Upload
iebee-iyann
View
616
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 1/4
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal
(antarpribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien
dengan titik kualitas hubungan interpersonal. spesialis jiwa seyogianya
menempatkan pasien bukan sekedar obyek, melainkan juga subyek yang
punya latar belakang sosial budaya nilai harapan, perasaan, keinginan, dan
kekhawatiran serta mendambakan kebahagia-an. Sikap ini melihat orang lain
sebagai manusia individu yang patut dihargai. Menerima tidak berarti
menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat
perilakunya. Tenaga medis spesialis jiwa menyampaikan semua informasi
yang diperlukan mengenai manfaat dan risiko pengobatan. Sementara itu,
pasien sendiri yang mempertimbangkan dan memutuskan apa yang terbaik
bagi dirinya. Dalam sikap kesetaraan, tenaga medis tidak mempertegas
perbedaan. Status boleh jadi berbedat,tetapi komunikasi tenaga medis dengan
pasien tidak vertikal. Tenaga medis tidak menggurui, tetapi berbincang pada
tingkat yang sama. Dengan kesetaraan,tenaga medis mengomunikasikan
penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.
Hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien harus dianggap sebagai
hubungan antara mitra medis yang saling membutuhkan untuk memerangi
keadaan sakit pasien. Komunikasi terapeutik ini akan efektif hanya melaluipenggunaan dan latihan yang sering. Melatih diri menggunakan komunikasi
interpersonal yang terapeutik akan ,meningkatkan kepekaan tenaga medis
terhadap perasaan pasien. Saat pasien mengungkapkan keluhanya pada saat
itulah pengobatan dalam proses terapeutik sudah dimulai. Keterampilan
5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 2/4
2
komunikasi terapeutik bukan bawaan, melainkan dipelajari. Sayang banyak
tenaga medis spesialis jiwa yang tidak menyadari hal ini. Mengingat
banyaknya penduduk yang mengalami gangguan jiwa dan kemungkinan
rendahnya kesadaran akan arti penting komunikasi terapeutik bidang kajian
komunikasi terapeutik ini perlu dipertimbangkan di perguruan tinggi. Bidang
kajian ini justru lebih penting bagi para calon ahli spesialis jiwa dokter, bidan
dan perawat sarjana kesehatan, apoteker. dan manajer rumah sakit.
Tahun 2008, hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan 2007 menyebutkan bahwa
prevalensi warga Jawa Barat mengalami gangguan mental emosional tertinggi
se-Indonesia dengan kisaran 20 persen. Artinya, satu dari lima orang dewasa
mengalami gangguan jiwa.Penelitian terakhir membuat kesimpulan bahwa 37
persen warga Jabar mengalami gangguan jiwa dari tingkat rendah sampai
tinggi.
Pada 2004 baru ada 13.908 orang dan pada 2005 meningkat menjadi
16.923 orang. Bila dihitung dari tahun 2002, ada penambahan 44,22 persen
sehingga rata-rata setiap tahun ada pertambahan sekitar 1.126 pasien. Masalahkejiwaan memang sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan.
Berbagai upaya pelayanan kesehatan mental telah dilakukan oleh
pemerintah daerah/dinas kesehatan melalui peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif).Untuk mengatasi masalah kesehatan
mental ini, salah satu kendala klasik yang sering muncul adalah terbatasnya
sumber tenaga medis spesialis jiwa.
Di sisi lain prinsip dasar komunikasi kesehatan yang sering kali terabaikan
oleh tenaga medis spesialis jiwa adalah pentingnya komunikasi terapeutik
mereka dengan pasien. Sementara itu, ada juga anggapan pada sebagian
tenaga medis bahwa mereka tidak membutuhkan keahlian lain kecuali
mendiagnosis penyakit dan melakukan tindakan medis untuk menyembuhkan
5/17/2018 makalah keperawatan jiwa - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-keperawatan-jiwa-55b07ce726347 3/4
3
penyakit. Berdasarkan pengamatan, komunikasi tenaga medis spesialis jiwa
dengan pasien umumnya bersifat formal dan terbatas, sedangkan pasien yang
akan berkonsultasi umumnya cukup banyak. Padahal, komunikasi terapeutik
tenaga medis spesialis jiwa yang lebih baik berkontribusi signifikan terhadap
kesehatan pasien.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang komunikasi terapeutik
pada pasien gangguan jiwa
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi komunikasi terapeutik
b. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat komunikasi terapeutik
c. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
d. Mahasiswa mampu mengetahui syarat komunikasi terapeutik
e. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip komunikasi terapeutik
f.
Mahasiswa mampu mengetahui tingkatan komunikasi terapeutik g. Mahasiswa mampu mengetahui fase – fase komunikasi terapeutik
C. Manfaat penulisan
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa praktik dalam berkomunikasi
dengan pasien
2. Sebagai bahan masukan bagi lahan praktik untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan khususnya dalam berkomunikasi dengan pasien
3. Sebagai sumber referensi untuk kemajuan perkembangan ilmu
keperawatan, khususnya keperawatan jiwa.