20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi mental , respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya. Antipsikotik adalah antagonis dopamine dan menyekat reseptor dopamine dalam berbagai jaras di otak. Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memilikiefek samping yang perlu diketahui agar pengobatan 1

MakaLah Keperawtan Jiwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obata anti psikosis

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya.

Antipsikotik adalah antagonis dopamine dan menyekat reseptor dopamine dalam berbagai jaras di otak. Obat antipsikotik baik tipikal maupun atipikal tentunya memilikiefek samping yang perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai denganproporsidan tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat anti psikosis ini terlebih dahulu karena selain manfaatnya, antipsikotis juga mempunyai kerugian yang menyertainya. Antipsikotik merupakan pengobatan yang terbaik untuk penyakit skizofrenia dan penyakit psikotik lainnya. Antipsikotik digunakan secara klinis pada tahun 1950an, ketika Chlorpomazine (CPZ), turunan dari phenothiazine, telah disintesis di perancis. Walaupun dikembangkan sebagai potensial antihistamin, chlorpromazine memiliki antipsikotik pada pemakaian klinis. CPZ digunakan sebagai model dalam pengembangan antipsikotik, tapi semua generasi pertsms (kecuali clozapine) mempunyai efek yang menyebabkan gejala ekstrapiramidal berdasarkan atas property utama, antagonis kuat dari reseptor dopamine D2. Sebagai tambahan property antipsikotik obat ini memiliki fungsi lain, berdasarkan kemampuan memblok reseptor Dopamin D2 (seperti antiemetic dan mengurangi beberapa kelainan gerak yang ditandai dengan adanya gerakan yang berlebih). Antipsikotik antagonisD2 disebut dengan tipikal, (untuk memisahkan dengan clozapine dan obat-obat atipikal baru) yang mengurangi gejala ekstrapiramidal.B. Tujuan

1. Untuk mengetahui macam-macam obat anti-psikosis

2. Untuk mengetahui cara kerja obat anti-psikosis

3. Untuk mengetahui indikasi obat anti-psikosis

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah :

1. Apa yang dimaksud obat anti-Psikosis?

2. Apa macam-macam dari obat anti-psikosis ?3. Bagaimana mekanisme kerja anti-psikosis ?

4. Apa saja indikasi dan kontra indikasi anti-psikosis ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianPsikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan psikomimetika.

Psikotropik Merupakan obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic mediciation) (Suparno, 2008).

Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis kelakukan atau pengalaman (WHO, 1966, dalam Suparno, 2008).

Psikosis berarti kondisi abnormal pikiran, dan merupakan istilah psikiatri generik untuk keadaan mental sering digambarkan sebagai melibatkan "hilangnya kontak dengan realitas".Orang yang menderita psikosis dikatakan psikotik.

Orang yang mengalami psikosis dapat melaporkan halusinasi atau delusi keyakinan, dan mungkin menunjukkan perubahan kepribadian dan gangguan pikiran.Tergantung pada beratnya, ini bisa disertai dengan perilaku yang tidak biasa atau aneh, serta kesulitan dengan interaksi sosial dan gangguan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari.Obat Anti-Psikosis Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer. Salah satunya adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai premedikasi dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi delusi dan halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.B. Macam-macam Obat Anti Psikosis dan Mekanisme KerjanyaObat Anti-Psikosis Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium. Obat anti psikosis ini dibedakan menjadi dua golongan, karena terjadi perbedaan mekanisme kerja yang terjadi pada kedua obat ini. Obat tipikal hanya bekerja sebagai Dopamine D2 receptor antagonis yaitu mem-blokade Dopamine pada reseptor pasca-sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbik dan sistem Ekstrapiramidal ). Sedanglan Obat yang atipikal, pada Dopamine D2 Receptor dan Serotonin 5 HT2 Receptor.

Perbedaan yang terjadi tersebut menyebabkan jika Obat Anti-Psikosis Tipikal lebih efektif untuk mengobati Gejala Positif saja dan Anti-Psikosis Atipikal efektif mengobati Gejala Positif dan Negatif, karena pada atipikal selain bekerja pada Dopamin D2 Receptor juga bekerja pada Serotonin 5 HT Receptor.

Berikut adalah macam-macam penggolongan obat Anti Psikosis1. Anti Psikosis Tipikal dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : Golongan Phenothiazine yang dibagi 3 golongan : Rantai Aliphatic : Clorpomazine (largactil),CPZ merupakan fenotiazin pertama yang digunakan untuk pengobatan perilaku psikotik klien rumah sakit jiwa berefek sedasi kuat menurunkan tekanan darah yang disertai sikap kecekapan dan daya fikir berkurang, aktivitas motorik terganggu, menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramid). CPZ dapat mencegah muntah yang disebabkan kelainan saluran cerna, rangsangan chemoreceptor trigger zone. Sedangkan fenotiazin dapat mempengaruhi ganglia basal sehingga menimbulkan efek ekstarpiramidal. CPZ dapat menghambat ovulasi dan menturasi, dapat menghambat sekresi Acetil kolin dan menimbulkan hipotensi karena CPZ berefek alfa bloker inotropik negatif jantung. Rantai Piperazine : Perphenazine (stelazine), Trifluophenazine (anatensol), Rantai Piperidine : Thioridazine Golongan Butyrophenone : Haloperidol (haldol, serenace, dll) Golongan Diphenyl-butyl-piperidine :Pimozide (Orap)

2. Anti Psikosis Atipikal dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : Golongan Benzamide : Supiride (dogmatil)

Golongan Dibenzodiazepine : Clozapine (Clozaril), Olanzapine (zyprexa) Quentiapine (seroquel), Zotepine (ludopin)KLOZAPIN

Merupakan antipsikosis atipikal pertama dengan potensi lemah. Disebut atipikal karena obat ini hamper tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal dan kadar prolactin serum pada manusia tidak ditingkatkan. Klozapinefektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif maupun yang negative. Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk mengobati pasien yang refrakter terhadapobat standar. Selain itu resiko efek samping ekstrapiramidal yang sangat rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukan gejala ekstrapiramidal berat pada pemberian antipsikosistipikal. Namun karena klozapin memiliki resiko timbulnyaa granulositosis yang lebih tinggi dibandingkan antipsikosi yang lain maka penggunaannya dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis yang lain. Golongna Benzioxazole : Risperidone (risperidal), Apiprazole (abilify)RISPERIDON

Farmakodinamik

Reapiridon yang merupakan derivate dari benzisoksasol mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2) dan aktifitas menengah terhadap reseptor dopamine (D2), alfa 1 danalfa 2 adrenegik dan reseptor histamine. Aktivitasantipsikosis di perkirakan melaluihambatan terhadapreseptor serotonin dan dopamine.

Farmakokinetik

Bioavailabilitas oral sekitar 70 %, volume didistribusi 1-2 L/kg.di plasma risperidon terikatdengan albumin danalfa 1 glikoprotein. Ikatan protein plasma sekitar 90%.

3. Anti Psikosis tipikal golongan lain: kloroprotikten, droperidol, haloperidol, loksapin, molidon, tiotiksen.

Haloperidol diabsorbsi baik melalui mukosa gastrointestinal mempunyai waktu paruh panjang dan tinggi berikatan dengan protein sehingga obat dapat diakumulasi dan sebagian besar diekresi dalam urin. Obat ini untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk usia lanjut dosisnya dikurangi karena berkurangnya fungsi hati dan efek samping yang mungkin timbul. Bisa juga digunakan untuk anak hiperaktif. Berefek antikolinergik dan harus hati-hati pada pasien riwayat glaukoma. Pemakaian jangka panjang dapat berakibat fotosensitifitas pada kulit dan diskrasia darah = gangguan sel darah. Perlu diawasi adanya ekstraparamidal symptoms = EPS. .Mekanisme Kerja Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2.Anti-psikosis atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem limbic, terutama pada striatum.C. Indikasi dan Kontra indikasi1. Indikasi

a. Adanya hendaya berat dalam RTA (Reality Testing Ability/kemampuan daya menilai realitas). Dengan adanya ganguan RTA tersebut, maka akan bermanifestasi berupa kesadaran diri (awareness) terganggu, daya nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan (insight) terganggu.

b. Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, yang akan bermanifestasi berupa adanya Gejala Positif dan Gejala Negatif. Gejala Positif berupa :

gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi Pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak terkendali.Gejala Negatif berupa :gangguan perasaan (afek tumpul, respon minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gannguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yangsangant terbatas dan cenderung menyendiri (abulia)

c. Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi seperti tidak mau bekerja, menjalin hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin.Sindrom Psikosis terbagi menjadi dua bagian, yaitu sindrom psikosis fungsional dan sindrom psikosis organic.

Sindrom Psikosis Fungsional = skizofrenia, Psikosis Paranoid, Psikosis afektif, Psikosis reaktif singkat, dll

Sindrom Psikosis Organik = Sindrom delirium, Dementia, Intoksikasi Alkohol, dll.2. Kontra indikasi Obat-obat anti-psikosis berkontradiksi dengan : penyakit hati, penyakt darah, kelainan jantung, epilepsy, febris yang tinggi, penyakit SSP, ketergantungan alcohol, dan gangguan kesadaran.D. Efek samping Golongan kimia antipsikotik tipikal yang konvensional dibedakan oleh kedalaman, jenis, dan keparahan efek samping yang dihasilkan. Keefektifan klinis keseluruhan obat tersebut dalam dosis yang ekuivalen adalah sama. Antispikotik atipikal terbaru, seperti klozapin, risperidon, olanzapin, dan ziprasidon, mempunyai efek klinis yang lebih besar daripada antipsikotik kelas lain dengan efek samping ekstrapiramidal akut yang minimal.

Penggunaan utama antipsikotik untuk skizofrenia, sindrom otak organik dengan psikosis. Obat ini juga berguna untuk pasien yang mengalami ansietas berat dan menyalahgunakan obat atau alkohol karena benzodiazepin dikontraindikasikan bagi mereka.

Efek samping obat anti-psikosis sangat penting kita ketahui, mengingat pengguanaan oabat ini kemungkinan diberikan dalam jangka panjang. efek samping dapat berupa :1. Sedasi dan Inhibisi Psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)

2. Gangguan Otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik :mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intreokuler yang tinggi, gangguan irama jantung)

3. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas)

4. Gangguan Endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia) metabolik (jaundice), hematologik (agranulositosis), biasanya pada pemakaian panjang. Dalam obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah "optimal respone with minimal side effects". Efek samping yang terjadi pada setiap pasien biasanya berbeda-beda, ada pasien yang dapat mentolelir dengan cepat, ada juga yang lambat dan ada juga pasien yang membutuhkan obat simtomatis untuk meringan kan penderitaan pasien. Efek samping dapat juga yang "irreversible" : tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter pada : lidah, wajah, mulut/rahang, anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala tersebut menghilang). biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis (non dose related)

Bila terjadi gejala tersebut : obat anti-psikosis perlahan-laha dihentikan, bisa dicoba pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h (dopamine depleting agent), pemberian obat anti parkinson atau I-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat pengganti anti-psikosis yang paling baik adala Clozapine 50-100 mg/h. Pada pengguanaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodik harus dilakukan pemeriksaan laboratorium : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping obat.

Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau untuk bunuh diri. namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan sebaiknya dilakukan "lavage lambung" bila obat belum lama dimakan.

E. Cara kerja Mekanisme Kerja Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2. Anti-psikosis atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin sistem limbic, terutama pada striatum.F. Cara penggunaan Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati first-pass metabolism di hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular (IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk depot IM yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor. Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2 mg/hari). Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap skizofrenia. Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu merubah posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil IM). Haloperidol juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan diatasi dengan tablet trihexylfenidil 3-4x2 mg/hari. Indikasi Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourettes syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan depresi delusional. Efek Samping 1. Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv2. Endokrin: galactorrhea, amenorrhea 3. Antikolinergik: hiperprolaktinemia Bila terjadi gejala tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah klozapin 50-100 mg/hari. Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas, jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia, rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamin (bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200 mg/hari) Kontraindikasi Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi, ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran. G. Pemberian DosisDalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:a. Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggub. Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jamc. Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)d. Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga tidak menganggu kualitas hidup pasien.

Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga dosis efektif (sindroma psikosis reda) dan dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan

dosis optimal

dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu

dosis maintenance

dipertahankan selama 6 bulan 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) ( stop BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULANAntipsikotik disebut juga neuroleptika atau major tranquillizers, adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi fungsi umum, seperti berpikr dan berkelakuan normal. Obat ini dapat meredakan emosi dan agresi, dan dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti : impian, halusinasi serta menormalkan perilaku yang tidak norma.Obat anti-psikosis terbagi menjadi 2 golongan yaitu: anti-psikosis atipikal dan anti-psikosis tipikal. Penggunaan anti-psikosis mempunyai efek samping seperti, Sedasi dan Inhibisi Psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)

Gangguan Otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik :mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intreokuler yang tinggi, gangguan irama jantung)

Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom parkinson : tremor, bradikinesia, rigiditas)

Gangguan Endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia) metabolik (jaundice), hematologik (agranulositosis), biasanya pada pemakaian panjang. 12