16
Pendidikan Agama Islam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) Disusun Oleh : 1. Afianita Dewi Sunaringtyas (4101413082) 2. Kosiyah Susana (4101413077) 3. Farah Anisah Zahra (4101413064) 4. M. Sugeng P (7101413361) 5. Moch. Bima Prakosa (6301413158) 6. Ika Astriani (7111413115) 7. Arni Mei Sari (7311413016) Rombel 17

Makalah IPTEKS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah IPTEKS.docx

Pendidikan Agama Islam

Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni

(IPTEKS)

Disusun Oleh :

1. Afianita Dewi Sunaringtyas (4101413082)2. Kosiyah Susana (4101413077)3. Farah Anisah Zahra (4101413064)4. M. Sugeng P (7101413361)5. Moch. Bima Prakosa (6301413158)6. Ika Astriani (7111413115)7. Arni Mei Sari (7311413016)

Rombel 17

Universitas Negeri SemarangFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Page 2: Makalah IPTEKS.docx

2013

1. ILMU PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah kesatuan antara subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui. Suatu kesatuan, dimana objek itu dipandang oleh subjek sebagai yang dikenalinya.

Jujun Suriasumantri mengklasifikasikan pengetahuan kedalam tiga golongan yakni:

1. Pengetahuan tentang yang baik dan buruk “etika”.2. Pengetahuan tentang yang indah dan jelek “estetika”.3. Pengetahuan tentang yang benar dan salah “logika”.

Menurut Ensiklopedi Islam, pengetahuan dibedakan kedalam dua jenis yaitu:

1. Pengetahuan biasa (knowledge) yang diperoleh dari seluruh bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memerhatikan objek maupun metode dan kegunaannya.

2. Pengetahuan ilmiah (science) bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memerhatikan objek yang ditelaah, metode yang digunakan serta kegunaannya.

Saefudin mengklasifikasikan pengetahuan menjadi tiga kategori yakni :

1. Pengetahuan inderawi (knowledge) meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau langsung oleh panca indera. Ini merupakan tangga untuk melangkah ke jenjang ilmu.

2. Pengetahuan keilmuan (science) meliputi semua fenomena yang dapat diteliti dengan niat atau eksperimen sehingga apa yang berada di balik knowledge bisa terjangkau. Batasnya adalah segala sesuatu yang tidak terjangkau oleh rasio (otak) dan panca indera.

3. Pengetahuan Falsafi mencangkup segala fenomena yang tidak dapat diteliti, tetapi dapat dipikirkan. Batasnya adalah alam, bahkan dapat menembus apa yang di luar alam yaitu Tuhan.

Menurut Endang Saifuddin Anshary, pengetahuan adalah pengenalan subjek atas objek secara tidak amat sadar, namun sangat berguna dalam kehidupan dan penghidupan sehari-hari, yang diperoleh berdasarkan pengalaman. Dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

1. Pengetahuan biasa adalah pengetahuan tentang hal-hal yang biasa, yang sehari-hari, yang selanjutnya di sebut pengetahuan.

2. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mempunyai system dan metode tertentu, yang selanjutnya di sebut ilmu pengetahuan.

Page 3: Makalah IPTEKS.docx

3. Pengetahuan filosofis adalah “ilmu” yang istimewa mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa, yang selanjutnya di sebut filsafat.

4. Pengetahuan teologis adalah pengetahuan keagamaan, pengetahuan tentang agama, pengetahuan tentang pemberitahuan dari Tuhan.

Dalam Webster’s science berasal dari bahasa latin sientia merupakan derivasi dari kata scire = mengetahui (to know) dan belajar (to learn).

Dalam bahasa Arab merupakan derivasi dari kata kerja alima = mengetahui. Maka ilmu sebagai usaha untuk mengenal atau mempelajari sesuatu yang bersifat empiris dengan memakai suatu cara tertentu.

Montagu menyatakan, “ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.

Dalam Ensiklopedi Indonesia, ilmu pengetahuan adalah suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu yang disusun sedemikian rupa menurut azas-azas tertentu, hingga menjadi kesatuan, suatu system dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi-deduksi)

Dalam Al-Qur’an kata ilmu dan kata-kata jadiannya menurut Muhammad Fu’ad Abdul Al-Baqy terdapat tidak kurang dari 800 kali disebutkan, seperti dalam tabel berikut ini:

No Kata Jumlah1. Alima 532. Ta’lamu 863. Ya’lamu 2054. A’lamu 915. ‘Ulama 26. ‘Alim 1627. A-ilmu 808. Ilman 259. Na’lamu 13

10. ‘Allama 2211. Al’Aamin 73

Kata ‘ilmu’ dalam bahasa Arab ‘Ilm berari pengetahuan. Dalam Al-Qur’an kata ini selalu diulang-ulang penyebutannya. Menurut Quraish Shihab megisyaratkan bahwa betapa penting kata tersebut bagi kehidupan manusia. Begitu pentingnya ilmu dalam Islam sehingga umat Islam tidak dapat dipisahkan dengan ilmu. Lawan dari kata jahl

Page 4: Makalah IPTEKS.docx

berarti ketidaktahuan (kebodohan). Ma’rifah (pengetahuan), hikmah (kebijaksanaan) dan syu’ur (perasaan).

B. TEKNOLOGI

Istilah teknologi terkadang dikaitkan dengan istilah ilmu pengetahuan (sains) sehingga membentuk istilah yang populer yakni Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bila sains pada dasarnya adalah know-what dan know-why, yaitu budaya yang berhubungan dengan cara untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu dan memberi penjelasan tentang sesuatu. Teknologi pada dasarnya adalah know-how, yaitu budaya yang berhubungan dengan bagaimana cara membuat sesuatu. Dalam kamus Webster disebutkan bahwa salah satu makna kata technology yaitu “the totality of the means employed to provide objects necessary for human sustenance and comfort.”

Dalam Encyclopedia Britanica diartikan: “technology may be defined as the systematic study of techniques for making and doing things.” Dalam kamus besar bahasa indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berdasarkan ilmu pengetahuan, ilmu eksakta dan proses terkait. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia”. Menurut Rahman Djay, teknologi adalah “proses yang ditempuh di dalam semua kultur teratur (sistematis-sintetik) beserta alat dan bahan nyata untuk memperluas kemampuan manusia dalam menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik.” Sedangkan Armahedi Mahzar berpendapat, teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan untuk pemenuhan kebutuhan (produktivitas) masyarakat.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa teknologi adalah cara dan teknik bagaimana penerapan ilmu pengetahuan secara sistematis dan pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan (produktivitas) masyarakat. Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana dengan pandangan Islam (Al-Qur’an) tentang teknologi, sama halnya dengan pertanyaan terhadap ilmu pengetahuan. Menurut M. Quraish Shihab, untuk mengungkap pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengajak kita menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an (750 ayat) yang berbicara tentang alam raya beserta fenomenanya dan memerintahkan kepada manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Allah berfirman yang artinya: “Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari-Nya” (Q.S.Al-Jaatsiyah [45]:13).

Penundukan tersebut potensial terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkanNya kepada manusia. Al-Qur’an menjelaskan sebagian dari ciri tersebut, yaitu:

1. Bahwa segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya (Q.S.Hud [11]:8).

Page 5: Makalah IPTEKS.docx

2. Semua yang berada di alam raya ini tunduk kepadaNya (Q.S.Ar-Ra’d [13]:15).

3. Benda-benda alam (yang tidak bernyawa) tidak diberi kemampuan memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukumNya (Q.S.Fushshilat [41]: 5-6). Akan tetapi kepada manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri-ciri dan hukum yang berkaitan dengan alam raya (Q.S.Al-Baqarah [2]:31).

Lebih lanjut menurut M. Quraish Shihab (1999) adanya potensi itu dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang telah dirundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfaatkan alam itu merupakan buah teknologi.

Walaupun pembahasan (pendefinisian) tentang ilmu pengetahuan dan teknologi masing-masing tampak berdiri sendiri, namun keduanya dapat menjadi satu kesatuan. Apalagi pada era seperti sekarang ini, sulit untuk memisahkan keduanya. Teknologi semakin tergantung pada sains, dan sebaliknya sains mengalami kemajuan pesat berkat kemajuan teknologi. Oleh karenanya, penyebutan keduanya menjadi satu, yaitu Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Dalam Al-Qur’an memang tidak ditemukan istilah IPTEK, melainkan berupa isyarat-isyarat atau ibrah-i’tibar, antara lain :

1. Kisah Qabil yang belajar dari burung gagak tentang cara menguburkan mayat Habil (Q.S.Al-Maidah [5]:30-31).

2. Pembuatan, melayarkan, dan melabuhkan bahtera Nuh A.S. sewaktu banjir bah melanda dan selamat (Q.S.Hud [11]:36-44).

3. Pelunakan dan pembuatan baju besi, serta pemanfaatan bukit-bukit dan burung-burung oleh Nabi Daud A.S. (Q.S.Al-Anbiya [21]:80) dan (Q.S.Saba’ [34]:10-11).

4. Berkomunikasi dengan burung, semut, dan jin, pemanfaatan tenaga angin untuk transportasi, tenaga jin untuk tentara penyelam laut, membangun konstruksi bangunan patung, kolam, dan pencairan tembaga oleh Nabi Sulaiman A.S. (Q.S.Al-Anbiya [21]:81-82, Q.S.An-Naml [27]:15-28, Q.S.Saba’ [34]:12, Q.S.Shaad [38]:34-40).

5. Membangun dan meninggikan Baitullah oleh Nabi Ibrahim A.S. Dan putranya Isma’il A.S. (Q.S.Al-Baqarah [2]:124-132).

6. Pengolahan SDA dan hasil bumi oleh Nabi Yusuf A.S. (Q.S.Yusuf [12]:55-56).7. Peninggalan peradaban kaum ‘Ad, Irom, dan Tsamud dalam bidang seni bangunan

yang mengagumkan (Q.S.Al-Fajr [89]:6, 7, 8).

Page 6: Makalah IPTEKS.docx

Dan masih banyak ayat lain yang mengandung isyarat (ibrah) tentang IPTEK. Oleh karena itu umat Islam seharusnya tampil untuk mempelajari dan menguasainya untuk kemajuan dan peradaban Islam.

C. SENI

Seni (art) asal usulnya berasal dari bahasa latin yang berarti kemahiran. Dar istilah ini kemudiandiformulasikan pengertian seni secara etimologis, seni adalah suatu kemahiran dalam membuat barang-barang atau mengerjakan sesuatu. Dalam kehidupan atau aktivitas manusia, seni dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu seni sebagai proses aktivitas manusia yang menciptakan suatu karya indah dan menyenangkan; dan seni sebagai sebuah hasil karya atau produk dari kegiatan seni.antara keduanya tidak dapat dipisahkan , apalagi dipertentangkan. Ini karena suatu karya seni lahir dan tercipta dari kegiatan (proses) seni. Adapun kegiatan seni itu sendiri hanya bermakna manakala menghasilkan sebuah karya seni .

Apakah keindahan itu merupakan sesuatu yang ada pada benda indah ataukah hanya terdapat dalam pikiran atau perasaan orang yang mengamati benda tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, terdapat beberapa teori, antara lain:

A. Teori Objektif

Teori objektif ditokohi antara lain oleh Plato, Hegel, Bernard Bosanquet, berpendapat bahwa keindahan itu adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada suatu benda indah, yang sama sekali terlepas dari orang yang mengamatinya. Dalam perspektif filsafat keindahan, sesuatu itu menjadi indah dan bernilai estetis manakala pada masing-masing bagian dalam benda itu mempunyai ciri-ciri khusus serta terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk (keindahan) pada suatu benda.

B. Teori Subjektif

Teori subjektif ditokohi antara lain oleh Henry Home, Edmund Burke, dan Hard Ashely, berpendapat bahwa ciri-ciri maupun sifat-sifat indah pada suatu benda sesungguhnya tidak ada. Di Indonesia, termasuk pendukung teori subjektif adalah Armahedi Mahzar. Menurutnya, seni adalah usaha manusia untuk menangkap perasaan-perasaannya kedalam seperangkat karya-karya seni. Atau dengan istilah lain, yaitu mengeluarkan gejala-gejala batin (perasaan) ke dunia lahir, yaitu karya seni.

C. Teori Campuran

Menurut teori ini, bahwa keindahan terletak dalam suatu hubungan antara sesuatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya.

a. Teori Bentuk

Page 7: Makalah IPTEKS.docx

Teori bentuk mengatakan bahwa seni itu memiliki significant form sepanjang masa. Bentuk dari karya seni ini yang menimbulkan tanggapan berupa perasaan estetik (aestetic emotion) dalam diri seseorang. Oleh karnanya, bentuk merupakan sesuatu yang mutlak untuk tercapainya penikmatan estetis.

b. Teori Pengungkapan (Expression Theory)

Sementara teori ekspresi berpandangan bahwa art is an expression of human feeling, atau menurut Bennedeto Croce Art is Expression of Impression.Secara eksplisit, memang tidak ditemukan nash-nash (AL Quran dan Hadis) yang

membicarakan tentang hakikat seni. Akan tetapi, secara implisit terdapat sejumlah ayat yang dapat menjadi petunjuk tentang bagaimana seni itu dipandang dari perspektif islam. Contoh ayat Al Quran yang menyatakan:

Artinya “Tidakah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lain Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenis (warna)nya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya, dan ada pula yang hitam pekat. Dan demikian pula diantara manusia, binatang-binatang ternak, dan binatang-binatang melata dan yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Alloh diantara hamba-hambaNYa, hanyalah ulama. Sesungguhnya Alloh Maha Perkasa dan Maha Pengampun. (Q.S Fathir[35]:27-28).

Masih banyak ayat-ayat lain yang senada dengan ayat 27-28 surat diatas misalnya (Q.S AlHijr[15]:19, Q.S Al Mulk[67]:3-5, Q.S Al Taghabun[64]:3, Q.S Al Sajadah[32]:7, Q.S Qof[50]:6, Q.S Al An’am[6]:99).

Ayat-ayat tersebut terlihat betapa ciptaan Alloh SWT memiliki nilai keindahan secara objektif, misalnya keanekaragaman tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, gunung-gunung, dan juga manusia sendiri yang dapat membangkitkan rasa keindahan bagi orang yang mengamatinya, disamping itu juga menampilkan keserasian, keseimbangan, dan keharmonisan yang menjadi ciri-ciri bagi sesuatu yang disebut indah dan bernilai seni.

Berbeda dengan diatas, ayat berikut ini merupakan contoh tentang teori ekspresi yang berpandangan bahwa keindahan hanyalah merupakan ungkapan perasaan manusia ynag timbul dari dalam diri mereka sendiri. “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (hulu) yang menghangatkan dan bernagai-bagai manfaat dan sebagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan ”yang indah” padanya, ketika kamu membawanya ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan” (Q.S An Nahl[16]:5-6)

Keindahan itu sendiri timbul dari jiwa manusia yang mengekspresikannya ketika memandang binatang-binatang yang berjalan beriringan kembali kekandang. Keindahan adalah suatu perasaan seseorang ketika mengamati atau menghayati suatu barang atau suatu karya seni. Ia sesungguhnya sangat subjektif sifatnya. Ia (seni dan keindahan) lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah,

Page 8: Makalah IPTEKS.docx

apapun keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia (fitrah) yang dianugrahkan Alloh kepada hamba-hambaNya. (Qurais Shihab,tahun 1999).

D. HUBUNGAN ILMU DAN AMAL

Dalam sebuah ayat al-Quran, “Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya,” (QS. Al-Isra:36). Ayat al-Quran tersebut menjelaskan bahwa ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia. Karena tanpa ilmu segala tindakan manusia menjadi tidak terarah, tidak benar dan tidak bertujuan.

Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum, artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.

Dalam beberapa riwayat di jelaskan tentang hubungan ilmu dan amal itu. Imam Ali as berkata, “Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya.” Demikian juga dengan perkataan Rasulullah saw , “Barangsiapa beramal tanpa ilmu maka apa yang dirusaknya jauh lebih banyak dibandingkan yang diperbaikinya.” Pada riwayat lain dijelakan Imam Ali as berkata, “Ilmu diiringi dengan perbuatan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat. Ilmu memanggil perbuatan. Jika dia menjawabnya maka ilmu tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu pergi darinya.”

Dari riwayat di atas maka jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu, begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia, yaitu setelah berilmu lalu beramal.

Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama, ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia. Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.

Page 9: Makalah IPTEKS.docx

Jadi, mengiringi ilmu dengan amal merupakan keharusan. Dalam pandangan Khalil al-Musawi dalam buku Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana, hubungan ilmu dengan amal dapat difokuskan pada dua hal : Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal bisa lurus dan berkembang bila didasari ilmu. Berbuat tanpa didasari pengetahuan tidak ubahnya dengan berjalan bukan di jalan yang benar, tidak mendekatkan kepada tujuan melainkan menjauhkan. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu, baik itu yang berupa amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya.

Dalam ibadah harus disertai dengan ilmu. Jika ada orang yang melakukan ibadah tanpa didasari ilmu tidak ubahnya dengan orang yang mendirikan bangunan di tengah malam dan kemudian menghancurkannya di siang hari. Begitu juga, hal ini pun berlaku pada amal perbuatan yang lain, dalam berbagai bidang. Memimpin sebuah negara, misalnya, harus dengan ilmu. Negara yang dipimpin oleh orang bodoh akan dilanda kekacauan dan kehancuran.

Sedangkan kedua, sesungguhnya ilmu dan amal saling beriringan. Barangsiapa berilmu maka dia harus berbuat, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah maupun ilmu-ilmu yang lain. Tidak ada faedahnya ilmu yang tidak diamalkan. Amal merupakan buah dari ilmu, jika ada orang yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka seperti pohon yang tidak menghasilkan manfaat bagi penanamnya.

Begitu pula, tidak ada manfaatnya ilmu fikih yang dimiliki seorang fakih jika dia tidak mengubahnya menjadi perbuatan. Begitu juga, tidak ada faedahnya teori-teori atau penemuan-penemuan yang ditemukan seorang ilmuwan jika tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari pengetahuan itu adalah amal dan karya nyatanya.

Ilmu tanpa diiringi dengan amal maka hanya berupa konsep-konsep saja. Ilmu yang tidak dilanjutkan dengan perbuatan, mungkin kita dapat menyebutnya sebagai pengetahuan teoritis. Namun, apa faedahnya ilmu teoritis jika kita tidak menerjemahkannya ke dalam ilmu praktis, dan kemudian meneruskannya menjadi perbuatan yang mendatangkan hasil?

Jika ilmu tidak diimplementasikan maka akan memberikan dampak yang negatif. Salah-satu penyakit sosial yang paling berbahaya yang melanda berbagai umat – termasuk umat Islam - adalah penyakit pemutusan ilmu-khususnya ilmu-ilmu agama –dari amal perbuatan, dan berubahnya ilmu menjadi sekumpulan teori belaka yang jauh dari kenyataan dan penerapan. Padahal, kaedah Islam menekankan bahwa ilmu senantiasa menyeru kepada amal perbuatan. Keduanya tidak ubahnya sebagai dua benda yang senantiasa bersama dan tidak terpisah satu sama lain. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan meninggalkan amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan

Page 10: Makalah IPTEKS.docx

faedah apa pun. Jika demikian nilai apa yang dimiliki seorang manusia yang mempunyai segudang teori dan pengetahuan namun tidak mempraktikkannya dalam dunia nyata.

Pertalian ilmu dengan amal tidak hanya dituntut dari para pelajar agama dan para ahli yang mendalami suatu ilmu, melainkan juga dituntut dari setiap orang, baik yang memiliki ilmu sedikit ataupun banyak. Namun, tentunya orang-orang yang berilmu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam hal ini, karena mereka memiliki kemampuan yang lebih. Allah SWT berfirman di dalam surat Ash-Shaff, ayat (2-3), “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar murka Allah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Jika kita memperhatikan ayat-ayat al-Quran, niscaya kita akan menemukan bahwa al-Quran senantiasa menggandengkan ilmu dengan amal. Makna ilmu diungkapkan dalam bentuk kata iman pada banyak tempat, dengan pengertian bahwa iman adalah ilmu atau keyakinan. Di antaranya ialah :“Demi waktu Asar, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kebajikan.” (QS. Al-‘Ashr:1-3). Dalam ayat lain dikatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (QS. Al-Kahfi : 107). Demikian juga dengan ayat, “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d :29)

Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang betapa ilmu dan amal shaleh memiliki kaitan yang erat yang tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Karena keduanya bagai dua keping mata uang, yang saling memberi arti. Inilah yang sejalan dengan ucapan Imam Ali as, “Iman dan amal adalah dua saudara yang senantiasa beriringan dan dua sahabat yang tidak berpisah. Allah tidak akan menerima salah satu dari keduanya kecuali disertai sahabatnya.”

Dengan perspektif keterpaduan ilmu dan amal, maka akan memberikan perkembangan kearah perbaikan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan berlomba-lomba dalam memberikan amal shaleh satu sama lain. Imam Ali as berkata, “Jangan sampai ilmumu menjadi kebodohan dan keyakinanmu menjadi keraguan. Jika engkau berilmu maka beramalah, dan jika engkau yakin maka majulah.” Dengan ilmu yang benar, serta amal shaleh maka masyarakat bergerak dari kebodohan menuju kepintaran, dari ketertinggalan menuju kemajuan dan dari kehancuran menuju kebangkitan.

E. TANGGUNG JAWAB PARA ILMUWAN

Page 11: Makalah IPTEKS.docx

Menurut sardar , tanggung jawab para ilmuwan setidaknya mempunyai tiga buah tanggung jawab , yaitu :

1. Terhadap dirinya sendiri , untuk menyempurnakan hidupnya .2. Terhadap masyarakat dan alam atau lingkungan .3. Terhadap perasaan-perasaan batinnya yaitu perasaan perasaan yang menentukan hal-hal

manakah yg secara hakiki penting dan bermanfaat.

Fungsi alam bagi manusia menurut Rudy Suharto, pertama, agar manusia mengetahui eksistensi Allah s.w.t sebagai pencipta dan kebesaranNya. Eksistensi Allah hanya didapat melalui aktifitas tafakkur alam atau mempelajari gerak alam. Dengan mempelajari alam , manusia akan mendapatkan 2 makna , yaitu :

1. Dapat mengenal Tuhan Dr. Mahdi Ghusyani menyebutkan tidak kurang ada 750 ayat Quran yg berbicara tentang alam yg menandakan kebesaran tuhan . sebagaimana di nyatakan dalam QS 57:25, dan QS 25:2 katakanlah : “Berjalanlah d bumi , lalu perhatikanlah bagaimana Allah memulai penciptaan .. dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan menerapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya .

2. Untuk pengembangan masyarakat islam

Fungsi kedua, bahwa titik pusat alam ini adalah manusia, maka alam berfungsi sebagai sarana pengabdi kepada allah s.w.t., dengan mengelola dan memakmurkan alam demi keharmonisan sesama makhluk. Ketiga, alam dan isinya juga berfungsi bagi manusia, untuk kebahagiaan hidup sesama, untuk kebahagiaan hidup manusia. Allah menciptakan alam dan menundukkannya untuk kepentingan manusia.

Tanggung jawab para ilmuwan jika berhubungan dengan alam , maka dalam mengelola SDA manusia harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memberi tempat yg wajar kepada makhluk hidup lainnya , dan juga sesama manusia (QS:17:20)

2. Tidak berlebihan atau rakus (QS:7:51)3. Memelihara keseimbangan takaran yg telah di tentukan Allah (QS:15:19)4. Menggunakan akal (yang menghasilkan ilmu untuk manfaat) dan rasa (yang

mencerminkan keindahan seni) yg bertujuan membawa manusia kepada tauhid sebagai prinsip asas islam (QS:87:1-2) , (QS:6:96) , (QS:10:5), bersyukur (QS:30:46) , (QS:31:31), (QS:42:33).