4
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal (antarpribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik kualitas hubungan interpersonal. spesialis jiwa seyogianya menempatkan pasien bukan sekedar obyek, melainkan juga subyek yang punya latar belakang sosial budaya nilai harapan, perasaan, keinginan, dan kekhawatiran serta mendambakan kebahagia-an. Sikap ini melihat orang lain sebagai manusia individu yang patut dihargai. Menerima tidak berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat perilakunya. Tenaga medis spesialis jiwa menyampaikan semua informasi yang diperlukan mengenai manfaat dan risiko pengobatan. Sementara itu, pasien sendiri yang mempertimbangkan dan memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Dalam sikap kesetaraan, tenaga medis tidak mempertegas perbedaan. Status boleh jadi berbedat,tetapi komunikasi tenaga medis dengan pasien tidak vertikal. Tenaga medis tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan kesetaraan,tenaga medis mengomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan. Hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien harus dianggap sebagai hubungan antara mitra medis yang saling membutuhkan untuk memerangi keadaan sakit pasien. Komunikasi terapeutik ini akan efektif hanya melalui penggunaan dan latihan yang sering. Melatih diri menggunakan komunikasi interpersonal yang terapeutik akan ,meningkatkan kepekaan tenaga medis terhadap perasaan pasien. Saat pasien mengungkapkan keluhanya pada saat itulah pengobatan dalam proses terapeutik sudah dimulai. Keterampilan

makalah keperawatan jiwa

Embed Size (px)

Citation preview

5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 1/4

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal

(antarpribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien

dengan titik kualitas hubungan interpersonal. spesialis jiwa seyogianya

menempatkan pasien bukan sekedar obyek, melainkan juga subyek yang

punya latar belakang sosial budaya nilai harapan, perasaan, keinginan, dan

kekhawatiran serta mendambakan kebahagia-an. Sikap ini melihat orang lain

sebagai manusia individu yang patut dihargai. Menerima tidak berarti

menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat

perilakunya. Tenaga medis spesialis jiwa menyampaikan semua informasi

yang diperlukan mengenai manfaat dan risiko pengobatan. Sementara itu,

pasien sendiri yang mempertimbangkan dan memutuskan apa yang terbaik 

bagi dirinya. Dalam sikap kesetaraan, tenaga medis tidak mempertegas

perbedaan. Status boleh jadi berbedat,tetapi komunikasi tenaga medis dengan

pasien tidak vertikal. Tenaga medis tidak menggurui, tetapi berbincang pada

tingkat yang sama. Dengan kesetaraan,tenaga medis mengomunikasikan

penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.

Hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien harus dianggap sebagai

hubungan antara mitra medis yang saling membutuhkan untuk memerangi

keadaan sakit pasien. Komunikasi terapeutik ini akan efektif hanya melaluipenggunaan dan latihan yang sering. Melatih diri menggunakan komunikasi

interpersonal yang terapeutik akan ,meningkatkan kepekaan tenaga medis

terhadap perasaan pasien. Saat pasien mengungkapkan keluhanya pada saat

itulah pengobatan dalam proses terapeutik sudah dimulai. Keterampilan

5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 2/4

 

 

2

komunikasi terapeutik bukan bawaan, melainkan dipelajari. Sayang banyak 

tenaga medis spesialis jiwa yang tidak menyadari hal ini. Mengingat

banyaknya penduduk yang mengalami gangguan jiwa dan kemungkinan

rendahnya kesadaran akan arti penting komunikasi terapeutik bidang kajian

komunikasi terapeutik ini perlu dipertimbangkan di perguruan tinggi. Bidang

kajian ini justru lebih penting bagi para calon ahli spesialis jiwa dokter, bidan

dan perawat sarjana kesehatan, apoteker. dan manajer rumah sakit.

Tahun 2008, hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan 2007 menyebutkan bahwa

prevalensi warga Jawa Barat mengalami gangguan mental emosional tertinggi

se-Indonesia dengan kisaran 20 persen. Artinya, satu dari lima orang dewasa

mengalami gangguan jiwa.Penelitian terakhir membuat kesimpulan bahwa 37

persen warga Jabar mengalami gangguan jiwa dari tingkat rendah sampai

tinggi.

Pada 2004 baru ada 13.908 orang dan pada 2005 meningkat menjadi

16.923 orang. Bila dihitung dari tahun 2002, ada penambahan 44,22 persen

sehingga rata-rata setiap tahun ada pertambahan sekitar 1.126 pasien. Masalahkejiwaan memang sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan.

Berbagai upaya pelayanan kesehatan mental telah dilakukan oleh

pemerintah daerah/dinas kesehatan melalui peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif).Untuk mengatasi masalah kesehatan

mental ini, salah satu kendala klasik yang sering muncul adalah terbatasnya

sumber tenaga medis spesialis jiwa.

Di sisi lain prinsip dasar komunikasi kesehatan yang sering kali terabaikan

oleh tenaga medis spesialis jiwa adalah pentingnya komunikasi terapeutik 

mereka dengan pasien. Sementara itu, ada juga anggapan pada sebagian

tenaga medis bahwa mereka tidak membutuhkan keahlian lain kecuali

mendiagnosis penyakit dan melakukan tindakan medis untuk menyembuhkan

5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 3/4

 

 

3

penyakit. Berdasarkan pengamatan, komunikasi tenaga medis spesialis jiwa

dengan pasien umumnya bersifat formal dan terbatas, sedangkan pasien yang

akan berkonsultasi umumnya cukup banyak. Padahal, komunikasi terapeutik 

tenaga medis spesialis jiwa yang lebih baik berkontribusi signifikan terhadap

kesehatan pasien.

B.  Tujuan penulisan

1.  Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang komunikasi terapeutik 

pada pasien gangguan jiwa

2.  Tujuan khusus

a.  Mahasiswa mampu mengetahui definisi komunikasi terapeutik 

b.  Mahasiswa mampu mengetahui manfaat komunikasi terapeutik 

c.  Mahasiswa mampu mengetahui tujuan komunikasi terapeutik 

d.  Mahasiswa mampu mengetahui syarat komunikasi terapeutik 

e.  Mahasiswa mampu mengetahui prinsip komunikasi terapeutik 

f. 

Mahasiswa mampu mengetahui tingkatan komunikasi terapeutik g.  Mahasiswa mampu mengetahui fase  – fase komunikasi terapeutik 

C.  Manfaat penulisan

1.  Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa praktik dalam berkomunikasi

dengan pasien

2.  Sebagai bahan masukan bagi lahan praktik untuk meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan khususnya dalam berkomunikasi dengan pasien

3.  Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu

keperawatan, khususnya keperawatan jiwa.

5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 4/4

 

 

4