32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karang gigi atau yang disebut dengan kalkulus dapat diartikan sebagai massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi atau pada objek solid lainnya di dalam mulut. Karang gigi berasal dari plak yang bercampur dengan zat kapur seperti garam kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan magnesium fosfat yang tekandung pada ludah dan seiring berjalannya waktu akan terkalsifikasi. Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi tempat melekatnya lapisan- lapisan plak yang baru, sehingga semakin lama karang gigi akan semakin mengendap, menebal dan menjadi sarang kuman. Deposit terkalsifikasi ini sangat berperan dalam menyebabkan dan memperhebat penyakit periodontal dengan cara menjadi retensi plak yang bisa berkontak rapat ke jaringan gingiva dan menciptakan daerah dimana penyingkiran plak menjadi sangat sulit. Kerusakan margin gingiva pada penyakit periodontal juga disebabkan oleh efek patogenik mikroorganisme di dalam kalkulus tersebut. Iritasi pada gingiva tersebut apabila tidak segera ditangani akan berlanjut pada kerusakan yang lebih parah yaitu 1

Makalah Kalkulus Fixed

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kalkulus subgigiva, supragingiva

Citation preview

Page 1: Makalah Kalkulus Fixed

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karang gigi atau yang disebut dengan kalkulus dapat diartikan sebagai

massa kalsifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi atau pada

objek solid lainnya di dalam mulut. Karang gigi berasal dari plak yang

bercampur dengan zat kapur seperti garam kalsium fosfat, kalsium karbonat,

dan magnesium fosfat yang tekandung pada ludah dan seiring berjalannya

waktu akan terkalsifikasi.

Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi

tempat melekatnya lapisan- lapisan plak yang baru, sehingga semakin lama

karang gigi akan semakin mengendap, menebal dan menjadi sarang kuman.

Deposit terkalsifikasi ini sangat berperan dalam menyebabkan dan

memperhebat penyakit periodontal dengan cara menjadi retensi plak yang bisa

berkontak rapat ke jaringan gingiva dan menciptakan daerah dimana

penyingkiran plak menjadi sangat sulit. Kerusakan margin gingiva pada

penyakit periodontal juga disebabkan oleh efek patogenik mikroorganisme di

dalam kalkulus tersebut. Iritasi pada gingiva tersebut apabila tidak segera

ditangani akan berlanjut pada kerusakan yang lebih parah yaitu penyakit

periodontitis, hingga bisa menyebabkan gigi goyang hingga tanggal.

Masalah karang gigi tidak dapat disepelekan. Bila plak sudah

mengendap menjadi karang gigi maka penyikatan sekeras apapun dengan sikat

gigi biasa tidak akan mampu menghilangkannya. Karang gigi harus

dibersihkan dengan alat yang disebut scaler, baik dengan scaler manual

ataupun dengan scaler ultrasonic. Setelah dibersihkan dengan scaler, karang

gigi akan hilang dan gigi menjadi bersih kembali. Namun, karang gigi dapat

timbul kembali apabila kebersihan gigi tidak dijaga dengan baik.

Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan sebelum karang gigi

timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan sempurna, memakai

dental floss untuk membersihkan permukaan antar dua gigi yang sering

menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi tempat penimbunan plak,

1

Page 2: Makalah Kalkulus Fixed

memperbanyak konsumsi air putih, makan makanan yang berserat dan bergizi

tinggi, dan rajin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap

6 bulan sekali.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi kalkulus dan apa saja faktor-faktor penyebabnya?

2. Bagaimana proses terbentuknya kalkulus?

3. Apa saja macam-macam kalkulus?

4. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh kalkulus?

5. Bagaimana cara mencegah terbentuknya kalkulus?

6. Bagaimana cara mengatasi adanya kalkulus?

1.3 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengertian dan etiologi terbentuknya kalkulus.

2. Proses terbentuknya kalkulus.

3. Macam-macam kalkulus.

4. Dampak yang ditimbulkan oleh kalkulus.

5. Cara mencegah terbentuknya kalkulus.

6. Cara mengatasi adanya kalkulus.

1.4 Manfaat

Untuk merubah perilaku masyarakat dan menambah pengetahuan mengenai

pengertian dan etiologi terbentuknya kalkulus, proses terbentuknya kalkulus,

macam-macam kalkulus, dampak yang ditimbulkan kalkulus, cara mencegah

terbentuknya kalkulus dan cara mengatasi adanya kalkulus.

2

Page 3: Makalah Kalkulus Fixed

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kalkulus

Kalkulus disebut juga tartar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras

yang melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat

pada gigi karena dental plak yang keras. Struktur permukaan kalkulus yang

kasar memudahkan timbunan plak gigi. Kalkulus melekat erat mengelilingi

mahkota dan akar gigi, juga pada gigi tiruan dan restorasi gigi.

Menurut Kamus Kedokteran Gigi ( F.J Harty dan R Ogston ) Kalkulus

yang dahulu disebut tartar atau calcareous deposits terdiri atas deposit plak

yang termineralisasi , yang keras yang menempel pada gigi.

Kalkulus yang sudah matang umumnya terdiri dari 75-85% anorganik

dan sisanya (15-25%) terdiri dari komponen organik dan air. Kalkulus jarang

ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi permanen

anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus sudah dapat

ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh rongga

mulut individu dewasa.

2.2 Komposisi Kalkulus

Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya

di dalam mulut dan bahkan lokasi geografi dari individu. Kalkulus terdiri dari

80% massa anorganik, air dan matriks organic dari protein dan karbohidrat,

juga sel-sel epithelial deskuamasi, bakteri filament gram positif, kokus dan

leukosit. Proporsi filament pada kalkulus adalah lebih besar daripada bagian

mulut lainnya. Fraksi anorganik terutama terdiri dari fosfat kalsium dalam

bentuk hidroksiapatit, brushite, whitlockite dan fosfat oktalsium. Selain itu

juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat dan

fluoride. Kandungan fluoride dari kalkulus adalah beberapa kali lebih besar

daripada di dalam plak. Permukaan kalkulus tertutup oleh plak bakteri tetapi

pada pusat deposit yang tebal ada kemungkinan steril.

3

Page 4: Makalah Kalkulus Fixed

Kalkulus supragingiva mengandung bahan organik dan anorganik.

Proposi anorganik yang mayor pada kalkulus sekitar 76% kalsium fosfat,

Ca3(PO4)2; 3% kalsium karbonat, CaCO3 dan sisanya magnesium fosfat,

Mg3(PO4)2 serta bahan lain. Persentase komponen anorganik pada kalkulus

adalah sama dengan jaringan terkalsifikasi yang lain di dalam tubuh.

Komponen anorganik mengandungi 39% kalsium, 19% fosforus, 2% karbon

dioksida dan 1% magnesium serta sisanya adalah natrium, seng, strontium,

bromin, tembaga, magnesium, tungsten, emas, aluminium, silikon, besi dan

fluor.

Perbedaan bentuk dan distribusi yang nyata dari kalkulus supragingiva

dan subgingiva menunjukkan bahwa komposisi dan cara depositnya juga

berbeda. Komposisi kalkulus subgingiva sangat mirip seperti kalkulus

supragingiva kecuali bahwa rasio Ca/P nya lebih tinggi dan kandungan

sodiumnya lebih besar. Protein saliva tidak ditemukan pada kalkulus

subgingiva, menunjukkan bahwa deposit ini sumbernya nonsaliva.

2.3 Klasifikasi Kalkulus

Berdasakan lokasinya kalkulus ada 2 macam, yaitu :

2.3.1 Kalkulus Supragingiva

Kalkulus supragingiva terletak di sebelah koronal margin gingiva.

Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan

duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal

molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang

tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang tidak

mempunyai antagonis. Kalkulus biasanya berwarna putih kuningan kecuali

bila tercemar faktor lain seperti tembakau, anggur, pinang. Bentuknya cukup

keras dengan konsistensi liat, rapuh, dan mudah terlepas dari permukaan gigi.

Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena

pembentukannya dibantu oleh mineral yang bersumber dari saliva. Kalkulus

ini dapat terlihat langsung di dalam mulut

4

Page 5: Makalah Kalkulus Fixed

Gambar 1.

Kalkulus Supragingiva

2.3.2 Kalkulus Subgingiva

Kalkulus subgingiva terletak di bawah margina gingival, tepatnya

pada akar gigi di dekat batas apical poket yang dalam, pada kasus yang parah,

bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi (dibawah

gingival). Oleh karena itu, kalkulus ini tidak terlihat terutama pada

pemeriksaan klinis rutin. Lokasi dan luasnya kalkulus subgingiva dapat

dievaluasi atau dideteksi dengan menggunakan alat dental halus seperti

sonde. Kalkulus ini biasanya berwarna coklat tua atau hitam kehijau-hijauan,

konsistensinya lebih keras daripada kalkulus supragingiva, dan melekat lebih

erat pada permukaan gigi. Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar

dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan

adanya inflamasi gingival dan pembentukan poket, suatu fakta terefleksi dari

namanya ‘kalkulus seruminal’ juga terbentuk dari cairan sulkular sehingga

kalkulus ini disebut dengan kalkulus serumal.

5

Page 6: Makalah Kalkulus Fixed

Gambar 2. Kalkulus Subgingiva

2.4 Penyebab Terbentuknya Kalkulus

Terbentuknya kalkulus tidak lepas dari berbagai macam etiologi yang

mendasarinya, diantara faktor- faktor penyebab terbentuknya kalkulus adalah:

Mikroorganisme

Bakteri aktif penyebab karang gigi golongan stertococcus dan

anaerob. Bakteri tersebut mengubah glukosa dan karbohidrat pada

makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam akan terus

diproduksi oleh bakteri tersebut. Kombinasi bakteri, asam, sisa makanan,

dan air liur dalam mulut membentuk suatu substansi bewarna kekuningan

yang melekat pada permukaan gigi yang disebut plak. Plak yang telah

terakumulasi dan tidak segera dibersihkan akan mengeras menjadi

kalkulus.

Bakteri plak diperkirakan memegang peranan penting dalam

pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan

kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak

stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi. Sumber mineral untuk

kalkulus supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus

subgingival dan serum darah. Kalkulus terjadi karena pengendapan ganam

6

Page 7: Makalah Kalkulus Fixed

kalsium fosfat, kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi

kalkulus-dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pem-

bentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk,

sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk kalkulus.

Faktor Lokal

- Restorasi yang salah, kavitas, GTS yang tidak pas dengan desain yang

buruk, gigi geligi tiruan yang longgar atau tidak terpoles dengan baik dan

pemakaian alat ortodontik yang dipakai siang dan malam dapat

menimbulkan iritasi jaringan melalui berbagai cara, sehingga cenderung

menyebabkan peningkatan retensi plak yang apabila tidak dibersihkan

dapat menimbulkan kalkulus.

- Anatomi dan posisi gigi : pada bentuk gigi yang mempunyai banyak

fisur dan pit akan lebih mudah terbentuknya plak, selain itu posisi gigi

yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam pembersihan sehingga

sisa makanan akan mudah tersimpan dan menyebabkan plak

semakin menebal.

- Anatomi dan jaringan sekitar gigi : gigi yang jaringan pendukungnya

mengalami kelainan seperti terdapatnya poket akan memudahkan sisa

makanan menumpuk sehingga plak akan mudah terbentuk.

- Struktur permukaan gigi: permukaan gigi yang terdapat tambalan

seperti pada tambaan kelas II yang sampai ke permukaan servikal gigi,

ataupun restorasi lainnya seperti mahkota dan jaket, apabila

permukaannya masih kasar karena tidak dipoles ataupun karena

pemasangannya tidak benar akan menyebabkan retensi sisa makanan

pada tambalan tersebut atau pada batas antara mahkota dan jaket

dengan permukaan servikal gigi, dan akhirnya menumpuk dan

terbentuklah plak.

Faktor Sistemik

Hipertensi merupakan salah satu penyakit sistemik yang dapat

mempengaruhi akumulasi plak. Pasien hipertensi mengonsumsi obat

antihipertensi yang dapat menyebabkan xerostomia yang pada akhirnya

7

Page 8: Makalah Kalkulus Fixed

dapat meningkatkan akumulasi plak yang apabila tidak dibersihkan akan

menimbulkan kalkulus.

Umur

Semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan menurun atau

mengalami degenerasi, begitu pula dengan kelenjar saliva. Hal ini

berdampak pada sekresi saliva yang dihasilkan, biasanya saliva yang

dihasilkan akan semakin berkurang. Saliva merupakan sistem self-

cleansing yang ada dalam rongga mulut kita. Jika produksi saliva

berkurang, maka oral hygiene akan menurun dan akhirnya resiko

terbentuknya kalkulus akan semakin besar.

Pola makan buruk

Yang termasuk pola makan buruk disini adalah suka mengkonsumsi

makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, susah atau jarang

mengkonsumsi buah dan sayur serta kebiasaan buruk seperti mengunyah

satu sisi. Sering mengkonsumi makanan yang mengandung karbohidrat

tinggi akan membuat pH rongga mulut menjadi asam dan mudah

terjadinya demineralisasi enamel gigi oleh bakteri. Buah dan sayur banyak

mengandung serat, vitamin dan mineral yang dibutuhkan untuk

metabolisme tubuh dan salah satunya untuk menjaga kesehatan gigi dan

mulut. Mengunyah akan merangsang kelenjar saliva dimana fungsi dari

saliva adalah untuk self cleansing rongga mulut. Kebiasaan mengunyah

satu sisi mengakibatkan satu sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah

memiliki self cleansing rendah sehingga debris yang terakumulasi tidak

dibersihkan oleh saliva. Hal ini memudahkan terbentuknya kalkulus.

Merokok

Asap panas yang terhisap mengakibatkan rongga mulut menjadi lebih

kering sehingga mendukung pertumbuhan bakteri anaerob dalam plak. Tar

dalam rokok juga dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi

sehingga permukaan ini menjadi lebih kasar dan mempermudah perlekatan

plak dan akhirnya mengendap menjadi kalkulus.

Kunjungan ke dokter gigi yang tidak rutin

Tidak memakai kedua sisi gigi untuk mengunyah

8

Page 9: Makalah Kalkulus Fixed

2.5 Proses Pembentukan Kalkulus

Proses pembentukan kalkulus diawali dengan terbentuknya dental

plak. Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap

pembentukan lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri.

Acquired pelicle merupakan deposit selapis tipis dari protein saliva

terdiri – dari glikoprotein yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat

gigi. Setelah pembentukan acquired pellicle, bakteri mulai berproliferasi

disertai dengan pembentukan matriks inter bakterial yang terdiri dari

polisakarida ekstraseluler. Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran, protein

saliva dan hanya bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat

tumbuh, yakni Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,Streptococcus

sanguis dan Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam pertama

terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari jenis coccus. Bakteri tidak

membentuk suatu lapisan yang kontinyu diatas permukaan aquirec pelikel

melainkan suatu kelompok – kelompok kecil yang terpisah, suasana

lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya

mikroorganisma aerobik dan fakultatif yang dapat tumbuh dan berkembang

biak.

Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan bacillus

fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari keseluruhan populasi

50% terdiri dari Streptococcus mutans. Dengan adanya perkembangbiakan

bakteri maka lapisan plak bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme

dan adesi bakteri pada permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak

berubah menjadi anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus

mutans berbagai jenis mikroorganisma lain memasuki plak, hal ini dinamakan

“Phenomena of succession”, pada keadaan ini dengan bertambahnya umur

plak, terjadi pergeseran bakteri di dalam plak

Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan

mulut diabaikan, coccus gram negatif dan bacillus bertambah jumlahnya (dari

7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus yang bersifat

anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces dan Veillonella yang

aerob bertambah jumlahnya. Pada saat plak matang dihari ketujuh ditandai

9

Page 10: Makalah Kalkulus Fixed

dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio dan jenis filamen terus

bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada Actinomyces

naeslundi. Pada hari ke 28 dan ke-29 jumlah Streptococcus terus berkuran.

Akumulasi plak akan menjadi matriks organik untuk mineralisasi

deposit selanjutnya. Kristal kecil muncul di dalam matriks intermikrobial

antara bakteri. Pada awalnya, pada matriks akan terjadi kalsifikasi dan

kemudian plak yang terjadi termineralisasi. Pembentukan kalkulus

supragingiva dapat terjadi dalam waktu 12 hari, dimana 80% dari bahan

anorganik dapat terlibat. Namun, pengembangan dan pematangan komposisi

kristal dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Mineralisasi membutuhkan nukleasi benih kristal sebelum

pertumbuhan kristal. Ion untuk kalkulus supragingiva berasal dari saliva. Plak

membentuk lingkungan untuk nukleasi heterogen kristal kalsium dan fosfat,

yang terjadi bahkan dengan saliva yang supersaturasi sehingga plak tersebut

berperan di dalam pembentukan kalkulus. Ion lain dapat dimasukkan ke

dalam struktur tergantung pada kondisinya. Fosfolipid asam dan proteolipid

tertentu dalam membran sel memiliki peran dalam mineralisasi mikroba.

Cairan sulkus gingiva menghasilkan kalsium, fosfat, dan protein untuk

pembentukan kalkulus subgingiva.

Waktu yang diperlukan untuk pembentukan kalkulus dari tahap plak

lunak menjadi termineralisasi sekitar 10 hari hingga 20 hari, dengan waktu

rata-rata 12 hari. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai jumlah

maksimum pembentukan kalkulus adalah 10 minggu hingga 6 bulan.

10

Page 11: Makalah Kalkulus Fixed

Gambar 3. Permukaan gigi yang terdiri dari acquired pelicle dan salivary agglutinin glycoprotein yang merupakan perlekatan dari bermacam- macam bakteri pada rongga mulut.

Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneiti mengenai proses

pembentukan kalkulus, antara lain :

1. Teori CO

Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat adanya

perbedaan tekanan CO dalam rongga mulut dengan tekanan CO dari

duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga larutan

menadi jenuh. (Disajikan pada seminar Perkembangan Pedodontik dan

11

Page 12: Makalah Kalkulus Fixed

Periodontik Masa Kini, yang diselenggarakan oleh PDGI Cabang Bekasi

pada tanggal 10 Juli 1993)

2. Teori Protein

Pada konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan

permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva, sehingga

mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam kalsium

fosfat.

3. Teori Fosfatase

Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri. Fosfatase

membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi pengendapan

garam kalsium fosfat.

4. Teori Esterase

Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis ester

lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium membentuk

kalsiumfosfat.

5. Teori Amonia

Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan membentuk

ammonia sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan garam kalsium

fosfat.

6. Teori pembenihan

Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan fosfor

yang akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi sebagai

benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh

7. Teori rokok

Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi,

yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi disebabkan oleh plak bakteri

dan factor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar

gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga

permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari

perbedaan penelitian yang telah dilakukan plak dan karang gigi lebih

banyak terbentuk pada rongga mulut perokok dibandingkan bukan

perokok. Penyakit jaringan pendukung gigi yang parah, kerusakan tulang

12

Page 13: Makalah Kalkulus Fixed

penyokong gigi dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi pada perokok

daripada bukan perokok. Pada perawatan penyakit jaringan pendukund

gigi pasien perokok memerlukan perawatan yang lebih luas dan lebih

lanjut. Padahal pada pasien bukan perokok dan pada keadaan yang sama

cukup hanya dilakukan perawatan standar seperti pembersihan plak dan

karang gigi.

2.6 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Kalkulus

Karang gigi menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan menjadi

tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang gigi akan

semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Jika dibiarkan

menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi (menyerap) tulang alveolar

penyangga gigi dan akibatnya gigi mudah goyang dan tanggal.

Karang gigi mengandung banyak kuman-kuman yang dapat

menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan,

maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga

gigi. Bila sudah infeksi maka masalah lebih lanjut bisa timbul. Penderita

biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap, sikat gigi

sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari jaringan

penyangga gigi.

Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan

menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan

panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam 1:3, gigi akan

goyang dan mudah tanggal. Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman

infeksi jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh.

Melalui aliran darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung.

Karena itu ada beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi

dari gigi, ini disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis)

termasuk penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.

13

Page 14: Makalah Kalkulus Fixed

2.7 Cara Mencegah Terbentuknya Kalkulus

1. Menjaga kebersihan gigi dan mulut

Menyikat gigi minimal 2 kali sehari saat setelah makan dan sebelum

tidur.

Dalam hal menyikat gigi, hal yang harus diperhatikan adalah cara

menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi. Teknik

menyikat gigi yang baik adalah menggunakan bulu sikat yang lembut

dan menyikat dari arah gusi ke arah gigi. Dengan demikian selain

membersihkan plak yang menempel pada permukaan gigi, juga

melakukan pemijatan terhadap gusi yang akan memperlancar peredaran

darah sekitar gusi dan menjadi lebih sehat.

Membersihkan sela- sela makanan dengan dental floss

Cara menggunakan dental floss adalah dengan memegang kedua

ujungnya dengan jari jemari, lalu menyisir satu per satu sela-sela gigi.

Lakukan aktifitas itu di depan cermin. Setelah semuanya disisir, barulah

berkumur hingga bersih.

2. Rajin mengkonsumsi air putih

Mengkonsumsi banyak air putih bisa secara alami mengangkat

kotoran yang menempel pada gigi. Sehingga karang gigi dapat terkikis

sedikit demi sedikit dengan banyak minum air putih yang bersih. Minum

air putih juga dapat menyingkirkan sisa-sisa makanan yang tersangkut di

sela-sela gigi. Sehingga penyebab terjadinya karang gigi bisa dihindari.

Selain itu air putih tidak meninggalkan noda di gigi seperti kopi atau teh.

3. Mengkonsumsi sayuran dan buah yang berserat

Memperbanyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan

yang berserat dan berair yang baik untuk kesehatan tulang dan gigi karena

didalamnya mengandung vitamin C yang dapat meningkatkan daya tahan

tubuh. Contohnya adalah brokoli, semangka, jeruk, apel dan sebagainya.

Selain itu perlu juga menghindari makanan-makanan yang terlalu panas

atau dingin, makanan yang dapat menimbulkan bau mulut serta hindari

rokok.

14

Page 15: Makalah Kalkulus Fixed

4. Rajin kontrol ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali untuk membersihkan

plak gigi

Ada banyak alasan mengapa pemeriksaan gigi secara teratur itu

penting. Dengan memeriksakan gigi secara teratur, dokter gigi dapat

mengidentifikasikan potensi masalah yang mungkin terjadi, sehingga

dapat diambil tindakan pencegahan atau penanganan sejak dini. Salah

satunya adalah membersihkan plak dan karang gigi yang menempel, untuk

mencegah pembentukan lubang pada gigi. Apabila sudah terlanjur

terbentuk lubang pada gigi namun ukurannya masih kecil, dokter gigi bisa

segera menambal lubang tersebut agar tidak memperparah kondisi gigi.

Atau ketika gigi tumbuh dengan arah yang salah, dokter bisa segera

melakukan tindakan pembedahan sebelum kondisi menjadi lebih parah,

misalnya keburu terjadi pembengkakan gusi karena infeksi.

Selain menjaga kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan gigi secara

teratur juga bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya

yang seolah tidak ada kaitannya dengan gigi dan mulut, salah satunya

adalah penyakit jantung. Adanya  penumpukan plak  pada gusi dapat

menyebabkan iritasi pada gusi, yang berlanjut pada perdarahan dan radang

gusi. Bakteri periodontal yang ada pada gusi dapat masuk ke aliran darah

hingga ke organ jantung, kemudian menimbulkan infeksi. Dengan

menjaga gigi dan gusi tetap sehat, maka risiko terkena penyakit jantung

akan berkurang.

5. Tidak mengunyah gigi pada satu sisi

Timbulnya karang gigi yang lebih banyak pada sisi rahang yang

tidak digunakan atau jarang digunakan untuk mengunyah. Karena

mengunyah sendiri memiliki sifat self cleansing. Kunyahan akan

memproduksi air liur pada mulut dan air liur ini secara alamiah akan

melawan kuman yang ada di mulut.Jadi, bila hanya mengunyah di satu sisi

saja maka yang akan bersih satu sisi tersebut. Sedangkan sisi yang lain

beresiko lebih banyak timbul plak atau karang gigi.

15

Page 16: Makalah Kalkulus Fixed

2.8 Cara Mengatasi Adanya Kalkulus

Karang gigi tidak bisa hilang hanya dengan gosok gigi, bila karang

sudah terbentuk maka karang gigi dapat dibersihkan dengan bantuan dokter

gigi atau perawat gigi dengan proses pembersihan karang gigi (scaling).

Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang tujuan utamanya

membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai adalah hands

instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic

scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan

dengan anatomi gigi dan letak kalkulus. Biasanya, prosedur scaling adalah

kombinasi manual dan ultrasonic scaler, dan diawali dengan ultrasonic

scaler untuk membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada

permukaan gigi.

Treatment Dan Prosedur Scaling

Sebelum dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan gigi

secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien ekstra dan

intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar

limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya penyebaran infeksi dan

anamnesis. Kemudian pemeriksaan intra-oral untuk melihat keadaan dalam

mulut pasien. Selain melihat keadaan giginya, dilihat juga keadaan jaringan

lunak lainnya, seperti gingival, palatum dan lidah, karena beberapa penyakit

sistemik memberikan gambaran yang khas dalam mulut,contohnya

diabetes,herpes dan leukemia. Dan juga biasanya akan dilakukan pemeriksaan

gigi secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien ekstra

dan intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada pembengkakan

kelenjar limfe di kepala setelah semua pemeriksaan dilakukan.baru akan di

lakukan scaling mengkombinasikan antara manual dan ultrasonic scaler untuk

membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan gigi.

Kalkulus yang berada di dalam subgingiva juga dapat dibersihkan dengan

menggunakan tip yang kecil dan tipis agar bisa masuk kedalam poket dan

sulcus gingival. Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-sisa karang gigi

pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan tidak bisa menggunakan

ultrasonic scaler. Pada pasien dengan kalkulus yang dalam dan gingivitis,

16

Page 17: Makalah Kalkulus Fixed

kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan dan

menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh dokter

gigi.

Peralatan ultrasonic scaer merupakan satu perangkat scaler yang

terdiri dari handpiece scaler dan tip scaler. Tip scaler dapat diganti sesuai

dengan kebutuhan. Ujung dari tip scaler pada saat dioperasikan akan

bergetar dengan frekuensi yang cepat dan halus yang akan menghancurkan

karang gigi tanpa merusak permukaan gigi, karena permukaan tip scaler

yang halus.Kemudian dikombinasikan dengan keluarnya air dari ujung tip

yang berfungsi untuk mengirigasi, membersihkan debris dan

mendinginkan area yang dibersihkan. Permukaan gigi yang lebih sensitif

dan tidak bisa menggunakan ultrasonic scaler. Pada pasien dengan

kalkulus yang dalam dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan

menimbulkan pendarahan dan menimbulkan rasa sakit, biasanya akan

dilakukan anestesi lokal oleh dokter gigi.

Setelah  scaling, dilakukan root planning dengan pemolesan atau

polishing. Prosedurnya sederhana, gigi akan diolesi dengan pumice, yang

berbentuk pasta tapi kasar seperti berpasir. Kemudian gigi akan di sikat

dengan bur brush pada permukaan yang di-scaling untuk membuang sisa

karang gigi, menghaluskan permukaan gigi dan menimbulkan sensasi

segar dalam mulut pasien, sehingga mulut terasa bersih dan segar.

17

Page 18: Makalah Kalkulus Fixed

Diharapkan dengan permukaan gigi yang halus, mempersulit

terakumulasinya kembali plak dan bakteri, terbentuk perlekatan gingival

baru yang lebih baik dan berkurangnya kedalaman poket gingival yang

menjadi mediabakteri.

Biasanya sesudah dibersihkan, gigi terasa lebih sensitif. Hal ini

adalah wajar, terutama bila sebelumnya sudah mempunyai masalah gigi

sensitif. Karena permukaan dentin yang terbuka, sebelumnya tertutup oleh

calculus yang menghalangi gigi dari iritasi eksternal tapi setelah

dibersihkan permukaan dentin terbuka kembali dan menimbulkan rasa

lebih sensitive.Hal ini bisa diatasi dengan melakukan topical fluoridasi,

perawatan desensitisasi oleh dokter gigi dan perawatan di rumah,

menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif. Penggunaan obat

kumur yang mengandung chlorhexidine sebagai antimicrobial dan

antibiotik oral juga terkadang dibutuhkan untuk beberapa kasus terutama

untuk pasien berpenyakit sistemik dan pasien pasca-operasi jantung yang

berisiko tinggi terinfeksi endocarditis bacterialis.

Pemberian Antibiotik

Apabila terbukti keterlibatan kuman baik secara klinis maupun

mikrobiologis, maka antibiotic mutlak diperlukan. Pada umumnya

antibiotic yang digunakan pada penyakit-penyakit gigi adalah golongan

penisilin karena kuman yang sering menjadi causa-nya sensitive terhadap

golongan ini.Tetapi pada penyakit periodontal, terutama yang lanjut, perlu

dipertimbangkan keterlibatan kuman-kuman gram negative serta anaerob,

sehingga dengan demikian pilihan antibiotic jatuh pada tetrasiklin

(seringakali digantikan dengan golongan aminopenisilin karena ber

spectrum luas juga) atau metronidazol karena efektivitas terhadap anaerob.

Pemberian dapat berupa per oral maupun lokal seperti gel, tergantung dari

luasnya dan tahap proses penyakit.

18

Page 19: Makalah Kalkulus Fixed

Kumur-kumur antiseptic

Terutama yang sering digunakan adalah Chlorhexidine 0.20 %.

Kumur-kumur sekurangnya 1 menit sebanyak 10 cc terbukti efektif dalam

meredakan proses peradangan pada jaringan periodontal.

Analgetik-anti inflamasi

Untuk meredakan gejala simtomatik

19

Page 20: Makalah Kalkulus Fixed

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karang gigi (kalkulus) adalah massa keras berwarna kuning kecoklatan

yang melekat pada permukaan gigi, yang berasal dari timbunan plak yang

bercampur dengan zat kapur pada saliva yang kemudian mengalami

kalsifikasi. Kalkulus dibedakan menjadi dua berdasarkan lokasinya, yaitu

kalkulus subgingiva dan kalkulus supragingiva. Faktor- faktor penyebab

terbentunya plak diantaranya adalah mikroorganisme, faktor lokal, faktor

sistemik, umur, pola makan yang buruk, merokok dan kebiasaan- kebiasaan

buruk pada rongga mulut. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh kalkulus

adalah adanya bau mulut, penyakit gingivitis, periodontitis, gigi keropos dan

gigi tanggal, bahkan penyakit sistemik yang menyerang sistem kardiovaskular

akibat adanya perjalaran mikroorganisme dari rongga mulut melewati saluran

darah.

Oleh karena itu, masalah karang gigi bukanlah suatu hal yang dapat

disepelekan. Sebelum plak gigi mengeras hingga menjadi kalkulus yang tidak

dapat dibersihkan secara manual dengan sikat gigi dan menimbulkan masalah-

masalah pada rongga mulut, sebaiknya dilakukan tindakan- tindakan

pencegahan, seperti selalu menjaga kebersihan rongga mulut dengan sikat gigi

dua kali sehari, memakai dental floss, memperbanyak konsumsi air putih,

makan makanan yang bergizi dan rajin melakukan kunjungan ke dokter gigi

setiap 6 bulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Makalah Kalkulus Fixed

Coolidge ED, Hine MK. Periodontology. 3rd ed. Philadelphia: Lea and Febiger,

1958; 141–160.

Eley, B., M, and Manson, J., D, 2004, Periodontics, 4th ed., Elsevier Ltd, London.

Hassyati, Ashri. 2013. Makalah Mikrobiologi Rongga Mulut Penyebab Karang

Gigi (Kalkulus). DIII Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Aceh

Mandel I, Gaffar A. Calculus Revisited. A Review J. Clin Periodontal.

1986; 13: 249 57.

Manson J. D, dan Eley B. M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Alih Bahasa.

Anastasya. Jakarta: Hipokrates.

Prayitno SW. Periodontologi, Cabang Ilmu Kedokteran Gigi, Peranannya Dàlam

Menunjang Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan. Pidato Pengukuhan,

1993.

Rose, L. F., Mealey B. L., Genco, R. J., and Cohen, D. W., 2004, Periodontics

Medicine, Surgery, and Implants, Elsevier Mosby, St. Louis, Missouri.

Sriono, Niken Widyanti. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi

Pencegahan.Cet.ke-1. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran Gigi UGM

Sheiham A. A Review of Methods of Prevention and control of Periondontal

Disease. International Conference Workshop on Research in the Biology of

Periodontal Disease. Chicago, Illionis, 1977.

21