Upload
robi-williamsyah
View
222
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rekayasa akuakutur smstr 5
Citation preview
Makalah kelompok 3
Teknik Pemijahan Alami / Tradisional
Rekayasa Akuakultur
Dosen Pengampu :
Ir. Hastiadi Hasan, M.MA
Oleh :
1. Robiansyah (131110257)
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembenihan adalah salah satu bentuk unit pengembangan budidaya ikan.
Pembenihan ini merupakan salah satu titik awal untuk memulai budidaya. Ikan
yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar
kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Untuk dapat menghasilkan
benih yang bermutu dalam jumlah yang memadai dan waktu yang tepat mesti
diimbangi dengan pengoptimalan penanganan induk dan larva yang dihasilkan
melalui pembenihan yang baik dan berkualitas. Ada bebrapa cara pembenihan di
antaranaya pembenihan dengan cara yang tradisional, sem intensif,dan intensif.
Namun disini ditekankan pada pembenihan dengan cara tradsional (Pemijahan
alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara konvensional, yaitu ikan
memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur tangan manusia)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembenihan alami?
2. Bagaimana cara memilih induk ikan yang akandipijahkan?
3. Teknik teknik apa saja yang digunakan dalam pembenihan tradisional ?
4. Bagaimana teknik penetasan telur secara alami/tradisional?
5. Bagaimana teknik pemeliharaan larva secara tradisioanl?
1.3 TujuanPenulisan
1. Untuk mengetahui arti dari pembenihan tradisional.
2. Untuk mengetahui induk ikan yang akan dipijahkan.
3. mengetahui Teknik teknik apa saja yang digunakan dalam pembenihan tradisional.
4. Untuk mengetahui teknik penetasan telur secara alami/tradisional.
5. Untuk megetahui teknik pemeliharaan larva secara tradisioanl
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pemijahan Alami/Tradisional.
Pemijahan alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara
konvensional, yaitu ikan memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur
tangan manusia. Umumnya pemijahan alami diterapkan pada ikan-ikan dari
kelompok ikan yang mudah memijah. Pemijahan terjadi secara spontan setelah
induk jantan dan betina disatukan di dalam kolampemijahan. Pada saat terjadi
pemijahan, induknya mengeluarkan telurnya kedalam air, dan pada saat hampir
bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma dan membuahinya.
Pemijahan alami secara tradisional adalah pemijahan yang dilakukan
mengikuti pola atau kebiasaan petani atau pembudidaya pada umumnya.pada
sistem tradisional ini, jumlah induk yang dipijahkan sangat sedikit sehingga
benih yang dihasilkanpun sedikit. Biasanya pemijahan alami dilakukan dilakukan
dikolam pemijahan, bisa menggunakan hapa(kantong yang terbuat dari kain
trikot atau nilon untuk menampung benih hasil pemijahan. Bisa juga tidak
meggunakan hapa (tergantung ikan apa yang akan dipijahkan).
Pada pemijahan alami , ikan betina akan mengeluarkan telurnya ke dalam
air, dan pada saat bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi
telur tersebut. Telur yang sudah terbuahi , pada jenis ikan tertentu ada yang
bersifat menempel pada substrat , ada juga yang tidak menempel tetapi
melayang-layang didalam air.
Untuk jenis ikan yang menempelkan telurnya pada substrat (misalnya ikan
mas), perlu disiapkan kakaban pada kolam pemijahan yaitu substrat buatan
sebagai tempal menempel telur. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit dua buah
bambu. Jika kakaban dari ijuk sulit diperoleh dapat juga menggunakan
rerumputan. Kakaban atau rerumputan dipasang dikolam pemijahan setelah
unduk jantan dan betina dimasukkan kedalam kolam tersebut.
2.2 Pemilihan Induk
Pemilihan induk yang baik dan matang gonad merupakan kunci keberhasilan
pemijahan ikan masdalam memilih induk jantan dan betina yang unggul dan
sudah matang gonad sebaiknya memperhatikan beberapa kriteria berikut :
Induk betina : umur 1,5-2 tahundengan berat > 2 kg/ekor. Induk jantan :
umur >8 bulandengan berat > 0,5 kg/ekor.
Secara keseluruhan , bentuk tubuh mulai dari mulut sampai ujung sirip
ekor mulus,sehat dan sirip tidak cacat.
Tutup insang normal tidak tebal dan jika jika dibuka tidak terdapat
bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 panjang badan ; lensa mata
tanpak jernih.
Sisik tersusun rapi , cerah tidak kusam.
Pangkkal ekor kuat dan normal dengan panjang pengkal ekor harus lebih
panjang dibandingkan dengan lebar/tebal ekor.
Sedangkan untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina adalah sebagai
berikut :
-Betina :
a) Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
b) Gerakan lambat , pada malam hari biasanya meloncat-loncat.
c) Lubang genital terletak di belakang lubang anus.
d) Jika perut distriping , akan keluar cairan bewarna kuning atau butiran
telur.
- jantan
a) Badan tanpak langsing.
b) Gerakan lincah dan gesit.
c) Lubang genital terletak di depan lubang anus.
d) Jika perut distripping , akan keluar cairan sperma bewarna putih.
2.3 Teknik Pemijahan Sistem Tradisional
Sistim pemijahan tradisional Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara
tradisional, yaitu:
1. Cara sunda
Luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur ,kolam
dikeringkan lalu di isi air pada pagi hari.
Induk dimasukan pada sore hari.
Disediakan ijuk untuk menempel telur.
Setelah proses pemijahan selesai , ijuk yang sudah ditempeli telur
dipindahkan kekolam penetasan.
Benih akan menetas dalam kolam penetasan.
2. Cara cimindi
Luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur ,kolam
dikeringkan lalu di isi air pada pagi hari.
Induk dimasukan pada sore hari.
Pada cara pemijahan cimindi, kolam pemijahan berfungsi juga sebagai
kolam penetasan.
Disediakan ijuk untuk menempel telurberupa kakaban ( ijuk dijepit
bambu) dan diletakkan dipojok kolam.
Tujuh hari setelah kakban di angkat.
Setalah 2-3 minggu, benih hasil pemijahan di panen.
3. Cara rancapaku
Luas kolam pemijahan 25-30 m2, dasar kolam sedikit berlumpur ,kolam
dikeringkan lalu di isi air pada pagi hari.
Induk dimasukan pada sore hari.
Kolam pemijahan merupakan kolam penetasan, pematang terbuat dari
batu.
Disediakan rumput kering untuk menempelkan telur , rumput disebar
merata dipermukaan kolamdan dibatasi pematang dari tanah.
Setelah pemijahan selesai , induk tetap berada di kolam pemijahan
Setelah benih ikan kuat , benih akan dipindah tempat melelui sela
bebatuan dengan sendirinya, setelah 3 minggu benih dapat dipanen.
4. Cara sumatra
Luas kolam 5m2 , dasar kolam sedikit berlumpur ,kolam dikeringkan lalu
di isi air pada pagi hari.
Induk dimasukan pada sore hari.
Kolam pemijahan merupakan kolam penetasan
Disediakan ijuk untuk menempelkan telur , ijuk ditebar dipermukaan air.
Setelah pemijahan selesai, induk dipindahkan ke kolam lain.
Setelah benih berumur 5 hari , banih dapat dipindahkan kekolam
pendederan.
5. Cara dubish:
Luas kolam pemijahan 25-50m2, dibuat parit keliling dengan lebar 60
cmdan dalam 35 cm,kolam dikeringkankan lalu diisi air padapagi hari
Induk dimasukan pada sore hari, Kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan
Sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti eceng
gondok bisa juga cynodon dactylon setinggi 40 cm.
Setelah pemijahan selesai, induk dipindahkan ke kolam lain.
Setelah benih berumur 5 hari , banih dapat dipindahkan kekolam
pendederan.
6. Cara Hofer
Cara hofer sama seperti cara dubish , namun tidak ada parit , dan
tanaman air sebagai tempet menempelnya telur dipasang didepan pintu
pemasukan air.
2.4 Teknik Penetasan Telur
Pada pemijahan alami dengan hapa dikolam, kakaban yang sudah penuh
ditempeli telur harus tetap berada dikolam pemijahan selama 2-3 hari. Selama
waktu tersebut, biasanya telur-telur akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban
bisa diangkatn sementara larvatetap dibiarkan dalam hapa dikolam pemijahan
tersebutsampai kuning telur hilang.setelah 5 hari biasanya larva dapat ditangkap,
dan siap ditebarkan dikolam pemeliharaan larva.
2.5 Teknik Pemeliharaan Larva
Fase larva adalah fase kritis dalam siklus hidup ikan, sehingga pemeliharaan
larva merupakan fase yang paling sulit. Beberapa faktor yang menyebabkan
pemeliharaan larva memiliki tingkat kesulitan tinggi yaitu:
Tubuh larva kecil dan belum sempurna sehingga bukaan mulut juga kecil,
sehingga pemilihan pakan juga harus hati-hati.
Larva membutuhkan pakan alami, sehingga menuntut penyediaan pakan
alami.
1. Menyiapkan Peralatan dan Wadah Pemeliharaan Larva
Penyiapan peralatan dan wadah pemeliharaan dilakukan sebelum larva
dipindahkan ke dalam wadah pemeliharaan. Penyiapan ini bertujuan agar
larva hidup dengan layak, tidak terganggu oleh lingkungan yang tidak
dikehendaki, tidak terganggu oleh bakteri atau kuman sehingga pertumbuhan
larva akan cepat. Peralatan dan wadah perlu disanitasi dengan direndam pada
air Kalium Permanganat. Sedangkan media perlu diciptakan agar kualitas air
memenuhi persyaratan hidup larva tersebut, meliputi :
Suhu 27 – 30 °C
Derajd Keasaman PH 6,8 – 7,8
Kelarutan Oksigen (Do) 6 – 8 ppm.
Wadah yang sering digunakan adalah bak semen, fiber glas atau kadang-
kadang kolam penetasan merupakan bagian dari kolam pendederan.
Sedangkan peralatan yang sering dipergunakan adalah ember, scoop net
(serok larva), selang sipon, sikat,dll.
2. Menebar Larva
Larva yang telah berumur 3-4 hari biasanya dijarangkan. Penebaran
larva perlu hati-hati. Setelah 3 hari biasanya yolksac telah habis, sehingga
pada saat itu membutuhkan tambahan pakan dari luar, dan larva sudah mulai
makan pakan tambahan itu. Setelah larva menetas semua kakaban perlu
diangkat untuk dibersihkan dan dikeringkan.
3. Memelihara Kualitas Air
Agar diperoleh kualitas air sebagai media hidup larva tetap stabil maka
air media selalu disipon dan diganti air. Sipon hanya diperkenankan paling
banyak 1/3 dari volume air, kemudian diganti dengan air yang baik sebanyak
volume yang hilang disipon. Kotoran larva, sisa pakan larva memang segera
harus dibersihkan dengan cara disipon. Kotoran tersebut potensi untuk
menurunkan kualitas air media. Kemampuan larva untuk adaptasi terhadap
lingkungan air yang baru sangat terbatas. Jaga aerasi tetap ada dengan
dipasang aerator. Aersi secukupnya, tidak boleh besar-besar. Jaga kualitas air
seperti tersebut di atas.
4. Memberi Pakan Larva
Larva harus diberi pakan Sebab pada wadah dan media yang terbatas
terkondisi, maka pakan alami secara alamiah tidak tersedia. Pemberian pakan
dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Jenis pakan yang diberikan berupa
emulsi kuning telur, pakan buatan berupa tepung dan pakan alami.
Emulsi kuning telur adalah kuning telur yang telah direbus dilarutkan ke
dalam air secukupnya hingga larutlah kuning telur tersebut dan terbentuk
emulsi kuning telur. Pakan buatan berupa tepung dapat diperolah pada penjual
pakan ikan. Sedangkan pakan alami banyak macamnya, yaitu rotifera,
daphnia, moina dan branchionus. Dari ketiga jenis pakan larva tersebut yang
paling baik adalah pakan alami dikarenakan pakan alami berupa organisme
renik yang hidup sehingga apabila pakan larva tidak habis maka organisme
tersebut tetap masih hidup hingga tidak mencemari air media. Hal ini sangat
berbeda dengan pakan tidak hidup yaitu apabila pakan tersisa maka sisa pakan
tersebut akan mencemari lingkungan media larva. Pemberian pakan
diusahakan seefisien mungkin, pakan dimakan semua hingga tidak sisa.
6. Memanen Larva
Setelah larva berumur 10-15 hari Larva dipanen dengan cara
mengurangi air media pemeliharaan secara pelan-pelan. Persis di depan
lubang pengeluaran dipasang scoop net bersama ember. Setelah air surut
hingga secukupnya maka larva ditangkap dengan menggunakan scoop net
secara pelan-pelan. Usahakan larva tidak lecet atau luka. Larva tersebut
ditampung pada ember untuk dilepaskan pada kolam pendederan yang telah
disiapkan sebelumnya.