25
Asuhan Keperawatan Jiwa-isolasi sosial(MD) Jumat, 30 Desember 2011 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa_Isolasi Sosial(menarik diri) A. Konsep Dasar 1. Pengertian Isolasi Sosial : Menarik Diri Definisi Isolasi sosial menurut Farida Kusumawati dan Hartono dalam bukunya antara lain yaitu yang pertama menurut Townsend adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif atau mengancam. Sedangkan yang kedua menurut Pawlin menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain 1 . Kerusakan interaksi sosial menurut Depkes RI dalam Nita Fitria adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial 4 . Definisi Isolasi sosial menurut Balitbang adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi,

Asuhan Keperawatan Jiwa

  • Upload
    arga

  • View
    70

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asuhan Keperawatan Jiwa

Asuhan Keperawatan Jiwa-isolasi sosial(MD)

Jumat, 30 Desember 2011

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa_Isolasi Sosial(menarik diri)

A.       Konsep Dasar

1.       Pengertian Isolasi Sosial : Menarik Diri

Definisi Isolasi sosial menurut Farida Kusumawati dan Hartono dalam bukunya antara

lain yaitu yang pertama menurut Townsend adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh

seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif atau mengancam. Sedangkan

yang kedua menurut Pawlin menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain1.

Kerusakan interaksi sosial menurut Depkes RI dalam Nita Fitria adalah suatu

gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel

yang menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan

sosial4.     

Definisi Isolasi sosial menurut Balitbang adalah suatu sikap dimana individu

menghindari diri dari interaksi, kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan, serta mengalami

kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan

dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian4.

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan sebelumnya, jadi dapat disimpulkan

bahwa isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal atau perasaan kesepian

yang dialami oleh seseorang karena akibat penolakan dan sikap negatif serta kepribadian

yang tidak fleksibel sehingga muncul perilaku maladaptif seperti menghindari/kehilangan

Page 2: Asuhan Keperawatan Jiwa

hubungan dengan orang, tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran,

prestasi, atau kegagalan, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada

perhatian sehingga fungsi hubungan sosial seseorang terganggu.

2.       Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial antara lain : kurang spontan, apatis (acuh

tak acuh), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan

kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak sadar

terhadap lingkungan sekitar, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan

feses, aktivitas menurun, kurang energi, rendah diri, dan postur tubuh berubah misalnya sikap

fetus/janin (pada posisi tidur) 4.

3.       Rentang Respons

 

               Respon

Adaptif                                                           Respon Maladaptif

Gambar 2. 1 Rentang Respon Isolasi Sosial : Menarik DiriDikutip dari Buku sumber : Nita Fitria.4

Keterangan respon Isolasi Sosial : Menarik Diri  adalah sebagai berikut4 :

a.    Respon adaptif

Page 3: Asuhan Keperawatan Jiwa

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam

batas normal ketika menyelesaikan masalah. Sikap yang termasuk dalam respon adaptif

antara lain : menyendiri/respon dalam merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan

sosialnya, otonomi/kemampuan dalam menentukan dan menyampaikan ide dan pikiran serta

perasaan, bekerja sama/kemampuan saling membutuhkan, dan interdependen/saling

ketergantungan dalam hubungan interpersonal.

b.    Respon maladaptif

Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu

tempat. Yang termasuk perilaku respon maladaptif antara lain : Menarik diri (mengalami

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain), ketergantungan

(gagal mengembangkan  rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain),

manipulasi (mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina

hubungan sosial secara mendalam), dan curiga (gagal mengembangkan rasa percaya terhadap

orang lain).

4.       Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi Isolasi Sosial : Menarik Diri menurut Nita Fitria adalah sebagai berikut4 :

a.    Faktor tumbuh kembang, dimana setiap individu ada tugas perkembangan yang harus

dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila tugas perkembangan ini

tidak terpenuhi, maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat

menimbulkan masalah.

b.    Faktor komunikasi dalam keluarga, merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi (double bind)

yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling

Page 4: Asuhan Keperawatan Jiwa

bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang

menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

c.    Faktor sosial budaya, merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

hubungan sosial hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga,

dimana setiap keluarga yang tidak produktif seperti usia lanjut, berpenyakit kronis, dan cacat

diasingkan dari lingkungan sosialnya.

d.   Faktor biologis, merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan

sosial sebab organ tubuh seperti otak dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan

sosial.

5.       Faktor Presipitasi

Faktor Presipitasi Isolasi Sosial : Menarik Diri menurut Nita Fitria terdiri dari faktor

ekstrenal dan faktor internal4 : faktor eksternal yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial

budaya seperti keluarga sedangkan faktor internal yaitu stress yang terjadi akibat ansietas

yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk

mengatasinya.

6.       Penatalaksanaan

Gangguan skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar

pada kepribadian distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa

dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang

aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya,

dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya

tidak terganggu5.

Penatalaksanaan klien dengan diagnosa medik skizofrenia khususnya dengan diagnosa

keperawatan Isolasi Sosial adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain yaitu :

a.    Psikofarmakologi

Page 5: Asuhan Keperawatan Jiwa

Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Obat yang digunakan

untuk gangguan jiwa disebut dengan psikofarmaka = psikoterapika = phrenotropika. Terapi

gangguan jiwa dengan menggunakan obat-obatan disebut dengan psikofarmakoterapi =

medikasi psikoterapi yaitu obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses

mental penderita karena kerjanya pada otak/sistem saraf pusat. Obat yang bekerjanya secara

efektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental, serta mempunyai efek

utama terhadp aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatri1.

     Psikofarmakakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial  adalah obat-obatan

antipsikosis seperti:

1.    Chlorpromazine

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah,

hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku. Mekanisme kerja

memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak terutama pada sistem limbik dan

sistem ekstrapiramidal. Efek samping penggunaan Chlorpromazine injeksi sering

menimbulkan hipotensi ortostatik5.

2.    Haloperidol

Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri,

perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi.Mekanisme

kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak terutama pada sistem limbik

dan sistem ekstrapiramidal. Efek samping sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal5.

3.    Triflouperazine

Indikasi gangguan mental dan emosi ringan, kondisi neurotik/psikosomatis, ansietas,

mual dan muntah. Efek samping sedasi dan inhibisi psikomotor5.

b.    Terapisomatis

Page 6: Asuhan Keperawatan Jiwa

Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan

tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan

tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang diberikan perlakuan fisik

adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan klien. Jenis terapi somatik adalah

meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan fototerapi1.

1.    Pengikatan

Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk membatasi

mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada klien sendiri atau

orang lain.

2.    Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)

Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal) dengan

mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode yang ditempelkan di

bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus  frontalis) klien.

3.    Isolasi

Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan tersendiri

untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan lingkungan dari

bahaya potensial yang mungkin terjadi.

4.    Fototerapi

Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-10

x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5

meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.

5.    Terapi Deprivasi Tidur

Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan mengurangi

jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien dengan depresi.

c.    Terapi Modalitas

Page 7: Asuhan Keperawatan Jiwa

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Tetapi ini diberikan

dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif.

Jenis-jenis terapi modalitas antara lain1 :

1.    Aktifitas Kelompok

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan pada

pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok adalah membuat sadar

diri (self-awereness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau

ketiganya.

2.    Terapi keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan langsung pada

setap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar mampu melakukan lima

tugas kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,

member perawatan pada anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat,

dan menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.

3.    Terapi Rehabilitasi

Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau berdiri

sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.

4.    Terapi Psikodrama

Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam suatu

drama. Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari perasaan, pikiran, dan

perilakunya yang mempengaruhi orang lain.

5.    Terapi Lingkungan

Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan gangguan jiwa

melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap proses

penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.

Page 8: Asuhan Keperawatan Jiwa

B.         Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi sosial

Asuhan keperawatan menurut Menurut Shore merupakan faktor penting dalam survival

klien dan dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitataif, dan preventif perawatan kesehatan.

Untuk sebab itu, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan masalah yaitu

menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang

paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metoda ilmiah6.

Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu konsep ditetapkan dalam

praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang

memerlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan klien/keluarga. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang squensial dan

berhubungan : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap tersebut

berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solving, keterampilan, dan sikap dalam

mendefinisikan suatu tindakan keperawatan7.

1.       Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai

permasalahan yang ada8.

Pengkajian menurut Lyer merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar utama

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu7.

Tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi dan mendapatkan data yang sesuai tentang

klien. Oleh karenanya, fokus utama dari pengumpulan data adalah respon klien terhadap

kekhawatiran, atau masalah kesehatan yang bersifat biofisik, sosiokultural, psikologis, dan

spiritual9.

Page 9: Asuhan Keperawatan Jiwa

Kegiatan keperawatan dalam melakukan pengkajian keperawatan ini adalah dengan

mengkaji data dari klien dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab,

memvalidasi data dari klien dan keluarga, mengelompokan data, serta menempatkan masalah

klien1.

Data yang di dapatkan bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data subyektif

dan obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga, data ini didapatkan melalui wawancara oleh perawat kepada klien dan keluarga.

Data obyektif adalah data yang ditemukan secara nyata, data yang didapat melalui observasi

atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Adapun data yang langsung didapat oleh perawat

disebut sebagai data primer, sedangkan data yang diambil dari hasil pengkajian atau catatan

tim kesehatan disebut data sekunder1.

Data yang perlu dikaji pada klien dengan isolasi sosial menurut Nita Fitria dalam

bukunya 4 antara lain : data sukjektif seperti klien mengatakan malas bergaul dengan orang

lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendiri, klien

mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau berkomunikasi, data tentang

klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak,

ibu, ayah, atau teman dekat) dan data objektif seperti kurang spontan, apatis (acuh terhadap

lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan

kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak sadar

terhadap lingkungan sekitarnya, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan

feses, aktivitas menurun dan kurang energy, rendah diri, da postur tubuh berubah misalnya

sikap fetus/janin (pada posisi tidur).

2.       Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi

kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi6.

Page 10: Asuhan Keperawatan Jiwa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien

mencakup baik respon adaptif dan maladaptif serta stressor yang menunjang. Rumusan

diagnosis adalah problem/masalah (P) berhubungan dengan penyebab (etiologi), dan

keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah1.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul untuk masalah  isolasi sosial:menarik

diri dapat dilihat dalam pohon masalah seperti terlihat di gambar4

Gambar 2. 2 Pohon Masalah Isolasi Sosial

Sumber dari Buku Nita Fitria

Dari pohon masalah di atas diperoleh 8 diagnosa keperawatan jiwa yang mungkin

muncul, antara lain Isolasi sosial, Harga diri rendah kronis, Perubahan persepsi sensori :

halusinasi, Koping individu tidak efektif, Koping keluarga tidak efektif, Intoleransi aktivitas,

Defisit perawatan diri, dan Resiko tinggi menciderai diri, orang lain, serta lingkungan4 .

3.       Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan/rencana keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik

yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi

keperawatan harus spesifik, dinyatakan dengan jelas dan dimulai dengan kata kerja aksi6.

Rencana/intervensi keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis dari status

kesehatan klien, kekuatan, dan masalah klien. Komponen perencanaan meliputi menilai

Page 11: Asuhan Keperawatan Jiwa

prioritas, menentapkan tujuan jangka panjang, menetapkan tujuan jangka pendek,

mengidentifikasi strategi dan mengurai intervensi keperawatan untuk implementasi9.

Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri menurut Budi

Anna K adalah sebagai berikut10 :

a.    Tindakan keperawatan pada klien

1)   Tujuan keperawatan

a)    Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b)   Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.

c)    Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

2)   Tindakan keperawatan

a)    SP 1 klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal manfaat

berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan klien

berkenalan.

(1)   Bina hubungan saling percaya.

(a)      Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.

(b)     Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama lengkap dan nama panggilan perawat serta

tanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien.

(c)      Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.

(d)     Buat kontrak asuhan : apa yang perawat akan lakukan bersama klien, berapa lama akan

dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.

(e)      Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan

terapi.

(f)      Tunjukan sikap empati terhadap klien setiap saat.

(g)     Penuhi kebutuhan dasar klien jika mungkin.

(2)   Bantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.

Page 12: Asuhan Keperawatan Jiwa

(a)      Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

(b)     Tanyakan penyebab klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.

(3)   Bantu klien mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan cara mendiskusikan

manfaat jika klien memiliki banyak teman.

(4)   Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara :

(a)      Diskusikan kerugian jika klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.

(b)     Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien

(5)   Bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

(6)   Ajarkan klien berkenalan.

b)   SP 2 klien     : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang

pertama/perawat).

c)    SP 3 klien     : Melatih klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang

kedua/klien).

b.    Tindakan keperawatan pada keluarga

1)   Tujuan keperawatan

Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat klien isolasi sosial.

2)   Tindakan keperawatan

a)    SP 1 keluarga    : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai masalah

isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat klien isolasi sosial.

(1)     Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

(2)     Jelaskan tentang :

(a)      Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien.

(b)      Penyebab isolasi sosial.

(c)      Cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial, yaitu :

Page 13: Asuhan Keperawatan Jiwa

Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar

janji, berikan semangat dan dorongan kepada klien untuk dapat melakukan kegiatan bersama-

sama dengan orang lain (yaitu dengan tidak mencela kondisi klien dan memberikan pujian

yang wajar), tidak membiarkan klien sendiri di rumah, dan buat rencana atau jadwal

bercakap-cakap dengan klien.

(3) Peragakan cara merawat klien dengan isolasi sosial.

(4) Bantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan masalah

yang dihadapi.

(5) Susun perencanaan pulang bersama keluarga.

b)   SP 2 Keluarga   : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi sosial

langsung di hadapan klien.

c)    SP 3 Keluarga   : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

4.       Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan rencan keperawatan oleh perawat dan klien, perawat

bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada klien dan berorientasi

pada hasil, sebagaimana digambarkan dalam rencana9.

Tujuan dari pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping7.

Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan

yang aman dan individual dengan pendekatan multifokal9.

5.       Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam mengumpulkan,

mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status kesehatan klien dengan kriteria

hasil yang diinginkan, serta menilai derajat pencapaian hasil klien9.

Page 14: Asuhan Keperawatan Jiwa

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak8.

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan serta

untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif 7.

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses (formatif) yang dilakukan

setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan, dan evaluasi hasil (sumatif) dilakukan

dengan cara membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan1.

Proses evaluasi yang menentukan evektivitas asuhan keperawatan meliputi lima

unsure yaitu, mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi, mengumpulkan data untuk

menentukan apakah criteria dan standar telah dipenuhi, menginterpretasi dan meringkas data,

mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbnagan klinis, dan menghentikan, meneruskan,

atau merevisi rencana perawatan11.

Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat didokumentasikan

lalu kemudian di evaluasi dengan menggunakan pendekatan SOAP ( Subjektif, Objektif,

Analisis, Planning)1.

S :        Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

O:        Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

A :       Analisa terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih ada

atau telah teratasi atau muncul masalah baru.

 P :       Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien dan respon perawat.

Dengan mengikuti keenam langkah diatas, perawat memiliki kerangka kerja

sistematik untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah dalam memberikan

asuhan keperawatan.Proses keperawatan bersifat dinamis, tidak statis dan berlangsung terus-

menerus selama perawat dan klien berinteraksi guna mencapai perubahan respons fisik atau

perilaku klien12.

Page 15: Asuhan Keperawatan Jiwa

Beberapa kondisi dan perilaku perawat yang diperlukan pada saat melakukan evaluasi

dalam proses keperawatan menurut Stuard dan Sundeen dalam Intansari Nurjannah adalah

sebagai berikut13 :

1.    Kondisi perawat : supervise, analisis diri, peer review, partsipasi klien dan keluarga.

2.    Perilaku perawat : membandingkan respons klien dan hasil yang diharapkan, mereview

proses keperawatan, memodifikasi proses keperawatan sesuai yang dibutuhkan, berpartisipasi

dalam peningkatan kualitas dari aktifitas yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusuma, Farida dan Hartono.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika; 2010. p. 2, 2, 2-4, 16 & 8, 5, 16, 120, 128, 128, 132, 136, 138, 148, 50, 50, 51, 52.

2. Videbeck, S. L.. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health Nursing). Jakarata: EGC; 2008. p. 3-4.

3. Laporan Tahunan Balai Kalawa Atei : Balai Kesehatan Kelawa Atei Palangka Raya, Tahun 2010. Palangka Raya: Balai Kesehatan Kelawa Atei; 2010. p. 18 & 14.

4. Fitria, Nita. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika; 2009. p. 29, 30, 31, 32, 32-33, 33-35, 35, 37, 36, 36.

5. Mansjoer, Arif. et al. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius; 2000. p. 196, 238, 238, 238.

6. Doenges, M. E. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Jakarta: EGC; 2002. p.  6, 8, 10.

7. Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika. 2001. p. V, 17, 63, 71.

8. Hidayat, A. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. 2007. p. 98, 124.

9. Christensen, P. J. Proses Keperawatan : Aplikasi Model Konseptual. Terjemahan dari Nursing Process : Application of Conceptual Models, oleh Yuyun Yuningsih.4th ed. Jakarta: EGC; 2009. p. 105, 271, 329, 329, 349.

10. Keliat, Budi Anna, dan Akemat . Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC; 2009. p. 98-108.

Page 16: Asuhan Keperawatan Jiwa

11. Potter and Perry. Fundamental Keperawatan. Terjemahan dari Fundamental of Nursing, oleh Adrina Ferderika.7th ed. Jakarta: Salemba Medika.; 2009.  p.83.

12. Townsend, M. C. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri : Rencana Asuhan dan Medikasi Psikotropik. Terjemahan dari Nursing Diagnosas in Psychotropic Medications, oleh Devi Yulianti dan Ayura Yosef. 5th ed. Jakarta: EGC; 2009. p. 3.

Diposkan oleh Dragon Slayer di 04.40 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Beranda Langganan: Entri (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼   2011 (1) o ▼   Desember (1)

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa_Isolasi Sosia...

Mengenai Saya

Dragon Slayer Hidup ini kamu yang menentukan, maka berusahalah....!!!!

Lihat profil lengkapku Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.