25

Click here to load reader

Makalah Kdm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kebutuhan dasar manusia

Citation preview

Page 1: Makalah Kdm

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Negara maju, kebanyakan perempuan hamil dalam keadaan sehat dan

bergizi baik. Mereka melahirkan bayinya dirumah sakit atau rumah bersalin dan

sedikit yang menjadi subjek dari berbagai prosedur diagnostic yang invasive

seperti dialami oleh kebanyakan pasien rumah sakit. Bahkan untuk mereka yang

memerlukan seksio sesarea. Pembedahannya berlangsung singkat ( kurang dari

satu jam ), biasanya tidak ada komplikasi, kateterisasi urin, kalo perlu, sebentar

( 1-2 hari ), dan jarang sekali memerlukan bantuan ventilasi pascabedah.

Disamping itu, kebanyakan perempuan hamil tidak menggunakan antibiotic

sistemik dan tidak memerlukan peraawatan lama sebelum persalinan. Dengan

demikian, risiko infeksi nosokomial, atau infeksi dengan organisme yang kebal

terhadap banyak obat sesudah kelahiran pervaginam, dan bahkan seksio sesarea,

lebih rendah kalo dibandingkan dengan pasien – pasien jenis lain yang dirawat.

Kenyataanya bukan saja karena itu maka kenaikan hampir 5 kali - lipat seksio

sesarea dari 5,5% ditahun 1978 menjadi hamper 30% dipermulaan 1990-an,

morbiditas dan mortalitas maternal akan lebih rendah. Akhirnya, karena banyak

perempuan dinegara maju mengunjungi klinik antenatalnya lebih dini ( yaitu

trimester pertama ) dan diimunisasi secara lengkap, maka risiko infeksi serius

pada janin dan bayi baru lahir juga rendah.

Bagimanapun situasi dinegara – negara dengan sumber – sumber yang

terbatas, secara radikal berbeda hamper dalam setiap aspek. Dinegara – negara ini

sekitar 50 - 80% peremuan hamil melahirkan dirumah dan pada umumnya

sendirian atau dengan seorang anggota keluarga dan kebanyakan hanya

mendapatkan perawatan antenatal terbatas. Makananya kurang dan anemik. Kalau

terjadi komplikasi sewaktu persalinan yang memerlukan seksio sesarea, biasanya

mereka terlambat datang ke rumah sakit atau kalau sudah dekat kematian. Tambah

lagi, sekalipun mereka selamat dari pembedahan, tingkat infeksi pascabedah

tinggi ( 15 -60% ), bahkan infeksi luka, dan komplikasi yang sangat serius sering

1

Page 2: Makalah Kdm

terjadi. Tambahan lagi, ditahun-tahun terakhir ini ada fakta bahwa dibeberapa

Negara perempuan hamil mencapai 30% seropositif untuk HIV. Kedua hal ini,

masih ditambah dengan timbulnya tuberculosis, khususnya karena resisten

terhadap obat, yang makin menyulitkan situasinya. Sebagai akibatnya,

perempuan hamil dinegara-negara sedang berkembang dihadapkan kepada risiko

untuk mendapatkan infeksi nosokomial sesudah persalianan daripada mitranya

dinegara-negara maju.

Kebanyakan infeksi pascapersalinan disebabkan oleh flora endogen

mikroorganisme yang biasanya ada dalam saluran genital. Namun biasanya

infeksi ini tidak menimbulkan penyakit pada persalinan, kelahiran, atau

pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah diidentifikasi ada di saluran genital

bawah ( vulva, vagina dan serviks) setiap saat ( Faro 1990 ). Sementara beberapa

dari padanya, termasuk beberapa fungi, dianggap nonpatogenik dibawah

kebanyakan lingkungan, dan sekurang – kurangnya 20, termasuk E. koli, S.

aureus, Proteus mirabilis dan Klebsiela pneumonia, adalah patogenik.

Selain itu juga pada saat operasi atau tindakan bedah lainnya biasanya

dapat terjadi infeksi. Kebanyakan infeksi terjadi akibat luka sayatan atau luka

dalam pasca operasi disebabkan oleh mikroorganisme biasanya bakteri atau

terkadang jamuryang ditemukan pada kulit pasien atau pada selaput lender yang

berdekatan dengan lokasi pembedahan dan sering juga terdapat pada lokasi lain

(misalnya hidung, mulut, saluran pernapasan saat operasi abdomen). Sedangkan

mikroorganisme dari tangan paramedis jarang ditemukan.

Proses antisepsis sebelum pembedahan sendiri terdiri daari tiga tahap,

yaitu kebersihan tangan dan sarung tangan paramedic tim bedah, pemberian bahan

antiseptic pada lokasi pembedahan. Hal ini ditujukan untuk menghambat

penularan agen infeksi ke dalam luka bedah. Proses cuci tangan yang efektif yaitu

membasuh tangan dengan penggosok antiseptic beralkohol tanpa air atau cairan

antiseptic yang bias mengurangi jumlah bakteri dan jamur pada tangan.

Antisepsis itu sendiri merupakan proses pengurangan jumlah

mikroorganisme pada kulit, selaput lender, atau jaringan tubuh lain dengan

2

Page 3: Makalah Kdm

menggunakan bahan antimikroba (antiseptic). Bahan antiseptic atau bahan anti

mikroba merupakan bahan yang dapat dipakai pada kulit atau jaringan hidup

lainnya dapat menghambat atau membunuh organism sehingga mengurangi

jumlah bakteri seluruhnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencegahan terhadap kontaminasi larutan antiseptik?

2. Bagaimana penggunaan antiseptik yang baik dalam prosedur bedah?

3. Bagaimana cara pencegahan penyakit infeksi janin dan bayi yang baru

lahir?

4. Apa sajakah macam-macam infeksi yang terjadi pada infeksi maternal dan

bayi baru lahir?

5. Apa sajakah penyebab terjadinya infeksi janin dan bayi baru lahir?

6. Organisme apa saja yang umum diisolasi dari wanita dengan

Endometriosis?

7. Bagaimana langkah-langkah untuk menurunkan risiko infeksi maternal?

1.3 Tujuan Makalah

1. Memahami pencegahan terhadap kontaminasi larutan antiseptik.

2. Memahami penggunaan antiseptik yang baik dalam prosedur bedah.

3. Memahami cara pencegahan penyakit infeksi janin dan bayi yang baru

lahir.

4. Memahami macam-macam infeksi yang terjadi pada infeksi maternal dan

bayi baru lahir.

5. Memahami penyebab terjadinya infeksi janin dan bayi baru lahir.

6. Memahami organisme yang umum diisolasi dari wanita dengan

Endometriosis.

7. Memahami langkah-langkah untuk menurunkan risiko infeksi maternal.

3

Page 4: Makalah Kdm

BAB II

LANDASAN TEORI

Di negara – negara yang sedang berkembang infeksi pascapersalinan tetap

menjadi nomor dua dari perdarahan pascapersalinan yang menjadi penyebab

kematian maternal, dan menjadi penyebab utama komplikasi maternal dari

persalinan. Hal ini masih tetap terjadi sekalipun lebih dari 150 tahun yang lalu.

Semmelweis dari Holmes secara terpisah menyatakan bahwa tidak hanya demam

anak, sepsis puerperalis, juga disebarkan dari perempuan lain ke perempuan lain

ke perempuan melalui tangan dokter.

Kebanyakan bayi di lahirkan dari lingkungan steril didalam uterus.

Namun, sewaktu dan setelah dia lahir ia segera di hadapkan kepada sejumlah

organisme yg mengkoloni kulit, nasofaring dan saluran gastrointestinalnya. Bayi

baru lahir yg sakit yg menjalani berbagai prosedur invasif dapat di kolonisasi pada

berbagai tempat dengan sejumlah organisme khususnya bakteri gram negatif.

Kulit bayi baru lahir merupakan tempat pertama dan utama untuk kolonisasi

bakteri. Khususnya untuk staphylococcus aureus yg lebih sering di peroleh dari

kamar bayi dari pada dari ibunya. Setiap lecet dan luka sayat pada kulit bayi

memberikan kesempatan untuk terjadi infeksi bakteri pathogen ini. Bayi baru lahir

juga mempunyai sekurang kurang nya satu luka bedah yaitu tali pusat yg sangat

rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu untuk meminimalkan resiko infeksi pada

masa bayi baru lahir semua tempat harus dirawat dengan menggunakan teknik

aseptik.

Sedangkan antisepsis merupakan proses pengurangan jumlah

mikroorganisme pada kulit, selaput lender, atau jaringan tubuh lain dengan

menggunakan bahan antimikroba (antiseptic). Bahan antiseptic atau bahan anti

mikroba merupakan bahan yang dapat dipakai pada kulit atau jaringan hidup

lainnya dapat menghambat atau membunuh organism sehingga mengurangi

jumlah bakteri seluruhnya. Contohnya alcohol (etil dan isopropyl), cairan yodium,

iodofor, klorheksidin, dan triklosan.

4

Page 5: Makalah Kdm

Sabun dan air bersih dapat menghilangkan kotoran dan benda lainnya

seperti mikroorganisme sementara dari permukaan kulit, sebaliknya laarutan

antiseptic bias membunuh atau menghambat hamper semua mikroorganisme

sementara dan mikroorganisme menetap, termasuk bakteri vegetative dan virus.

Antiseptic digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme tanpa

menyebabkan rusaknya atau teririsnya kulit atau selaput mukosa ketika ia

digunakan. Selain itu beberapa larutan antiseptic mempunyai efek residu, artinya

proses penghancuran terus berlanjut selama satu waktu setelah diberikan pada

kulit atau selaput lender.

Banyak sekali bahan kimia yang memenuhi syarat sebagai antiseptic.

Antiseptic yang paling sering digunakan adalah Klorheksidin Glukonat dan

iodofor. Pilihan antiseptic yang dianjurkan, yaitu larutan yang berbahan dasar

alcohol (iodine, klorheksidin), alcohol (60-90% etil, isopropil), klorheksidin

Glukonat (2-4%) misal Hibitane, Hibiscrub, Hibiclens, klorheksidin Glukonat dan

Setrimid, bermacam konsentrat minimal 2% missal Savlon, iodine 3% , iodofor

7,5-10% , kloroksilenol (Para-Kloro-Metaksilenol atau PCMX) 0,5-3,75%

5

Page 6: Makalah Kdm

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pencegahan Terhadap Kontaminasi Larutan Antiseptik

Kontaminasi setiap bahan antiseptik telah didokumentasikan.

Mikroorganisme yang mengontaminasi larutan antiseptik meliputi Stafilokokus

epidermidis dan aureus, gram-negatif basilli, Pseudomonas aeruginosa dan

beberapa endospora. Bahan antiseptik yang terkontaminasikan dapat

menyebabkan infeksi sussekuen saat digunakan untuk mencuci tangan atau untuk

kulit klien. Berikut ini adalah pencegahan terhadap kontaminasi larutan antiseptik.

1. Kecuali hanya tersedia dalam jumlah kecil, tuangkan antiseptik ke dalam

tempat kecil yang bisa digunakan kembali untuk pemakaian sehari-hari.

Hal ini unutk melindungi penguapan dan kontaminasi. Pastikan nama

larutan yang benar ditempel pada tempatnya setiap kali akan diisi. Jangan

menyimpan kain kasa atau kapas dalam larutuan antiseptik karena dapat

menimbulkan kontaminasi.

2. Buatlah jadwal yang teratur untuk menyiapkan larutan yang baru dan

membersihkan tempat yang dapat digunakan kembali. (Larutan dapat

meningkatkan risiko saat terkontaminasi setelah disimpan selama 1

minggu). Jangan “mengisi ulang” dispenser antiseptik.

3. Cuci tempat yang dapat digunakan kembali secara menyeluruh dengan

sabun dan air bersih, bersihkan dengan air mendidih apabila ada dan

keringkan sebelum diisi kembali.

4. Beri tanggal setiap tempat antiseptik yang akan digunakan kembali,

setelah dicuci, dikeringkan, dan diisi.

5. Konsentrat larutan antiseptik (yang belum diencerkan) harus disimpan

dalam daerah yang sejuk dan gelap. Jangan terkena sinar matahari

langsung atau panas yang berlebihan (misal di atas rak dalam bangunan

beratap seng).

6

Page 7: Makalah Kdm

3.2 Penggunaan Antiseptik yang Baik dalam Prosedur Bedah

Kebersihan Tangan

Sabun antikuman atau detergen tidak lagi efektif dibandingkan sabun biasa

dan air bersih untuk mengurangi resiko infeksi saat digunakan untuk cuci tangan,

meski kualitas airnya bagus. Air yang keruh mengandung banyak partikel tidak

boleh digunakan untuk membasuh tangan sebelum pembedahan. Selain itu sabun

antikuman berharga mahal dan mudah mengiritasi kulit dibanding sabun biasa.

Pembersihan kulit sebelum tindakan /prosedur bedah

Instruksi

1. Dilarang mencukur rambut disekitar lokasi operasi, pencukuran bias

meningkatkan resiko infeksi 5-10 kali karena goresan kecil dikulit bisa

menyebabkan tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme. Apabila

diperlukan, lakukan menggunakan gunting sebelum pembedahan

berlangsung.

2. Tanyakan pasien mengenai reaksi alergi terhadap penggunaan antiseptic.

3. Apabila kulit atau bagian luar kelamin tidak bersih, bersihkan dengan

sabun dan basuh dengan air bersih, kemudian keringkan daerah tersebuh

sebelum diberikan antiseptic.

4. Gunakan cunan kering dan didisinfeksi tingkat tinggi (DTT), kapas serta

kain basah baru direndam dalam larutan antiseptic, dan bersihkan tangan

secara menyeluruh. Kerjakan diluar lokasi operasi, beberapas centimeter.

Gerakan memutar dari pusat membantu pencegahan rekontaminasi daerah

operasi terhadap bakteri kulit local.

5. Biarkan antiseptic bekerja efektif untuk beberapa saat sebelum prosedur

operasi dimula, tunggu kulit menjadi kering sebelum dilanjutkan tindakan.

3.3 Cara Pencegahan Penyakit Infeksi Janin dan Bayi yang Baru Lahir

Pencegahan telah lama menjadi satu satunya alternatif dalam memerangi

penyakit infeksi bayi baru lahir yg mengahncurkan, misalnya rubela koningental,

sitomegalovirus, varisela, sifilis, toksoplasma,dan tetanus. Dan selam 50 tahun

7

Page 8: Makalah Kdm

terakhir ini upaya pencegahan telah berhasil mengurangi resiko infeksi janin dan

bayi baru lahir di negara negara berkembang. Keberhasilan ini telah dilaksanakan

melalui :

1. Imunisasi maternal (tetanus,rubela, varisela, dan hepatitis B)

2. Pengobatan antenatal sifilis maternal, gonorrhea, dan klamidia.

3. Penggunaan profilaksis obat tetes mata postnatal untuk mencegah infeksi

mata (konjungtivitis) karena klamidia, gonorrhea, dan jamur (kandida)

4. Pengobatan profilaksis permpuan hamil yg beresiko terhadap penyakit

group B streptococcus dan baru terjadi.

5. Pengobatan dengan obat antiretrovirual (ARV) maternal (antenatal dan

intrapartum) dan bayi baru lahir (postnatal) untuk mencegah HIV.

3.4 Macam-Macam Infeksi yang Terjadi pada Infeksi Maternal dan Bayi Baru

Lahir

Dinegara – negara yang mempunyai keterbatasan sumber kesehatan sekitar

50 - 80% peremuan hamil melahirkan dirumah dan pada umumnya sendirian atau

dengan seorang anggota keluarga dan kebanyakan hanya mendapatkan perawatan

antenatal terbatas. Makananya kurang dan anemik. Kalau terjadi komplikasi

sewaktu persalinan yang memerlukan seksio sesarea, biasanya mereka terlambat

datang ke rumah sakit atau kalau sudah dekat kematian. Tambah lagi, sekalipun

mereka selamat dari pembedahan, tingkat infeksi pascabedah tinggi ( 15 -60% ),

bahkan infeksi luka, dan komplikasi yang sangat serius sering terjadi. Berikut

adalah macam-macam infeksi yang terjadi pada infeksi maternal dan bayi baru

lahir.

1. Endometritis. Infeksi pascapersalinan akut dari selaput lender uterus

( endometrium ) dengan ekstensi dinding otot halus ( miometrium).

Keistimewaan kliniknya termasuk demam pada hari pertama dan kedua

pascapersalinan, nyeri pada uterus, nyeri perut bawah, lokia yang berbau,

dan tanda – tanda peritonitis pada perempuan yang mengalami seksio

sesarea.

8

Page 9: Makalah Kdm

2. Episiotomi. Sayatan bedah pada perineum ( biasanya posisi pada jam 6 ),

beberapa saat sebelum melahirkan. Gunanya untuk melancarkan

persalianan bagian yang dipresentasikan dan mengurangi risiko robekan ke

area perineal. Episiotomi, bagaimanpun juga, berhubungan dengan

bertambahnya pendarahan dan dapat mengakibatkan robekan berlanjut

( laserasi perineum tingkat 2 atau 3 ), bahkan sering kali terinfeksi yang

seharusnya tidak peril terjadi.

3. Infeksi Nosokomial Pada Bayi Baru Lahir. Infeksi yang terjadi setelah

persalinan tetapi tidak termasuk infeksi – infeksi yang diketahui

ditransmisikan lewat plasenta seperti sifilis kongenital, sitomegalovirus,

rubela, varisela ( chicken pox ), dan parasit protozoa, toksoplasmosis

goadii.

4. Infeksi Nosokomial Pada Pasien Obstetri. Infeksi yang tidak ada dan

juga tidak sedang berinkubasi pada saat pasien masuk rumah sakit.

Kebanyakan infeksi saluran kencing dan endometritis adalah nosokomial

sekalipun organisme penyebabnya dari dalam ( yaitu ada dalam saluran

genital bawah maternal sebelum persalianan.

5. Sepsis Group B Streptokokus Invasif. Infeksi bayi baru lahir yang

dicirikan dengan bakteriemi, pneumonia, meningitis, dan kematian sampai

25% bayi dengan infeksi itu. Biasanya terjadi paling banyak sesadan SIIA.

Infeksi ditempat lain adalah infeksi kulit bayi baru lahir ( selulitis ) dan

osteomielitis ( infeksi tulang ).

6. Sindroma Infeksi Intraamniotik ( SIIA ), sering disebut sebagai

Amnionitis atau Korioamnionitis. Infeksi akut dapat ditemukan secara

klinis dalam uterus dan isinya ( janin, plasenta, dan cairan amnion) selama

kehamilan. Terjadi pada presentase kecil ( <5% ) dari kehamilan aterm,

tetapi sampai 25% pada perempuan dengan persalinan premature

( sebelum kehamilan 37 minggu. Biasanya berhubungan dengan kolonisasi

kavum uteri dengan organisme yang ada diserviks dan vagina setelah

ketuban pecah lama dan persalinan. Pada kasus SIIA yang berhubungan

dengan infeksi bayi baru lahir dan endometrium pascapersalinan yang

9

Page 10: Makalah Kdm

serius, dan sering fatal, organisme yang paling umum diisolasi dari cairan

amnion adalah group B streptokokus dan B koli.

7. Tromboflebitis Pelvis Septik. Gumpalan ( sumbatan ) dari vena-pelvik

dalam karena infeksi. Tidak biasa terjadi ( kira – kira 1 dalam 2000

persalinan ). Faktor yang mempengaruhinya termasuk seksio sesarea

setelah persalinan lama ( >24 jam), ketuban pecah dini, persalinan sulit

(ekstraksi forseps atau vaginal ), anemia, dan malnutrisi.

3.5 Penyebab Terjadinya Infeksi Janin dan Bayi Baru Lahir

Infeksi janin dan bayi baru lahir diklasifikasi atas dasar apakah mereka

terinfeksi in utero (transplasenta), sewaktu melalui jalan lahir (transmisi vertical)

atau pada masa neonatal ( yaitu dalam 28 hari pertama setelah lahir ).

1. Infeksi in utero termasuk yang disebabkan oleh :

Virus – sitomegalovirus, rubella, varisela, HIV, dan parovirus;

Protozoa – toksoplasmosis gondii; dan

Bakteria – sifilis congenital.

2. Intrapartum ( ibu ke bayi baru lahir ) dan infeksi bayi baru lahir

pascapersalinan termasuk yang disebabkan oleh:

Virus-Hepatitis B, hepatitis-C, HIV, virus herpes simpleks (HSV), human

papiloma virus dan parovirus; dan

Bakteria-E koli, group B streptokokus, jamur (spesies kandida );

konjungtivitis karena klamidia, gonorea atau listeria monositogenes, dan

sejumlah hasil anaerob gram negatif

3. Tambahan lagi, sejumlah organisme lain yang dapat mengolonisasi dan

kadang – kadang menginfeksi bayi baru lahir selama bulan pertama

kehidupan, termasuk :

Virus-sitomegalovirus, enterovirus, respiratory sincytial virus dan

rhinovirus;

Protozoa-malaria dibanyak Negara tropis; dan

Bakteria-tuberkulosis dan tetanus.

10

Page 11: Makalah Kdm

Hanya infeksi bayi baru lahir yang diperoleh melalui jalan lahir atau

dimasa neonatal yang dianggap nosokomial ( diperoleh dari rumah sakit ).

Menentukan apakah suatu infeksi itu nosokomial atau pernah ada atau sedang

berinkubasi sebelum masuk rumah sakit sangat sulit dan sering tidak ada gunanya.

3.6 Organisme yang Umum Diisolasi dari Wanita dengan Endometriosis

Organisme yang paling umum diisolasi dari perempuan dengan

endometritis, terdaftar dalam berikut . Karena biakan endometrium dan urin dapat

menyesatkan disebabkan kontaminasi flora vagina dan serviks, tidak

mengherankan perempuan pascapersalinan, dengan bukti klinis, endimetritis atau

infeksi saluran kencing jarang terjadi daripada pasien dengan infeksi jenis lain

(Mead 1993).

Tabel 1. Organisme yang Umum Diisolasi dari Wanita dengan Endometriosis

AEROBES

Gram-positif kokki Gram-negatif

Streptokokus group B Eserisia koli

Streptokokus group A Klebsiela pneumonia

Enterokokus Proleus mirabilis

Streptokokus spesies ( lainnya )

ANAEROBES

Gram-Positif Kokki Gram-Positif Basilli Gram-Negatif Basilli

Peptokokus spesies Klostridium spesies Provetela bivia

Peptostreptokokus

spesies

Bakteroid fragilis

Bakteroid spesies

( lainnya )

11

Page 12: Makalah Kdm

3.7 Langkah-Langkah untuk Menurunkan Risiko Infeksi Maternal

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko infeksi

maternal sebelum dan selama persalinan termasuk adalah sebagai berikut.

Langkah 1 : Yakinkan bahwa alat-alat berikut tersedia.

Dua pasang sarung tagan steril atau DTT

Sarung tangan tanpa jari steril atau DTT

Sarung tangan pemeriksaan untuk mencuci perineum.

Tempat air bersih air hangat, sabun, lap muka, dan handuk

kering/bersih.

Apron plastik atau karet dan penutup wajah (masker dan

goggles).

Antiseptik berdasar alkohol tanpa air untuk cuci tangan,

(seperti klorheksidin glukonat 2% atau povidon iodin 10%).

Gunting steril (Mayo) atau DTT

Klem tali pusat steril atau DTT atau tali pengikat tali pusat.

Oksitosin injeksi (dengan atau tanpa methergin) atau

misoprostol oral.

Kateter urin steril atau DTT (lurus, karet atau metal) wadah

bersih untuk menampung urin.

Kasa segi empat.

Tempat plasenta.

Duk bersih atau kain untuk mrmbungkus bayi.

Alas perineum bersih.

Lampu (jika diperlukan).

Kontainer benda-benda tajam (dalam jangkauan tangan).

Ember plastik diisi dengan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi.

Tempat sampah plastik yang tertutup untuk pembuangan

sampah-sampah terkontaminasi.

Jika diperlukan episiotomi alat-alat berikut harus tersedia pula:

12

Page 13: Makalah Kdm

Pemegang jarum steril atau DTT

Cuna jaringan steril atau DTT

Benang kromik # O dengan jarum jahit.

Anestesi lokal tanpa epinefrin.

Langkah 2 : Segera setelah pasien diposisikan untuk pelahiran, pakai sarung

tangan pada kedua tangan dan cuci area perineal (vulva, perineum, dan daerah

anus) dengan sabun dan air bersih.

Pakai gerakan ke bawah dan ke belakang kalau mencuci

area perineal agar organisme fekal tidak masuk ke dalam

vagina.

Bersihkan area anal terakhir kali dan buang kain pembersih

atau handuk ke dalam kantong plastik atau kontainer

kotoran yang tahn bocor dan bertutup.

Langkah 3 : Cuci tabgab yang masih memakai sarung tangan dalma larutan

klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan, tempatkan dalam kantong plastik atau

kontainer tertutup.

Langkah 4 : Cuci tangan dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan

kain bersih yang kering atau dikeringkan dengan udara. Kalau ada, pakai larutan

antiseptik (klorheksidin atau povidon iodin) dan bilas lalu keringkan tangan

dengan segera sebelum memasang sarung tangan bedah steri atau yang

didisinfeksi tingkat tinggi. Alternatifnya, gunakan antiseptik berbahan dasar

alkohol tanpa air.

Langkah 5 : Oleskan 5ml (kira-kira 1 sendok teh) antiseptik pencuci tangan

pada tangan dan lengan, gosok smapai kering. Ulangi penggunaan dan gosok 2

kali lagi sampai sekurang-kurangnya 2 menit dengan menggunakan total sekita 15

ml (3sendok teh) antiseptik pencuci tangan. (Jika antiseptik pencuci tangan tidak

tersedia, gunakan larutan antiseptik ke tangan dan bawah lengan, cuci dengan air

bersih dan keringkan).

Langkah 6 : Pakai sarung tangan bedah steril atau DTT pada kedua tangan.

13

Page 14: Makalah Kdm

Langkah 7 : Pakailah alat pelindung termasuk apron plastik atau karet dan

pelindung muka (masker atau goggles) karena terciprat darah atau cairan amnion

yang berdarah dapat terjadi.

Selama persalinan

Kalau diperlukan resusitasi bayi, gunakan pengisap mekanik kalau ada.

(Kalau terpaksa mengisap saluran udara dengan mulut, pasang penghalang

diantaranya).

Kalau diperlukan penngeluaran plasenta secara manual, pakailah sarung

tangan tanpa jari untuk menghindari kontaminasi lengan dengan darah.

Cara menggunakan sarung tangan tanpa jari:

Pertama lepaskan sarung tangan bedah dari satu atau kedua tangan.

Kemudian masukkan sarung tangan tanpa jari DTT atau steril dan

tarik sampai ke lengan.

Terakhir, pasang sarung tangan DTT atua steril yang baru pada satu

atau kedua tangan.

Sesudah melahirkan

Langkah 8 : Sebelum emmbuka sarung tangan, tempatkan semua barang yang

aakn dibuang (kasa yang kena darah) ke dalam kantong plastik atau kontainer

sampah yang tahan bocor dan bertutup.

Langkah 9 : Jika episiotomi dilakukan atau ada robekan vagina atau perineum

lakukan penjahitan:

Tempatkan benda tajam (jarum jahit) pada tempat benda

tajam yang anti tembus.

Jika membuang jarum hipodermik dan sempritnya, tahan

jarum di bawah permukaan larutan klorin 0,5%, isi semprit

dan bilas 3 kali; kemudian letakkan di kontainer benda

tajam yang anti tembus.

14

Page 15: Makalah Kdm

Alternatif lain, jika semprit digunakan ulang (dua jarum), isi

semprit dengan jarum terpasang dengan klorin 0,5% dan

rendam 10 menit untuk dekontaminasi.

Langkah 10 : Rendam kedua sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, buka

sarung tangan dengan membalikkannya, dan tempatkan dalam kantong plastik

atau kontainer sampah yang tahan bocor dan bertutup kalau mau dibuang. Jika

digunakan ulang, rendam dilarutan klorin 0,5% 10 menit untuk dekontaminasi.

Langkah 11 : Cuci tangan dengan sabun dan air kemudian keringkan dengan

kain kering atau dengan udara, atau pakailah antiseptik gosok tangan berbahan

dasar alkohol yang tak berair.

15

Page 16: Makalah Kdm

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tidak boleh menyimpan kapas atau kain kasa didalam larutan antiseptik

karena dapat menyebabkan kontaminasi, jangan “mengisi ulang” dispenser

antiseptik, dan mengeringkan tempat antiseptik sebelum dipakai kembali.

2. Mencuci tangan serta membersihkan kulit sebelum melakukan tindakan

atau prosedur bedah.

3. Dalam memerangi penyakit infeksi bayi baru lahir yg mengahncurkan,

misalnya rubela koningental, sitomegalovirus, varisela, sifilis,

toksoplasma,dan tetanus.

4. Macam-macam infeksi pada maternal dan bayi baru lahir adalah

endometritis, episiotomy, infeksi nosokomial pada bayi baru lahir, infeksi

nosokomial pada pasien obstetri, sepsis Group B streptokokus invasif,

Sindroma Infeksi Intraamniotik ( SIIA ), tromboflebitis pelvis septik.

4.2 Saran

Dari pembahasan diatas, diperoleh saran sebagai berikut.

1. Menyimpan bahan-bahan antiseptik ditempat yg bersih dan gelap.

2. Pasca melahirkan sebaiknya, perempuan menjaga kebersihan setiap organ

vitalnya agar tidak terkontaminasi oleh organisme, terutama bekas luka

yang terjadi karena operasi melahirkan.

3. Sebelum melakukan tindakan bedah, ada baiknya jika tim medis yang

menanganinya melakukan pembersihan diri, terutama tangan dan kulit.

4. Pada saat melakukan tindakan bedah, ada baiknya jika menggunakan alat-

alat yang steril dan yang sesuai dengan standar.

16

Page 17: Makalah Kdm

DAFTAR PUSTAKA

Tietjen, Linda, dkk.2004.Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan

Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo bekerjasama dengan JNPKKR/POGI dan JHPIEGO

(Program MNH dan STARH)

17