Upload
yulhy-safitri
View
43
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas Individu
24 Oktober 2013
Peranan Seorang Dokter dalam Menangani Permasalahan
Kesehatan di Masyarakat Ditinjau dari Segi Upaya
Penanganan Promotif dan Preventif
DISUSUN OLEH :
NAMA :
NO.STAMBUK :
KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
2012/2013
Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada
munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya
ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan
kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific
period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak
boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.
Definisi Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini.
Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang
sangat sempit sampai batasan yang luas seperti yang kita anut saat ini dapat diringkas
sebagai berikut.
Batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyarakat adalah
upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan.
Dengan kata lain kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk
memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan
kesehatan masyarakat.
Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi
mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Akhirnya
kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran,
sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah ilmu & seni mencegah
penyakit, memeperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik , mental & efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisasi untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, control infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan
perorangan, pengorganisasian pelayanan medis & perawatan, untuk melakukan
diagnosa dini, pencegahan penyakit & pengembanagan aspek social, yang akan
mendukung agar setiap warga masyarakat mempunyai standar kehidupan yg kuat
untuk menjaga kesehatannya.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu
kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi
seni, yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang
bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan
yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program
perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program
pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh
adanya promosi kesehatan.
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal
serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Pembahasan
A. Pelayanan Kesehatan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif
Pelayanan Kesehatan Promotif , Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif
Berbicara mengenai konsep kesehatan. Kita kenal ada 2 (dua) konsep yaitu
konsep kesehatan masyarakat dan konsep kedokteran, konsep kesehatan
masyarakat lebih berorientasi kepada masalah kesehatan dihubungkan dengan
aspek social cultural. Konsep kesehatan masyarakat menekankan pada
pendekatan preventif dan promotif. Sedangkan konsep kedokteran lebih
berorientasi pada masalah sehat sakit terutama penyakit yang berkaitan
dengan aspek biomedis. Pendekatan yang digunakan dalam pelayanan
kesehatan adalah Kuratif dan rehabilitative. Kesehatan masyarakat
menggunakan pendekatan preventif dan promotif. Preventif (pencegahan)
adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau menjaga orang yang
sehat agar tetap sehat, Misalnya yang paling sederhana melakukan cuci tangan
sebelum makan dan sesudah buang air besar akan mencegah terjadinya
penyakit diare. sedangkan promotif (peningkatan) adalah meningkatkan agar
status status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya pemberian
inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang dapat membantu
meningkatkan kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi
yang terkandung dalam ASI. Anak tidak mudah terkena penyakit. Perbedaan
lain yang cukup mencolok adalah kesehatan masyarakat mengambil obyek
sasaran kesehatannya yaitu masyarakat atau komunitas (skala makro)
sedangkan kedokteran menangani individu (skala mikro). Kuratif
(pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata yang lebih
mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang dari
keadaan sakit secara fisik dan psikis. Misalnya balita yang menderita
pneumonia tentu membutuhkan pengobatan antiobiotik. Penyakit ini akan
mengganggu tumbuh kembang balita tersebut ; Balita tidak suka makan yang
mungkin berakibat pada penurunan status gizi balita. sedangkan rehabilitatif
(pemulihan) adalah proses menjaga agar seorang yang sudah sembuh (belum
100% sembuh) kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit
pneumonia membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk
proses penyembuhan serta pemulihan dari penyakitnya. Balita yang sering
sakit akan mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya. Jadi sebenarnya
tugas kesehatan masyarakat itu lebih sulit dibandingkan kedokteran karena
obyek dari kesehatan masyarakat yang lebih luas yaitu masyarakat secara
umum atau suatu komunitas. Dan kita (kesehatan masyarakat) menangani
orang sehat yang jumlahnya sangat besar, berkisar antara 80% (untuk negara
berkembang) atau 85% (untuk negara maju). Lagi pula kita harus berusaha
ekstra keras untuk menyadarkan masyarakat yang sehat agar mampu dan mau
untuk menjaga kesehatannya, karena sesungguhnya menjaga kesehatan itu
lebih sulit dari pada mengobati. Karena menyangkut pola prilaku hidup sehat.
dan kebiasaan mencari dan mendapatkan pelayanan kesehatan. Seseorang
baru akan mencari pelayanan kesehatan apabila sudah mengalami sakit.
Sebagai contoh, bagi seorang petani kalau mengalami nyeri kepala dan mual
muntah, demam, menggigil, akan merasa sehat saja jika sudah berkeringat
setelah menggigil, kembali bekerja di kebun karena sudah merasa sembuh
serta menganggap biasa penyakit malaria dan baru akan segera berobat jika
sudah parah atau mengalami komplikasi malaria cerebral. Secara cultural bagi
masyarakat tertentu terutama masyarakat pedesaan untuk mendapatkan
pelayanan masih harus berkonsultasi dengan keluarga atau orang kunci
sebagai pengambil keputusan atau membantu keluarga dalam mengambil
keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tantangan kesehatan
masyarakat lebih besar dari pada kedokteran terutama karena perbedaan aspek
pendekatan yang digunakan, aspek kuratif dan rehabilitatif lebih mudah untuk
diterapkan (terutama pada orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan).
Kebanyakan orang kalau sudah menderita sakit akan patuh pada aturan yang
disampaikan oleh petugas kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi, dll).
Hasil dari pelayanan kuratif dan preventif juga lebih cepat dirasakan oleh
klien apabila mentaati semua nasehat termasuk tindakan medis, dan perawatan
yang diberikan. Sedangkan aspek preventif dan promotif lebih sukar untuk
diterapkan karena hasil yang didapat bersifat long term (jangka panjang)
sehingga tidak bisa langsung diambil manfaatnya dan biasanya orang-orang
lebih senang untuk melihat hasil yang cepat. Misalnya pasien malaria akan
mudah dinasehati apabila dia menderita malaria daripada pada saat dia sehat.
Dan lagi kesehatan masyarakat itu obyek sasarannya lebih luas yakni
masyarakat (80% penduduk Indonesia) dan agak susah untuk membuat status
kesehatan mereka yang sehat agar tetap sehat, bahkan menjadi lebih sehat
lagi. Namun sebagai petugas kesehatan tak perlu cemas dan pesimis karena
informasi yang diberikan terus-menerus akan mampu merubah prilaku hidup
seseorang untuk dapat mengadopsi prilaku hidup sehat. Hal tersebut adalah
tantangan dalam intervensi pelayanan kesehatan berdasarkan anggapan
masyarakat yang “keliru” yang seharusnya secara terus menerus diperbaiki
terutama pola pikir masyarakat yang masih terfokus pada anggapan “kalau
sakit baru berobat atau ke Puskesmas”. Menjadi rajin untuk mengakses
pendidikan kesehatan yang dapat merubah prilaku hidup sehat sehingga
terhindar dari penyakit. Sebenarnya biaya pelayanan kesehatan preventif dan
promotif lebih murah daripada kuratif dan rehabilitative. Sehingga sebagai
petugas kesehatan yang benar-benar memahami tentang konsep penyakit perlu
lebih aktif untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat sehingga dapat membantu masyarakat untuk berprilaku hidup
sehat, mencegah penyakit dan lebih produktivitas menjadi meningkat. Ingat :
“mencegah lebih baik daripada mengobati”
Pendekatan preventif adalah upaya yang diarahkan untuk
mengantisipasi masalah-masalah umum, individu dan mencoba mencegah
jangan sampai terjadi masalah tersebut.pendekatan ini bias ditujukan kepada
siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi dipredisikan atau patut diduga
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program studi tertentu
yang akan ditempuhnya. Predikis itu dikategorikan menjadi tiga yaitu :
1. Bagi yang termasuk kategori normal mampu menyelesaikan program belajar
mengajar sesuai dengan waktu yang disediakan.
2. Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak dapat diselesaikan dengan
batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi tersebut maka layanan
pengajaran perbaikan dapat dalam bentuk
a) Bentuk belajar homogeny
b) Bentuk individual
c) Bentuk kelompok dengan jelas remedial
Ada salah satu slogan yang berkembang dalam bidsng kesehatan,yaitu
mencegah lebih baik daripada mengobati. Slogan ini relevan dengan bidang
bimbingan dan konseling yang sangat mendambahkan sebaiknya individu tidak
mengalami sesuatu masalah. Apabilaindividu tidak mengalami seuatu masalah, maka
besarlah kemungkinan ia akan dapat melaksanakan proses perkembnagannya dengan
baik, dan kegiatan kehidupannya pun dapat terlaksana tanpa ada hambatan yang
berarti. Pada gilirannya, prestasi yang handal dicapainya dapat pula semakin
meningkat.
Upaya pencegahan memang telah disebut orang sejak puluhan tahun yang
lalu.pencegahan diterima sebagai sasuatu yang baik dan perlu dilaksanakan. Tetapi
hal itu kebanyakan baru disebut-sebut saja, perwujudannya yang bersifat operasional
konkret belum banyak terlihat.
Bagi konselor professional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan
untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi perkembangan
individu,upaya pencegahan tidak sekedar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah
suatu keharusan yang bersifat etis (horner & McElhaney, 1993). Oleh karena itu,
pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas
kewajibannya yang amat penting.
Bimbingan dan konseling perlu menetapkan program kegiatan dalam rangka
menangulangi kenakalan tersebut yang sumber penyebabnya terletak didalam
dorongan negative pribadi dan pengaruh negative dari lingkungan sekitar.
Program yang ditetapkan, harus dapat menjangkau segala iktiar yang bersifat
umum dan kusus yaitu :
1. Iktiar pencegahan yang bersifat umum meliputi :
a) Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan
melalui ibunya
b) Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan didik dalam suasana yang
stabil, mengembirakan serta optimisme.
2. Usaha-Usaha yang bersifat khusus
Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya dikalangan remaja perlu
diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus dan langsung yaitu
pengawasan.
1) Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek
pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi hanya dua aspek saja, yakni :
a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit. Dengan ini maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok
menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi
yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa
yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari
promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam
pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation) Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang
terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka
mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan
advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat
keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan
melalui kebijakan atau keputusan.
2. Menjembatani (Mediate) Kegiatan pelaksanaan program-program
kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di
lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan
berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan
kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh
sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli
terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan
memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau
kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable) Masyarakat diberikan suatu
keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan
kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan
keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga,
maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga
akan meningkat.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk
penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan
khusus (specific protection).
2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis
and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
3. Pencegahan tersier: rehabilitasi.
Dilihat dari dimensi tingkat pelayanan kesehatan, dapat dilakukan berdasarkan
5(lima)tingkat pencegahan (five levels of prevention) dr Leavel and Clark, sebagai
berikut:
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:
1. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
2. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi,
peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan
narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
3. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment),
tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah
terjadinya komplikasi dan cacat.
4. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi
diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
Pencegahan tersier
5. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak
menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada
gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit:
yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan
berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang
akhirnya sembuh atau mati.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan dokter dan
praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal
empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat
tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
1. Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan
terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu
terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
2. Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih
mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian
(faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
3. Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah
terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan
upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai
keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
4. Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala
besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya
bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan
mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
Pembatasan cacat (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan &
penyakit, maka seorang masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas.
Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit
terhadap penyakitnya.Sehingga pengobatan yang tidak layak dan sempurna akan
dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau berketidakmampuan, oleh
karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. Karena penanganan
secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi dapat mencegah terjadinya
infertilitas.
B. Peran Dokter Layanan Primer
Berdasarkan UU. No. 36 / 2009 tentang kesehatan, dan UU. No. 44 /
2009, sistem pelayanan kesehatan di Indonesia terbagi dalam 3 strata yaitu
pelayanan primer oleh dokter umum, pelayanan sekunder oleh dokter spesialis
dan pelayanan tersier oleh dokter subspesialis/konsultan.
Dalam rangka implentasi universal health coverage di Indonesia
diyakini kesehatan adalah hak asasi sekaligus investasi, dimana semua warga
negara berhak atas pelayanan kesehatan. Jaminan kesehatan merupakan salah
satu program yang wajib dilaksanakan sesuai amanat UU No 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sebagai salah satu amanat
dari UU SJSN, maka UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) telah disahkan. Dengan berlandaskan UU SJSN dan
BPJS, maka makin memantapkan arah ke depan bahwa pembiayaan kesehatan
personal bagi masyarakat Indonesia akan diselenggarakan dalam mekanisme
jaminan Kesehatan.
Adanya UU SJSN dan BPJS ini akan menitikberatkan kebutuhan
pelayanan kesehatan pada pelayanan kesehatan primer. Hal ini akan
menyebabkan jumlah dokter layanan primer perlu ditingkatkan dan
didistribusikan secara merata untuk mencapai peningkatan mutu serta
pemerataan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Peningkatan jumlah dokter layanan primer tersebut harus didukung
dengan kompetensi dokter yang komprehensif di bidang pelayanan kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dan pelaksanaan program pemerintah dalam
pelayanan kesehatan masyarakat. Konsep dokter layanan primer yang
merupakan dokter keluarga akan berbeda dengan konsep dokter umum yang
selama ini lebih menekankan pengobatan kuratif. Diharapkan dokter layanan
primer akan meningkatkan pelayanan kesehatan dengan melakukan tindakan
promotif dan preventif. Namun sampai saat ini wewenang dan tanggung
jawab dokter layanan primer masih belum jelas dalam sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Penjelasan dan Pedoman Pelaksanaan
Kita semua sebagai warga negara Republik Indonesia harus menyadari
tanggung jawab kita untuk mewujudkan secara nyata tujuan nasional yang disebut
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu tujuan tersebut adalah
memajukan kesejahteraan bangsa. Memajukan kesejahteraan, berarti memenuhi
kebutuhan pokok untuk hidup yang meliputi sandang, papan, pendidikan, kesehatan,
kesempatan kerja dan memperoleh nafkah yang layak, ketentraman hidup serta, bebas
dari tekanan.
Derajat kesehatan rakyat dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan, pelayanan
kesehatan, perilaku dan lingkungan (fisik, sosial, ekonomi dan budaya). Faktor
perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan.
Sedangkan lingkungan adalah faktor kedua terbesar, oleh karena itu upaya
meningkatkan derajat kesehatan rakyat menangani kedua faktor tersebut, dan dua
faktor lainnya, yang dilaksanakan dalam sistem kesehatan nasional.
Kegiatan peningkatan derajat kesehatan rakyat ini dilakukan melalui
pembangunan nasional dibidang kesehatan yang dilaksanakan melalui, baik
pembangunan lima tahunan maupun pembangunan jangka panjang. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan tingkat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dari uraian diatas, tampak bahwa tanggung jawab untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal berada ditangan seluruh masyarakat Indonesia,
yaitu pemerintah, swasta maupun masyarakat pada umumnya.
Dokter adalah tenaga profesi yang mempunyai kemampuan untuk
mengerakkan potensi yang ada bagi terwujudnya tujuan kesehatan individu, tetapi
juga berperan dalam intervensi terhadap berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan sebagaimana telah disebutkan terdahulu.
Pelayanan yang diberikan hendaknya bersifat menyeluruh, mencakup aspek
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam aspek promotif, seorang dokter
dapat bertindak sebagai pengerak upaya masyarakat yang dapat mendukung
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal, seperti: peningkatan gizi
masyarakat, penyehatan lingkungan hidup, upaya peningkatan pendapatan keluarga,
dan sebagainya.
Untuk itu kegiatan penyuluhan yang mencakup unsur-unsur informasi
komunikasi dan edukasi merupakan cara pendekatan yang dapat digunakan,
khususnya dalam proses pemecahan masalah kesehatan masyarakat yang melibatkan
secara aktif masyarakat. Dalam bidang preventif, kuratif dan rehabilitatif, setiap
dokter harus selalu berusaha menyegarkan pengetahuan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan dan kedokteran serta penerapannya yang responsif terhadap
kebutuhan masyarakat maupun sesuai kebijaksanaan yang berlaku.
Dokter merupakan tenaga ahli yang dapat membantu masyarakat melalui
pemberian pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat pada tingkat kontak
profesional pertama sampai dengan pad a tingkat rujukannya lebih lanjut (pelayanan
rujukan antara lain melalui pelayanan AS).
Kesimpulan
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah
berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan
kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan sebagai berikut :
kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk :
Perbaikan sanitasi lingkungan
Pemberantasan penyakit-penyakit menular
Pendidikan untuk kebersihan perorangan
Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan
Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi
kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Hal ini sesuai dengan Pasal 8 yang berbunyi:
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.
Selanjutnya Winslow secara implisit mengatakan bahwa kegiatan kesehatan
masyarakat itu mencakup a) sanitasi lingkungan b) pemberantasan penyakit c)
pendidikan kesehatan (higiene) d) manajemen (pengorganisasian) pelayanan
kesehatan dan e) pengembangan rekayasa sosial dalam rangka pemeliharaan
kesehatan masyarakat.
Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat seperti tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi,
teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan
ilmu sosial dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.