27
MAKALAH KEGAWATDARURATAN “KEBAKARAN” DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH: 1) Kiki Anggraini (138937) 2) Larasati (138939) 3) Lindasari (138941) 4) Martina Rizka Yulinda (138943) 5) Mega Juniari (138945) 6) Muhammad ilham (138947) 7) Muhammad tri sutrisno (138949) 8) Nani nuraini (138951) DOSEN : Nuryana, MM, Apt Akademi Farmasi Yarsi Pontianak Tahun Ajaran 2014/2015

Makalah kegawatdaruratn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah kegawatdaruratan

Citation preview

  • 1MAKALAH KEGAWATDARURATAN

    KEBAKARAN

    DISUSUN OLEH

    DISUSUN OLEH:

    1) Kiki Anggraini (138937)2) Larasati (138939)3) Lindasari (138941)4) Martina Rizka Yulinda (138943)

    5) Mega Juniari (138945)6) Muhammad ilham (138947)7) Muhammad tri sutrisno (138949)8) Nani nuraini (138951)

    DOSEN : Nuryana, MM, Apt

    Akademi Farmasi Yarsi Pontianak Tahun Ajaran2014/2015

  • iKATA PENGANTARAsalamualaikum wr.wb

    Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepadaRasulullah Berkat limpahan dan rahmatnya.

    penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata

    kuliah Kegawatdaruratan .

    Dalam tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namunpenulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

    Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Kebakaran, yangsaya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diripenyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutamapertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

    Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadisumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Saya sadar bahwamakalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk itu,kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikanpembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan sarandari para pembaca.

    Wasalamualaikum.wr.wb

    Pontianak, 22 Mei 2015Penyusun

    Kelompok III

  • ii

    DAFTAR ISIKATA PENGANTAR .........................................................................................................................iDAFTAR ISI .......................................................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1

    1. Latar belakang ........................................................................................................................12. Rumusan Masalah ..................................................................................................................33. Tujuan......................................................................................................................................3

    BAB I PEMBAHASAN ......................................................................................................................41. Masalah Kebakaran Di Indonesia.........................................................................................42. Sifat Teknis Api dan Kebakaran...........................................................................................73. Bahaya Kebakaran .................................................................................................................84. Bahaya terengat panas .........................................................................................................105. Sistem Penanggulangan Kebakaran ...................................................................................106. Konsep Dasar ........................................................................................................................117. Sistem Proteksi Aktif ............................................................................................................11

    a. Sistem Pendektesian Dini .................................................................................................11b. Sistem Pemercik (Spirinkler) Otomatis ..........................................................................12c. Sistem Pemadam dengan Bahan Kimia Portable ..........................................................12d. Sistem Pemadam Khusus, yang mencakup :....................................................................12e. Sistem Pengendalian Asap, sistem yang umum dipakai : ................................................13

    8. Sistem Proteksi Pasif ............................................................................................................13a. Perencanaan dan desain site,akses dan lingkungan bangunan ....................................14b. Perencanaan Struktur dan Kontruksi Bangunan..........................................................14c. Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan .................15d. Manajemen sistem penanggulangan kekakaran............................................................15

    9. Komunikasi ...........................................................................................................................1510. Pemeliharaan ....................................................................................................................1511. Pelatihan ............................................................................................................................1612. Tindakan Pencegahan ......................................................................................................1614. Tahap Penanggulangan Kebakaran ...............................................................................1715. Peran Pemerintah .............................................................................................................1816. Pengamanan melalui Prosedur Perizinan ......................................................................19

    1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk proses-proses perencanaan bangunan .....19

  • iii

    2. Izin Penggunaan Bangunan (IPB)...................................................................................193. Izin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB.....................................................19

    17. Kontrol Penggunaan Sistem Penanggulangan Kebakaran...........................................19BAB III ..............................................................................................................................................21PENUTUP .........................................................................................................................................21

    Kesimpulan ...................................................................................................................................21DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................22

  • 1BAB IPENDAHULUAN

    1. Latar belakangBencan banjir, gempa, dan datangnya badai, dengan kemajuan teknologi yang ada

    biasanya bisa didahului dengan datangnya peringatan lebih dahulu . Hal ini menjadisangat memungkinkan untuk dapat menekan timbulnya kerugian dan korban jiwa yanglebih besar yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Tidak demikian halnya denganbahaya kebakaran, dimana bencana ini proses datangya selalu tanpa dapat diperkirakandan diprediksi (unpredictible) sebelumnya sebagaimana bencana lain. Kapan datangnya,apa penyebabnya, tingkat cakupanya serta seberapa besar dampak yang ditimbulkanya,adalah hal-hal yang tidak bisa diperkirakan oleh kemampuan manusia. Teknologi yangada hanya dapat membantu memberi peringatan dini, tetapi mempunyai kemampuanyang sangat terbatas untuk memberi waktu persiapan dan pertolongan dalam menghadapibahayanya. Hal ini disebabkan oleh karena peringatan hanya dapat diberikan pada saatkebakaran ataupun api telah ataupun dalam keadaan sedang berlangsung. Sehingga carayang paling efektif dalam menghadapi terjadinya bencana kebakaran tersebut adalahdengan menghindari dan meminimalkan kemungkinan-kemungkinan penyebabterjadinya bencana tersebut.

    Kebakaran sering menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan baikyangmenyangkut kerugian (material, stagnasi kegiatan usaha, kerusakan lingkungan, maupunmenimbulkan ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia). Bencan kebakaran jugamerupakan bahaya yang mempunyai dampak yang sangat luas yang meliputi kehidupansosial dan ekonomi masyarakat yang mengalaminya. Kebakaran yang terjadidipemukiman padat penduduk ataupun pusat-pusat kegiatan ekonomi didaerah perkotaandapat menimbulkan akibat-akibat sosial, ekonomi dan psikologis yang luas orang yangmengalami bencana ini, akan bisa mengalami shcok yang berkepanjangan. Sebaliknya,karena bencana kebakaran ini datangnya tidak umum dan bukan bahaya yang rutinterjadi,kesiapan dan interest masyarakat terhadapnya sangat minim. Akibatnya, bilabahaya ini terjadi, semakin memperbesar kerugian yang akan dialami.

    Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa bahaya kebakaran adalah bukansemata-mata masalah teknis, tetapi justru lebih banyak dipengaruhi oleh unsur nonteknisyaitu masalah budaya masyarakat. Orang akan malas dan enggan mempersiapkan diri

  • 2untuk sesuatu yang belum tentu akan dihadapinya. Ketidaksiapan budaya ini jugalahyang membuat orang akan cenderung ceroboh dan lalai sehingga semangkinmemperbesar peluang kemungkinan terjadinya bencana ini. Data kejadian kebakaranbangunan pada periode tahun 1984-1989 yang merupakan hasil Pubslibang PemukimanDepartemen Pekerjaan Umum menunjukan bahwa ada 1830 kejadian kebakaran(32,6% dari total. kebakaran), terjadi karena kelalaian manusia. Mengingat potensinyayang semakin lama semakin signifikan , bahaya bencana ini nampaknya harus segeradiantisipasi dan dihadapi dengan berbagai upaya penanggulangan yang komprehensif,sistematik, efektif dan berkelanjutan.

    Pengkajian terhadap kejadian kebakan di Indonesia memberi petunjuk bahwatingkat keamanan suatu bangunan terhadap kebakaran sangat dipengaruhi oleh sejauhmana bangunan tersebut mempersiapkan dan melengkapi diri dengan saranapenanggulangan, jenis pemakaian/penghuni, terhadap penanggulangan kebakaran ini,jenis bangunan / objek yang terbakar bisa dikelompokan dalam tiga klasifikasi :

    1. Bangunan/gedung tinggi (perkantoran, apartemen, hotel, dan lain-lain)2. Kawasan Industri dan Perdagangan (pabrik, gudang, pasar,dan-lain-lain)3. Kawasan Pemukiman

    Makalah ini mengambil kasus yang berkaitan dengan fenomena yang adapada kasus kebakaran (dan penanggulangannya) yang spesifik, antara lain :

    Tingkat kekerapan terjadinya kebakaran yang intensitasnya cukup tinggi Tingkat kesiapan yang buruk pada para pengguna & pemilik Sifat bahaya yang tak dapat diprediksi, sehingga sering cenderung

    disimpulkan akan kecil sekali kemungkinan akan terjadi. Fungsi bangunan tetap dapat berjalan dengan baik tanpa sistem

    penanggulangan kebakaran didalamnya. Perkembangan dan kompleksitas masalah perkotaan yang tidak

    diimbangi oleh teknologi sistem penanggulangan kebakaran dimiliki.

  • 32. Rumusan Masalah1. Bagaimana Masalah Kebakaran Di Indonesia ?2. Bagaimana Sifat Teknis Api Dan Kebakaran ?3. Apa Bahaya Kebakaran ?4. Bagaimana Bahaya Terengat Panas ?5. Bagaiman Sistem Penanggulangan Kebakaran ?6. Apa Konsep Dasar Dari Kebakaran ?7. Bagaimana Sistem Proteksi Aktif Dan Pasif Pada Kebakaran ?8. Apa Komunikasi Yang Dapat Dilakukan ?9. Bagaimana Pemeliharaan Yang Dapat Dilakukan ?10. Bagaimana Pelatihan Yang Dapat Dilakukan ?11. Bagaimana Tindakan Pencegahan Pada Kebakaran ?12. Prosedur Apa Yang Dapat Dilakukan ?13. Bagaimana Tahap Penanggulangan Kebakaran ?14. Apa Peranan Pemerintah Pada Kebakaran ?15. Bagaimana Penangan Melui Prosedur Perizinan ?16. Bagaimana Kontrol Penggunaan Sistem Penangulangan Kebakaran ?

    3. Tujuan1. Untuk Mengetahui Masalah Kebakaran Di Indonesia2. Untuk Mengetahui Sifat Teknis Api Dan Kebakaran3. Mengetahui Bahaya Kebakaran4. Untuk Mengetahui Bahaya Terengat Panas5. Untuk Mengetahui Sistem Penanggulangan Kebakaran6. Mengetahui Konsep Dasar Dari Kebakaran7. Untuk Mengetahui Sistem Proteksi Aktif Dan Pasif Pada Kebakaran8. Untuk Mengetahui Komunikasi Yang Dapat Dilakukan9. Untuk Mengetahui Pemeliharaan Yang Dapat Dilakukan10. Untuk Mengetahui Pelatihan Yang Dapat Dilakukan11. Untuk Mengetahui Tindakan Pencegahan Pada Kebakaran12. Untuk Menegetahui Prosedur Apa Yang Dapat Dilakukan13. Untuk Mengetahui Tahap Penanggulangan Kebakaran14. Mengetahui Peranan Pemerintah Pada Kebakaran15. Mengetahui Penangan Melui Prosedur Perizinan16. Mengetahui Kontrol Penggunaan Sistem Penangulangan Kebakaran

  • 4BAB IPEMBAHASAN

    1. Masalah Kebakaran Di IndonesiaDari data yang diperoleh, tidak ada statistik tahunan yang resmi dikeluarkan

    tentang kejadian kebakaran di Indonesia. Begitupun, data yang diperoleh dari DinasPemadam Kebakaran, sejak tahun 1978 hingga tahun 1992 yang merujuk pada kejadiandi 5 kota besar di Indonesia menginformasikan bahwa ada kira-kira 2050 kejadian padajangka waktu itu.

    Data lain yang merupakan hasil survey RIHS ( Research Institute of HumamSettlements ) tentang kejadian kebakaran yang terjadi sejak tahun 1984 hingga 1989 di24 kota di Indonesia, menunjukan bahwa terdapat 5600 kebakaran yang terjadi dalamjangka waktu tersebut dengan kerugian yang diderita Rp 246,5 milyar dan merenggutkorban jiwa sebesar 1060 orang. Bila dirata-ratakan, data RIHS tersebut mengindikasikanbahwa pertahun terjadi 933 insiden kebakaran (2,5 kejadian/perhari) dengan kerugianmateri sekitar Rp 200 juta/hari serta korban jiwa tiap dua hari sekali.

    Sementara data Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta dari tahun 1992 hinggapertengahan tahun 1997 (tidak termasuk kejadian kerusuhan yang terjadi di pertengahantahun 1997), terjadi 4244 peristiwa kebakaran di Jakarta, yang berarti 849 kejadianpertahun atau lebih dari 2 kejadian per hari.

    Grafik-1

  • 5Bila kita mengamati tabel di atas, ternyata bahaya kebakaran ini bila dilihat dariintensitas serta kerugian yang ditimbulkannya, sudah merupakan bahaya yang cukupsignifikan. Data-data tersebut juga mengindikasikan bahwa kejadian semakinmeningkat intesitasnya dengan semakin meningkatnya kompleksitasmasalahperkotaasn. Data statistik RIHS mengenai kejadian kebakaran di enam kotabesar di Indonesia, seperti mengindefikasikan bahwa kota Jakarta adalah kota yangpaling banyak mengalami bencana kebakaran yaitu 83 % dari seluruh kejadiankebakaran, sementara jumlah keseluruhan kejadian di kota-kota besar lain hanya 17%. Ini mencerminkan bahwa kepadatan penduduk suatu kota berbandung lurus denganberikut data RIHS lain, yaitu grafik statistik jumlah kebakaran yang terjadi di kotaJakarta dalam kurun waktu 1982 hingga 1992.

    Grafik -2.

    Dari grafik statistik diatas, menggambarkan bahwa terjadinya bencanakebakaran relatif menunjukan angka-angka yang signifikan setiap tahun. Terbaca pulabahwa jumlahnya tidak teratur ( tidak dapat diprediksi ) apakah kejadiannya akanmeningkat atau menurut pertahunnya. Begitu pula dengan jumlah kerugian yangdiderita, yang tidak berbanding lurus dengan jumlah kebakaran yang terjadi.

  • 6Grafik-3

    Angka-angka yang ditunjukan pada grafik 3, menunjukan bahwa tidak adabangunan yang bebas luput dari bahaya kebakaran. Baik itu bangunan yangdirencanakan dengan baik, apalagi yang tumbuh tanpa terencana. Fakta lainmenggambarkan bahwa fasilitas pemukiman adalah fasilitas yang paling banyakmengalami kasus kebakaran (3514 kasus). Buruknya perencanaan kawasan, tingkatkesiapan penghuni, sulitnya penyelamatan serta tidak tersedia peralatan penanggulanganyang layak, adalah penyebabnya.

    Grafik-4

  • 7Grafik 4 menggambarkan faktor-faktor penyebab timbulnya kebakaran padabangunan. Terlihat bahwa besar sekali persentase kecelakaan yang tidak diketahuipenyebabnya.

    2. Sifat Teknis Api dan KebakaranPembahasan sifat teknis api & kebakaran perlu diuraikan sedikit disini.

    Karena hal dan prosedur penanggulangan bahaya kebakaran dilandasi oleh fenomenateknis api (disamping juga hal-hal psikologis, seperti : shock, kepanikan ,dll.). Hal-halteknis yang menjadi landasan upaya penanggulangan antara lain :

    unsur pembentuk api tahan perkembangan api, serta hal-hal yang membahayakan keselamatan jiwa.

    Api tumbuh secara bertahap, dari mulai menyala, membesar, menghasilkangas dan asap dari bahan yang terbakar, dan bila tidak dikontrol, ia akan mencapai tahapmaksimal yang menghanguskan serta membahayakan keselamatan jiwa. Secara teknis,perkembangan api di dalam ruangan tertutup dapat dibagi menjadi 5 (lima ) tahap :

    1. tahap penyalaan2. tahap pertumbuhan3. tahap puncak4. tahap pembakaran penuh5. tahap surut

    Dalam suatu proses pembakaran, tidak semua tahap perkembangan api akanselalu terlalui, atau proses pembakaran mencapai semua tahap (lima tahap tersebutdiatas). Hal tersebut sangat tergantung dari kualitas dan kapasitas tiga unsurpembentukan api. Secara defenbisi, api dapat dijelaskan sebagai hasil reaksi cepat darimaterial terbakar, oksigen (O2 ) dan energi awal. Ketiga unsur tersebut adalah yangmembentuk api. Ketiga unsur ini digambarkan sebagai berikut :

    Ketiga unsur tersebut seperti tergambar di atas, harus bekerja bersama-samauntuk dapat membentuk api dan pembakaran. Tanpa adanya salah satu dari ketiga unsurtersebut, proses pembakaran tidak akan pernah terjadi . Komposisi dari ketigaunsur inilah yang menentukan tahap proses pembakaran berlangsung. Suhu

  • 8penyulutan dimaksudkan sebagai tingkatan energi bahan untuk terbakar pada temperaturbakarnya. Terperatur bakar yaitu temperatur terendah saat bahan bakar mulai terbakar.Atau bisa diartikan bahwa bahan material mudah terbakar bila temperaturbakar materialtersebut relatif rendah.

    Karakteristik pertumbuhan dan penyebaran api, sama seperti penyalaan api,kecepatan penyebaran, dan pemancaran panas, asap dan gas berbahaya, ditentukan olehbanyak faktor antara lain :

    kondisi geometris ruangan bukan yang ada sumber isi jarak antara sumber api dengan material yang terbakar karakteristik dari material interior tipe dan volume material kondisi dan penataan ruangan

    Api dengan cepat berkembang besar melalui konveksi, dan kemudian menyebarsecara lateral terus ke langit-langit bila ruangan terbatas. Sesuatu yang terbakar,disamping menghasilkan gas, juga asap dan panas. Panas gas yang timbul peristiwakebakaran, bisa mencapai 650 0C 950 0C. Salah satu fenomena khas terjadi padaperistiwa kebakaran adalah terjadinya flashover, dimana api tiba-tiba membesardengan nyala yang besar pula. Tipikal pertumbuhan api pada ruangan, digambarkandalam grafik-grafik pada lampiran 6 dan 8.

    3. Bahaya KebakaranAda dua jenis bahaya yang ditibulkan sebagai akibat dari terjadinya kebakaran

    yaitu kerugian material dan keselamatan jiwa manusia. Beberapa aspekpenyelamatan sebenarnya lebih diarahkan dan diprioritaskan pada penyelamatan jiwamanusia terlebih dahulu, untuk kemidian meminimalkan kerugian pada tahapberikutnya. Sehingga pada prinsipnya, konsep penanggulangan kebakaran (fire safety)yang utama adalah penyelamatan jiwa manusia.

    Bahaya keselamatan jiwa manusia pada peristiwa kebakaran dapatdiklasifikasikan :

    1. bahaya langsunga. tersengat temperatur yang tinggi.b. keracunan asap.

    2. bahaya tidak langsunga) terlukab) terjatuhc) terserang sakitd) mengalami shock/serangan psikologis

  • 9Hal diatas dapat digambarkan malalui skematik grafik yang pernahdipublikasikan oleh Biro Statistik Amerika (National Bereau of Standart USA)mengenaiakibat yang ditimbulkan setelah peristiwa kebakaran terjadi :Bahaya Asap

    Dapat disimpulkan dari grafik di bawah ini, bahwa penyebab korban jiwaterbesar pada peristiwa kebakaran adalah asap yang meracuni pernapasan. Jumlahnyamenempati urutan pertama, yaitu sebesar 74% dari korban, sementara yangdiakibatkan yang tersengat oleh panas sebesar 18% serta korban jiwa karena penyebablain sebesar 8% dari total korban. Asap yang timbul sebagai hasil reaksi pembakaran,mengakibatkan bahaya ganda, selain meracuni pernapasan juga menghalangipemandangan dan orientasi orang untuk menyelamatkan diri. Penelitian lainmengungkapakan bahwa serangan psikologis akibat bencana kebakaran membuat orangpanik yang akan menghilangkan pikiran logisnya, selain pada pernapasan yang berlebihyang akan semakin mempercepat proses keracunan.

    Grafik Bahaya Akibat Kebakaran

  • 10

    4. Bahaya terengat panasManusia mempunyai toleransi yang terbatas terhadap panas yang menerpa

    tubuhnya. Tingkat pengkondisian termal yang dapat ditolerir oleh manusia hanyamencapai temperatur 65 0C, itupun dengan persyaratan kelembaban tertentu sertaaktifitas yang dilakukan. Selanjutnya, kemampuan manusia terhadap tingkatperkembangan termal dapat ditunjukkan dengan grafik di bawah ini :

    Grafik 6

    Respon manusia terhadap panas

    ( 10-35 ) 0C - kondisi nyaman termal65 0C - suhu masih dapat ditoleransitergantung kelembaban dan aktifitas )105 0C - suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 23 menit120 0C - suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 15 menit140 0C - suhu panas tidak dapat ditolerir dalam waktu 5 menit

    180 0C - kerusakan fatal dan kekeringan dala m waktu 30 detik

    5. Sistem Penanggulangan KebakaranSebagai suatu sistem, bangunan terdiri dari sub sub sistem yang membentuknya

    secara integral dalam satu kesatuan. Sub-sub sistem tersebut antara lain arsitektur,struktur, mekanikal, elektrikal,desain ruang dalam ( interior ), desaain ruang luar(landscape), utilitas, dan sistem-sistem lain seperti manajemen /pengelolaan,maitenance/service, sistem penanggulangan kebakaran /fire safety. Sistem-sistem iniharuslah terintegrasi dengan baik dalam bangunan. Pada pelaksanaannya, tentunyapenataan atau perencanaannya harus dilibatkan secara kontinyu pada saat proseskonstruksi secara keseluruhan. Proses konstruksi yang dimaksudkan di atas adalah darimulai tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian serta perbaikan dan perawatan.

  • 11

    6. Konsep DasarTujuan perencanaan penanggulangan kebakaran (Fire Safety ) adalah untuk

    menyelamatkan jiwa manusia dan kemudian menghindari kerusakan seminimalmungkin. Dasar-dasar penyelamatan terhadap bahaya kebakaran banguan, dilandasioleh sifat alamiah api yang signifikan membahayakam baik itu yang menimbulkankerugian maerial ataupun keselamatan jiwa manusia. Beberapa item yang sekaligus jugamenjadi tujuan langkah penyelamatan terhadap bahaya kebakaran, antara lain:

    - memcegah api/kebakaran

    - mencegah api berkembang tidak terkendali

    - mendeteksi adanya api sedini mungkin

    - memadamkan api secepatnya

    - memudahkan pengevaluasian penghuni dan barang

    - meminimalkan kerusakan

    Sedangkan implementasi dari tindakan-tindakan penyelamatan di atas bisadiringkas menjadi empat bagian utama yaitu :

    - menyelamatkan jiwa manusia- menyelamatkan bangunan dan isinya

    - menjadi acuan/pedoman proses penanggulangan dan penyelamatan- meminimalkan kerusakan pada lingkungan

    Pada dasarnya, berdasarkan implementasi dan cara pelaksanaannya, sistempenanggulangan kebakaran biasanyadiklasipikasikan dalam dua janis yaitu : sistemproteksi aktif dan sistem proteksi pasif. Keduannya diupayakan bekerja secara bersama-sa ma melindungi bangunan dari bahaya kebakaran.

    7. Sistem Proteksi AktifSistem proteksi aktif merupakan perlindungan terhadap kebakaran melalui

    sarana aktif yang terdapat pada bangunan atau sistem perlindungan dengan menanganiapi/kebakaran segara langsung. Cara yang lazim digunakan adalah :

    a. Sistem Pendektesian DiniSistem pendektesian dini terhadap terjadinya kebakaran dimaksudkan

    untuk mengetahui serta dapat memberi refleksi cepat kepada penghuni untuksegera memadamkan api pada tahap awal.

  • 12

    Sensor-sensor yang umum dikenal adalah :

    - alar kebakaran;

    - detektor panas, asap,nyala atau gas

    - manual call point;

    - panel control;

    - sumber daya darurat lainya

    Hal-hal penting yang menjadi perhatian dalam penggunaan sistemperalatan ini pada bangunan antara lain :

    o menentukan tipe alat pendeteksian yang digunakano mengatur distribusi perletakan detektor dalam banguano sistem pengintalasian alat sensoro pemeriksaan dan pemeliharaan instalansi (agar selalu dapat bekerja bila

    suatu waktu dibutuhkan )b. Sistem Pemercik (Spirinkler) Otomatis

    Sistem ini biasanya bersinegri langsung dengan sistem pendeteksi dini,dimana bila sistem detektor bekerja, langsung dilanjutkan dengan bekerjanyaalat ini untuk pemadam. Beberapa sistem yang bisa dikenal antara lain :

    - alarm kebakaran;

    - sistem spinkler otomatis

    - sistem hidran (hidran dalam maupun halamam);hose reel;Beberapa faktor yang menjadi sangat penting didalam perencanaan sistem

    pemercik otomatis ini : karakteristik alat pemercik (spinkler ), jenis bangunanyang dilayani, distribusi dan jarak pemasangan alat, daerah jangkauan yang dapatdicapai alat, pasokan air, instalasi pemipaan alat.

    c. Sistem Pemadam dengan Bahan Kimia Portable- alat pemadam Halon/BCP;- alat pemadam CO2;- alat pemadam Dry chemicals;- alat pemadam buisa/foam;

    d. Sistem Pemadam Khusus, yang mencakup :- CO2 component,- Halon extinguisher unit;- Foam systems;

  • 13

    Pertimbangan dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyedianperalatan sistem b, c, dan d di atas :

    1. Untuk sistem penyemprot tetap/tidak bergerak (fixed system) Distribusi peralatan di dalam bangunan

    Jumlah dan kapasitas alat yang digunakan per cakupan layanan

    Konsentrasi bahan kimia minimum yang disyaratkan

    Jenis bangunan yang dilayani

    2. Sistem penyemprot bergerak (portable system) Tipe alat pemadam

    perkiraan tingkat api yang akan dihadapi untuk menentukanjenis dan kapasitas alat yang akan digunakan

    distribusi alatbiasanya ditempatkan pada daerah-daerah yang rawan terbakar misalnyadpur, ruang mesin, gudang dan lain-lain.

    e. Sistem Pengendalian Asap, sistem yang umum dipakai :- smoke venting;

    - smoke towers;

    - tata udara untuk pengendalian asap; dan

    - eleventor smoke control.

    8. Sistem Proteksi PasifSistem proteksi pasif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran yang

    bekerjanya melalui sarana pasif yang terdapat pada banguan. Biasanya juga disebutsebagai sistem perlindungan bangunan dengan menangani api dan kebakaran secaratidak langsung. Caranya dengan meningkatkan kinerja bahan bangunan, stukturbangunan, pengontrolan dan penyediaan fasilitas pendukung penyelamatan terhadapbahaya api dan kebakaran. Sistem ini adalah yang paling lazim dan maksimal yang bisadilakukan pada kasus fasilitas pemukiman.

    Yang termasuk di dalam sistem protrksif ini antara lain :a. Perencanaan dan desain site, akses dan lingkungan bangunanb. Perencanaan struktur bangunanc. Perencanaan material konstruksi dan interior bangunand. Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunan.e. Manajemen sistem penanggulangan kebakaran

  • 14

    a. Perencanaan dan desain site,akses dan lingkungan bangunanBanyak ditemukan kasus dimana kebakaran menimbulkan kerugian

    dan kerusakan yang lebih besar disebabkan kurangnya pertolongan yang cepatoleh para petugas pemadam kebakaran. Desain dan perencanaan bangunan(dalam hal ini disain ruang luar dan aksesibilitas bangunan) ternyata sangatberperan dalam mendukung perlindungan terhadap timbul, berkembang dantertanggulanginya kebakaran terhadap bangunan.

    Beberapa hal yang termasuk di dalam permasalahan site dalamkaitannya dengan penanggulangan kebakaran ini antara lain :

    - Penataan blok-blok masa hunian dan jarak antar bangunan- Kemudahan pencapaian ke lingkungan pemukiman maupun bangunan

    - Tersedianya area parkir ataupun open space dilingkungan kaewasan

    - Menyediakan hidrant eksterior di lingkungan kawasan

    - Menyediakan aliran dan kapasitas suply air untuk pemadam

    b. Perencanaan Struktur dan Kontruksi BangunanPerencanaan struktur disini berkaitan dengan kemampuan bangunan untuk tetapatau bertahan berdiri pada saat terjadi bencana kebakaran. Sedangkanperencanaan kontruksi berkaitan dengan jenis material yang digunakan.Material yang mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap api (terbakar),akan lebih baik pula terhadap pencegahan penjalaran api, pengisolasian daerahyang terbakar serta memberi waktu yang cukup untuk pengevaluasianpenghuni. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan sistem ini antara lain:

    Pemilihan material bangunan yang memperhatikan sifat materia

    Sifat penjalaran dan penyebaran Combustibility (kemampuan terbakar material) Sifat penyalaan material bila terbakar Sifat racun (akibat reaksi kimia yang ditimbulkan / dihasilkan

    bila bahan tersebut terbakar) Kemampuan / daya tahan bahan struktur (fire resistance) dari komponen-

    komponen struktur.

    Komponen struktur seperti rangka atap, lantai, kolam dan balokadalah tulang tulang kekuatan pada bangunan. Perencanaan yangoptimal dari hal yang dimaksudkan :

    meminimalkan kerusakan pada banguna mencegah penjalaran kebakaran melindungi penghuni, minimal memberi waktu yang cukup

    dievaluasi.

  • 15

    Penataan ruang, terutama berkaitan dengan areal yang rawan bahayadipilih material struktur yang lebih resisten.

    c. Perencanaan daerah dan jalur penyelamatan (evakuasi) pada bangunanPerencanaan daerah evakuasi, biasanya diperuntukan untuk

    bangunan pemukiman berlantai banyak dan merupakan bangunan yang lebihkompleks. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan perencanaan sistem ini :

    - kalkulasi jumlah penghuni / pemakai bangunan- tangga kebakaran dan jenisnya- pintu kebakaran

    - daerah perlindungan sementara

    - jalur keluar bangunan dan- peralatan dan perlengkapan evakuasi

    d. Manajemen sistem penanggulangan kekakaranGagasan dari manajemen sistem penanggulangan kebakarann berkembang

    sekitar memelihara peralatan/perlengkapan penanggulangan kebakaransehingga dapat digunakan secara optimal pada saat diperlukan. Manajemenpenanggulangan kebakaran termasuk juga administrasi strategi untukmemastikan keselamatan secara preventif, membatasi perkembangan api, danmenjamin keselamatan penghuni. Untuk mencapai fungsi ini, manajemen sistemini harus terlihat didalam semua aspek yang ada dalam bangunan termasukdaerah yang atau mungkin riskan terhadap bahaya.

    9. KomunikasiKebakaran tidak dapat diatur walaupun dengan sistem proteksi yang paling

    baik, sehingga sangat penting untuk mendeteksi terjadinya segera untuk keberhasilanpenanggulangaannya. Sistem informasi yang baik bisa berguna untuk memicu tindakanawal penyelamatan. Komunikasi menjadi hal yang penting buat penghuni bangunan,baik itu dari sistem alarm maupun penghuni lain, sehingga informasi harustersampaikan dan terdengar dengan jelas agar dapat memanfaatkan waktu untukpenyelamatan yang perlu.

    10. PemeliharaanPerbaikan dan pemeliharaan terhadap peralatan-peralatan darurat, seperti hidrant, bosereels, extinguisher, lampu darurat dll, adalah sangat penting. Tipe, standar dan frekuensipemeliharaan harus terdokumentasikan pada program manajemen ini, dan staf yangberkepentingan perlu mengetahuinya dan selalu menjalankannya dengan benar.

  • 16

    11. PelatihanPelatihan pegawai yang berkepentingan terhadap penanggulangan kebakaran ini

    tidak boleh luput dari perhatian. Mereka harus menerima instruksi bagaimanamenghidupkan alarm tanda bahaya bila mereka menemukan kebakaran, serta merekayang memberi peringatan kebakaran kepada penghuni. Begitu pula terhadappenggunaan peralatan pemadam api, yang harus mampu dipraktekkan.

    Beberapa pelatihan yang dilaksanakan antara lain memberi pengetahuan tentang:

    1. pencegahan kebakaran secara umum

    2. tindakan yang diambil pada waktu mendengarkan alarm dan menemukan api

    3. metode yang benar dalam memanggil pasukan pemadam

    4. lokasi, kegunaan dan penggunaan peralatan pemadam

    5. rute penyelamatan, titik pertemuan dan jalan keluar6. prosedur evakuasi

    Ada lima aspek yang harus dipertimbangkan di salam sistem manajemenini, yaitu :

    1. tindakan preventif

    2. prosedur

    3. komunikasi

    4. perawatan / pemeliharaan

    5. pelatihan

    Kelima aspek-aspek tersebut masing-masing harus selalu dievaluasikelengkapan dan kegunaannya.

    12. Tindakan PencegahanAspek ini adalah yang paling langsung dan efektif dalam mencegah

    datangnya kebakaran. Pencegahan dan pembatasan perkembangan api, harus dimulaidari saat bangunan masih dalam bentuk gambar. Arsitek mempunyai tanggung gawabmoral untuk memasukkan perencanaan penanggulangan kebakaran ini pada konsepbangunannya.

    Perlu juga dibuat instruksi manual sederhana untuk staf yang kompetenserta untuk melatih penghuni beradaptasi bila hal yang tidak diinginkan terjadi. Stafyang kompeten, misalnya Satpam, atau pegawai kebersihan, atau teknisi dll, perlu untukdiatur secara reguler mengawasi bangunan.

  • 17

    13. ProsedurMemformulasikan sistem prosedur adalah bertujuan untuk mensikronisasikan

    operasional bangunan. Prosedur perbaikan dan perawatan / perlengkapan khususnyaperalatan darurat kebakarann, harus dikerjakan terdokumentasi dan dilaksanakan secarasungguh-sungguh oleh staf-staf yang berkompeten. Semua pihak yang terlibat dalamhal ini (penghuni, terutama pegawai) haruslah mengetahui apa yang harus dilakukan,siapa yang harus dihubungi, bagaimana melakukannya, dan kapan itu perlu.Keuntuingan dari pelaksanaan yang sesuai prosedur, adalah bisa menghindariketerlambatan penyelamatan bila keadaan darurat.

    14. Tahap Penanggulangan Kebakaran

    Skema Tahap Penanggulangan Kebakaran

    Skema diatas, menggambarkan bahwa ada lima tindakan yang harus dilakukansebelum tingkat bahaya api tidak dapat tertanggulangi lagi, Yaitu :

    Mencegah timbulnya kebakaran, dengan mewaspadai sumber-sumber api Mencegah pertumbuhan api, desain kompartemen dan panggunaan material yang

    resisten. Memadamkan api secara dini, sistem proteksi aktif berupa pendeteksi dini dan sistem

    penyemprot Mengontrol asap, desain kompartemen, ventilasi dan jalur sirkulasi

  • 18

    Melakukan tindakan evakuasi, desain kompartemen, jalur evakuasi vertikal danhorijontal

    15. Peran PemerintahPeran pemerintah yang belum memadai didalam menyediakan dan mengontrol

    kebijaksanaan yang berkaitan dengan perlindungan bangunan terhadap bahaya terjadinyakebakaran, ikut andil besar dalam timbulnya masalah kebakaran. Beberapa kasus yangmenjadi penyebab yang diakibatkan oleh kurangnya kebijaksanaan dan kontrol berkaitandengan hal ini :1. Perencanaan kawasan bangunan yang kurang terencana

    Daerah terbuka antar dan di sekitar bangunan maupun pemukiman yangterbatas

    Akses-akses ke lokasi kecelakaan kebakaran yang sering menyulitkan

    Hal ini sering terjadi di daerah kawasan pemukiman. Sehingga bilakecelakaan terjadi, hampir dapat dipastikan kerusakan yang timbul sangat besardan meluas. Karena kurang mendukungnya lokasi buat pasukan pemadamkebakaran untuk menjalankan kegiatannya.

    2. Kapasistas dan jumlah fire hidrant serta kapasitas dan sumber air di lokasikebakaran yang tidak memenuhi syarat.

    3. Kondisi peralatan pemadam yang terbatas, ini menyangkut kemampuan &kelengkapan peralatan pasukan pemadam kebakaran terhadap kondisi kebakaranyang dihadapi.

    4. Keterlambatan pertolongan karena buruknya sistem komunikasi dan kemacetanlalu lintas. Ini menyangkut sistem komunikasi yang terbatas, kesiap siagaanpasukan pemadam ataupun tanda peringatan bahya di lokasi kecelakaan tidak adaatau tidak bekerja dengan baik.

    5. Perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran yang kurang memenuhisyarat. Hal ini umumnya disebabkan kurang tersedianya persyaratan perlindungankebakaran pada bangunan dan tidak terkontrolnya pengawasan berkaitan dengansistrem penanggulangan kebakaran pada saat proses pelaksanaan kontruksi. Kontruksi dan disain bangunan yang menyulitkan pertolongan pada saat

    terjadinya kebakaran. Buruknya perawatan peralatan penanggulangan bahaya kebakaran pada

    bangunan.6. Tidak dilakukannya pelatihan rutin menghadapi bahaya kebakaran (terutama

    di kawasan yang rawan kebakaran), sehingga umumnya para korbankecelakaan tidak siap menghadapi kejadian. Hal ini menyebabkan kerusakan,kerugian dan korban jiwa yang dialami berpotensi menjadi lebih besar.

    Masalah-masalah tersebut,sedtidaknya menjadi masukan buat para pelakukonstruksi, untuk mulai serius memperhatikan dan merencanakan sistempenanggulangan kebakaran yang memenuhi syarat. Karena bagaimanapun masalahkebakaran ini paling tidak selalu diawali dari persoalan ataupun kealpaan perencanaanbangunan / perumahan itu sendiri untuk kemudian meluas dan menyangkut persoalanbanyak pihak.

  • 19

    16. Pengamanan melalui Prosedur PerizinanDisamping hal-hal diatas, pemerintah mempunyai peran dalam pengamanan

    kebakaran melalui prosedur-prosedur perizinan dalam proses konstruksi.Seprti kitaketahui, bahwa proses berdirinya suatu bangunan akan melalui proses perencanaan,proses pelaksanaan dan pemakaian / penggunaan bangunan. Pengamanan padabangunan bisa diterapkan melalui prosedur-prosedur tersebut.

    Bentuk izin yang dikeluarkan antara lain :1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk proses-proses perencanaan

    bangunanIzin ini menyangkut beberapa aspek yaitu :

    a. aspek administratif, menyangkut kepemilikan, pajak, dll.b. Aspek planologis, menyangkut ketatakotaan

    b. Aspek teknik, menyangkut rencana arsitektur, struktur, instalansi sertaperlengkapan lain pada bangunan.

    Dari prosedur inilah langkah awal bisa dilakukan kontrol terhadappengamanan kebakaran.

    2. Izin Penggunaan Bangunan (IPB), pada proses pelaksanaanpembangunan.

    Izin ini berpungsi mengontrol apakah perencanaan telah sesuidengan pelaksanaan. Adapun bentuk pengawasannya menyangkutsemua aspek teknis pada bangunan. Dalam kaitannya dengan sistempenanggulangan kebakaran, biasannya izin bisa ditunda diberikan bilapersyaratan-persyaratan minimalnya belum terpenuhi. Dengandemikian IPB ini bisa menjadi suatu legitimasi bahwa suatu bangunantelah aman dan layak digunakan.

    3. Izin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB), yang diberikan padaproses penggunaan / pemakaian bangunan

    Izin Perpanjangan Penggunaan Bangunan (IPPB) ini adalah merupakanbentuk kontrol pada tahap pasca pembangunan (post construction). Izin inidiberikan secara berkala sebagai kontrol terhadap pemakaian bangunan,apakah masih tetap baik dalam aspek teknisnya pada jangka waktu tertentu.

    Dengan ketiga tahap mekanisma perizinan di atas, diharapkan dapat memperkecilkemungkinan tarjadinnya bahaya, terutama kebakaran pada bangunan. Dan bilapunkebakaran tidak juga dapat terhindar, minimal dapat mengoptimalkan penyelamatanserta meminimalkan dampak kerugian pada penghuni, pemilik maupun lingkungan.

    17. Kontrol Penggunaan Sistem Penanggulangan KebakaranFungsi kontrol didalam pelaksanaan persyaratan-persyaratan teknis

    pada bangunan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat. Pemerintahsebagai pembuat kebijakan, pelaku kontruksi sebagai pelaksana serta pengguna danmasyarakat selaku pihak yang berhubungan langsung dengan kejadian. Begitupun,peran pemerintah adalah yang paling signifikan disini, karena penyediaan dan

  • 20

    pengelolaan manajemen dan sumber daya yang berkaitan dengan kepentingan umumada di tangan pemerintah. Berkaitan dengan peran pemerintah terhadapperlindungan penanggulangan bahaya kebakaran, antara lain : Pengelolaan dan kontrol terhadap dinas-dinas penanggulangan yang terkait

    sistem manajemen pengelolan peralatan dan perlengkapan sumber daya manusia

    Penyediaan dan pengelolaan fasilitas-fasilitas pendukung sirkulasi kota dan open space penyediaan airr sistem telekomunikasi peraturan-peraturan terkait, dll

    Kontrol persyaratan pelaksanaan proses kontruksi pada bangunan.Ada enam tahap di dalam proses konstruksi yang keseluruhannya bisa

    dimasukkan persyaratan kualifikasi sistem penanggulangan kebakaran dalampelaksanaannya.

    Tahap-tahap tersebut adalah: tahap perencanaan bangunan tahap desain tahap pelaksanaan / pengoperasian bangunan tahap perawatan tahap perbaikan dan atau restorasi bangunan

    Peran pemerintahdi sini adalah dengan melakukan pengontrolan atasizin yang dikeluarkan saat sebelum dan ketika proses tahap-tahap konstruksi tersebutberlangsung. Karena kewenangan tersebut, pemerintah mempunyai peran yangsignifikan didalam mengontrol kelengkapan persyaratan pada bangunan termasukpersyaratan proteksi terhadap bahaya kebakaran.

  • 21

    BAB IIIPENUTUP

    Kesimpulan Bahaya kebakaran adalah bahaya yang tidak dapat diprediksi

    Kapan datangnya Seberapa besar tingkat bahayanya Apa yang menjadi penyebabnya Beberapa kerugian dan korban jiwa yang ditimbulkan

    Kendala yang signifikan dalam pelaksanaan fungsi sistem penanggulangankebakaran yang disebabkan oleh beberapa faktor : Sifat bahaya yang tak dapat diprediksi, sehingga sering cenderung disimpulkan

    akan kecil sekali kemungkinan akan terjadi Fungsi bangunan tetap dapat berjalan dengan baik tanpa menyertakan sistem

    penanggulangan kebakaran di dalamnya Perkembangan dan kompleksitas masalah perkotaan yang tidak diimbangi oleh

    teknologi sistem penanggulangan kebakaran yang dimiliki Masalah ketersediaan dana untuk penyediaan fasilitas

    Bahaya yang ditimbulkan oleh terjadinya kebakaran : Kerusakan kerugian material Masalah sosial da psikologi masyarakat yang menjadi korban

    Korban jiwa yang timbul sebagai akibat dari terjadinya kebakaran, sebahagian besaradalah yang disebabkan oleh asap yang ditimbulkanya ( 74 % ), sementara yangmenjadi korban langsung dari api, Cuma kira-kira seperempatnya (18).

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    Suprapto, MSc, Ir , Firesafety in Bulding and Housing, Masalah Bangunan, Vol. 38NO. 1-4, Jakarta , 1998.

    Suprapto, MSc, Ir , Perkembangan Sistem Pengamanan terhadap Bahaya KebakaranKaitannya Dengan Tata Udara Pada Bangunan, Seminar Tata Udara danRefrigasi , Bandung , 1992.

    Aswito Asmunigprojo dan Suprapto ,Fire Problems in Hi-Rise Building andExiting Regulation and Standards on Firesafety in Building in Indonesia ,Masalah Bangunan, Vol. 37 NO. 1-4 Jakarta ,1997.

    Suharso, Kol Art., Tantangan Penaggulangan Kebakaran di Wilayah Jakarta ,Seminar Teknologi dan Manajemen Proteksi Kebakaran , Jakarta , September1997.

    Sastrawiria, Tatang , Fire Safety Problem in Hi Rise Buildings, 94 Asian FireScience Seminar, Sanur Bali, 1994

    Ho, Samson , Passive Fire Protection , Seminar Teknologi dan Manajemen ProteksiKebakaran , Jakarta, 5-6 September 1997

    Lock, Arthur Lim Beng , Fire Safety Management, Seminar Teknologi dan ManajemenKebakaran, Jakarta, 5-6 September 1997

    Jin, The Kim , Concept on The Design for Fire Safety in Tall Building and Architecture and Fire safety , Seminar Teknologi dan Manajemen ProteksiKebakaran, Jakarta , 5-6 September 1997

    Suzuki , H ; Sugawa , O ; Masuda , H , Seminar on Fire Protection in Building , CenterFor Fire Science and Tecnology Science University of Tokyo , Tokyo ,1980

    Soeman, Madsuki., Mekanisme dan Prosedur dalam Pengawasan Perencanan GedungTerutama PerlindunganTerhadap bahaya Kebakaran , Seminar Teknologi danManajemen Proteksi Kebakaran , Kebakaran , Jakarta, 5-6 September 1997