrenokortikotropik yang

ditandai dengan oliguria.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam pola

eliminasi urine pasien kembali normal

Kriteria Hasil:

- Pasien menunjukkan tidak

mengalami tanda obstruksi

1. Kaji pemasukan cairan dan pengeluaran

karakteristik urine

2. Tentukan pola berkemih normal dan

perhatikan variasi

3. Dorong pasien untuk meingkatkan

pemasukan cairan

4. Observasi perubahan status mental,

perilaku atau tingkat kesadaran

27

Page 28: hipopituitarisme kk6A o.doc

5. Catat pemeriksaan laboratorium, ureum

dan kreatinin

8 Disfungsi seksual b/d defisiensi

hormon gonadotropin yang ditandai

dengan kemandulan, penurunan

libido, impotensi, atrofi payudara

dan genitalia eksterna, aminorea.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam fungsi

seksual pasien kembali normal

Kriteria Hasil: mulai membicarakan

perasaan tentang seksualitas dengan

pasangan, mengungkapkan pengertian

tentang efek terhadap pola seksual.

1. Identifikasi masalah spesifik yang

berhubungan dengan pengalaman klien

terhadap fungsi seksualnya.

2. Dorong klien untuk mendiskusikan

masalah tersebut dengan pasangannnya

3. Bangkitkan motivasi klien untuk

mengikuti program pengobatan secara

teratur

9 Harga diri rendah b/d perubahan citra

tubuh akibat defisiensi hormon

gonadotropin yang ditandai dengan

atrofi payudara dan genitalia

eksterna, testis yang mengecil.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam pasien

tidak merasakan harga diri rendah

Kriteria Hasil:

1. Kaji faktor-faktor yang bisa mengancam

harga diri dan ungkapan pasien yang

negatif mengenai dirinya

2. Buat pasien merasa bahwa reaksinya

terhadap stresor adalah normal dan reaksi

itu tidak sama pada setiap individu.

3. Bantu pasien mempertahankan

kemandirian dalam melakukan aktivitas

sehari-hari dan kontrol pribadi

28

Page 29: hipopituitarisme kk6A o.doc

4. Bantu pasien mancari makna pengalaman

penyakitnya dalam mengatasi situasi

29

Page 30: hipopituitarisme kk6A o.doc

4.4 Evaluasi

No

Dx

Tanggal, waktu Evaluasi Paraf

1 01 Oktober 2013

06.40 WIB

S : pasien mengatakan mampu

bernafas seperti biasanya

tanpa ada gangguan

O : pola nafas normal/ efektif

(RR: 16 – 20x/menit), tidak

terjadi sianosis, tidak terjadi

distress pernafasan

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Ns. A

2 01 Oktober 2013

07.00 WIB

S : pasien tidak mengatakan

tidak merasakan nyeri dada

lagi

O : TTV stabil, status mental

baik, tidak ada disritmia,

akral hangat, tidak ada syok

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Ns. A

3 01 Oktober 2013

07.40 WIB

S : pasien mengatakan bahwa

nafsu makannya sudah

meningkat

O : pasien menghabiskan 1 porsi

makannya, massa feses

pasien normal, BB pasien

meningkat

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Ns. A

4 03 Oktober 2013 S : pasien mengatakan bahwa Ns. A

30

Page 31: hipopituitarisme kk6A o.doc

07.40 WIB

nyeri yang dirasakan sudah

jarang muncul

O : TTV dalam batas normal,

pasien terlihat mampu

beristirahat dan beraktivitas

lebih rileks dan nyaman

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

5 03 Oktober 2013

O8.40 WIB

S : pasien mengatakan badannya

tidak lemah lagi dan pasien

mengatakan sudah mulai

sedikit beraktivitas kembali

O : TTV dalam batas normal

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Ns. A

6 03 Oktober 2013

09.40 WIB

S : pasien mengatakan kondisi

kulitnya sudah mulai

membaik dan pasien merasa

nyaman

O : turgor kulit baik, pigmentasi

normal, kulit lembab

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

Ns. A

7 03 Oktober 2013

10.40 WIB

S : pasien mengatakan bahwa

sudah mampu BAK dengan

normal

O : Output urine normal (30 –

60ml/jam), tidak ada infeksi

saluran kemih, eliminasi urine

tidak terganggu

Ns. A

31

Page 32: hipopituitarisme kk6A o.doc

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

32

Page 33: hipopituitarisme kk6A o.doc

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hipopituitarisme adalah insufisiensi kelenjar hipofisis, terutama lobus

anterior. Jika keenam hormon lobus anterior terkena, disebut panhipopituitarisme.

Hipopituitarisme disebabkan oleh macam-macam kelainan antara lain nekrosis,

hipofisis post partum, nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak,

hipertensi maligna, arterisklerosis serebri, tumor granulema.

Secara umum tujuan yang diharapakan dari perawatan klien dengan

hipofungsi hipofisis/hipopituitari ini adalah:

1. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.

2. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.

3. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

5. Klien bebas dari rasa cemas.

6. Klien terhindar dari komplikasi.

33

Page 34: hipopituitarisme kk6A o.doc

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, C. Diane, dan Hacklei C. Joanne. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Baradero, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Baradero, Mara. 2009. Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: EGC.

Barbara.1996. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Ed 8, Vol 2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 1997. Buku Saku Patologi 2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Corenblum, Bernard. 2013, 20 Februari. Hypopituitarism (Panhypopituitarism). Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/122287overview#a0156 diakses pada 26 September 2013: 13.37 WIB.

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: ECG.

Dorland, W. A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

Greenstein, Ben & Diana Wood. 2010. At a Glance Sistem Endokrin. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hayes & Joyce. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hotma, Rumahorbo. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.

Kowalak, Jennifer Dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

34

Page 35: hipopituitarisme kk6A o.doc

Kumar, Robbins. 1995. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.

Price dan Wilson. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

Tucker, Susan M. 1998. Standar Perawatan Pasien. Ed 5, Vol 2. Jakarta: EGC.

35