Upload
abdiwahyudi
View
237
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Citation preview
A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Unsur-unsur hakikat manusia terdiri dari hal-hal berikut
1. Susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga.
2. Sifat kodrat terdiri atas makhluk individu dan sosial.
3. Kedudukan kodrat terdiri atas makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan.
Berdasarkan pembedaan demikian maka manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial adalah hakikat manusia berdasar sifat-sifat kodrat yang
melekat pada dirinya. Berdasarkan unsur hakikat manusia di atas, Notonagoro
(1975) mengatakan bahwa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
merupakan sifat kodrat dari manusia. Frans Magnis Suseno (2001) menyatakan
bahwa manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat sosial.
1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari bahasa Latin individuum yang artinya tak terbagi (jiwa
dan raga). Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia
secara keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan terbatas
yaitu perseorangan manusia, demikian pandangan Dr. A. Lysen.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya
bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan
corak kepribadiannya, termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian,
manusia sebagai individu merupakan pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi
lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia sebagai perseorangan
yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu adalah sebagai
pribadi dengan ciri khas tertentu yang berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan manusia memiliki
karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan dan cita-cita
yang berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan
ciri dan karakteristik yang unik yang satu sama lain berbeda.
Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa faktor.
Mengenai hal tersebut ada tiga pandangan, yaitu :
a. Pandangan nativistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-
mata ditentukan atas dasar faktor dari dalam individu sendiri, seperti bakat
dan potensi, termasuk pula hubungan atau kemiripan dengan orang tuanya.
b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-
mata didasarkan atas faktor lingkungan. Lingkungan yang akan menentukan
pertumbuhan seseorang.
c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu
dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan. Bakat anak
merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya
lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh secara optimal.
2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk individu ternyata tidak mampu hidup sendiri.
Dalam menjalani kehidupannya manusia akan senantiasa bersama dan bergantung
pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi.
Mereka akan membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dan tujuan hidup.
Aristoteles (384-332) seorang ahli filsafat Yunani kuno menyatakan dalam
ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politiconn artinya bahwa manusia itu
sebagai makhluk, pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat.
Adapun yang menyebabkan manusia selalu hidup bermasyarakat antara lain
karena adanya dorongan kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia :
a. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum.
b. Hasrat untuk membela diri.
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan.
3. Peranan Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya, manusia akan
senantiasa dan selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak mungkin
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Fakta itu memberikan kesadaran akan
“ketidakberdayaan” manusia dalam memenuhi kebutuhannya sendiri.
Dalam berbagai kelompok sosial, manusia membutuhkan norma-norma
pengaturnya. Terdapat norma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku
bagi manusia di kelompoknya.
a. Norma agama, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan
bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi.
b. Norma kesusilaan, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani manusia
untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma ini
bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral.
c. Norma kesopanan, yaitu norma yang bersumber dari masyarakat dan
berlaku terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini
dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan hubungan antardesa.
d. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara)
yang pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma ini dimuat dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang bersifat tertulis.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan
kekuatan berlakunya di masyarakat. Keempat jenis norma itu adalah cara (usage),
kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores) dan adat istiadat (custom).
a. Cara (usage)
Norma ini lebih menonjol dalam hubungan antarindividu dan daya ikatnya
sangat lemah. Pelanggaran terhadap norma ini tidak mengakibatkan
hukuman berat, tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan, ada yang
makan sambil berdiri dan ada yang makan sambil duduk.
b. Kebiasaan (folkways)
Adalah kegiatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang
banyak karena disukai dan daya ikatnya lebih kuat. Contohnya, kebiasaan
memberi salam bila bertemu.
c. Tata kelakuan (mores)
Kebiasaan yang dianggap sebagai norma. Sifat norma ini di satu sisi sebagai
pemaksa perbuatan dan di sisi lain sebagai suatu larangan.
d. Adat-istiadat (custom)
Tata kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola-pola perilaku sebuah
masyarakat. Pada umumnya kelompok masyarakat atau suku memilih
norma adat yang berbeda-beda. Norma ini memiliki daya ikat yang sangat
kuat. Norma ini berisi perintah atau larangan yang harus dipatuhi.
Dari beberapa penjabaran yang telah diberikan maka manusia sebagai
makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi sebagai berikut.
a. Kesadaran akan “ketidakberdayaan” manusia bila sendiri.
b. Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
c. Penghargaan akan hak-hak orang lain.
d. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadi manusia melakukan peran-
peran sebagai berikut.
a. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
b. Membentuk kelompok-kelompok sosial.
c. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kelompok.