65
MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA III KONSEP DIRI KELAS C KELOMPOK 4 Agustina Melviani / 1206218852 Ashri Nafilah / 1206278706 Nana Nirmala / 1206218732 Ni Made K. Wardani / 1206218695 Santi / 1206218436 Tri Novia / 1206218606 Wulan Rachmawati / 1206218814

Makalah KD 3 Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan seseorang adalah konsep diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting jika kita berbicara tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Citation preview

Page 1: Makalah KD 3 Fix

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA III

KONSEP DIRI

KELAS C

KELOMPOK 4

Agustina Melviani / 1206218852

Ashri Nafilah / 1206278706

Nana Nirmala / 1206218732

Ni Made K. Wardani / 1206218695

Santi / 1206218436

Tri Novia / 1206218606

Wulan Rachmawati / 1206218814

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2013

Page 2: Makalah KD 3 Fix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya kami,

Kelompok 4, dapat menyelesaikan makalah yang memiliki topik Konsep Diri pada mata

kuliah Keperawatan Dewasa III. Penulisan ini dilakukan sebagai syarat pembelajaran mata

Keperawatan Dewasa III di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis

menyadari bahwa dalam penyelesaian makalah ini dibutuhkan beberapa pihak yang turut

membantu dalam menyusun makalah sejak awal hingga selesai. Oleh karena itu, penulis ingin

memberikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Desi Pramujiwati selaku dosen pembimbing kelas C yang telah memberikan

waktu dan tenaga untuk membimbing kami.

2. Orang tua penulis yang telah mendo’akan agar penulis dapat menyeimbangkan waktu

dan memberikan dukungan.

3. Teman-teman seperjuangan sivitas akademika Universitas Indonesia atas kerja sama

dan bantuannya dalam pengerjaan makalah ini.

Kiranya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran

Keperawatan Dewasa III. Selain itu, bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih memahami

pembelajaran pembuatan makalah.

Depok, September 2012

Penyusun

(Kelompok 4)

1

Page 3: Makalah KD 3 Fix

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................1

Daftar Isi.................................................................................................................................2

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................................3

1.1 Latar Belakang………………..…………………………………………………...…......3

1.2 Rumusan Masalah………………...……………………………………………..……..…3

1.3 Tujuan……………………….....………………………………………...……………….4

BAB 2. ISI..............................................................................................................................5

2.1 Definisi Konsep Diri…………..……………………………………………………..….5

2.2 Perkembangan Konsep Diri……………………….……………………………...……..5

2.3 Komponen Konsep Diri…………………………….………………...………………….7

2.4 Pola Konsep Diri yang Normal…………………..………………………..……………..7

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri…………...………………………..…………..8

2.6 Rentang Respons Konsep Diri…………………………………..……………………….11

2.7 Proses Keperawatan terkait Konsep Diri…………...……………...…………………….12

2.8 Konsep Berduka, Kehilangan, dan Kaitannya dengan Konsep Diri…………………..…14

BAB 3 PEMABAHASAN………..……...……………………………….…….…………....21

3.1 Pengkajian terkait Konsep Diri………………………………..………………………….21

3.2 Diagnosis terkait Konsep Diri………...……………………………………………..…...23

3.3 Perencanaan terkait Konsep Diri……………...……………………………………...…..29

3.4 Implementasi terkait Konsep Diri…………………………………………………..…….33

3.5 Evaluasi terkait Konsep Diri……………………………………………..……………….36

BAB 4 PENUTUP………………………………....………...………………………………..39

4.1 Kesimpulan…………………………………...…………...……………………………...39

4.2 Saran………………………………………...…………...……………………………….39

Daftar Pustaka…………………………………………………..…………………………….40

2

Page 4: Makalah KD 3 Fix

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan seseorang adalah konsep

diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting jika kita berbicara

tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia,

sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan

aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk

berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya.

Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri

individu yang bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal

segala keberhasilan yang ada pada dirinya sangat banyak bergantung kepada cara

individu memandang kualitas kemampuan yang ia miliki. Pandangan dan sikap negatif

terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh

tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting

untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu

baru bisa memahami klien.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa defenisi konsep diri ?

1.2.2. Bagaimana perkembangan konsep diri ?

1.2.3. Bagaimana pola konsep diri yang normal ?

1.2.4. Apa saja factor yang mempengaruhi konsep diri ?

1.2.5. Bagaimana rentang respons konsep diri ?

1.2.6. Bagaimana konsep berduka kehilangan dan kaitannya dengan konsep diri ?

1.2.7. Bagaimana proses keperawatan terkait konsep diri ?

1.2.8. Bagaimana asuhan keperawatan konsep diri melalui pendekatan proses

keperawatan jika diberikan kasus ?

3

Page 5: Makalah KD 3 Fix

1.3 Tujuan

1.3.1. Mengetahui defenisi konsep diri

1.3.2. Mengetahui tentang perkembangan konsep diri

1.3.3 Mengetahui tentang pola konsep diri yang normal

1.3.4 Mengetahui factor yang mempengaruhi konsep diri

1.3.5 Mengetahui tentang rentang respons konsep diri

1.3.6 Mengetahui berduka kehilangan dan kaitannya dengan konsep diri

1.3.7 Mengetahui proses keperawatan terkait konsep diri

1.3.8 Mengetahui asuhan keperawatan konsep diri melalui pendekatan proses

keperawatan jika diberikan kasus

4

Page 6: Makalah KD 3 Fix

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konsep Diri

Menurut Gumawan (2006:46), konsep diri adalah persepsi (pandangan)

seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi

dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting.

Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang diketahui tentang

dirinya yang mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. ( Stuart,

Sundeen 1991 dalam Keliat,dkk.,2000). Sehingga konsep diri dapat diartikan sebagai

suatu pandangan, keyakinan terhadap citra diri kita dan bagaimana orang lain

memandang diri kita, yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan.

2.2 Perkembangan Konsep Diri

a. Bayi / Lahir – usia 1 tahun (percaya versus tidak percaya)

Atas dasar kepercayaan terhadap orang tuanya, bayi dapat mempercayai dirinya

sendiri, orang lain, dan dunia.

b. Toddler 1-3 tahun (percaya versus tidak percaya)

Merupakan masa bermain, berjalan, dan kesempatan untuk mempelajari apa yang

diinginkan orang tua dan masyarakat dari pilihan tersebut. Keterbatasan pilihan

dan atau hukuman yang berat menimbulkan perasaan malu dan ragu-ragu.

c. Prasekolah (Inisiatif vs kesalahan)

Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya.

Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang mereka

alami. Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang

salah, mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri. Sikap

berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk menghindari suatu kesalahan-

kesalahan dalam sikap maupun perbuatan.

5

Page 7: Makalah KD 3 Fix

d. Usia Sekolah (kerajinan vs inferioritas)

Anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga

semua aspek memiliki peran misal orang tua harus selalu mendorong, guru harus

memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Anak dapat

mengembangkan sikap rajin, namun jika anak tidak dapat meraih sukses karena

mereka merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap

rendah diri. Peran orangtua maupun guru sangat penting untuk memperhatikan

apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini usaha yang sangat baik pada tahap

ini adalah dengan mengembangkan kedua karakteristik yang ada. Dengan begitu

ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi

yakni kompetensi.

e. Remaja (identitas vs kekacauan identitas )

Lingkup lingkungan semakin luas, tidak hanya di lingkungan keluarga atau

sekolah, namun juga di masyarakat. Pencarian jatidiri berlangsung. Apabila

seorang remaja dalam mencari jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik

maka akan tercipta identitas yang baik pula. Namun sebaliknya, jika remaja

bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan

identitas pada diri remaja tersebut.

f. Dewasa Awal (keintiman vs isolasi)

Dalam tahap ini keintiman dan isolasi harus seimbang untuk memunculkan nilai

positif yaitu cinta. Cinta yang dimaksud tidak hanya dengan kekasih melainkan

cinta secara luas dan universal (misal pada keluarga, teman, sodara, binatang, dll).

g. Dewasa tengah (generatifitas vs stagnasi)

Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya keseimbangan antara

generatifitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yaitu kepedulian.

Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan otoritisme. Generasional

merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan para

penerusnya. Sedangkan otoritisme merupakan interaksi yang terjalin kurang baik

antara orang dewasa dengan para penerusnya karena adanya aturan-aturan atau

batasan-batasan yang diterapkan dengan paksaan.

6

Page 8: Makalah KD 3 Fix

h. Usia senja (integritas vs keputusasaan)

Ini merupakan tahap yang sulit dilewati karena orang pada masa ini cenderung

melakukan introspeksi diri. Mereka akan memikirkan kembali hal-hal yang telah

terjadi pada masa sebelumnya, baik itu keberhasilan maupun kegagalan. Jika

dalam masa sebelumnya orang tersebut memiliki integritas yang tinggi dalam

segala hal dan banyak mencapai keberhasilan maka akan menimbulkan kepuasan

di masa senja nya. Namun sebaliknya, jika orang tersebut banyak mengalami

kegagalan maka akan timbul keputusasaan (Kozier, dkk., 2004; Poter dan Perry,

2009).

2.3 Komponen Konsep Diri

Menurut (Sunaryo, 2004), konsep diri memiliki lima komponen utama diantaranya

adalah:

a. Gambaran diri (body image)

Termasuk persepsi, perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran tubuh,

fungsil, penampilan dan potensi diri.

b. Ideal diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang perilaku yang harus dilakukan sesuai

dengansstandar , aaspirasi , tujuan, atau nilai yang ditetapkan.

c. Harga diri (self esteem)

Penilaian tentang nilai invidu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan

ideal diri.

d. Peran diri (self role)

Seperangkat perilaku yang diharapkan oleh masyarakat tersebut.

e. Identitas diri (self identity)

Penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, berlanjut,

konsisten dan unik.

2.4 Pola Konsep Diri yang Normal

a. Citra tubuh

Sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi:

performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang

ukuran dan bentuk tubuh.

7

Page 9: Makalah KD 3 Fix

b. Penampilan peran

Pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan

posisinya di masyarakat.

c. Ideal diri

Terkait dengan cita-cita, harapan dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan,

dan nilai yang ingin dicapai.

d. Identitas diri

Kesadaran atas pribadi diri sendiri yang bersumber dari pengamatan dan penilaian

e. Harga diri

Mengacu pada evaluasi diri secara menyeluruh terhadap diri sendiri dapat

dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan ideal

diri. (Keliat, dkk., 2000)

2.5 Faktor yang Memengaruhi Konsep Diri

a. Perkembangan

Setiap tingkat perkembangan akan meciptakan pengalaman yang unik yang akan

mempengaruhi konsep diri individu tersebut. Penyeselaian masalah pada setiap

tingkat perkembangan adalah kunci dalam meningkatkan konsep diri yang positif

karena masalah yang belum diselesaikan pada tiap tingkat perkembangan akan

mempengaruhi perkembangan pada tingkat selanjutnya.

b. Keluarga, Budaya, Nilai dan Keyakinan

Individu tumbuh dipengaruhi oleh keluarga, budaya, nilai dan keyakinan.

Untuk menciptakan konsep diri yang kuat dan positif pada invidu adalah dengan

mengitegrasi budaya dan kepercayaan. Contohnya adalah seorang pemeluk agama

nasrani yang mengingatkan atau mempersilahkan teman dekatnya yang seorang

muslim untuk solat. Hal tersebut akan membuat individu tersebut memiliki

identitas dan harga diri yang kuat.

c. Stresor

Stresor konsep diri adalah perubahan yang nyata atau dapat diterima yang dapat

mengancam identitas, citra tubuh, atau penampilan peran (Potter dan Perry, 2005).

8

Page 10: Makalah KD 3 Fix

Kemampuan individu untuk menyeimbangkan tekanan berkaitan dengan jumlah

tekanan, lamanya tekanan, dan status kesehatan. Individu yang berhasil

menyeimbangkan tekanan dan menghadapi masalah maka akan mempengaruhi

konsep dirinya kearah yang positif. Sedangkan, kegagalan dalam menghadapi

masalah dan tekanan sering menyebabkan konsep diri yang negatif.

Stresor yang dapat mempengaruhi konsep diri berasal dari komponen

konsep diri, yaitu, stresor identitas, stresor citra tubuh, stresor harga diri, dan

stresor peran (Kozier et al, 2004). Stresor identitas biasanya rentan pada remaja

karena masa remaja adalah penyesuaian diri terhadap perubahan fisik, mental, dan

emosional yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan rasa cemas. Orang dewasa

biasanya terkena stresor identitas pada hal penyeimbangan antara karir dan

keluarga (Potter dan Perry, 2005). Stresor citra tubuh adalah perubahan yang

terjadi pada penampilan, struktur, atau fungsi tubuh yang memerlukan

penyesuaian. Contoh stresor citra tubuh adalah kehilangan bagian tubuh seperti

amputasi, dan kehilangan fungsi tubuh seperti stroke. Stresor harga diri sangat

berpengaruh terhadap kemampuan adaptasi individu. Harga diri yang rendah saat

remaja akan menimbulkan konsekuensi yang signifikan saat dewasa, yaitu

kesehatan yang buruk, perilaku kriminal, dan keterbatasan ekonomi. Sedangkan

individu yang memiliki harga diri yang tinggi karena berhasil menghadapi stresor

maka lebih dapat bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan secara lebih baik.

Sepanjang kehidupan, seorang individu mengalami berbagai perubahan peran.

Perubahan peran ini dapat terjadi ketika kehilangan orang tersayang atau terdekat

seperti orang tua, kakak, adik, anak, suami/istri, atau teman dekat. Kehilangan

bisa berarti meninggal, pindah, menikah, atau bercerai. Transisi perubahan peran

dapat menyebabkan konflik (individu menyelesaikan dua peran secara simultan),

ambigu (terjadi pada masa remaja, yaitu bingung dan tidak yakin dengan apa yang

harus di kerjakan), ketegangan (frustasi, merasa tidak mampu dengan salah satu

peran), atau kelebihan peran (memiliki banyak peran atau tanggung jawab).

9

Page 11: Makalah KD 3 Fix

d. Sumber Daya

Individu memiliki sumber daya internal dan eksternal (Kozier, et al. 2004).

Sumber daya internal berarti berasal dari dalam diri individu tersebut seperti rasa

percaya diri dan harga diri. Sedangkan sumber daya eksternal berarti berasal dari

luar individu yang meliputi pendanaan, organisasi dan jaringan dukungan. Secara

umum, individu yang memiliki sumber daya yang besar akan memiliki konsep diri

yang lebih positif.

e. Riwayat Keberhasilan dan Kegagalan

Individu yang pernah atau mengalami keberhasilan akan memiliki konsep diri

yang positif dan kemungkinannya untuk terus berhasil adalah lebih besar.

Sedangkan individu yang pernah atau sering mengalami kegagalan akan

menumbuhkan konsep diri yang negative dengan menganggapan dirinya adalah

orang yang gagal.

f. Penyakit, Trauma, dan Operasi

Penyakit dan trauma juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi konsep diri.

Penyakit memiliki korelasi dengan stresor citra tubuh yang sudah dijelaskan pada

bagian stresor. Biasanya individu akan berespon terhadap penyakit dengan cara

menerima, menyangkal, menarik diri, dan depresi (Kozier, et al. 2004). Individu

yang memiliki konsep diri rendah akibat penyakit yang diderita biasanya sering

tidak dapat mengontrol situasi dan tidak merasakan manfaat pelayanan dan

mempengaruhi keputusan tentang pelayanan kesehatan.

g. Keadaan Fisik

Keadaan fisik seperti jenis kelamin, tinggi, berat, warna kulit dan

penampilan dapat mempengaruhi konsep diri. Seorang individu kulit hitam yang

tinggal di lingkungan orang-orang berkulit putih akan kesulitan dalam

membangun konsep diri yang positif. Sedangkan individu yang putih, tinggi,

menarik, memiliki tubuh yang proporsional tidak akan kesulitan membangun

konsep diri yang positif di lingkungannya.

10

Page 12: Makalah KD 3 Fix

h. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )

Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain,

belajar diri sendiri melalui cermin orang lain. Anak sangat dipengaruhi orang yang

dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh

orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan

sosialisasi.

2.6 Rentang Respons Konsep Diri

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan

latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. Ditandai

dengan citra tubuh yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri

yang positif, harga diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan

interpersonal yang dalam dan rasa identitas yang jelas

b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun negatif dari

dirinya. Ciri-cirinya seperti mengungkapkan keinginan yang tinggi serta

menyadari hal-hal positif maupun negatif dari dirinya.

c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan

merasa lebih rendah dari orang lain. Terdapat dua macam harga diri rendah

yaitu harga diri rendah situasional(perkembangan persepsi negatif tentang

harga diri sebagai respons terhadap situasi saat ini) dan harga diri rendah

kronis yaitu evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan

diri yang berlangsung lama.

d. Kekacauan adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas

masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada

masa

11

Page 13: Makalah KD 3 Fix

dewasa yang harmonis. Ciri-cirinya antara lain sifat kepribadian yang

bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa, kerancuan

gender, tingkat kecemasan yang tinggi dan ketidakmampuan untuk empati

terhadap orang lain.

e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri

sendiri yang berhubungan dengan kecemasan kepanikan serta tidak dapat

membedakan dirinya dengan orang lain.

Despersonalisasi memiliki tanda dan gelaja seperti :

a. Afektif : kehilangan identitas diri, perasaan tidak aman, takut, malu, rasa

terisolasi yang kuat, ketidakmampuan mencari kesenangan atau perasaan

untuk mencapai sesuatu.

b. Perseptual : halusinasi pendengaran dan penglihatan, kebingungan tentang

seksualitas diri sendiri, kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain,

gangguan citra tubuh.

c. Kognitif : bingung , disorientasi waktu, gangguan berpikir, gangguan daya

ingat, gangguan penilaian.

d. Perilaku : emosi pasif dan tidak berespons, kurang spontanitas, kehilangan

kemampuan untuk memulai dan membuat keputusan, menarik diri secara

sosial.

2.7 Konsep Berduka, Kehilangan, dan Kaitannya dengan Konsep Diri

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau

keseluruhan (Potter & Perry, 2005). Kehilangan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu

kehilangan maturasional dan kehilangan situasional. Kehilangan maturasional dalam

Fundamental of Nursing oleh Potter-Perry, dijelaskan sebagai suatu bentuk

kehilangan wajar yang diakibatkan oleh transisi kehidupan normal untuk pertama

kalinya. Contohnya, seorang Ibu merasa kehilangan ketika anak perempuannya

meninggalkan rumah pada hari pertama sekolahnya. Kehilangan situasional adalah

bentuk kehilangan yang terjadi secara tiba-tiba dan bukan bagian dari pengalaman

yang diharapkan. Misalnya, kecelakaan mobil yang dialami seseorang menyebabkan

hilangnya bagian tubuh, pekerjaan, dan/atau kepercayaan diri.

12

Page 14: Makalah KD 3 Fix

Kehilangan juga dibagi menjadi dua tipe, rasa kehilangan aktual (actual

loss) dan rasa kehilangan yang dirasa (perceived losses). Kehilangan aktual atau nyata

terjadi ketika sesuatu yang menyebabkan rasa kehilangan adalah objek nyata, yang

seseorang atau orang lain dapat merasakan. Contohnya adalah kehilangan bagian

tubuh dan kematian anggota keluarga. Di sisi lain, kehilangan yang dirasa terjadi

ketika sesuatu yang menyebabkan rasa kehilangan itu tidak nyata. Contohnya

kehilangan kepercayaan, menurunnya harga diri, kehilangan rasa aman, dan

sebagainya.

Kehilangan dapat dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu :

a. Kehilangan objek atau barang, yang dapat disebabkan oleh pencurian atau

perusakan.

b. Kehilangan lingkungan yang dikenal, bisa disebabkan oleh pindah rumah,

pindah tempat bekerja, atau pindah tempat perawatan di rumah sakit bagi

pasien.

c. Kehilangan orang terdekat yang dapat disebabkan karena perpisahan,

perpindahan, atau kematian.

d. Kehilangan aspek diri, misalnya bagian tubuh, pekerjaan, fungsi psikologis

atau fisiologis.

e. Kehilangan kehidupan misalnya kematian anggota keluarga, teman sejawat,

atau seseorang yang dicinta.

Kehilangan dapat mengakibatkan perilaku berduka. Berduka menurut

Hooyman dan Kramer (2006) merupakan respons emosional terhadap rasa kehilangan

yang dimanifestasikan oleh individu dalam cara yang khusus, berdasarkan

pengalaman personel, harapan budaya, dan kepercayan spiritual.

Tipe-tipe berduka terdiri dari berduka yang normal, berduka berkomplikasi,

berduka yang diantisipasi, dan berduka yang tidak lepas. Berduka yang normal adalah

berduka yang paling umum terjadi. Berduka berkomplikasi yaitu berduka yang

berkepanjangan dan kesulitan untuk bergerak maju setelah mengalami

kehilangan.

13

Page 15: Makalah KD 3 Fix

Berduka yang diantisipasi yaitu proses “membiarkan pergi” sebelum rasa kehilangan

aktual terjadi. Berduka yang tidak lepas biasanya karena hubungan orang yang

ditinggal dan yang meninggalkan, tidak didukung oleh lingkungan sosial, contohnya

pasangan gay.

Tahap-tahap berduka menurut Kübler-Ross terdiri atas lima, pertama

penyangkalan (denial), yaitu individu bersikap menyangkal atau menolak terhadap

apa yang baru saja terjadi. Kemudian tahap kemarahan (anger), yaitu marah hebat

terhadap Tuhan, orang lain, atau situasi. Kemudian terjadi tahap tawar-menawar

(bargaining), dimana individu menawar atau berjanji kepada Tuhan, orang yang

dicintai, ataupun diri sendiri bahwa ia akan berlaku baik jika kematian tidak terjadi.

Setelah sadar bahwa dirinya tidak mampu tawar-menawar, individu tersebut akan

merasa sedih, putus asa, dan kesepian yang berlebihan. Tahap ini disebut tahap

depresi (depression). Pada akhirnya, individu akan melewati tahap depresi dan masuk

ke tahap penerimaan (acceptance) meskipun lama waktunya tidak dapat ditentukan.

2.8 Proses Keperawatan Terkait Konsep Diri

2.8.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama proses keperawatan dan

meliputi pengumpulan, organisasi, dan analisis informasi (American Nurses

Association, 1994). Pengkajian harus meliputi perilaku sugestif yang

menunjukkan perubahan konsep diri atau harga diri, tekanan konsep diri

aktual dan potensial, dan pola koping. Mengumpulkan data pengkajian yang

komprehensif membutuhkan sintesis informasi yang kritis dari berbagai

sumber. Selain menggunakan pertanyaan langsung, perawat dapat

mengumpulkan banyak data tentang konsep diri melalui pengamatan perilaku

nonverbal klien dan memperhatikan isi pembicaraan klien. Fokus yang perlu

dikaji dari klien adalah sebagai berikut:

a. Perilaku

Pada pasien dengan masalah ansietas, perasaan yang dialami dapat

diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku

yang secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme

koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.

14

Page 16: Makalah KD 3 Fix

b. Faktor predisposisi

Ciri-ciri yang telah ada pada individu dan keluarga sebelum menderita

sakit, yaitu pengetahuan, sikap dan kepercayaan terhadap kesehatan.

Faktor predisposisi berkaitan dengan karakteristik individu yang

mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, hereditas, dan faktor

lingkungan.

c. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi pada gangguan ansietas berasal dari sumber eksternal

dan internal seperti ancaman terhadap integritas seseorang meliputi

ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari dan ancaman terhadap sistem diri seseorang

dapat membahayakan identitas, harga diri, dan integrasi fungsi sosial.

e. Sumber koping

Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan

atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial,

intrapersonal, dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset

ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya

yang diyakini.

e. Mekanisme koping

Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang

ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi

kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi

masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Mekanisme ini

seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan

ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara

realita.

15

2.8.2 Diagnosis

Page 17: Makalah KD 3 Fix

Pada fase ini dilakukan interpretasi dan membuat kepeutusan dari

semua data- data yamg telah dikumpulkan. Data tersebut merupakan

petunjuk untuk menentukan yang terjadi pada klien. Data tersebut harus di

atur dan di kumpulkan kedalam kategori yang sama untuk mengidentifikasi

hal-hal yang signifikan dan membuat keputusan atau penilaian tentang klien.

Diagnosa keperawatan yang biasanya menyangkut dengan konsep

diri, yaitu :

Cemas

Gangguan citra diri

Harga diri rendah kronik

Takut

Keputusasaan

Gangguan identitas pribadi

Ketidak berdayaan

Gangguan harga diri

Harga diri rendah situasional

Ketegangan peran pemberi layanan

Penampilan peran yang tidak efektif

Ketidaksiapan untuk meningkatkan konsep diri

Diagnosis tentang konsep diri ini saling berkaitan satu sama lain.

Biasanya klien menunujukan lebih dari satu diagnosisi keperawatan

sehingga membuat perawat harus mengumpulkan data sespesifik mungkin.

Pertimbangkan data dengan hati-hati agar tidak terkecoh dengan semua

gejala yang terlihat dari klien. Untuk membedakan diagnosis-diagnosis

tersebut, informasi tentang kejadian terbaru dalam kehidupan klien dan

bagaimana klien tersebut memandang dirinya sendiri pada masa lalu

memberikan arah diagnosis keperawatan yang cocok. Dan untuk

memvalisidasi diagnosis tersebut, bagikan pengamatan tersebut pada klien

dan izinkan klien tersebut menjelaskan presepsinya.

16

2.8.2 Perencanaan

Page 18: Makalah KD 3 Fix

Beberapa hal yang perlu dilakukan perawat ketika akan menyusun

perencanaan asuhan keperawatan antara lain, sintesis pengetahuan,

pengalaman, sikap berpikir kritis, dan memahami standar terkait rencana

perawatan (Potter, dan Perry., 2009).

1. Pengetahuan

a. Perawat memahami prinsip-prinsip perawatan untuk membangun

hubungan yang baik dan menjalin kepercayaan dengan klien.

b. Perawat memahami intervensi keperawatan untuk meningkatkan

kewaspadaan diri dan memfasilitasi perubahan konsep diri.

c. Perawat memahami dinamika keluarga klien.

2. Pengalaman

a. Perawat membangun hubungan dengan berbagai klien.

b. Perawat mengamati respons klien sebelumnya untuk membuat

intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan atau mendukung

konsep diri klien.

3. Sikap Berpikir Kritis

a. Perawat berpikir secara bebas, menggali berbagai pendekatan untuk

menyelesaikan masalah.

b. Perawat berpikir kreatif, berkeinginan untuk mencoba intervensi

yang unik.

c. Perawat menunjukkan ketekunan, karena perubahan konsep diri

biasanya terjadi secara perlahan.

4. Standar Perawatan

a. Perawat mempertahankan martabat dan identitas klien.

b. Perawat menunjukkan etika perawatan.

Setelah mempersiapkan kompetensi di atas, perawat kemudian

mulai menyusun perencanaan asuhan keperwatan. Langkah-langkah yang

dapat ditempuh perawat dalam menyusun sebuah perencanaan antara lain,

menetapkan tujuan dan hasil, menentukan prioritas, dan menyelenggarakan

perawatan kolaborasi (Perry, dan Potter., 2009).

17

1. Menetapkan Tujuan dan Hasil

Page 19: Makalah KD 3 Fix

Perawat bekerja secara kolaborasi dengan klien untuk menentukan

harapan yang ingin dicapai setelah perawatan. Dalam proses ini, selain

melibatkan klien, perawat juga harus melibatkan keluarga klien, dan praktisi

kesehatan mental, jika memungkinkan. Selanjutnya, perawat membuat

kriteria hasil dari tujuan yang telah dibuat sebelumnya.

2. Menentukan Prioritas

Penyusunan perencanaan asuhan keperawatan harus sesuai dengan

kebutuhan klien. Perawat harus memahami faktor-faktor yang menyebabkan

klien mengalami gangguan konsep diri. Hal ini bertujuan untuk menciptakan

intervensi yang tepat guna agar dapat membantu klien beradaptasi dengan

stresor dan/atau meminimalkan stresor yang menyebabkan gangguan konsep

diri serta mendukung dan memperkuat metode koping.

2.8.3 Implementasi

Konsep diri merupakan kumpulan terintegrasi dari sikap yang disadari dan

tidak disadari serta persepsi tentang diri (Potter Perry., 2009). Pusat dari fase

implementasi adalah hubungan terapeutik antara klien dan perawat. Perawat

mengembangkan tujuan dan kriteria hasil, kemudian menetapkan intervensi yang

akan diberikan kepada klien guna mencapai tujuan untuk menciptakan konsep diri

yang sehat. Perawat sangat penting untuk bekerja sama dengan klien, keluarga,

atau orang terdekat dari klien. Sebagai contoh, perawat dapat memilih intervensi

yang tepat untuk pemulihan klien yang mengalami gangguan citra tubuh dengan

pendekatan keperawatan berkelanjutan yang membuat klien merasa lebih aman

dan kuat. Pemilihan pendekatan bervariasi sesuai tingkatan perawatan yang

dibutuhkan, antara lain:

1. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah gaya hidup yang sehat, menciptakan lingkungan

sehat yang mendukung, mengorientasikan komunitas tindakan sehat dan

membangun kebijakan yang sehat (Pender, 1996). Bekerja sama dengan klien

dapat membantu klien mengembangkan perilaku gaya hidup yang sehat serta

mendukung konsep diri

18

Page 20: Makalah KD 3 Fix

yang positif. Perawat harus mengukur tindakan yang mendukung adaptasi

terhadap stresor seperti gizi, latihan, dan istirahat yang cukup. Menurunkan stresor

berperan dalam menciptakan konsep diri yang sehat. Sebagai contoh, seorang guru

muda di klinik mengeluhan tidak dapat tidur dan mengalami kecemasan. Dalam

mengumpulkan riwayat keperawatan, kaji praktik gaya hidup klien. Kemudian

data disatukan, ketika terdapat gangguan konsep diri, perawat lekas memilih

intervensi yang tepat untuk klien serta mengajarkan gaya hidup yang sehat untuk

menciptakan konsep diri yang sehat.

2. Perawatan Akut

Tindakan pada konsep diri seseorang biasanya menghasilkan kecemasan

atau ketakutan. Pada perawatan akut, biasanya klien memiliki lebih dari satu

stresor yang kemudian dapat meningkatkan stresor bagi keluarganya. Biasanya,

perawatan akut diberikan pada orang yang mengalami pra-operasi ataupun pasca-

operasi. Perawat harus menghadapi klien yang memerlukan adaptasi terhadap

perubahan citra tubuh akibat tindakan operasi atau perubahan fisik lainnya.

Kerena memenuhi semua kebutuhan ini merupakan hal yang sulit dilakukan pada

perawatan akut secara bersamaan, perawatan rumah menjadi hal yang penting.

Sebagai contoh, seorang klien yang harus diamputasi, membutuhkan perawatan

akut demi menciptakan konsep diri yang lebih sehat dan dapat menerima

perubahan citra tubuh tersebut.

3. Perawatan Pemulihan dan Berkelanjutan

Dalam ingkungan perawatan rumah (Home Care),perawat memiliki waktu

lebih banyak untuk bekerja dengan klien guna mencapai tujuan konsep diri yang

lebih baik. Intervensi dibuat untuk mencapai konsep diri yang lebih positif adalah

berdasarkan pikiran pertama kali yang dikembangkan klien dan kewaspadaan diri

terhadap masalah dan stresor, lalu bertindak menyelesaikan masalah dan

beradaptasi dengan stresor.

Tingkatkan kewaspadaan diri klien dengan memperbolehkan klien menggali

pikiran dan perasaan secara terbuka. Intervensi keperawatan yang paling utama

adalah menggunakan komunikasi untuk menjelaskan keinginan klien dan

keluarganya.terima pikiran dan perasaan klien, bantu klien untuk menjelaskan

hubungan dengan orang lain, dan bersikap empati. Dukung ekspresi diri, dan

dukung tanggung jawab dari

19

Page 21: Makalah KD 3 Fix

klien. Usaha suportif merupakan hal yang penting, karena dengan setiap

keberhasilan klien dapat mendukung usaha lainnya.

2.8.4 Evaluasi

Tahap terakhir dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Pemberian

asuhan keperawatan kepada klien memiliki tujuan untuk mencapai kesejahteraan

klien. Proses evaluasi sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah tujuan dan

hasil yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan telah tercapai. Hasil

yang diharapkan pada klien dengan gangguan konsep diri meliputi perilaku non

verbal yang menunjukkan konsep diri yang positif dan pernyataan penerimaan diri

terhadap perubahan atau fungsi (Potter.Perry, 2009). Pemikiran kritis dibutuhkan

demi mencapai keberhasilan evaluasi. Berikut model pemikiran kritis untuk

evaluasi konsep diri ( dalam Potter.Perry, Fundamental of Nursing, 2009).

20

Pengalaman

Mengawasi respons klien sebelumnya terhadap intervensi konsep diri

Pengetahuan

Perilaku yang menggambarkan kepercayaan diri

Karakteristik citra tubuh yang sehat dan positif

Evaluasi

Amati perilaku nonverbal klien Minta klien untuk berbagi pendapat dan ide Amati penampilan klien Tanyakan klien apakah harapannya telah

terpenuhi

Pengetahuan

Tunjukkan ketekunan untuk mendapatkan terapi yang berhasil jika klien mengalami perubahan citra tubuh yang permanen

Standar

Gunakan hasil yang diharapkan untuk mengevaluasi respons klien terhadap pelayanan

Page 22: Makalah KD 3 Fix

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian terkait Konsep Diri

Konsep Diri berkaitan dengan proses keperawatan, salah satunya adalah

pengkajian. Pengkajian yang menyeluruh meliputi pengkajian psikososial klien dan

keluarga atau orang pendukung karena hal ini memberikan petunjuk masalah aktual atau

potensial. Dalam mengkaji Konsep Diri klien, Perawat harus fokus pada setiap komponen

Konsep Diri, (a) Identitas Personal, (b) Citra Tubuh, (c) Performa Peran, (d) Harga Diri.

Identitas Personal, ketika Perawat melakukan pengkajian psikososial, informasi

yang dibutuhkan adalah identitas personal klien, salah satunya tentang siapa diri klien

menurut pandangan klien, apa yang disukainya, atau pun apa yang sedang dierjakannya.

Semua mengenai identitas personal klien.

Citra Tubuh, apabila ada indikasi gangguan citra tubuh, perawat harus mengkaji

klien secara hati-hati untuk kemungkinan masalah fungsi atau fisik. Gangguan ini dapat

disebabkan oleh deformitas atau malfungsi aktual atau antisipasi. Selain respons yang

dinyatakan terhadap masalah, penting untuk mengkaji perilaku terkait. Salah satu bentuk

pertanyaan wawancara dapat berupa “apakah ada bagian tubuh anda yang inigin anda

ubah?” .

Performa Peran, perawat mengkaji kepuasan dan ketidakpuasan klien yang

berhubungan peran: peran keluarga, peran kerja, peran siswa, dan peran sosial. Peran

keluarga penting bagi individu karena hubungan anggota keluarga dekat. hubungan dapat

suportif dan menciptakan pertumbuhan atau sebaliknya, dapat menimbulkan tekanan yang

amat besar jika terdapat kekerasan atau penganiayaan.

Harga Diri, penting bagi Perawat untuk menentukan latar belakang budaya klien

terlebih dahulu agar tidak salah interpretasi terhadap perilaku tertentu. Setelah itu, baru

lah Perawat dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk menentukan harga diri klien.

Beberapa faktor pun bisa mempengaruhi proses pengkajian, antara lain :

21

Page 23: Makalah KD 3 Fix

1. perilaku koping, pengetahuan tentang bagaimana seorang klien menghadapi stresor

pada masa lalu akan memberikan gambaran tentang mekanisme koping yang dimiliki

klien

2. Orang-orang terdekat, mereka terkadang paham cara klien menghadapi stresor,cara

orang terdekat berbicara dan perilaku nonverbalnya dapat memberikan informasi

tentang jenis dukungan yang berguna bagi klien

3. harapan klien, bertanya kepada klien akan memberika Perawat informasi yang

berguna tentang kepercayaan dan sikap klien terhadap efikasi intervensi, dan potensi

untuk memodifikasi pendekatan keperawatan.

Sebelum melakukan pengkajian psikososial, seorang Perawat harus membina

hubungan saling percaya dan kerja sama dengan klien. Seperti misalnya menciptakan

lingkungan yang tenang dan mendukung privasi, duduk berhadapan dengan klien, dst.

Dalam mengumpulkan data pengkajian yang komprehensif membutuhkan sintesis

informasi yang kritis dari berbagai sumber. Selain dengan menggunakan pertanyaan

langsung, dapat pula melalui pengamatan perilaku non-verbal klien dan memperhatikan

isi pembicaraan klien. Penting bagi Perawat untuk mengidentifikasi setiap stresor yang

dapat memengaruhi aspek Konsep Diri.Ketika stresor teridentifikasi, perawat perlu

menentukan bagaimana persepsi klien terhadap stresor tersebut. Persepsi positif yang

berorientasi pada pertumbuhan terhadap kejadian yang penuh tekanan akan menguatkan

harga diri; persepsi negatif, putus asa, dan mudah menyerah menyebabkan penurunan

harga diri. Perawat juga harus mengidentifikasi strategi koping klien dan menentukan

apakah strategi ini efektif dengan mengajukan pertanyaan berikut kepada klien.

Dalam Kasus, kita bisa mulai mengkaji dengan berfokus pada komponen-

komponen Konsep Diri. Sebelum memulainya, binalah hubungan kerja sama dan saling

percaya dengan Ibu tersebut. Gunakan pula pedoman pengkajian psikososial lainnya,

seperti: pertahankan kontak mata; pertahankan kerahasiaan; dll. Setelah itu, Perawat

dapat melanjutkan untuk mengkaji data Identitas Personal. Dalam tahap ini, Perawat

mengajukan pertanyaan kepada klien, antara lain: “Apa yang Anda kerjakan dengan

baik?”,“Bagaimana latar belakang keluarga Anda?”,“Hal apa yang paling Anda tidak

sukai?”, “Bagaimana hubungan Anda dengan Suami?”. Lalu dilanjutkan dengan

wawancara pengkajian komponen yang kedua,

22

Page 24: Makalah KD 3 Fix

yaitu Citra Tubuh. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain, “Apakah ada bagian

tubuh Anda yang ingin Anda ubah?”, “Apakah Anda merasa berbeda atau inferior

terhadapa orang lain?”, dst. Selanjutnya dilanjutkan dengan wawancara pengkajian

komponen ketiga, yaitu Performa Peran. Disini Perawat mengkaji kepuasan dan

ketidakpuasan klien yang berhubungan dengan tanggung jawab dan hubungan peran:

peran keluarga, peran sosial. Pertanyaan yang diajukan, dapat berupa: “Bagaimana

hubungan Anda dengan Suami Anda?”, “Bagaimana hubungan Anda dengan Mertua

Anda?”, “Siapa yang paling penting dalam hidup Anda?”. Setelah itu, masuklah perawt

pada komponen Konsep Diri yang terakhir, yaitu Harga Diri. Perawat dapat mengajukan

beberapa pertanyaan, antara lain: “Apakah Anda puas dengan hidup Anda?”, “Apa yang

Anda rasakan mengenai diri Anda sendiri?”, “Apakah Anda mendapatkan apa yang

Anda inginkan?”. Semua itu adalah bentuk kajian yang dapat dilakukan Perawat untuk

menangani klien tersebut. Jawaban dari pertanyaan yang ditujukan kepada klien, akan

menggambarkan latar belakang budaya si klien, apakah klien menghindari kontak mata

saat menjawab, atau berbicara dengan ragu-ragu. Semua itu adalah gambaran untuk

menentukan latar belakang budaya klien.

3.2 Diagnosis terkait Konsep Diri

Diagnosis keperawatan saling berhubungan dengan konsep diri klien. Sering kali,

konsep diri klien membatasi perawat untuk melakukan intervensi sehingga perawatan

tidak berjalan seperti yang telah direncanakan. Contohnya, rendah diri. Saat membuat

diagnosis keperawatan yang berkaitan dengan rendah diri bisa dimulai dari rendah diri

situasional dan rendah diri kronik. Rendah diri situasional terkadang disebabkan oleh rasa

kehilangan atau perubahan yang sangat signifikan. Karena itu, intervensi diberikan untuk

mencegah kondisi yang berkepanjangan. Rendah diri kronik adalah situasi jangka panjang

yang membutuhkan lebih banyak intervensi. Tujuan dari intervensi adalah untuk

mengajarkan klien perilaku atau kebiasaan baru demi mengubah perasaan mereka

terhadap diri mereka sendiri.

Rendah diri situasional adalah perasaan negatif mengenai diri sendiri sebagai

respon kehilangan atau perubahan dari seseorang yang sebelumnya berpikir positif

(NANDA, 2001). Karakteristik atau tanda-tanda klinis yang muncul pada diagnosis ini

adalah klien menunjukkan rasa ketidakmampuan, tidak berguna, dan ragu-ragu.

Sedangkan karakteristik minornya adalah selalu mengatakan ‘saya tidak bisa’ atau ‘saya

takut’ dalam menghadapi hal-hal baru, merasa bersalah dan takut akan kegagalan.

23

Page 25: Makalah KD 3 Fix

Rendah diri kronik adalah keadaan dimana seseorang memiliki pikiran negatif

mengenai dirinya sendiri dan sudah berlangsung lama. Karakteristik atau tanda-tanda

klinis yang mengacu pada diagnosis ini adalah pernyataan verbal negatif mengenai

dirinya sendiri, selalu menunjukkan rasa malu dan bersalah, menyatakan diri tidak bisa

melakukan sesuatu, selalu merasa ragu, penolakan terhadap umpan balik positif, dan

terbiasa mengatakan ‘saya tidak bisa’ terhadap pengalaman baru. Terdapat beberapa

karakteristik minor pada diagnosis ini tapi tidak selalu muncul pada klien, diantaranya:

1. Menghindari kontak mata dengan lawan bicara

2. Tidak peduli terhadap lingkungan sekitar (pasif)

3. Bimbang atau ragu-ragu

Diagnosis berikutnya terkait dengan konsep diri adalah peran kinerja tidak efektif.

Peran kinerja tidak efektif adalah kebiasaan atau ekspresi diri seseorang yang tidak sesuai

dengan lingkungan, norma, dan harapan. Karakteristik yang ditunjukkan adalah

penolakan peran (seorang anak menolak bahwa ia seorang kakak setelah mempunyai adik

baru), tidak bisa beradaptasi dengan situasi baru, pesimis, cemas atau depresi, berperan

ganda, dan tidak puas terhadap peran yang dimiliki.

Diagnosis berikutnya terkait dengan konsep diri adalah terganggunya citra tubuh.

Diagnosis ini mungkin terjadi saat klien memiliki perubahan dalam struktur maupun

fungsi tubuh, terutama saat perubahannya sangat besar. Karakteristik yang mengacu pada

diagnosis gangguan gambaran mengenai diri diantaranya:

1. Respon nonverbal terhadap perubahan yang dialami

2. Perasaan verbal terhadap perubahan struktur atau fungsi tubuh

3. Menghindari pengecekan tubuh

Banyak hal yang dapat menjadi faktor terjadinya gangguan citra diri, diantaranya:

amputasi pada salah satu bagian tubuh, operasi, kerusakan otak yang mempengaruhi

respon tubuh, perubahan gaya hidup, depresi, trauma, atau hal-hal yang terkait dengan

usia. Saat membuat diagnosis yang terkait dengan ganguan konsep diri perawat juga

harus memperhatikan karakteristik masing-masing diagnosis. Beberapa adalah diagnosis

yang sering terjadi selain yang disebutkan diatas: gangguan cemas, takut, rasa tidak ada

harapan, tidak berdaya, isolasi sosial, dan gangguan proses berpikir.

Diagnosis Terkait Kasus 2

Dalam kasus 2, diagnosis yang dapat diterapkan pada klien adalah:

24

Page 26: Makalah KD 3 Fix

1. Gangguan citra tubuh

Tuhan menciptakan manusia sebagai manusia dengan berbagai kesempurnaan.

Kesempurnaan yang diberikan tersebut akan memberikan sesuatu yang dapat dinilai

oleh orang lain baik itu secara fisik, sikap, maupun perbuatan. Fenomena seperti ini

akan menciptakan suatu value yang didapatkan dari individu tersebut. Individu

menciptakan sebuah nilai atau value yang baik tentunya individu tersebut harus dapat

membangun dirinya sendiri dengan hal yang baik dan sebaliknya. Untuk itu

diperlukannya sebuah pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap dirinya.

Potter dan Perry (2004) dalam bukunya Fundamental of Nursing edisi ke-4

menjelaskan bahwa konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan percampuran yang

kompleks dari perasaan, sikap, dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri

dapat menentukan bagaimana individu bertindak dalam lingkungan. Jika dikaitkan

dengan dunia keperawatan konsep diri sangat membantu ketika seorang perawat akan

membangun keyakinan positif akan sebuah peningkatan kesehatan kepada klien.

Hubungan perawat dan klien yang baik dapat membantu klien dalam mendapatkan hal

tersebut.

Komponen dari konsep diri meliputi identitas diri, harga diri, citra tubuh, peran,

dan ideal diri yang memiliki pengertian yang berbeda. Citra tubuh sebagai salah satu

dari komponen konsep diri memiliki suatu nilai sendiri bagi individu. Gail W. Stuart

(1997) dalam bukunya Stuart & Sundeen’s Principles and Practice of Psychiatric

Nursing 6th edition: The concepts of one’s body is the central to the concept of self.

Dari pernyataan tersebut menjadi tanda tanya mengapa tubuh seseorang menjadi pusat

dari konsep dirinya? Jawabannya adalah karena tubuh yang diciptakan oleh Tuhan

merupakan sesuatu yang dapat dilihat baik dari ujung kepala sampai ujung kaki dan

merupakan materi yang sangat dijaga oleh setiap orang agar selalu terlihat sempurna.

Namun, bagaimana jika ternyata ada seseorang yang pada mulanya memiliki

tubuh yang ideal dan indah tiba tiba menjadi penderita anoreksia karena diet yang

berlebihan sehingga takut makan? Pada penderita anoreksia, mereka melihat dirinya

selalu gemuk sehingga takut makan. Lingkungan sekitar mereka berusaha untuk

menyadarkannya namun tak bisa. Hal ini nantinya akan menimbulkan dampak

negative bagi dirinya sendiri. Di sinilah dibutuhkannya seorang perawat yang

professional dalam

25

Page 27: Makalah KD 3 Fix

membantu menangani kasus semacam ini. Tugas seorang perawat di sini adalah

mengkaji faktor yang mempengaruhi konsep diri inidividu tersebut dalam kasus ini

adalah tentang bagaimana membangun kembali pencitraan yang baik dan benar

terhadap tubuhnya.

Faktor yang yang mempengaruhi konsep diri antara lain faktor penyebab, faktor

pencetus stressor, dan mekanisme koping. Di bawah ini merupakan penjelasan singkat

dari hal tersebut.

a. Faktor penyebab : faktor atau alasan yang pertama yang membuat masalah

tersebut.

b. Faktor pencetus: faktor sebelumnya yang terulang.

c. Stressor: pembuat stress. Dalam hal ini dalam pembuatan stressor yang berkaitan

dengan citra tubuh adalah perubahan dalam penampilan, struktur, atau fungsi

bagian tubuh diantaranya stroke, kebutaan, kolostomi, kehamilan, anoreksia,

amputasi, dll.

d. Mekanisme koping.

Menurut Lazarus (1985) koping merupakan koping merupakan suatu

perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam mengatasi masalah internal

maupun eksternal dari seorang individu. Sedangkan mekanisme koping merupakan

suatu proses bagaimana cara individu (klien) dapat mengetasi bahkan keluar dari

stress dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku internal dan

eksternal di lingkungan. Untk mrnghadapi stressor, Sarafano (dalam Smet, 1994) ada

2 jenis koping, yaitu: 1) Emotional focus coping (untuk mengatur respon emosional

terhadap stres), dan 2) Problem focus coping (mengurangi stressor dengan cara

mempelajari cara-cara atau keterampilan). Penerapan akan mekanisme koping yang

dilakukan seorang perawat terhadap kliennya sangat berpengaruh bagi kondisi

perkembangan mental klien terebut. Sehingga perawat harus memberikan pemikiran-

pemikiran yang positif kepada klien yang diberikan asuhan keperawatan.

Penetuan penyebab dan mekanisme koping sangat mempengaruhi keberhasilan

seorang perawat dalam menangani kllien dengan citra tubuh yang turun. Sikap

perawat yag ikhlas dan peduli terhadap klien dengan masalah citra tubuh yang rendah

akan membuat hubungan antara klien-perawat dapat berjalan dengan baik sehingga

proses peningkatan status kesehatan akan berjalan dengan baik pula.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa citra tubuh merupakan salah satu dari

komponen konsep diri yang penting bagi seorang individu karena tubuh

26

Page 28: Makalah KD 3 Fix

merupakan bagian fisik yang dapat dengan mudah dilihat bentuk dan rupanya. Bagi

klien yang memiliki masalah terhadap citra tubuh maka skan menjadi tgas seorang

perawat dalam mangatasi masalah tersebut. Diharapakan seorang perawat dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi klien dengan masalah tersebut

sehingga klien tersebut dapat segera pulih dari masalah citra tubuhnya.

2. Ansietas

Gangguan ansietas memiliki banyak manifestasi, tetapi ada beberapa kategori dari

gangguan ansietas:gangguan panik dengan atau tanpa agora-fobia, gangguan fobia:

sosial atau spesifik, agorafobia tanpa gangguan panik, gangguan obsesif-

kompulsif(OCD), gangguan stress pasca trauma, gangguan stress akut, gangguan

ansietas umum, gangguan ansietas akibat kondisi medis, gangguan ansietas akibat zat.

3. Diare

Diare adalah pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa.

Batasan karakteristik :

a. Subjektif

Nyeri abdomen, kram, urgensi.

b. Objektif

Sedikitnya sehari mengalami tiga kali deteksi dengan feses cair, bising usus

hiperaktif.

Faktor yang berhubungan :

1. Psikologis (Tingkat stress dan ansietas yang tinggi)

2. Situasional (efek samping obat, penyalahgunaan alcohol, kontaminan,

penggunaan obat pencahar, radiasi, racun, perjalanan, pemberian makanan

melalui selang)

3. Fisiologis ( proses infeksi, inflamasi, iritasi, malabsorpsi, parasit).

Saran penggunaan:

Bedakan pengeluaran feses cair yang disertai impaksi fekal dari diare sejati.

Feses cair yang disertai impaksi biasanya terjadi secara tiba-tiba pada pasien yang

mengalami konstipasi kronis. Ketika impaksi terjadi, pada pemeriksaan rektum akan

ditemukan massa feses yang kering dank eras di rektum. Bedakan juga dengan

inkontinensia alur, yang tidak selalu dimanifestasikan dengan feses lunak atau tidak

bermassa. Alternatif diagnosis yang disarankan yaitu konstipasi, inkontinensia, alvi.

27

Page 29: Makalah KD 3 Fix

4. Keputusasaan

Keputusasaan adalah kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan atau

ketiadaan alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi

energi untuk kepentingan individu.

Batasan karakteristik

a. Subjektif (tanda-tanda lisan, misalnya isi pembicaraan pesimis’ saya tidak bisa’,

menghela nafas)

b. Objektif (penurunan efek, penurunan pengungkapan verbal, kurang inisiatif,

kurang terlibat dalam perawatan, pasif, mengangkat bahu sebagai respon terhadap

pembicara, gangguan pola tidur.

Faktor yang berhubungan (pengabaian, kondisi fisik yang turun atau membaik,

stress jangka panjang, kehilangan keyakinan dalam nilai atau mukjizat, pembatasan

aktivitas dalam waktu lama yang menyebabkan isolasi, kurang dukungan sosial (non-

NANDA International). Alternatif diagnosis yang disarankan (ansietas kematian,

koping, ketidakefektifan, konflik pengambilan keputusan, kegagalan tubuh kembang

orang dewasa, ketidakberdayaan).

5. Pengambilan keputusan, kesiapan untuk meningkatkan

Definisi : pola pemilihan rangkaian tindakan yang mencukupi untuk memenuhi tujuan

jangka pendek dan jangka panjang yang berhubungan dengan kesehatan dan dapat

ditingkatkan.

Saran penggunaan :

a. Peran perawat adalah membantu klien membuat keputusan yang logis dan

berdasarkan informasi dengan memberikan informasi serta bantuan. Perawat

seharusnya tidak mencoba memengaruhi klien untuk memutuskan dengan cara

tertentu.

b. Jangan berangapan bahwa klien yang menghadapi keputusan yang serius, bahkan

mengenai hidup dan mati, mengalami konflik, keputusan tersebut, pada

kenyataanya mudah pada beberapa kasus.

28

Page 30: Makalah KD 3 Fix

Alternatif Diagnosis yang disarankan :

Koping, kesiapan untuk meningkatkan proses keluarga, kesiapan untuk meningkatkan

keberdayaan, kesiapan untuk meningkatkan.

3.3 Perencanaan terkait Konsep Diri

Perawat berperan penting untuk melaksanakan proses keperawatan dengan baik.

Dalam hal tersebut, perawat dituntut untuk memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri

perawat dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian

perawat terhadap dirinya. Dengan konsep diri yang positif maka perawat lebih optimis,

penuh percaya diri, selalu bersikap positif, mampu menghargai dirinya dan orang lain.

Sehingga, perawat diharapkan juga mampu dengan baik dalam menangani klien dengan

gangguan konsep diri, misalnya karena citra tubuh, harga diri, dan lain-lain. Berikut akan

dijelaskan secara umum mengenai proses keperawatan klien dengan gangguan konsep diri

dari pengkajian hingga evaluasi. Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini akan difokuskan

pembahasan mengenai perencanaan keperawatan terkait konsep diri.

Tahap proses keperawatan setelah menegakan diagnosis keperawatan adalah

rencana tindakan keperawatan. Rencana tindakan keperawatan atau intervensi

keperawatan adalah Setelah menentukan diagnosa keperawatan, perawat, klien, dan

keluargnya harus merencanakan perawatan yang diarahkan untuk membantu klien meraih

kembali atau mempertahankan konsep dirinya. Perencanaan tindakan keperawatan terdiri

dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi keperawatan. (Townsend,

1998). Tahap perencanaan keperawatan yaitu : Menentukan prioritas sesuai diagnose

keperawatan, menentukan tujuan atau hasil dari asuhan keperawatan untuk tiap diagnosa,

memilih langkah tindakan keperawatan yang spesifik.

Diagnosa 1 : gangguan citra tubuh

Tujuan : gangguan citra tubuh berkurang

Kriteria hasil : ganguan citra tubuh berkurang, yang di buktikan oleh selalu menunjukkan

adaptasi dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian psikososial, perubahan hidup, citra

tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan anak, dan Harga diri

positif.

Rencana tindakan keperawatan :

29

Page 31: Makalah KD 3 Fix

1. Bimbingan Antisipasi : mempersiapkan pasien terhadap kritis perkembangan atau

krisis situasional.

2. Peningkatan citra tubuh : meningkatkan presepsi sadar dan tak sadar pasien serta

sikap terhadap tubuh pasien.

3. Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,

perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup.

4. Peningkatan perkembangan remaja : memfasilitasi pertumbuhan fisik, kognitif, sosial,

dan emosional individual selama masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa.

5. Peningkatan perkembangan anak : memfasilitasi atau member penyuluhan orang tua-

pengasuh untuk memfasilitasi pertumbuhan motorik kasar, motorik halus, bahasa,

kognitif, sosial, dan emosional anak usia prasekolah dan anak usia sekolah.

6. Edukasi orang tua : Remaja : membantu orang tua untuk memahami dan membantu

anak-anak remaja mereka.

7. Edukasi orang tua : childbearing family : membantu orang tua untuk memahami dan

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak

toddler, anak prasekolah, atau anak usia sekolah mereka.

8. Identitas Risiko : menganalisis faktor risiko potensial, menetapkan risiko kesehatan,

dan memprioritaskan strategi menurunkan risiko untuk individu atau kelompok.

9. Peningkatan Harga Diri : membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personal

terhadap harga diri.

Diagnosa 2 : Ansietas

Tujuan : ansietas berkurang

Kriteria Hasil :

1. Ansietas hanya ringan sampai sedang.

2. Selalu menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas

3. konsentrasi

Rencana Tindakan Keperawatan :

1. Bimbingan antisipasi : mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis

perkembangan atau situasional.

30

Page 32: Makalah KD 3 Fix

2. Penurunan ansietas : meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau

perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang diantisipasi dan

tidak jelas.

3. Teknik menenangkan diri : meredakan kecemasan pada pasien yang mengalami

distress akut.

4. Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,

perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup.

5. Dukungan emosi : memberikan penenangan, penerimaan dan bantuan atau dukungan

selama masa stress.

Diagnosa 3. : Diare

(Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare).

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :Nafsu makan meningkat, BB meningkat atau normal

Rencana tindakan keperawatan :

1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak

dan air terlalu panas atau dingin)

Rasional : Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan saluran usus.

2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan

makanan dalam keadaan hangat

Rasional : situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

Rasional : Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan atau vitamin (A)

Rasional : Mengandung zat yang diperlukan untuk proses pertumbuhan

Diagnosis 4 : keputusasaan

Tujuan : Menampilkan perilaku yang dapat menurunkan perasaan keputusasaan.

31

Page 33: Makalah KD 3 Fix

Kriteria hasil : Keputusaan akan berkurang dibuktikan dengan konsistensi pengendalian

diri terhadap depresi, tingkat depresi, adanya harapan, keseimbangan alam perasaan,

energy psikomotor, ungkapan kepuasan terhadap kualitas hidup, dan keinginan untuk

hidup.

Rencana Tindakan Keperawatan :

1. Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,

perubahan atau ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan dan peran dalam

kehidupan.

2. Konseling : menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan,

masalah atau perasaan pasien dan orang terdekatnya untuk meningkatkan atau

mendukung koping, penyelesaian masalah, dan hubungan interpersonal.

3. Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan, dan

pemeliharaan kepada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi

maupun peningkatan alam perasaan.

4. Dukungan pengambilan keputusan : memberikan informasi dan dukungan bagi pasien

yang membuat keputusan mengenai perawatan kesehatannya.

5. Penumbuhan harapan : memfasilitasi perkembangan cara pandang yang positif

terhadap situasi tertentu.

6. Promosi daya tahan : membantu individu, keluarga, dan komunitas dalam

mengembangkan, menggunakan dan memperkuat faktor protektif yang dapat

digunakan dalam berkoping menghadapi stressor lingkungan dan sosial.

7. Bantuan modifikasi- diri : member penguatan terhadap perubahan diri sendiri yang

dimulai oleh pasien untuk mencapai tujuan penting individu.

8. Fasilitasi perkembangan spiritual : memfasilitasi pertumbuhan dalam kapasitas pasien

untuk mengidentifikasi, berhubungan dengan, dan mencari sumber makna, tujuan,

kenyamanan, kekuatamn, dan harapan dalam hidupnya.

9. Klarifikasi nilai : membantu individu untuk mengklarifikasi nilainya sendiri untuk

memfasilitasi pengambilan keputusan yang efektif.

Diagnosa 5 : Pengambilan Keputusan, Kesiapan untuk meningkatkan

Tujuan : dapat meningkatkan analisis manfaat – risiko dari keputusan yang diambil.

32

Page 34: Makalah KD 3 Fix

Kriteria Hasil : Mengidentifikasi informasi yang relevan, memahami kontradiksi dengan

keinginan orang lain, mengetahui implikasi legal yang relevan, menimbang dan memilih

diantara alternatif yang ada, mengidentifikasi sumber-sumber yang penting untuk

mendukung masing-masing alternatif.

Rencana tindakan keperawatan :

1. Pelatihan asertivitas : membantu dalam mengungkapkan secara efektif perasaan,

kebutuhan, dan pikiran dengan menghargai hak orang lain.

2. Dukungan untuk mengambil keputusan : memberikan informasi dan dukungan kepada

pasien yang membuat keputusan mengenai perawatan kesehatan.

3. Fasilitas pembelajaran : meningkatkan kemampuan untuk memproses dan memahami

informasi.

4. Penetapan tujuan bersama : bekerja sama dengan pasien untuk mengidentifikasi dan

membuat prioritas tujuan perawatan, kemudian membuat perencanaan untuk

mencapai tujuan tersebut.

5. Peningkatan kesadaran diri : membantu pasien untuk menggali dan memahami

pikiran, perasaan, memotivasi, dan perilaku pasien.

6. Pengurangan ansietas : menimbulkan rasa cemas , ngeri, firasat, atau kesulitan yang

berhubungan dengan perkiraan sumber bahaya yang tidak teridentifikasi.

7. Teknik penenangan : menurunkan ansietas pada pasien yang mengalami distres akut.

8. Peningkatan koping : membantu pasien berdaptasi dengan persepsi stressor,

perubahan, atau ancaman yang mengganggu pemenuhan tuntutan hidup dan peran.

9. Kehadiran : bersama dengan yang lain , baik secara fisik maupun psikologis selama di

butuhkan.

10. Peningkatan kenyamanan : meningkatkan perasaan fisik dan psikologis pasien.

3.3 Implementasi dalam Proses Keperawatan terkait Konsep Diri

Proses keperawatan adalah suatu metode penyelesaian masalah yang sistematik

untuk memerikan asuhan keperawatan secara individu kepada klien, mulai dari tahap

pengkajian, pembuatan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi

(Hamid 2001). Menurut Yura dan Walsh (1978), “ proses keperawatan merupakan

inti dan sari dari

33

Page 35: Makalah KD 3 Fix

keperawatan”. Performa peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri. Dalam

performa peran tersebut terdapat konflik peran dimana konflik peran itu muncul dari

harapan yang bertentangan atau tidak cocok. Dalam konflik interpersonal, individu

memiliki harapan yang berbeda mengenai peran tertentu. Dalam kasus, harapan mertua

pasien yang sangat mengharapkan cucu tetapi sang menantu akan menjalankan operasi

pengangkatan rahim. Konflik peran dapat menimbulkan ketegangan, penurunan harga

diri, dan rasa malu apabila kebutuhan akan pencapaian, kemandirian, dan rekognisi tidak

terpenuhi.

Pada tahap implementasi, perawat juga perlu mendokumentasikan tindakan yang

merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi.

Sebelum mengimplementasikan tindakan keperawatan kepada pasien, terdapat tiga fase

pertama proses keperawatan yang menjadi dasar tindakan tindakan keperawatan tersebut,

yaitu pengkajian, diagnosis, dan perencanaan. Ketika mengimplementasikan tindakan

keperawatan, perawat terus mengkaji kembali klien pada setiap kontak, dengan

mengumpulkan data tentang masalah baru yang mungkin muncul. Seperti dalam kasus,

kondisi kesehatan pasien yang bertekanan darah tinggi (150/100mmHg), nadi yang

cenderung cepat bila dalam keadaan normal (110X/menit), dan pernapasan yang kurang

normal (25X/menit). Hal-hal seperti inilah yang perawat perlu pertimbangkan dalam

mengimplementasikan tindakan keperawatan pada pasien tersebut, agar pasien merasa

lebih nyaman, dihargai dan diperhatikan kondisi mental dan psikisnya. Perawat harus

memiliki kepekaan dari tanda-tanda vital yang dihasilkan menunjukkan bahwa kondisi

diri pasien sedang dalam keadaan stress atau tertekan mengenai keputusannya untuk

menjalani operasi pengangkatan rahim dan apa hasil yang akan terjadi bagi dirinya serta

orang-orang yang bersamanya.

Agar berhasil mengimplementasikan rencana asuhan, perawat memerlukan

keterampilan kognitif, interpersonal, dan teknis yang masing-masing dari keterampilan

tersebut digunakan dalam berbagai situasi dan kondisi pasien tersebut. Pada kasus ini,

keterampilan kognitif dari perawat harus benar-benar tajam karena menyangkut

penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan kreativitas. Kondisi

pasien yang bersuami sebagai anak tunggal dan mertuanya yang ingin memiliki cucu,

harus benar-benar dipertimbangkan, agar masing-masing individu yang terkait benar-

benar dapat memahami benar tujuan dari rencana asuhan keperawatan yang akan

diterima pasien serta kebutuhan

34

Page 36: Makalah KD 3 Fix

pasien dapat terpebuhi.

Perawat dapat membantu pasien dalam mengambil keputusan dengan

mempertimbangan segala aspek kondisi pasien serta keluarganya sehingga dapat

meringankan masalah pasien tersebut. Pada keterampilan interpersonal, keefektifan

tindakan perawat sangat bergantung pada kemampuan perawat untuk berkomunikasi

dengan pasien. Keterampilan interpersonal diperlukan untuk semua aktivitas

keperawatan, seperti merawat, memberi kenyamanan, melakukan advokasi, merujuk,

memberi konseling, dan mendukung. Agar mampu dalam keterampilan interpersonal,

perawat harus memiliki kesadaran diri dan kepekaan terhadap pasien tersebut.

Dalam dimensi konsep diri, terdapat dimensi pemahaman diri dan pengaharapan

diri, dimana pasien memiliki pengetahuan mengenai dirinya sendiri serta memiliki

harapan-harapan yang realistis atau tidak realistis. Oleh karena itu, selain melakukan

implementasi yang terbaik bagi kondisi tubuh pasien namun juga perlu memperhatikan

kondisi mental dari pasien tersebut. Perawat yang memahami perbedaan dimensi pada

dirinya sendiri lebih mampu memahami kebutuhan, keinginan, perasaan dan konflik pada

pasien tersebut. Perawat yang merasa positif mengenai diri mereka sendiri mungkin lebih

untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan dalam

keterampilan teknis adalah keterampilan ‘manual’ yang juga disebut keterampilan dalam

mengerjakan tugas, prosedur, atau psikomotor. Istilah psikomotor mencangkup

komponen interpersonal, misalnya pentingnya untuk berkomunikasi dengan pasien. Dari

kasus ini untuk mengimplementasikan konsep diri dengan cara proses keperawatan,

dalam menangani kasus ini yang dilakukan sebagai berikut.

1. Membantu pasien dalam menolong dirinya untuk mengurangi kecemasannya

a. Tindakan otomatis

Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

Memberikan obat penenang kepada pasien sesuai dengan anjuran dokter

Persiapkan pasien untuk melaksanakan tindakan

b. Tindakan terencana

Mengistirahatkan pasien sampai kondisi keadaan dari pasien stabil

Observasi tanda- tanda vital beberapa menit sekali

Lakukan pemeriksaan EKG secara rutin

2. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya sehari- hari

35

a. Tindakan otmatis

Page 37: Makalah KD 3 Fix

Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

b. Tindakan terencana

Observasi tanda- tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari:

Nutrisi,kebersihan pasien, dan kenyamanan pasien

Lakukan mobilisasi fisik setelah kondisi stabil seperti mengantar pasien ke

kamar mandi atau pasien sendang ingin membuang air kecil atau besar.

Pada intinya, dalam mengimplementasikan tindakan keperawatan pada pasien

yang memiliki konflik seperti ini, perawat perlu memperhatikan faktor perkembangan

dari pasien tersebut, dibutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih sayang guna

meningkatkan konsep diri pasien. Implementasi untuk meningkatkan konsep diri yang

positif termasuk membantu pasien mengidentifikasi area kekuatan dengan membina

hubungan teraupetik dan membantu pasien mengevaluasi diri mereka sendiri dan

membuat perubahan perilaku agar lebih rileks. Perawat juga dapat menggali pengalaman-

pengalaman positif dari pasien sebelumnya jika memiliki konflik yang sama sehingga

dapat memberi pengetahuan serta masukan positif bagi pasien.

3.4 Evaluasi Keperawatan Terkait Konsep Diri

Dalam proses keperawatan konsep diri seorang klien juga mempengaruhi proses

penyembuhannya. Proses keperawatan ini meliputi proses pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada proses evaluasi gunakan

pemikiran kritis untuk mengevaluasi keberhasilan klien dalam mencapai setiap tujuan dan

hasil yang diharapkan serta terapkan pengetahuan tentang perilaku dan karakteristik

konsep diri yang sehat ketika meninjau ulang prilaku aktual klien. Hal ini akan membantu

untuk menentukan apakah hasil telah tercapai.

Hasil yang diharapkan pada klien dengan gangguan konsep diri meliputi prilaku

nonverbal yang mengidentifikasi konsep diri yang positif, pernyataan tentang penerimaan

diri dan penerimaan terhadap perubahan penampilan dan fungsi. Indikator kunci dari

konsep

36

Page 38: Makalah KD 3 Fix

diri klien adalah perilaku non verbal. Dalam proses mengevaluasi tindakan-tindakan yang

kita lakukan adalah amati prilaku nonverbal klien, minta klien untuk berbagi pendapat

dan ide, amati penampilan klien serta tanyakan apakah harapannya telah terpenuhi.

Evaluasi klien dengan salah satu diagnosis keperawatan konsep diri dapat

mengambil beberapa pendekatan seperti laporan klien yang subjektif dari kemajuan dan

hasil pengukuran yang diharapkan. Evaluasi terhadap diri sendiri disebut juga dengan

self-esteem, yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang menyukai dirinya.

Semakin jauh perbedaan antara gambaran tentang siapa dirinya gambaran seseorang

seharusnya ia menjadi, maka akan mnyebabkan harga diri yang rendah. Sebaliknya bila

seseorang berada dalam standart dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang

menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan tujuannya, maka ia akan memiliki harga

diri yang tinggi. Dalam mengevaluasi, ada beberapa metode yang dapat digunakan,

metode pertama yaitu mengintervensi klien secara logis dengan menanyakan kepada

klien apakah klien merasa lebih baik tentang dirinya sendiri, metode kedua dengan

membandingkan prilaku klien dengan hasil kesehatan yang diharapkan. Asumsi dengan

metode evaluasi ini adalah bahwa perilaku klien yang berubah menunjukkan perubahan

dalam harga dirinya . walaupun perilaku berubah tetapi mereka tidak dapat menunjukkan

perubahan dalam harga dirinya. Metode ketiga evaluasi dengan menggunakan skala

penilaian, metode ini mungkin merupakan metode yang paling tepat untuk mengukur

kemajuan dalam meningkatkan harga diri . Namun , efektifitasnya tergantung pada

validitasnya data yang ada. Tetapi apapun metode evaluasi yang digunakan, hal yang

paling penting adalah mendokumentasikan setiap hasil dari asuhan keperawatan.

Evaluasi keperawatan konsep diri menggunakan kriteria evaluasi objektif. Hasil

yang diinginkan untuk klien dengan ganguan konsep diri dapat mencakup pernyataan

penerimaan diri dan penerimaan terhadap perubahan dalam penampilan atau fungsi. Sikap

positif yang diberikan klien akan menunjukan bahwa proses keperawatan yang telah

diberikan memberikan hasil yang memuaskan. Evaluasi terhadap masalah konsep diri

secara umum dapat dinilai dari kemampuan untuk menerima diri, menghargai diri,

melakukan peran yang sesuai, dan mampu menunjukkan identitas diri.

37

Page 39: Makalah KD 3 Fix

Dari kasus ini untuk evaluasi konsep diri dengan cara proses keperawatan yaitu,

dengan menanyakan kepada pasien apakah harapannya telah terpenuhi. Menanyakan

perasaan pasien setelah melakukan pengangkatan rahim dan apakah hasilnya memuaskan.

Ada juga cara dari rumah sakit dalam melakukan evaluasi misalnya diberiikan kuisioner

kepada pasien dimana ketika pasien dari awal masuk sampai selesai melakukan

pengobatan dilakukan penilaian, agar bisa dilihat perkembangan dari pasiennya.

38

Page 40: Makalah KD 3 Fix

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Konsep diri diartikan sebagai suatu pandangan, keyakinan terhadap citra diri kita

dan bagaimana orang lain memandang diri kita, yang terbentuk melalui pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan. Komponen konsep diri itu adalah gambaran diri (body

image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas

diri (self identity). Inividu yang normal, memiliki citra tubuh, penampilan peran, ideal

diri, identitas diri, dan harga diri yang positif. Konsep diri ini bisa terjadi karena adanya

interaksi sosial serta pengalaman individu sendiri.

Faktor yang mempengaruhi konsep diri ini adalah orang lain, keluarga,

kelompok tempat tinggal, budaya, pengalaman, stressor, usia, kkeadaan sakit dan trauma.

Seangkan konsep kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu

yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan

yang mempengaruhi konsep diri seseorang. Pada proses keperawatan, dalam pengkajian

perawat perlu mengkaji perilaku, faktor predisposisi, presipitasi, dan sumber koping. Pada

perencanaan, perawat harus menetapkan tujuan dan menentukan prioritas dan nantinya

harus mengimplementasikannya pada intervensi. Sedangkan pada proses evaluasi untuk

menilai apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum.

4.2 Saran

Perawat diharapkan mampu mengembalikan konsep diri klien yang terganggu

dengan memperhatikan gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self

esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity) sehingga nantinya klien

dapat memiliki citra tubuh, penampilan peran, ideal diri, identitas diri, dan harga diri yang

positif. Perawat dalam proses keperawatan diperlukan untuk berpikir kritis dalam

mengkaji hingga evaluasi, untuk menentukan apakah tujuan dari proses keperawatan

sudah tercapai atau belum.

39

Page 41: Makalah KD 3 Fix

DAFTAR PUSTAKA

Potter, P.A. dan Perry A.G, (2010). Fundamental Keperawatan Ed. 7 Vol.2. Jakarta: Salemba

Medika

Stuart G.W. dan Sundeen S.J., (1995). Principle and Practice of Psychiatric Nursing Ed. 5.

St. Louis: Mosby

Harkreader H, Hogan M., Dkk. (2004). Fundamental Of Nursing : Caring And Clinical

Judgement. Canada: Sauders Elsevier

Kozier, Barbara dkk. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, &

Praktik, Ed. 7, Vol. 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Barbara, Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik,

Ed. 7, Vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Videbeck, Sheila L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Kuliah umum oleh ibu Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., PhD pada tanggal 4 September 2013

tentang Promosi Kesehatan.

DeLaune, S.C. and Ladner, P.K. (2002). Fundamental of Nursing: Standards and Practice.

2nd edition. The United States of Amerika: Delmar/Thomson Learning.

Judith, H. (1987). Comprehensive Psychiatric Nursing. The United States of America:

Delmar.

Potter, P.A, and Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and

Practice. 4th edition. (Terj. Yasmin Asih et al.). Jakarta: EGC.

Rasmun. (2004). Stres, Koping, dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto.

Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (1998). Stuart & Sundeen’s Principles and Practice of

Psychiatric Nursing. 6th edition. St. Louis: Mosby.

Ahyar. (2010). Konsep Diri dan Mekanisme Koping Dalam Aplikasi Keperawatan. www.e-

psikologi.com . Diakses pada 14 September 2011. Pk. 22.15 wib.

40

Page 42: Makalah KD 3 Fix

Siscawaty, E. (2011). Pesan Iklan Materialistik Membentuk Citra Tubuh Wanita Secara

Negatif. www.faktailmiah.com . Diakses pada 15 September 2011. Pk. 09.00 wib.

Craven, F, R., & Hirnle, C, J. (2003). Fundamental of Nursing: Human Health and Function

4th edition. Washington: Lippincott Williams & Wilkins.

Harkreader, H., Hogan, M. A., & Thobaben, M. (2007). Fundamental of Nursing: Caring and

Clinical Judgement. Canada: Elsevier.

Wilkinson, J. M., & Ahren, N. R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 .

Jakarta: EGC .

Kozier, B., et al. (2004). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process, and Practice. 7 th Ed.

New Jersey: Pearson Education.

Ana, Keliat Budi. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi II. Jakarta : EGC.

Townsend, Mary C. (2000). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Edisi 3,

Jakarta : EGC.

Stuart, Gail W. & Michele T. Laraia. (2005). Psychiatric of Nursing, edisi 8. USA : Elsevier

Mosby.

Hamid, Achir Yani S,dkk. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan.

Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan Direktorat Pelayanan

Keperawatan.

Mustikasari,dkk. (2011). Konsep Diri Pada Klien Dewasa (Power Point).

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Carpeito Lynda.(2002). Diagnosis Keperawatan : Aplikasi Pada praktik Klinis, Ed 9. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wong, Donna L., Dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediaktrik. Jakarta: EGC

Harkreader, Helen, dkk. (2007). Fundamentals of Nursing: Caring and Clinical Judgment.

Missouri: Saunders Elsevier.

Page 43: Makalah KD 3 Fix

Townsend, Mary C. (2005). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing, 3rd edition.

Philadelphia: F. A. Davis Company.

Label klasifikasi intervensi dari Bulechek G. M., Butcher H.K., dan Dochterman J.M. (2008).

Nursing Interventions Classification (NIC) ed. 5, St. Louis : Mosby.

Label klasifikasi hasil dari Moorhead S. Et al. (2008) .Nursing Outcomes Classification (NOC),

ed. 4, St. Louis : Mosby.

Stuart, Gail. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Mi Ja Kim, Gertrude, Audrey. (2005). Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta: EGC

Direktorat Pelayanan Keperawatan. (2000). Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan

Keperawatan. Jakarta: Deparetemen Kesehatan RI