32
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI PENDENGARAN MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI PENDENGARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005) Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007) Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada

Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep jiwa

Citation preview

Page 1: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI PENDENGARAN

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI PENDENGARAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukan

sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh

semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii

Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara

termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain,

tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai

perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan

Keperawatan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007)

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan

jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.

Pada study terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,

sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun

utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.

Dari 150 juta populasi orang dewasa Indonesia, berdasarkan data Departemen

Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan

4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan

untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah

penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan

Page 2: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa

(Nurdwiyanti, 2008).

Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi sulawesi selatan

menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada

tahun 2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun 2007

jumlah pasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%), tahun 2008 ( januari-

maret) jumlah pasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162 orang. Agar perilaku kekerasan

tidak terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuh kan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan.

Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yang muncul di tengah masyarakat,

menyebabkan jumlah penderita gangguan jiwa di Riau tiap tahunnya terus bertambah. Selama

tahun 2007 ini saja di Riau telah menerima sebanyak 8.870 pasien gangguan jiwa.

Berdasarkan dari hasil anamnesa pada bulan november 2010 pada ruangan nuri yang

mana jumlah pasien halusinasi sekitar 32 orang (71,11%) dari 45 pasien yang ada diruangan,

di merpati 33 pasien halusinasi (75%) dari 44 pasien, di mawar ada 9 pasien halusinasi (45%)

dari 20 pasien, di hangtuah ada 2 pasien halusinasi (28,57%) dari 7 pasien, di melati ada 22

pasien halusinasi (64,70%) dari 34 pasien.

Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas

halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk

menyelesaikan praktek klinik di RSJ Tampan Pekanbaru.

B. Tujuan.

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatn jiwa pada klien dengan

perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang Nuri RSJ Tampan Pekanbaru.

2. Tujuan khusus

a.       Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran

b.      Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi

Page 3: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

c.       Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan persepsi sensori:halusinasi

pendengaran

d.      Melakukan tiundakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran

e.       Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran

f.       Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran

g.      Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatka

C. Ruang Lingkup Masaalah

Ruang lingkup ini dilakukan di Rumah Sakit jiwa Tampan tahun 2010. Dimana

pembuatan makalah ini yang akan dilihat sejauh mana halusinasi akan mempengaruhi sifat

yang mal adaktif dan cara penanggulangan atau tindakan yang akan dilakukan untuk klien.

Alasan pembuatan makalah ini karena halusinasi merupakan penyebab terbanyak pada

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Tampan. Dipilihnya halusinasi ini karena di RSJ Tampan

Pekanbaru Provinsi Riau salah satu tempat rujukan di daerah Riau ini. Makalah ini dibuat

berdasarkan hasil ovservasi terbanyak di RSJ Tampan Pekanbaru.

D. Metode Pengambilan Data

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriptif, dimana

kelompok hanya memaparkan data yang sesungguhnya pada kasus. Untuk menggali data,

teknik yang digunakan berbagai macam di antara nya adalah :

a. Wawancara : penulis mengadakan wawancara pada klien di ruang nuri

b. Observasi : kelompok melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan

pengamatan secara langsung pada prilaku klien

c. Studi kepustakaan : kelompok mempelajari sumber-sumber pemeriksaan fisik

yang dilakukan secara bertahap

d. Data sekunder : kelompok mengambil data dari status klien, catatan

keperawatan untuk dianalisa sebagai data yang medukung masalah klien.

Page 4: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1.      Definisi

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara

sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara

atau bunyi tersebut( kliat, 2006 )

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang,

kejadian alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (maramis,

2005).

Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca indra

pendengaran (isaac,2002).

2.      Etiologi

Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

a. faktor predisposisi

1)      biologis

abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang maladaftif

baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai berikut:

a)      penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam

perkembangan skizofren

b)      beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan

c)      pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya atropi yang

signifikan pada otak manusia.

2)      Psikolagis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi 

psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi

realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3)      sosial budaya

Page 5: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi  realita seperti : kemiskinan, perang,

kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi

b. faktor presipitasi

secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan

yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.

Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat mengindikasi  kemungkinnan

kekambuhan (kelliat,2006).

Faktor presipitasi terjadinya gangguan  halusinasi adalah :

1)      biologis

ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi

serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat ketidakmampuan untuk

secara selektif menanggapi  stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2)      Sterss lingkungan

Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk

menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3)      sumber koping.

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

3.      Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi dengar:a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.b. Mengatakan mendengar suara.c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.e. Tidak dapat mremusatkan konsentrasi / perhatian.f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.g. Sikap curiga dan bermusuhan.h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.i. Sulit membuat keputusan.j. Ketakutan.k. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.l. Menyalahkan diri sendiri / orang lain.m. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.n. Muka merah kadang pucat.o. Ekspresi wajah tegangp. Tekanan sdarah meningkat.q. Nadi cepat.r. Banyak keringat.

Page 6: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

4.      Jenis halusinasi

menurut stuart (2007) halusinasi terdiri dari dua jenis:

a.   pendengaran

mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara berbentuk

kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan

sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang

terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu

kadang dapat membahayakan.

b.   penglihatan

stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan

yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau menakut ksn seperti

melihat monster.

c. penghidu

membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang

tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang , atau

dimensia.

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. perabaan

mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum listrik

yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

f. Cenestetik

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau

pembentukan urine.

g. Kinistetik

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

5.      Tahapan halusinasi

Page 7: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

a.   fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan

takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang kan untuk meredakan

ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa

suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

b.   fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan

mungkin mencoba untuk mengendalikan jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.

Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti

peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah), asyik dengan

pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan

realita.

c.   fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada

halusinasi tersebut. Disni klien sukar berhubungan orang lain, berkeringat, tremor, tidak

mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat

menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

d.   fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon

lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

            6. Rentang respon

Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam

rentang respon neurobiologi.

a.       pikiran logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

b.      Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh

perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun

diluar dirinya.

c.       Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar di sertai banyak

banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.

d.      Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih

dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang belaku.

e.       Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar

individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerja sama.

f.       Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus eksternal

melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu diotak

kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.

Page 8: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

g.       Emosi berlebihan atau kurang : yaitu menisfatasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau

kurang.

h.      Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial atau berbudaya umum yang

berlaku.

i.        Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang

berlaku.

j.        Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari

hubungan dengan orang lain.

k.      Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.

Berdasarkan rentang diatas diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling

maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan

menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra

(pendengaran, penglihatan,penghidu,pengecapan, dan perabaan), sedangkan klien dengan

halusinasi mempersepsikan suatu stimulul panca indra walaupun sebenarnya stimulas itu

tidak ada.

7. pohon masalah

Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

 

Perubahan persepsi sensori : halusinasi                                   defisit perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri                                                         kurang motivasi

Gangguan konsep diri : HDR

B.Asuhan Keperawatan

a. faktor predisposisi

Page 9: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

1) faktor perkembangan telambat

a). Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minuman dan rasa aman

b.) usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.

c.) usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.

2) faktor komunikasi dalam keluarga

a.) komunikasi peran ganda

b.) tidak ada komunikasi

c.) tidak ada kehangatan

d.) komunikasi dengan emosi berlebihan

e.) komunikasi tertutup

f.) orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang

tua.

3) Faktor sosialisasi budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang

terlalu tinggi.

a.       Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi,

harga diri rendah, idintitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping

deskruptif.

b.      Faktor biologis

Adanya kegiatan terhadap fisik, berupa: atropi otak, pembesaran Vertikel, perubahan

besar dan bentuk sel bentuk sel korteks dan limbik.

c.       Faktor Genetik

Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia di turunkan melalui kromosom tertentu.

Namun demikian kromosom yang berada yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai

sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizoprenia adalah kromosom

nomor enam, dan kontribusi genetik tambahan nomor 4, 8, 5, dan 22. anak kembar identik

memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami

skizofrenia, sementara jika dizyote peluangnya sebesar 15%, seorang anak yang salah satu

orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila

kedua orang tuanya skizofrenia maka perluangnya menjadi 35% .

b. faktor presipitasi

1) Kesehatan

Page 10: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan dan infeksi,

obat-obatan, system syaraf pusat,kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan.

2) Lingkungan

Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga, kehilangan

kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktifitas sehari-hari, sukar dalam berhubungan

dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja ( kurang tampil

dalam berkerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat tranportasi dan ketidakmampuan

mendapat pekerjaan.

3) Sikap

Merasa tidak mampu( harga diri rendah), putus asa ( tidak percaya diri), merasa gagal

( kehilangan motovasi menggunakan keterampilan diri ), kehilangan kendali diri

( demonstrasi), merasa punya kekuatan berkelebihan,, merasa malang ( tidak mampu

memenuhi kebutuhan spiritual ), bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, prilaku asertif, prilaku kekerasan, ketidak

adekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala

c. prilaku

respon prilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak

aman, gelisah, bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil

keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak dapat membedakan yang nyata dengan yang

tidak nyata.Prilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis

halusinasinya, meliputi:

a.       Isi halusinasi

Ini dapat ditanyakan , suara apa yang didengar, apa saja yang  dikatakan suara itu,

jjika halusinasi auditorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual,

bau apa yang tercium, jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi

pengecap, dan apa yang diraskan dipermukaan tubuh jika halusinasii perabaan

b.      Waktu dan frekuensi

Ini dapat ditanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari,

seminggu, sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.

c.       Pencetus halusinasi

Page 11: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul.

Selain itu perawat perlu juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang

munculnya halusinasi untuk memvalidasikan pernyataan klien.

d.      Respon klien

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien, bisa dikaji

dengan apa yang dilakukan klien saat mengalami halusinasi.

d.Mekanisme koping

1) regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari

2) proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk  mengalihkan

tanggung jawab kepada orang lain

3) menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal

e.Masalah keperawatan

            1). Perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran

            2). Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

            3). isolasi sosial: menarik diri

            4). Gangguan konsep diri: HDR

            5). Intoleransi aktivitas

            6). Difisit perawatan diri

f.Diagnosa Keperawatan

            1). perubahan persepsi sensori: halusinasi

            2). Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

            3). isolasi sosial: menarik diri

            4). Gangguan konsep diri: HDR

            5). Defisit  perawatan diri

g.Intervensi Keperawatan

diagnosa: perubahan persepsi sensori halusinasi: pendengaran

Tujuan umum:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu perubahan persepsi sensori:

halusinasi teratasi.

Tujuan khusus:

intervensi

1). Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan komunikasi teraupetik

yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara verbal maupun non verabal. Perkenalkan nama

Page 12: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

perawat, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disenangi klien, buat kontrak

dengan jelas tujukan sikap jujur dengan menepati janji setiap kali interaksi.

            2). Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

3). Observasi tingkah laku klien dan halusinasinya( halusinasi pendengaran ),

4). Diskuaikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadinya halusinasi

5). Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut

6). Diskusikan tentang dampak yang  akan dialami bila klien menikmati halusinasinya

7). Identifikas dengan klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi

            - klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi

            Intervensi

            1). Diskusikan cara yang digunakan klien

            -klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya:

            1). Diskkusikan cara baru mengontrol halusinasi

            -klien melaksanakan cara yang telah dipilih  untuk mengendalikan   halusinasinya

1). Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya

            -klien mengikuti terapi aktivitas kelompok

            1). Beri kesempatan klien untuk memilih cara mengontrol halusinasi

            2). Pantau pelaksanaan cara yang dipilih jika berhasil beri pujian

            3). Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok

            4). Buat kontrak yang jelas untuk pertamuan( waktu, tempat, dan topik)

-Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda gejala, prosos terjadinya halusinasi dan

tindakan untuk mengendalikan halusinasi

            1). Diskusikan dengan keluarga

2). Diskusikan klien tentang manfaat dan erugian jika tidak minum obat , nama, warna, dosis,

cara, efek, terapi dan efek samping pengobatan

            -klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar

            1). Pantau kllien saat minum obat

Page 13: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

            -klien dapat menyebutkan  akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi      dengan

dokter

            1). Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar

            2). Diskusikan akibat berhenti minum obot tanpa konsultasi

3). Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter jika ingin berhenti minum         

obat

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

pengkajian dilakukan pada tanggal 8 November 2010 dengan nama klien Tn. Y

berusia 40 tahun. Klien masuk pada tanggal 22 September 2010 No. RM 00.08.08 di ruang

nuri. Klien dibawa kerumah sakit  dengan alasan, klien selalu marah-marah tanpa sebab,

bicara ngawur, gelisah, mengamuk, dan hampir memukul keluarga. Klien pernah mengalami

gangguan  jiwa sebelumnya, riwayat pengobatan sebelumnya kurang berhasil dikarenakan

klien putus obat lebih kurang 3 bulan.

Klien merupakn anak ke- 6 dari 9 bersaudara. klien mengatakan bagian tubuh yang

disukai adalah kepala dan bagian yang tidak disukai adalah tangan kiri karena pernah patah

dan klien menyadari bahwa dia seorang laki-laki yang bekerja sebagai tukang perabot. Orang

yang paling berarti bagi klien adalah ibu, bapak dan keluarga. Klien mengetahui agama yang

dianut nya, dan selama dirumah sakit klien melakukan kegiatan ibadah yaitu shalat.

Dari observasi yang didapat kelompok, ditemikan data; penampilan rapi dan sesuai

dengan cara penggunaan nya. Saat diajak berkomunikasi atau wawancara, pembicaraan klien

selalu  berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lainnya. Klien tampak lesu, gelisah dan

terkadang bolak-balik, klien mengatakan sedih karena klien merasa terlalu lama di

RSJ.selama interaksi klien sangat kooperatif  , terkadang klien selalu memulai pembicaraan

Page 14: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

terlebih dahulu, kontak mata (+), akan tetapi klien sering tidak nyambung antara pertanyaan

dengan jawaban. Klien mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Klien

mengatakan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul orang lain,

suara itu sering terdengar saat klien sendirian dan pada sore hari sangat sering, gejala yang

tampak klien ingin marah-marah. Obsesi, klien menyatakan ingin berjaya dalam hidup dan

ingin mencari istri yang sakinah. Orientasi orang, tempat dan waktu baik, karena klien

mengetahui tempat ia berada sekarang waktu dan orang-orang disekitarnya.

Klien tidak mengalami gangguan daya ingat karena klien mampu mengingat masa

lalu dan waktu saat ini, klien mudah teralih saat diberi

pertanyaan, klien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain

dengan penjelasan yang benar dan klien menyatakan bahwa ia masuk ke RSJ karena ada jin,

jin yang menggaunya sehiangga ia marah-marah.

Untuk memenuhi kebutuhan klien, sudah mampu untuk memenuhinya seperti

kebutuhan makan, keaamanan, perawatan kesehatan, pakaian, dan tempat tinggal.

Didalam kehidupan sehari-hari klien mampu untuk melakukan perawatan diri seperti

mandi, makan, BAB/BAK seta ganti pakaian. Klien mengatakan Selama di rumah sakit, nfsu

makan meningkay sehingga berat badan meningkat. Klien mengatakan tidak ada masalah

pada tidurnya. Klien menyatakan puas dengan pekerjaannya sebagai pembuat alat-alat

perabot karena termasuk hoby nya, klien mempunyai koping yang adaptif yaitu jika ada

masalah maka klien mengerjakan salat, terpi yang didapat adalah stelazin 5 mg, THP/

TRihexypenidil, CPZ/Clorpromazine

B. Data Fokus

Tn.Y (40tahun) dirawat di rumah sakit jiwa Tampan Pekanbaru di ruang nuri dengan

diagnosa medis perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Klien mengatakan

mendengar suara yang menyuruh untuk memukul orang dengan palu, suara itu sering pada

sore hari dan saat sendirian, klien mengatakan marah saat mendengar suara-suara, kien

mengatakan pernah memukul orang dengan palu dan memukul orang yang kerja ditempat

nya, suara klien keras saat marah dan tatapan mata nya tajam saat marah. Klien mengatakan

bercerai dengan istrinya dan terlalu lama di RSJ dan klien tampak sedih, klien tampak  marah

tanpa sebab. Dari hasil observasi kelompok didapatkan klien terlihat berbicara sendiri,

mondar- mandir, dan tampak menutup telinga, klien membanting kasur, klien tampak

Page 15: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

menyendiri. Sedangkan data tambahan dari catatan keperawatan melalui status klien, klien

pernah memukul orang dengan palu

No Data Fokus Diagnosa

1 DS:

-klien menatakan mendengar suara yang menyuruh pukul

orang dengan palu, suara itu muncul pada sore hari dan

saat sendirian dan marah saat mendengar suara itu

DO:

-klien tampak marah tanpa sebab

- klien terlihat berbicara sendiri

-pasien tampak mondar-mandir

-klien tampak menutup telinga

Gangguan persepsi

sensori: halusinasi

pendengaran

2 Faktor risiko

DS:

-klien mengatakan pernah memukul orang dengan palu

-klien mengatakan memukul orang yang kerja

ditempatnya

DO:

-dari status yang di lihat alasan masuk klien, klien

memukul orang dengan palu

-selama dinas di Nuri, kelompok tidak pernah melihat

pasien memukil temannya

-klien marah tanpa sebab

-klien tampak membanting kasur

Risiko menciderai diri

sendiri,orang lain dan

lingkungan

3 DS:

-klien mengatakan sudah cerai dengan istrinya karena ps

masuk RSJ

-klien mengatakan terlalu lama di RSJ

DO:

Gangguan konsep diri:

HDR

Page 16: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

4

-klien tampak sedih jika ditanya tentang rumah tangganya

-klien tanpak menyendiri

-klien sudah tidak ada istri lagi

DS:

-pasien mengatakan teman-temannya gila sehingga malas

bergaul dengan mereka

- pasien mengatakan teman-temannya sering tidak

nyambung bila di ajak berbicara

DO:

-pasien terlihat sering duduk sendiri diatas tempat tidurnya

-pasien terlihat memisahkan tempat tidurnya

-pasien terlihat sering makan sendiri

Isolasi sosial : menarik

diri

C. Pohon Masalah

Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

                                                                                                      

Isolasi sosial : menarik diri                                                     

Gangguan konsep diri : HDR

D. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas (Nanda)

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengeran

Isolasi sosial : menarik diri

Page 17: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

Gangguan konsep diri : HDR

Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

E. Implementasi dan evaluasi

Implementassi dilakukan dari tanggal 08 november s/d 16 november 2010.

Pada tanggal 8 november 2010 jam 09.00 WIB telah dilakukan SP1 halusinasi:

dengan hasil SP1 belum tercapai. Pada tanggal, 09 November 2010 pada jam 15.00 WIB

dilakukukan SP 1 halusinasi yakni membina hubungan saling percaya, membantu mengenal

halusinasi, serta mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik suara,

dengan hasil SP 1 tercapai. Adapun hal yang tercapai dalm SP1 meliputi terbinanya

hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, klien dapat mengidentifikasi jenis

halusinasi. Pada tanggal 10 November 2010 kelompok kembali melakukan SP1 halusinasi

pada jam 10.00 WIB yakni mengajarkan klien untuk menghardik suara, adapun hasil dari SP1

tercapai ditandai dengan klien dapat menghardik suara. Jadi, pelaksanaan SP1 halusinasi

dapat tercapai dengan tiga kali interaksi dengan klien.

Pada tanggal 11 November 2010 jam 09.45 WIB telah dilakukan SP 2 halusinasi

dengan hasil SP 2 tercapai sebagian, yakni klien belum mau bercakap-cakap dengan orang.

Pada tanggal 12 november 2010 dilakukan lagi SP 2 halusinasi pada jam 10.30 WIB dengan

memodifikasi, mengajak klien untuk ngobrol dengan salah satu anggota kelompok. Hasil

yang diperoleh dari SP 2 yakni klien sudah mampu untuk bercakap-cakap dengan perawat

yang diruangan. Jadi sp2 halusinasi teratasi dengan dua kali interaksi.

Pada tanggal 13 November 2010 telah dilakukan SP 3 halusinasi pada jam 09.00 WIB

dengan hasil SP 3 tercapai sebahagian, adapun hal yang tercapai adalah klien melaksanakan

kegiatan terjadwal yaitu sholat. Pada tanggal 15 November 2010 dilakukan lagi SP 3

halusinasi pada jam 10.00 WIB dengan hasil SP 3 tercapai, adapun hal yang tercapai adalah

kegiatan terjadwal klien bertambah dari bangun sampai klien tidur lagi seperti membersihkan

tempat tidur, mandi, dan sholat, jadi SP 3 tercapai dengan dua kali interaksi. Pada tanggal 16

november 2010 telah dilaksanakan SP 4 halusinasi dengan hasil tercapai. Adapun hal yang

tercapai yakni klien tahu jenis, fungsi, efek tidak minum obat serta penggunaan obat yang

benar, jadi SP 4 tercapai dengan satu kali interaksi.

Page 18: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah kelompok melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi di Ruang Nuri RSJ Tampn Pekan Baru mulai dari tanggal 08

November s/d 16 November 2010 kelompok menemukan kesenjangan-senjangan antara

konsep tioritis dengan stadi dilapangan yang dilakukan oleh kelompok maka dari itu

kelompok akan membahas kesenjangan tersebut. Adapun kesenjangan-senjangan tersebut

adalah sebagai berikut:

A.     Pengkajian

Pada pengkajian pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pormat

pengkajian perawatan jiwa yang telah di tetapkan. Data yang dikumpulkan dengan

wawancara langsung dengan klien, dari data catatan keperawatan dan medis ditemukan

kesenjangan antara data-data teorits dengan apa yang didapat dengan kasus dilapangan.

Pengumpulan data yang dilakukan hanya melalui wawancara dengan klien, obsevasi dan dari

pendokumentasian keperawatan diruangan, sedangkan data dari keluarga tidak didapatkan hal

tersebut dikarenakan selama proses pengkajian keluarga klien belum ada menjunguk klien.

Menurut data teoritis secara umum dari faktor predisposisi diterangkan bahwa

halusinasi dapat terjadi dari berbagai faktor berupa faktor pisikologis, biologis, dan faktor

genetik.

Dari hasil observasi dan waawacara yang dilakukan kelompok terhadap klien tidak

ditemukan adanya faktor genetik yang dapat mempengaruhi halusinasi karena anggota

keluarga klien tidak ada mengalami skizofrenia.

B.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan teoritis dengan diagnosa yang muncul ditinjauan kasus

terdapat perbadaan dan kesenjangan. Adapun masing-masing diagnosa yang muncul sebagai

berikut:

1.      Diagnosa teoritis

       Perubahan persepsi sensori: halusinasi

      Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

      Isolasi sosial: menarik diri

      Gangguan konsep diri: HDR

      Defisit  perawatan diri

Page 19: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

      Intoleran aktifitas

2.      Diagnosa tinjauan kasus

           Perubahan persepsi sensori: halusinasi

         Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

         Isolasi sosial: menarik diri

         Gangguan konsep diri: HDR

Dalam tinjauan kasus terdapat 2 diagnosa yang tidak muncul pada diagnosa teoritis.

Hal ini disebabkan pada tinjauan kasus ditemukan dari hasil observasi yakni klien dapat

memenuhi kebutuhan perawatan diri.

C.     Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang

ditetapkan dari empat diagnosa yang diangkat hanya dilaksanakan satu diagnosa

keperawatan, hal tersebut dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan klien pun pulang untuk

melakukan askep. Adapun diagnosa yang kelompok laksanakan adalah gangguan persepsi

senaori ; halusinasi pendengaran yang perencanaan tindakannya dilaksanakan mulai dari

tanggal 08 november 2010 s/d 16 November 2010 dapat dilaksanakan dengan baik oleh

kelompok, dan klien saat diajarkan dihadapan perawat pada waktu interaksi. Adapun

tindakan keperawatan yang dilaksanakan melalui SP  ddengan SP I dilaksanakan selama 3

kali interaksi, SP II dilaksanakan selama 2 kali interaksi, SP III dilaksanakan selama 2 kali

interaksi, SP IV dilaksanakan selama 1 kali interaksi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya

klien masih memnutuhkan bimbingan dari perawat.

D.     EvaluasiEvaluasi dilakukan dari awal hingga akhir kegiatan yang setiap kali berinterksi

menggunakan analisis SOAP (Subjektif, Objaktif, Analisa, Planing ). Semua tindakan

keperawatan dengan diagnosa  gangguan persepsi sensori : halusinasi yang dibahas oleh

kelompok melalui strategi pelaksanaan dapat dilaksanakan. Hal ini didukung karena sudah

terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Page 20: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses keperawatan

dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat dan peserta didik

keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berfikir

yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung gugat serta

pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat melaksanakan mutu pelayanan

keperawatan yang baik khusus nya pada klien halusinasi, maka dapatdi ambil ksimpulan

sebagai berikut:

1.       Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan pngkajian teoritis maupun

penulis tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian klien.

2.      Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis menyusun tindakan

keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga dengan SP.

3.      Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan dapat

dilaksanakan walaupun belum optimal.

4.    Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi klien tidak

teratasi semua sesuai dengan masalah klien.

B. SARAN

Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan tahapan-tahapan dari

protap dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik diakademik

maupun dilapangan praktek.

2.keluarga.

        Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan gangguan

persepsi sensori:halusinasi pendengaran dirumah.

3.      ruang rawat inap

    meningkatkan perlatan dan pelayanan serta pemberian askep yang dapat meningkatkan

proses penyembuhan kllien.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina pelayanan keperawatan dan pelayanan medik departemen

kesehatan, 2007 di kutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-

penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010

Page 21: Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran

Hawari,2001 dikutif dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi

diambil tanggal 04 november 2010

Isaacs,2002 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi

diambil tanggal 04 november 2010

Keliat,2006 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi di

ambil tanggal 04 november 2010

Keliat, budi anna.(2006) proses keperawatan kesehatan jiwa.jakarta:penerbit buku kedokteran

EGC

Maramis, 2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan-

trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010

Menkes,2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-penglihatan-

trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010

Diktat Panduan Pengkajian Keperawatan dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Praktek

Keperawatan Jiwa Mahasiswa Program D III di RSJ Tampan Propinsi Riau.

Marlyyn E. Doengos Rencana Asuhan Keperawatan psikiatri editor bahasa indonesia, Monica

ester. Jakarta: EGC 2006