Upload
bayu-cahyo-oktafian
View
307
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
asuhan keperawatan jiwa pada pasien mania
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang
mempengaruh seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Menurut Stuart
(2006), alam perasaan adalah perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi
seluruh kepribadian dan fungsi kehifupan seseorang. Gangguan alam perasaan
ditandai oleh sindroma depresif sebagian atau total dan ditandai engan kehilangan
minat terhadap aktivitas sehari-hari.
Gangguan alam perasaan depresi dapat disebabkan karena ketidakseimbangan
elektrolit yaitu, natrium dan kalium di dalam neuron (gibbsons, 1960) di kutip dari
Townsend, M.C 1995). Neurotransmitter yang ada di system syaraf pusat dan
perifer juga memiliki implikasi pada psikiatrik. Transmisi monoamin seperti
neropinefrin, dopamine dan serotonin berimplikasi pada etiologi gangguan emosi
tertentu seperti gangguan alam perasaan: depresi dan mania. Norepinefrin dan
dopamine mempunyai implikasi menurunkan derajat depresi dan meningkatkan derajat
mania sedangkan serotonin memiliki implikasi menurunkan kadar depresi
(Suliswati,2005).
Dari penjelasan di atas penting untuk kita ketahui mengenai terjadinya mania
oleh karena mania memiliki psikopatologi yang tidak jauh berbeda dengan depresi,
sehingga berdasarkan uraian-uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahas
mengenai konsep dasar asuhan keperawatan dengan gangguan alam perasaan
(mania) untuk menunjang pembelajaran pada sistem neurobehavior II yang akan
berguna dalam melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kondisi mania itu?
2. Bagaimana kondisi mania ini bisa terjadi?
3. Bagaimana manifestasi klinis gangguan jiwa mania?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk menentukan penyakit mania?
1
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kejiwaan mania?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gangguan jiwa mania
2. Mengetahui proses dan penyebab gangguan jiwa mania
3. Mengetahui manifestasi klinis dari gangguan jiwa mania
4. Untuk mengetahui penegakan diagosa pasien dengan gangguan jiwa mania
5. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan gangguan mania
D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan alam perasaan (mania).
2
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasaan yang meluas, meningkat, bersemangat, atau mudah tersinggung. Respon diri
dapat ditunjukkan dengan perilaku hiperaktif, banyak bicara, tertawa berlebihan
dan penyimpangan seksual (Riyadi, 2009: 140).
Mania adalah respon emosional yang berat dan dapat dikenali melalui intensitas
dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial (Purwaningsih, 2009: 130).
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
kegembiraan yang berlebihan, arus berpikir yang cepat, mudah tersinggung dan kegiatan
motorik meningkat, sehingga menyebabkan energi banyak yang keluar (Standar
Asuhan Keperawatan Jiwa, DEPKES, biru blogspot).
Jadi, mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya
alam perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku
yang berlebihan berupa peningkatan kegiatan motorik, banyak bicara, ide-ide yang
meloncat, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi
fisik dan sosial individu.
B. Etiologi/Penyebab
Mania dapat timbul karena adanya factor predisposisi dan factor presipitasi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetik
Faktor genetik mengemukakan, transmisi gangguan alam perasaan
diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat
pada kembar monozigote.
b. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan objek/orang,
ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan
menyalahkan diri sendiri dan dimunculkan dengan perilaku mania (sebagai suatu
3
mekanisme kompensasi)
c. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan faktor perkembangan, misalnya kehilangan
orang tua yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d. Teori Kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang
mengalami mania.
e. Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa mania merupakan msalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
f. Model Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa mania dimulai dari kehilangan kendali diri lalu
menjadi aktif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu timbul
keyakinan akan ketidakmampuannya mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak
berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
g. Model Perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya reinforcemant
positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
h. Model Biologis
Mengemukakan bahwa dalam keadaan depresi/mania terjadi perubahan
kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan
hipersekresi kortisol.
2. Faktor Presipitasi
Stresor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor
biologis, psikologis, dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis
yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi,
neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Faktor psikologis meliputi
kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan
harga diri. Faktor osial budaya meliputi kehilangan peran, perceraian, dan kehilangan
pekerjaan.
Menurut Riyadi, terdapat stressor pencetus gangguan alam perasaan yang
meliputi:
a) Kehilangan keterkaitan individu mempunyai hubungan yang sangat actual atau
4
penting dengan seeorang atau obyek kehilangan sehingga menimbulkan stress.
Misalkan kehilangan orang yang dicintai, fungsi fisik, harga diri dan peran.
b) Peristiwa besar dalam kehidupan, pengalaman terdahulu tentang hal-hal
menyakikan atau menyenangkan yang tidak terlupakan mempengaruhi masalah
individu saat ini dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
c) Ketegangan Peran, yang meliputi konflik peran, peran yang tidak jelas, atau
peran yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan alam perasaan depresi atau
mania
d) Perubahan fisiologis akibat penyakit dan obat-obatan penyakit fisik seperti
infeksi, neoplasma, dan ketidakseimbangan metabolic dan berbagai macam
obatantihipertensi serta penyalahgunaan obat dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan.
C. Proses Terjadinya Mania
Mania adalah gangguan afek yang ditandai dengan kegembiraan yang luar
biasa dan disertai dengan hiperaktivites, agitasi serta jalan pikiran dan bicara yang cepat
dan kadangkadang sebagai pikiran yang meloncat-loncat (flight of ideas).
Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa tidak
berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka
menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan
sikap banyak bicara, banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat
memusatkan pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang
berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama
terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan-
cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
Pada pasien depresif tampak menonjol perasaan bersalah dan kebutuhan akan
hukuman atas tingkah laku yang buruk, sedangkan pada pasien dengan mania rasa
permusuhannya timbul, ia bertindak seolah-olah mempunyai kekuasaan yang penuh dan
tidak pernah membiarkan rasa bersalah menguasai dirinya. Dari luar pasien tampak
memilikikepercayaan diri yang penuh dan membesarkan diri untuk menutupi perasaan
tidak berharga, yang pada dasarnya bersifat depresif.
Pasien membutuhkan cinta kasih dan perlindungan. Untuk mendapatkan ini
pasien berusaha menguasai orang lain agar memenuhi dan memberi kepuasan
kepadanya. Karena kebutuhan ini tidak nampak orang tidak melihatnya, bahkan
5
menolak karena sikapnya yang mengganggu orang lain. Penolakan ini menimbulkan
kecemasannya bertambah yang mengakibatkan gejala manianya lebih menonjol.
Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Responsif Reaksi
kehilangan yang
wajar
supresi Reaksi
kehilangan yang
memanjang
Mania depresi
Keterangan :
1. Supresi merupakan tahap awal respon emosional yang maladaptive, individu
menyangkal, menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaanya terhadap
lingkungan.
2. Reaksi kehilangan yang memanjang
Bila anada merasa sangat marah atau kesal dengan pergi mengendarai sepeda,
biasanya reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap
dan memanjang, tetapi tidak tampak emosi emosional terhadap kehilangan. Reaksi
berduka yang memanjang dapat terjadi beberapa tahun.
3. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
4. Responsif adalah respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan
perasaaanya.Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan
internal.
5. Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normall dialami
individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita
dari kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya sedih, berfokus pada diri
sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak
berlangsung lama.
D. Manifestasi klinis
Pada kondisi mania, beberapa gejala yang muncul antara lain:
1. Euphoria (gembira)
2. Inflated self-esteem (percaya diri berlebihan)
3. Poor judgment (kemampuan menilai menjadi jelek)
6
4. Bicara cepat
5. Racing thoughts (pikiran saling berkejar-kejaran)
6. Aggressive behavior (perilaku agresif)
7. Agitation or irritation (agitasi atau iritasi)
8. Kegiatan fisik meningkat
9. Risky behavior (perilaku yang berbahaya)
10. Spending sprees or unwise financial choices (tidak mampu mengelola uang,
mengeluarkan uang tanpa perhitungan)
11. Meningkatnya dorongan untuk berprestasi atau mencapai tujuan
12. Meningkatnya dorongan seksual
13. Berkurangnya dorongan untuk tidur, tidak merasa mengantuk.
14. Gampang terganggu konsentrasi
15. Berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan
16. Sering bolos sekolah atau kerja
17. Mempunyai waham atau keluar dari realitas
18. Prestasi kerja atau sekolah menuru
7
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi :
1) Identitas klien dan penanggung jawab.
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme
koping, masalah psikososial dan lingkungan.
a. Aktivitas/Istirahat
Pola tidur terganggu atau periode tanpa tidur / penurunan kebutuhan tidur
( misalnya merasa telah reistirahat dengan baik hanya dengan tidur selama 3 jam
). Secara fisik hiperaktif, akhirnya kelelahan.
b. Integritas Ego
Persepsi diri yang mengagungkan atauy merendahkan kepercayaan diri
yang tidak realistis. Waham dapat diekspresikan dengan rentang dari
perencanaan yang tidak realistis dan memberi nasehat tanpa diminta secara
terus menerus ( meskipun tidak ada keahlian ) sampai delusi waham kebesaran
tentang hubungan dengan orang penting termasuk Tuhan atau perasaan obsesif
orang lain adalah kumpulan musuh karena kekhususan. Sikap humoris dapat
menjadi kaustik atau bermusuhan.
c. Makan Minum
Penurunan berat badan sering ditemukan .
d. Hygiene
Tidak perhatian terhadap aktifitas hidup sehari – hari secara umum
.Kerapihan dan pilihan berpakaian dapat menjadi tidak sesuai, terlalu semarak dan
ganjil, penggunaan tata rias dan perhiasan yang berlebihan.
e. Neurosensori
Alam perasaan yang timbul terlalu meluas, melayang atau
peka.Melaporkan aktifitas yang tidak terorganisasi atau semarak dan aneh,
8
penyangkalan terhadap kemungkinan hasil akhir, persepsi alam perasaan sama –
sama diinginkan dan berpotensi membatasi.
f. Keamanan
Dapat menunjukan derajat bahaya untuk diri atau orang lain, bertindak
berdasarkan kesalahan persepsi.
g. Seksualitas
Libido meningkat, perilaku mungkin tidak terhambat. Interaksi Sosial.
Dapat digambarkan atau diingat sebagai sangat ekstrovert / mudah
bersosialisasi (banyak teman ). Riwayat terlalu terlibat dengan orang lain dan
dengan aktivitas, perencanaan yang tidak realistis, ambisius, bertindak atas
keputusan yang buruk berkaitan dengan konsekuensi social ( tindakan yang tidak
terkendali, mengemudi dengan sembrono, perilaku seksual yang ganjil atau
bermasalah ). Hambatan yang khas dalam aktivitas social, hubungan dengan
orang lain ( kurangnya hubungan dekat ), fungsi disekolah atau pekerjaan,
perubahan periodic dalam pekerjaan / sering berpindah pekerjaan.
h. Pembelajaran/Pengajaran
Episode penuh pertama biasanya antara 15 dan 24 tahun, dengan
gejala yang berlangsung paling sedikit 1 minggu. Dapat dirawat di Rumah Sakit
selama episode perilaku mania sebelumnya. Penyalahgunaan alcohol atau obat
lain secara periodic.
B. Pohon Masalah
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan mania.
9
2. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mania.
3. Gangguan komunikasi: verbal berhubungan dengan mania.
4. Gangguan pola tidur dan istirahat: kurang tidur berhubungan dengan mania.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mania.
6. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
D. Intervensi Keperawatan
1. Tujuan umum:
Mengajarkan klien untuk berespons emosional yang adaptif dan meningkatkan
rasa puas serta kesenagan yang dapat diterima oleh lingkungan
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan /
janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
3) Bicara dengan tegas, jelas, singkat dan bersahabat.
b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
Tindakan:
1) Beri kesempatan klien unutk mengungkapkan perasaannya.
2) Beri kesempatan klien mengitarakan keinginan dan pikirannya dengan teknik
focusing.
3) Bicarakan hal-hal yang nyata dengan klien.
c. Klien dapat menggunakan koping adaptif
Tindakan:
1) Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan kesal,
marah, dan tak menyenangkan.
2) Bicarakan kerugian cara yang telah digunakan.
3) Jelaskan tentang batas tingkah laku yang wajar.
4) Bantu klien menemukan cara lain yang lebih posistif.
10
5) Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan
dapat diterima.
6) Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah dipilih
7) Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
d. Klien terlindung dari perilaku mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tindakan:
1) Tempatkan klien di ruang yang tenang, tidak banyak rangsangan, tidak banyak
peralatan.
2) Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan oleh pasien untuk
mencederai dirinya,orang lain dan lingkungan, ditempat yang aman dan
terkunci.
3) Temani klien jika nampak tanda-tanda marah / agresif.
4) Lakukan pengekangan fisik jika klien tidak dapat mengontrol perilakunya.
e. Klien dapat melakukan kegiatan terarah
Tindakan:
1) Anjurkan klien untuk melakukan kegiatan motorik yang terarah, misal:
menyapu, joging dll.
2) Beri kegiatan individual sederhana yang dapat dilaksanakan dengan baik oleh
klien.
3) Berikan kegiatan yang tidak memerlukan kompetisi.
4) Bantu klien dalam melaksanakan kegiatan.
5) Beri reinforcement positif atas keberhasilan pasien.
f. Klien terpenuhi kebutuhan nutrisinya
Tindakan:
1) Diskusikan tentang manfaat makan dan minum bagi kesehatan.
2) Ajak klien makan makanan yang telah disediakan, temani selama makan.
3) Ingatkan klien untuk minum ½ jam sekali sebanyak 100 cc.
4) Sediakan makanan TKTP, mudah dicerna.
g. Klien terpenuhi kebutuhan tidur dan istirahatnya
Tindakan:
11
1) Diskusikan pentingnya istirahat bagi kesehatan.
2) Anjurkan klien untuk tidur pada jam-jam istirahat.
3) Sediakan lingkungan yang mendukung: tenang, lampu redup dll.
h. Klien terpenuhi kebersihan dirinya
Tindakan:
1) Diskusikan manfaat kebersihan diri bagi kesehatan.
2) Bimbing dalam kebersihan diri (mandi, keramas, gosok gigi).
3) Bimbing pasien berhias.
4) Beri pujian bila klien berhias secara wajar.
i. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
2) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu)
3) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
j. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam
perasan yang meningkat dimana kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku yang
berlebihan berupa peningkatan kegiatan motorik, banyak bicara, ide-ide yang meloncat,
tertawa berlebihan, penyimpangan seksual yang berpngaruh terhadap fungsi fisik dan
sosial individu. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya factor
genetik, psikologis, biologis, dan perilaku serta dapat juga dipengaruhi oleh factor
kepribadian. Pada dasarnya pasien mania sama dengan pasien depresif yang merasa
tidak berharga dan tidak berguna. Karena tidak dapat menerima perasaan ini, mereka
menyangkalnya dan mengakibatkan timbulnya kecemasan. Pasien memperlihatkan sikap
banyak bicara, banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat
memusatkan pada satu topik. Meskipun mereka menunjukkan kegembiraan yang
berlebihan, sebenarnya pasien penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama
terhadap lingkungannya. Ia melontarkan perasaannya secara kasar dalam cetusan-
cetusan yang pendek dan cepat beralih ke topik yang lain.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa
terhadap berbagai macam gangguan jiwa yang mungkin terjadi atau dialami oleh
seseorang, sehingga mahasiswa mampu menerapkan intervensi keperawatan jiwa yang
baik dan benar terhadap pasien tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marlynn E et al. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi .
Jakarta: EGC
Maramis, W. F. 1996. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya: Airlangga University Press.
NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keerawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Riyadi, Sujono. 2009. Asuhan Keeperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
http://tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/05/Seri-bipolar.pdf
14