Upload
aulia-rahma-elnisa
View
1.465
Download
296
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kalkulus subgigiva, supragingiva
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karang gigi atau yang disebut dengan kalkulus dapat diartikan sebagai
massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi atau pada
objek solid lainnya di dalam mulut. Karang gigi berasal dari plak yang
bercampur dengan zat kapur seperti garam kalsium fosfat, kalsium karbonat,
dan magnesium fosfat yang tekandung pada ludah dan seiring berjalannya
waktu akan terkalsifikasi.
Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi
tempat melekatnya lapisan- lapisan plak yang baru, sehingga semakin lama
karang gigi akan semakin mengendap, menebal dan menjadi sarang kuman.
Deposit terkalsifikasi ini sangat berperan dalam menyebabkan dan
memperhebat penyakit periodontal dengan cara menjadi retensi plak yang bisa
berkontak rapat ke jaringan gingiva dan menciptakan daerah dimana
penyingkiran plak menjadi sangat sulit. Kerusakan margin gingiva pada
penyakit periodontal juga disebabkan oleh efek patogenik mikroorganisme di
dalam kalkulus tersebut. Iritasi pada gingiva tersebut apabila tidak segera
ditangani akan berlanjut pada kerusakan yang lebih parah yaitu penyakit
periodontitis, hingga bisa menyebabkan gigi goyang hingga tanggal.
Masalah karang gigi tidak dapat disepelekan. Bila plak sudah
mengendap menjadi karang gigi maka penyikatan sekeras apapun dengan sikat
gigi biasa tidak akan mampu menghilangkannya. Karang gigi harus
dibersihkan dengan alat yang disebut scaler, baik dengan scaler manual
ataupun dengan scaler ultrasonic. Setelah dibersihkan dengan scaler, karang
gigi akan hilang dan gigi menjadi bersih kembali. Namun, karang gigi dapat
timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak dijaga dengan baik.
Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi
timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna, memakai
dental floss untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering
menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak,
1
memperbanyak konsumsi air putih, makan makanan yang berserat dan bergizi
tinggi, dan rajin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap
6 bulan sekali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi kalkulus dan apa saja faktor-faktor penyebabnya?
2. Bagaimana proses terbentuknya kalkulus?
3. Apa saja macam-macam kalkulus?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh kalkulus?
5. Bagaimana cara mencegah terbentuknya kalkulus?
6. Bagaimana cara mengatasi adanya kalkulus?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian dan etiologi terbentuknya kalkulus.
2. Proses terbentuknya kalkulus.
3. Macam-macam kalkulus.
4. Dampak yang ditimbulkan oleh kalkulus.
5. Cara mencegah terbentuknya kalkulus.
6. Cara mengatasi adanya kalkulus.
1.4 Manfaat
Untuk merubah perilaku masyarakat dan menambah pengetahuan mengenai
pengertian dan etiologi terbentuknya kalkulus, proses terbentuknya kalkulus,
macam-macam kalkulus, dampak yang ditimbulkan kalkulus, cara mencegah
terbentuknya kalkulus dan cara mengatasi adanya kalkulus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalkulus
Kalkulus disebut juga tartar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras
yang melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat
pada gigi karena dental plak yang keras. Struktur permukaan kalkulus yang
kasar memudahkan timbunan plak gigi. Kalkulus melekat erat mengelilingi
mahkota dan akar gigi, juga pada gigi tiruan dan restorasi gigi.
Menurut Kamus Kedokteran Gigi ( F.J Harty dan R Ogston ) Kalkulus
yang dahulu disebut tartar atau calcareous deposits terdiri atas deposit plak
yang termineralisasi , yang keras yang menempel pada gigi.
Kalkulus yang sudah matang umumnya terdiri dari 75-85% anorganik
dan sisanya (15-25%) terdiri dari komponen organik dan air. Kalkulus jarang
ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen
anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat
ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh rongga
mulut individu dewasa.
2.2 Komposisi Kalkulus
Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya
di dalam mulut dan bahkan lokasi geografi dari individu. Kalkulus terdiri dari
80% massa anorganik, air dan matriks organic dari protein dan karbohidrat,
juga sel-sel epithelial deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus dan
leukosit. Proporsi filament pada kalkulus adalah lebih besar daripada bagian
mulut lainnya. Fraksi anorganik terutama terdiri dari fosfat kalsium dalam
bentuk hidroksiapatit, brushite, whitlockite dan fosfat oktalsium. Selain itu
juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat dan
fluoride. Kandungan fluoride dari kalkulus adalah beberapa kali lebih besar
daripada di dalam plak. Permukaan kalkulus tertutup oleh plak bakteri tetapi
pada pusat deposit yang tebal ada kemungkinan steril.
3
Kalkulus supragingiva mengandung bahan organik dan anorganik.
Proposi anorganik yang mayor pada kalkulus sekitar 76% kalsium fosfat,
Ca3(PO4)2; 3% kalsium karbonat, CaCO3 dan sisanya magnesium fosfat,
Mg3(PO4)2 serta bahan lain. Persentase komponen anorganik pada kalkulus
adalah sama dengan jaringan terkalsifikasi yang lain di dalam tubuh.
Komponen anorganik mengandungi 39% kalsium, 19% fosforus, 2% karbon
dioksida dan 1% magnesium serta sisanya adalah natrium, seng, strontium,
bromin, tembaga, magnesium, tungsten, emas, aluminium, silikon, besi dan
fluor.
Perbedaan bentuk dan distribusi yang nyata dari kalkulus supragingiva
dan subgingiva menunjukkan bahwa komposisi dan cara depositnya juga
berbeda. Komposisi kalkulus subgingiva sangat mirip seperti kalkulus
supragingiva kecuali bahwa rasio Ca/P nya lebih tinggi dan kandungan
sodiumnya lebih besar. Protein saliva tidak ditemukan pada kalkulus
subgingiva, menunjukkan bahwa deposit ini sumbernya nonsaliva.
2.3 Klasifikasi Kalkulus
Berdasakan lokasinya kalkulus ada 2 macam, yaitu :
2.3.1 Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva terletak di sebelah koronal margin gingiva.
Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan
duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal
molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang
tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang tidak
mempunyai antagonis. Kalkulus biasanya berwarna putih kuningan kecuali
bila tercemar faktor lain seperti tembakau, anggur, pinang. Bentuknya cukup
keras dengan konsistensi liat, rapuh, dan mudah terlepas dari permukaan gigi.
Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena
pembentukannya dibantu oleh mineral yang bersumber dari saliva. Kalkulus
ini dapat terlihat langsung di dalam mulut
4
Gambar 1.
Kalkulus Supragingiva
2.3.2 Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva terletak di bawah margina gingival, tepatnya
pada akar gigi di dekat batas apical poket yang dalam, pada kasus yang parah,
bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi (dibawah
gingival). Oleh karena itu, kalkulus ini tidak terlihat terutama pada
pemeriksaan klinis rutin. Lokasi dan luasnya kalkulus subgingiva dapat
dievaluasi atau dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti
sonde. Kalkulus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijau-hijauan,
konsistensinya lebih keras daripada kalkulus supragingiva, dan melekat lebih
erat pada permukaan gigi. Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar
dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan
adanya inflamasi gingival dan pembentukan poket, suatu fakta terefleksi dari
namanya ‘kalkulus seruminal’ juga terbentuk dari cairan sulkular sehingga
kalkulus ini disebut dengan kalkulus serumal.
5
Gambar 2. Kalkulus Subgingiva
2.4 Penyebab Terbentuknya Kalkulus
Terbentuknya kalkulus tidak lepas dari berbagai macam etiologi yang
mendasarinya, diantara faktor- faktor penyebab terbentuknya kalkulus adalah:
Mikroorganisme
Bakteri aktif penyebab karang gigi golongan stertococcus dan
anaerob. Bakteri tersebut mengubah glukosa dan karbohidrat pada
makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam akan terus
diproduksi oleh bakteri tersebut. Kombinasi bakteri, asam, sisa makanan,
dan air liur dalam mulut membentuk suatu substansi bewarna kekuningan
yang melekat pada permukaan gigi yang disebut plak. Plak yang telah
terakumulasi dan tidak segera dibersihkan akan mengeras menjadi
kalkulus.
Bakteri plak diperkirakan memegang peranan penting dalam
pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan
kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak
stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi. Sumber mineral untuk
kalkulus supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus
subgingival dan serum darah. Kalkulus terjadi karena pengendapan ganam
6
kalsium fosfat, kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi
kalkulus-dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pem-
bentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk,
sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk kalkulus.
Faktor Lokal
- Restorasi yang salah, kavitas, GTS yang tidak pas dengan desain yang
buruk, gigi geligi tiruan yang longgar atau tidak terpoles dengan baik dan
pemakaian alat ortodontik yang dipakai siang dan malam dapat
menimbulkan iritasi jaringan melalui berbagai cara, sehingga cenderung
menyebabkan peningkatan retensi plak yang apabila tidak dibersihkan
dapat menimbulkan kalkulus.
- Anatomi dan posisi gigi : pada bentuk gigi yang mempunyai banyak
fisur dan pit akan lebih mudah terbentuknya plak, selain itu posisi gigi
yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam pembersihan sehingga
sisa makanan akan mudah tersimpan dan menyebabkan plak
semakin menebal.
- Anatomi dan jaringan sekitar gigi : gigi yang jaringan pendukungnya
mengalami kelainan seperti terdapatnya poket akan memudahkan sisa
makanan menumpuk sehingga plak akan mudah terbentuk.
- Struktur permukaan gigi: permukaan gigi yang terdapat tambalan
seperti pada tambaan kelas II yang sampai ke permukaan servikal gigi,
ataupun restorasi lainnya seperti mahkota dan jaket, apabila
permukaannya masih kasar karena tidak dipoles ataupun karena
pemasangannya tidak benar akan menyebabkan retensi sisa makanan
pada tambalan tersebut atau pada batas antara mahkota dan jaket
dengan permukaan servikal gigi, dan akhirnya menumpuk dan
terbentuklah plak.
Faktor Sistemik
Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi akumulasi plak. Pasien hipertensi mengonsumsi obat
antihipertensi yang dapat menyebabkan xerostomia yang pada akhirnya
7
dapat meningkatkan akumulasi plak yang apabila tidak dibersihkan akan
menimbulkan kalkulus.
Umur
Semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan menurun atau
mengalami degenerasi, begitu pula dengan kelenjar saliva. Hal ini
berdampak pada sekresi saliva yang dihasilkan, biasanya saliva yang
dihasilkan akan semakin berkurang. Saliva merupakan sistem self-
cleansing yang ada dalam rongga mulut kita. Jika produksi saliva
berkurang, maka oral hygiene akan menurun dan akhirnya resiko
terbentuknya kalkulus akan semakin besar.
Pola makan buruk
Yang termasuk pola makan buruk disini adalah suka mengkonsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, susah atau jarang
mengkonsumsi buah dan sayur serta kebiasaan buruk seperti mengunyah
satu sisi. Sering mengkonsumi makanan yang mengandung karbohidrat
tinggi akan membuat pH rongga mulut menjadi asam dan mudah
terjadinya demineralisasi enamel gigi oleh bakteri. Buah dan sayur banyak
mengandung serat, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh dan salah satunya untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut. Mengunyah akan merangsang kelenjar saliva dimana fungsi dari
saliva adalah untuk self cleansing rongga mulut. Kebiasaan mengunyah
satu sisi mengakibatkan satu sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah
memiliki self cleansing rendah sehingga debris yang terakumulasi tidak
dibersihkan oleh saliva. Hal ini memudahkan terbentuknya kalkulus.
Merokok
Asap panas yang terhisap mengakibatkan rongga mulut menjadi lebih
kering sehingga mendukung pertumbuhan bakteri anaerob dalam plak. Tar
dalam rokok juga dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi
sehingga permukaan ini menjadi lebih kasar dan mempermudah perlekatan
plak dan akhirnya mengendap menjadi kalkulus.
Kunjungan ke dokter gigi yang tidak rutin
Tidak memakai kedua sisi gigi untuk mengunyah
8
2.5 Proses Pembentukan Kalkulus
Proses pembentukan kalkulus diawali dengan terbentuknya dental
plak. Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap
pembentukan lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri.
Acquired pelicle merupakan deposit selapis tipis dari protein saliva
terdiri – dari glikoprotein yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat
gigi. Setelah pembentukan acquired pellicle, bakteri mulai berproliferasi
disertai dengan pembentukan matriks inter bakterial yang terdiri dari
polisakarida ekstraseluler. Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran, protein
saliva dan hanya bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat
tumbuh, yakni Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,Streptococcus
sanguis dan Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam pertama
terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari jenis coccus. Bakteri tidak
membentuk suatu lapisan yang kontinyu diatas permukaan aquirec pelikel
melainkan suatu kelompok – kelompok kecil yang terpisah, suasana
lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya
mikroorganisma aerobik dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang
biak.
Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus
fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi
50% terdiri dari Streptococcus mutans. Dengan adanya perkembangbiakan
bakteri maka lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme
dan adesi bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak
berubah menjadi anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus
mutans berbagai jenis mikroorganisma lain memasuki plak, hal ini dinamakan
“Phenomena of succession”, pada keadaan ini dengan bertambahnya umur
plak, terjadi pergeseran bakteri di dalam plak
Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan
mulut diabaikan, coccus gram negatif dan bacillus bertambah jumlahnya (dari
7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus yang bersifat
anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces dan Veillonella yang
aerob bertambah jumlahnya. Pada saat plak matang dihari ketujuh ditandai
9
dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio dan jenis filamen terus
bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada Actinomyces
naeslundi. Pada hari ke 28 dan ke-29 jumlah Streptococcus terus berkuran.
Akumulasi plak akan menjadi matriks organik untuk mineralisasi
deposit selanjutnya. Kristal kecil muncul di dalam matriks intermikrobial
antara bakteri. Pada awalnya, pada matriks akan terjadi kalsifikasi dan
kemudian plak yang terjadi termineralisasi. Pembentukan kalkulus
supragingiva dapat terjadi dalam waktu 12 hari, dimana 80% dari bahan
anorganik dapat terlibat. Namun, pengembangan dan pematangan komposisi
kristal dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Mineralisasi membutuhkan nukleasi benih kristal sebelum
pertumbuhan kristal. Ion untuk kalkulus supragingiva berasal dari saliva. Plak
membentuk lingkungan untuk nukleasi heterogen kristal kalsium dan fosfat,
yang terjadi bahkan dengan saliva yang supersaturasi sehingga plak tersebut
berperan di dalam pembentukan kalkulus. Ion lain dapat dimasukkan ke
dalam struktur tergantung pada kondisinya. Fosfolipid asam dan proteolipid
tertentu dalam membran sel memiliki peran dalam mineralisasi mikroba.
Cairan sulkus gingiva menghasilkan kalsium, fosfat, dan protein untuk
pembentukan kalkulus subgingiva.
Waktu yang diperlukan untuk pembentukan kalkulus dari tahap plak
lunak menjadi termineralisasi sekitar 10 hari hingga 20 hari, dengan waktu
rata-rata 12 hari. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai jumlah
maksimum pembentukan kalkulus adalah 10 minggu hingga 6 bulan.
10
Gambar 3. Permukaan gigi yang terdiri dari acquired pelicle dan salivary agglutinin glycoprotein yang merupakan perlekatan dari bermacam- macam bakteri pada rongga mulut.
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneiti mengenai proses
pembentukan kalkulus, antara lain :
1. Teori CO
Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan CO dalam rongga mulut dengan tekanan CO dari
duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan
menadi jenuh. (Disajikan pada seminar Perkembangan Pedodontik dan
11
Periodontik Masa Kini, yang diselenggarakan oleh PDGI Cabang Bekasi
pada tanggal 10 Juli 1993)
2. Teori Protein
Pada konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan
permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga
mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam kalsium
fosfat.
3. Teori Fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase
membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi pengendapan
garam kalsium fosfat.
4. Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis ester
lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk
kalsiumfosfat.
5. Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk
ammonia sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan garam kalsium
fosfat.
6. Teori pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor
yang akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai
benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh
7. Teori rokok
Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi,
yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak bakteri
dan factor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar
gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga
permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari
perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi lebih
banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan
perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang
12
penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok
daripada bukan perokok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukund
gigi pasien perokok memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih
lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang sama
cukup hanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan
karang gigi.
2.6 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Kalkulus
Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi
tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan
semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Jika dibiarkan
menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi (menyerap) tulang alveolar
penyangga gigi dan akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal.
Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat
menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan,
maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga
gigi. Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita
biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi
sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan
penyangga gigi.
Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan
menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan
panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam 1:3, gigi akan
goyang dan mudah tanggal. Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman
infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung.
Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi
dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis)
termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.
13
2.7 Cara Mencegah Terbentuknya Kalkulus
1. Menjaga kebersihan gigi dan mulut
Menyikat gigi minimal 2 kali sehari saat setelah makan dan sebelum
tidur.
Dalam hal menyikat gigi, hal yang harus diperhatikan adalah cara
menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Teknik
menyikat gigi yang baik adalah menggunakan bulu sikat yang lembut
dan menyikat dari arah gusi ke arah gigi. Dengan demikian selain
membersihkan plak yang menempel pada permukaan gigi, juga
melakukan pemijatan terhadap gusi yang akan memperlancar peredaran
darah sekitar gusi dan menjadi lebih sehat.
Membersihkan sela- sela makanan dengan dental floss
Cara menggunakan dental floss adalah dengan memegang kedua
ujungnya dengan jari jemari, lalu menyisir satu per satu sela-sela gigi.
Lakukan aktifitas itu di depan cermin. Setelah semuanya disisir, barulah
berkumur hingga bersih.
2. Rajin mengkonsumsi air putih
Mengkonsumsi banyak air putih bisa secara alami mengangkat
kotoran yang menempel pada gigi. Sehingga karang gigi dapat terkikis
sedikit demi sedikit dengan banyak minum air putih yang bersih. Minum
air putih juga dapat menyingkirkan sisa-sisa makanan yang tersangkut di
sela-sela gigi. Sehingga penyebab terjadinya karang gigi bisa dihindari.
Selain itu air putih tidak meninggalkan noda di gigi seperti kopi atau teh.
3. Mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat
Memperbanyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
yang berserat dan berair yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi karena
didalamnya mengandung vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan
tubuh. Contohnya adalah brokoli, semangka, jeruk, apel dan sebagainya.
Selain itu perlu juga menghindari makanan-makanan yang terlalu panas
atau dingin, makanan yang dapat menimbulkan bau mulut serta hindari
rokok.
14
4. Rajin kontrol ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk membersihkan
plak gigi
Ada banyak alasan mengapa pemeriksaan gigi secara teratur itu
penting. Dengan memeriksakan gigi secara teratur, dokter gigi dapat
mengidentifikasikan potensi masalah yang mungkin terjadi, sehingga
dapat diambil tindakan pencegahan atau penanganan sejak dini. Salah
satunya adalah membersihkan plak dan karang gigi yang menempel, untuk
mencegah pembentukan lubang pada gigi. Apabila sudah terlanjur
terbentuk lubang pada gigi namun ukurannya masih kecil, dokter gigi bisa
segera menambal lubang tersebut agar tidak memperparah kondisi gigi.
Atau ketika gigi tumbuh dengan arah yang salah, dokter bisa segera
melakukan tindakan pembedahan sebelum kondisi menjadi lebih parah,
misalnya keburu terjadi pembengkakan gusi karena infeksi.
Selain menjaga kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan gigi secara
teratur juga bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya
yang seolah tidak ada kaitannya dengan gigi dan mulut, salah satunya
adalah penyakit jantung. Adanya penumpukan plak pada gusi dapat
menyebabkan iritasi pada gusi, yang berlanjut pada perdarahan dan radang
gusi. Bakteri periodontal yang ada pada gusi dapat masuk ke aliran darah
hingga ke organ jantung, kemudian menimbulkan infeksi. Dengan
menjaga gigi dan gusi tetap sehat, maka risiko terkena penyakit jantung
akan berkurang.
5. Tidak mengunyah gigi pada satu sisi
Timbulnya karang gigi yang lebih banyak pada sisi rahang yang
tidak digunakan atau jarang digunakan untuk mengunyah. Karena
mengunyah sendiri memiliki sifat self cleansing. Kunyahan akan
memproduksi air liur pada mulut dan air liur ini secara alamiah akan
melawan kuman yang ada di mulut.Jadi, bila hanya mengunyah di satu sisi
saja maka yang akan bersih satu sisi tersebut. Sedangkan sisi yang lain
beresiko lebih banyak timbul plak atau karang gigi.
15
2.8 Cara Mengatasi Adanya Kalkulus
Karang gigi tidak bisa hilang hanya dengan gosok gigi, bila karang
sudah terbentuk maka karang gigi dapat dibersihkan dengan bantuan dokter
gigi atau perawat gigi dengan proses pembersihan karang gigi (scaling).
Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan utamanya
membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands
instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic
scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan
dengan anatomi gigi dan letak kalkulus. Biasanya, prosedur scaling adalah
kombinasi manual dan ultrasonic scaler, dan diawali dengan ultrasonic
scaler untuk membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada
permukaan gigi.
Treatment Dan Prosedur Scaling
Sebelum dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan gigi
secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien ekstra dan
intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar
limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya penyebaran infeksi dan
anamnesis. Kemudian pemeriksaan intra-oral untuk melihat keadaan dalam
mulut pasien. Selain melihat keadaan giginya, dilihat juga keadaan jaringan
lunak lainnya, seperti gingival, palatum dan lidah, karena beberapa penyakit
sistemik memberikan gambaran yang khas dalam mulut,contohnya
diabetes,herpes dan leukemia. Dan juga biasanya akan dilakukan pemeriksaan
gigi secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien ekstra
dan intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada pembengkakan
kelenjar limfe di kepala setelah semua pemeriksaan dilakukan.baru akan di
lakukan scaling mengkombinasikan antara manual dan ultrasonic scaler untuk
membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan gigi.
Kalkulus yang berada di dalam subgingiva juga dapat dibersihkan dengan
menggunakan tip yang kecil dan tipis agar bisa masuk kedalam poket dan
sulcus gingival. Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-sisa karang gigi
pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan tidak bisa menggunakan
ultrasonic scaler. Pada pasien dengan kalkulus yang dalam dan gingivitis,
16
kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan dan
menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh dokter
gigi.
Peralatan ultrasonic scaer merupakan satu perangkat scaler yang
terdiri dari handpiece scaler dan tip scaler. Tip scaler dapat diganti sesuai
dengan kebutuhan. Ujung dari tip scaler pada saat dioperasikan akan
bergetar dengan frekuensi yang cepat dan halus yang akan menghancurkan
karang gigi tanpa merusak permukaan gigi, karena permukaan tip scaler
yang halus.Kemudian dikombinasikan dengan keluarnya air dari ujung tip
yang berfungsi untuk mengirigasi, membersihkan debris dan
mendinginkan area yang dibersihkan. Permukaan gigi yang lebih sensitif
dan tidak bisa menggunakan ultrasonic scaler. Pada pasien dengan
kalkulus yang dalam dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan
menimbulkan pendarahan dan menimbulkan rasa sakit, biasanya akan
dilakukan anestesi lokal oleh dokter gigi.
Setelah scaling, dilakukan root planning dengan pemolesan atau
polishing. Prosedurnya sederhana, gigi akan diolesi dengan pumice, yang
berbentuk pasta tapi kasar seperti berpasir. Kemudian gigi akan di sikat
dengan bur brush pada permukaan yang di-scaling untuk membuang sisa
karang gigi, menghaluskan permukaan gigi dan menimbulkan sensasi
segar dalam mulut pasien, sehingga mulut terasa bersih dan segar.
17
Diharapkan dengan permukaan gigi yang halus, mempersulit
terakumulasinya kembali plak dan bakteri, terbentuk perlekatan gingival
baru yang lebih baik dan berkurangnya kedalaman poket gingival yang
menjadi mediabakteri.
Biasanya sesudah dibersihkan, gigi terasa lebih sensitif. Hal ini
adalah wajar, terutama bila sebelumnya sudah mempunyai masalah gigi
sensitif. Karena permukaan dentin yang terbuka, sebelumnya tertutup oleh
calculus yang menghalangi gigi dari iritasi eksternal tapi setelah
dibersihkan permukaan dentin terbuka kembali dan menimbulkan rasa
lebih sensitive.Hal ini bisa diatasi dengan melakukan topical fluoridasi,
perawatan desensitisasi oleh dokter gigi dan perawatan di rumah,
menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif. Penggunaan obat
kumur yang mengandung chlorhexidine sebagai antimicrobial dan
antibiotik oral juga terkadang dibutuhkan untuk beberapa kasus terutama
untuk pasien berpenyakit sistemik dan pasien pasca-operasi jantung yang
berisiko tinggi terinfeksi endocarditis bacterialis.
Pemberian Antibiotik
Apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun
mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya
antibiotic yang digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan
penisilin karena kuman yang sering menjadi causa-nya sensitive terhadap
golongan ini.Tetapi pada penyakit periodontal, terutama yang lanjut, perlu
dipertimbangkan keterlibatan kuman-kuman gram negative serta anaerob,
sehingga dengan demikian pilihan antibiotic jatuh pada tetrasiklin
(seringakali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena ber
spectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas terhadap anaerob.
Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal seperti gel, tergantung dari
luasnya dan tahap proses penyakit.
18
Kumur-kumur antiseptic
Terutama yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %.
Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam
meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.
Analgetik-anti inflamasi
Untuk meredakan gejala simtomatik
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karang gigi (kalkulus) adalah massa keras berwarna kuning kecoklatan
yang melekat pada permukaan gigi, yang berasal dari timbunan plak yang
bercampur dengan zat kapur pada saliva yang kemudian mengalami
kalsifikasi. Kalkulus dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya, yaitu
kalkulus subgingiva dan kalkulus supragingiva. Faktor- faktor penyebab
terbentunya plak diantaranya adalah mikroorganisme, faktor lokal, faktor
sistemik, umur, pola makan yang buruk, merokok dan kebiasaan- kebiasaan
buruk pada rongga mulut. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh kalkulus
adalah adanya bau mulut, penyakit gingivitis, periodontitis, gigi keropos dan
gigi tanggal, bahkan penyakit sistemik yang menyerang sistem kardiovaskular
akibat adanya perjalaran mikroorganisme dari rongga mulut melewati saluran
darah.
Oleh karena itu, masalah karang gigi bukanlah suatu hal yang dapat
disepelekan. Sebelum plak gigi mengeras hingga menjadi kalkulus yang tidak
dapat dibersihkan secara manual dengan sikat gigi dan menimbulkan masalah-
masalah pada rongga mulut, sebaiknya dilakukan tindakan- tindakan
pencegahan, seperti selalu menjaga kebersihan rongga mulut dengan sikat gigi
dua kali sehari, memakai dental floss, memperbanyak konsumsi air putih,
makan makanan yang bergizi dan rajin melakukan kunjungan ke dokter gigi
setiap 6 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
20
Coolidge ED, Hine MK. Periodontology. 3rd ed. Philadelphia: Lea and Febiger,
1958; 141–160.
Eley, B., M, and Manson, J., D, 2004, Periodontics, 4th ed., Elsevier Ltd, London.
Hassyati, Ashri. 2013. Makalah Mikrobiologi Rongga Mulut Penyebab Karang
Gigi (Kalkulus). DIII Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Aceh
Mandel I, Gaffar A. Calculus Revisited. A Review J. Clin Periodontal.
1986; 13: 249 57.
Manson J. D, dan Eley B. M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Alih Bahasa.
Anastasya. Jakarta: Hipokrates.
Prayitno SW. Periodontologi, Cabang Ilmu Kedokteran Gigi, Peranannya Dàlam
Menunjang Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan. Pidato Pengukuhan,
1993.
Rose, L. F., Mealey B. L., Genco, R. J., and Cohen, D. W., 2004, Periodontics
Medicine, Surgery, and Implants, Elsevier Mosby, St. Louis, Missouri.
Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan.Cet.ke-1. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM
Sheiham A. A Review of Methods of Prevention and control of Periondontal
Disease. International Conference Workshop on Research in the Biology of
Periodontal Disease. Chicago, Illionis, 1977.
21