Upload
amir-ekha
View
695
Download
101
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perawat
Citation preview
MAKALAH KORUPSI
“BAGAIMANA PENDAPAT DAN SARAN ANDA TENTANG KORUPSI KETIKA
MELIHAT BAHWA PRAKTEK KORUPSI ITU JUSTRU DILAKUKAN OLEH
PEMUKA AGAMA?”
DISUSUN OLEH
1. AMIRUDDIN2. DARDIANSYAH3. JHON KOMAN4. MARLIANTO5. MARSIA ENDANG D
6. MAIRIZAL M. NUR7. MARWANSYAH8. SEKAR SULISTIAWATI9. SUYITNO10.YUNITA TATO
KELOMPOK 2
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN D-IV KEPERAWATAN ANESTESI
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Korupsi yang dilihat dari aspek
agama”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari korupsi tersebut. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Yogyakarta, 10 September 2015
Penyusun
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi………………………………………………………….
B. Jenis – Jenis Korupsi………………………………………………………..
C. Faktor Penyebab terjadinya korupsi………………………………………
D. Hukum dan UU Korupsi……………………………………………………
E. Data dan Fakta Korupsi…………………………………………………….
F. Dampak korupsi…………………………………………………………….
BAB III PANDANGAN AGAMA TERHADAP KORUPSI
A. Pandangan Korupsi Menurut Agama Islam……………………………..
B. Pandangan Korupsi Menurut Agama Kristen…………………………..
G. Cara Penanggulangan Korupsi…………………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….....
BAB 1
KORUPSI
1.1 LATAR BELAKANG
Tentunya kata korupsi sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Korupsi kini sudah menjadi
suatu budaya baru yang berkembang di dalam masyarakat. Tidak hanya kalangan pejabat
pemerintah saja namun di berbagai bidang budaya korupsi nampaknya mulai mewabah tidak
hanya di Indonesia tapi di dunia. Banyak upaya yang sudah dilakukan tentunya , namun sampai
saat ini upaya pemberantasan korupsi di Indonesia belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Dalam beberapa tahun terakhir, indeks persepsi korupsi di Indonesai tidak banyak berubah.
Praktik korupsi telah merugikan negara hingga lebih dari Rp100 triliun.
Data Lembaga Transparancy Internasional menyebutkan tahun 2011 Indonesia memiliki indeks
persepsi korupsi 2,8, dengan skala 0 hingga 10, Indonesia dipersepsikan sangat korup. Indeks itu
tidak berubah dari indeks tahun 2009 dan 2010
Tentunya bukan suatru prestasi yang bisa kita banggakan kita menjadi Negara peringkat
ke 4 terkorup dan menyebabkan kerugian besar tentunya . Potensi kerugian negara akibat korupsi
berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW), mencapai Rp619 miliar. Kerugian tersebut
berasal dari sektor energi Rp204 miliar, infrastruktur Rp146 miliar, keuangan daerah Rp99
miliar, kesehatan Rp93 miliar. Sisanya adalah sektor perbankan Rp51 miliar dan sosial
kemasyarakatan sebesar Rp24 miliar. Jika terus begini tanpa ada suatu langkah yang pasti dan
jelas tentunya ini akan sangat meresahkan dan merugikan bagi Indonesia sendiri.
Melihat fakta dari data di ataskita perlu tahu apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan
korupsi ? apa saja yang dapat digolongkan sebagai tindakan korupsi ? mengapa orang sangat
gemar melakukan budaya korupsi ? serta bagaimanan pandangan agama mengenai hal ini ?
tentunya juga mencoba mencari jalan keluar atau langkah-langkah yang paling optimal untuk
dapat meminimalisasi korupsi di dunia terutama di Indonesia sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH :
Pengertian korupsi ?
Faktor penyebab Korupsi
Pandangan agama terhadap korupsi ?
BAB II
PENGERTIAN KORUPSI
Secara etimologi, kata korupsi berasal dari bahasa Latin, yaitu corruptus yang merupakan
kata sifat dari kata kerja corrumpere yang bermakna menghancurkan (com memiliki arti intensif
atau keseungguh-sungguhan, sedangkan rumpere memiliki arti merusak atau menghancurkan.
Dengan gabungan kata tersebut, dapat ditarik sebuah arti secara harfiah bahwa korupsi adalah
suatu tindakan menghancurkan yang dilakukan secara intensif. Dalam dictionary.reference.com,
kata corruption diartikan sebagai to destroy the integrity of.
Sebenarnya ada banyak pengertian dari korupsi yang disampaikan oleh para ahli. Di
antaranya adalah Huntington (1968) memberikan pengertian korupsi sebagai perilaku pejabat
publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku
menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum. Korupsi juga sering dimengerti
sebagai penyalahgunaan kekuasaan dan kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Namun korupsi
juga bisa dimengerti sebagai perilaku tidak mematuhi prinsip “mempertahankan jarak”.
“Mempertahankan jarak” ini maksudnya adalah dalam mengambil sebuah keputusan, baik di
bidang ekonomi, politik, dan sebagainya, permasalahan dan kepentingan pribadi atau keluarga
tidak memainkan peran (Agus Suradika, 2009: 2). Selain itu, korupsi juga dapat dikatakan
sebagai representasi dari rendahnya akuntabilitas birokrasi publik (Wahyudi Kumorotomo, 2005:
V)
Nye, J.S. (1967) dalam “Corruption and political development” mendefiniskan korupsi sebagai
prilaku yang menyimpang dari aturan etis formal yang menyangkut tindakan seseorang dalam
posisi otoritas publik yang disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan,
kekuasaan dan status.
Jenis-jenis korupsi :
korupsi ekstortif (extortive corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada situasi di mana
seseorang terpaksa menyogok agar dapat memperoleh sesuatu atau mendapatkan proteksi
atas hak dan kebutuhannya. Misalnya, seorang pengusaha dengan sengaja memberikan
sogokan pada pejabat tertentu agar bisa mendapat ijin usaha, perlindungan terhadap usaha
sang penyogok, yang bisa bergerak dari ribuan sampai miliaran rupiah.
korupsi manipulatif (manipulative corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada usaha
kotor seseorang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan atau keputusan pemerintah
dalam rangka memperoleh keuntungan setinggi-tingginya. Misalnya pemberian uang
kepada bupati, gubernur, menteri dan sebagainya agar peraturan yang dibuat dapat
menguntungkan pihak tertentu yang memberikan uang tersebut Peraturan ini umumnya
dapat merugikan masyarakat banyak.
korupsi nepotistik (nepotistic corruption), yaitu perlakuan istimewa yang diberikan pada
keluarga: anak-anak, keponakan atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon.
Dengan perlakuan istimewa itu para anak, menantu, keponakan dan istri sang pejabat
juga mendapatkan keuntungan.
korupsi subversif (subversive cossuption), yaitu berupa pencurian terhadap kekayaan
negara yang dilakukan oleh para pejabat negara dengan menyalahgunakan wewenang dan
kekuasaannya.
FAKTOR PENYEBAB :
Perilaku hidup mewah dan hedonism
Sifat manuasia yang tidak pernah puas
Minimnya kualitas dan pengetahuan agama
Kualitas moral dan kualitas karakter manusia yang buruk sehingga mudah tergoda oleh
kemewahan korupsi
Lemahnya penegakkan hukum, baik sistem yang ada dan personil pelaku penegakkan
hukum baik polisi, jaksa dan hakim
HUKUM KORUPSI
Di indonesia peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang tindak pidana
korupsi sudah ada. undang-undang tentang tindak pidana korupsi sudah 4 (empat) kali
mengalami perubahan. Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang korupsi,
yakni :
1. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
2. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
3. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
4. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 undang-undang nomor 20 tahun
2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana
korupsi adalah sebagai berikut.
Terhadap Orang yang melakukan Tindak Pidana Korupsi
1. Pidana Mati
Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-undang nomor 20
tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang dilakukan dalam keadaan
tertentu.
2. Pidana Penjara
1. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1)
2. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara (Pasal 3)
3. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan
sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak
langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap
tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21)
4. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.
3. Pidana Tambahan
1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang
tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,
termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu
pula dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut.
2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta
yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
3. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu) tahun.
4. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada
terpidana.
5. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut.
6. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar
uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak memenuhi
ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan undang-undang nomor
31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan
pengadilan.
DATA DAN FAKTA
Menurut data dari “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) – Hongkong dan
Transfarency Internasional – Jerman. ternyata Indonesia merupakan negara paling korup dari 16
negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi para pelaku bisnis.Penilaian didasarkan atas
pandangan ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah
2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika
Serikat.
Berikut ini adalah daftar 16 Negara Terkorup di Asia Pasifik
1. Indonesia (terkorup)
2. Kamboja (korup)
3. Vietnam (korup)
4. Filipina (korup)
5. Thailand
6. India
7. China
8. Taiwan
9. Korea
10. Macau
11. Malaysia
12. Jepang
13. Amerika Serikat (bersih)
14. Hong Kong (bersih)
15. Australia (bersih)
16. Singapura (terbersih)
Catatan * : Negara Asia-Pasifik yang disurvei adalah negara yang memiliki kemajuan ekonomi
cukup pesat di kawasannya dalam beberapa tahun terakhir.
DAMPAK KORUPSI
Berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah
Berkurannya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat
Menyusutnya pendapatan Negara
Rapuhnya keamanan dan ketahanan Negara
Perusakan mental pribadi
Hukum tidak lagi dihormati
BAB 11I
PANDANGAN AGAMA TERHADAP KORUPSI
11.1 PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP KORUPSI
Islam sebagai agama yang (syamil) sangat mengharamkan praktik suap-menyuap bahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengutuk (melaknat) para pelaku hingga penghubung
suap-menyuap sebagaimana hadits tersebut.
Suap-menyuap dalam Islam disebut juga ar-Risywah (وة ْش� Ibnu Atsir dalam ,(الِّر� an-
Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar mendefiniskan; ar-Risywah adalah usaha memenuhi hajat
(kepentingannya) dengan membujuk. Kata ar-Risywah sendiri berasal dari ْشاء�الِّر yang berarti
Tali yang menyampaikan timba ke air. Jadi, ar-Risywah adalah pemberian apa saja (berupa uang
atau yang lain) kepada penguasa, hakim atau pengurus suatu urusan agar memutuskan perkara
atau menangguhkannya dengan cara yang bathil.Dengan cara bathil inilah sebuah ketentuan
berubah, sehingga menyakiti banyak orang dan wajarlah jika Rasulullah mengutuk/melaknat
para pelaku suap-menyuap.
Dalil al-Quran tentang Keharamannya :
Allah Ta’ala berfirman,
بالباطل بينكم أموالكم تأكلوا وال
“Dan janganlah kalian memakan harta-harta diantara kalian dengan cara yang bathil” [QS.
Al-Baqarah: 188]
Imam al Qurthubi mengatakan, ”Makna ayat ini adalah janganlah sebagian kalian memakan
harta sebagian yang lainnya dengan cara yang tidak benar.” Dia menambahkan bahwa
barangsiapa yang mengambil harta orang lain bukan dengan cara yang dibenarkan syariat maka
sesungguhnya ia telah memakannya dengan cara yang batil. Diantara bentuk memakan dengan
cara yang batil adalah putusan seorang hakim yang memenangkan kamu sementara kamu tahu
bahwa kamu sebenarnya salah. Sesuatu yang haram tidaklah berubah menjadi halal dengan
putusan hakim.” (al Jami’ Li Ahkamil Qur’an juz II hal 711)
Diakui atau tidak, praktik suap-menyuap merupakan cara-cara bathil memakan harta kaum
muslimin.
Allah Ta’ala juga berfirman,
� الناسجميعا قتل األرضفكأنما في فساد أو نفٍس+ بغيِّر �نفسا قتل من
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya” [QS. al-Maidah: 32]
Praktik suap-menyuap jika kita pahami lebih mendalam akan dampak negatifnya, sebenarnya
merupakan pembunuhan terhadap kesempatan orang lain dan artinya ia telah membunuh seluruh
manusia. Karenanya pantas jika ayat tersebut diatas diarahkan kepada para pelaku suap-menyuap
yang telah curang dalam suatu urusan sehingga menyebabkan orang lain kehilangan jiwanya dan
kehilangan kesempatannya.
Dan firman-Nya,
تعبدون إياه كنتم إن الله واْشكِّروا رزقناكم ما طيبات من كلوا آمنوا الذين أيها يا
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”
[QS. al-Baqarah: 172]
Ayat tersebut merupakan dalil umum yang memerintahkan orang-orang yang mengaku beriman
untuk mencari rezki yang halal dengan cara-cara yang halal, bukan malah sebaliknya mencari
yang halal dengan cara yang haram atau mencari haram dengan cara yang haram pula. Dan suap-
menyuap -tidak diragukan lagi- adalah cara yang bathil dalam mencari rezki sehingga praktik
tersebut diharamkan oleh Allah Ta’ala.
Dalil as-Sunnah tentang Keharamannya
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata,
والمِّرتشي الِّراْشي وسلم عليه الله صلى الله رسول لعن
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang menyuap dan yang menerima
suap.” [HR. Abu Daud no. hadits 3580]
Juga hadits,
: يعني والِّرائش والمِّرتشي الِّراْشي الله رسول لعن قال عنه الله رضي ثوبان وعن
بينهما يمشي الذي
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melaknat/mengutuk orang yang menyuap, yang menerima suap dan orang yang menghubungkan
keduanya.” [HR. Ahmad dalam bab Musnad Anshar radhiyallahu ‘anhum]
Sementara dalam Sunan at-Tirmidzi,
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
الحكم في والمِّرتشي الِّراْشي وسلم عليه الله صلى الله رسول لعن
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaknat orang yang menyuap dan yang
menerima suap dalam masalah hukum”. [HR. at-Tirmidzi no hadits 1351]
Setelah mengetahui dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah yang menegaskan tentang keharaman
praktik suap-menyuap (ar-Risywah) maka sudah dapat dipastikan bahwa pelaku, penerima dan
orang-orang yang terlibat dalam praktik suap tersebut tidak akan mendapatkan keuntungan
melainkan kecelakaan yang akan Allah berikan kepadanya, jika tidak di dunia tapi pasti di
akhirat.
Kesimpulan
Sebagai seorang muslim yang mengaku tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah dan
Rasulullah maka sepatutnyalah kita membenci praktik suap-menyuap (ar-Risywah) yang telah
meracuni pikiran kaum muslimin sehingga mereka tidak lagi percaya kepada qadha dan qadar
dari Allah, dengan akhirnya mereka menempuh jalan pintas untuk kemudian memutarbalikkan
kebenaran, merubah yang bathil menjadi haq. Tidak hanya itu, laknat dari Rasulullah seharusnya
menjadi bahan pertimbangan bagi orang-orang yang akan dan membudayakan praktik suap-
menyuap tersebut.
المقبوحين من هم القيامة ويوم لعنة الدنيا هذه في وأتبعناهم
“Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka
termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).” [QS. Al-Qashash: 42]
11.2 PANDANAGAN AGAMA KRISTEN TERHADAP KORUPSI
Korupsi merupakan tindakan yang buruk pada pembahasan pertama telah dijelaskan arti
korupsi dari penjelasan tersebut telah dimengerti bahwa tindakan korupsi tersebut adalah
tindakan yang tidak baik , baik secara hukum maupun sosial telah dijelaskan pula sebab dan
akibat yang ditimbulkan korupsi bahwa akibat yang ditimbulkan dari korupsi tidak penah
berdampak positif melainkan berdampak negatif
Pada sudut pandang iman kristen jelas bahwa korupsi merupakan tindakan yang salah
karena pada Keluaran 20 : 15 pada Kesepuluh Firman dimana menjelasakan “Jangan
mencuri”[7] mengapa timdakan korupsi ini berhubungan dengan firman Allah “jangan mencuri”,
karena korupsi termasuk mencuri yaitu mencuri uang rakyat . Hak seorang pejabat pemerintah
telah ada yaitu menerima pendapatan sesuai yang ditentukan oleh negara , mendapat fasilitas dari
negara , namun masih saja kurang dan korupsi maka pejabat tersebut mencuri uang rakyat yang
dimana seharusnya uuang rakyat itu di seharusnya untuk membantu rakyat-rakyat yang miskin .
Mengapa terjadi nya korupsi ? karena iman yang dianut tidak teguh . Seharusnya perlu
direnungkan atau dimaknai pada Matius 4: 4 tertulis bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja ,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” [8]artinya bahwa manusia hidup bukan
untuk makan, mengumpulkan harta tetapi memaknai firman Allah yaitu menjalankan
perintahnya . Namun pada modern ini manusia lebih mementing kepentingan individualismenya.
11.3 CARA PENAGGULANGAN KORUPSI
Mengenalkan kepada anak sejak dini mengenai apa itu korusi dan apa saja yang
dikategorikan sebagai tindak korupsi. Jadi akan tertanam sejak dini jiwa anti korupsi pada
generasi-generasi penerus bangsa.
Memberiakn pendidikan Moral, Agama, serta kejujuran kepada anak-anak sejak awal.
Dengan memberikan pendidikan moral sejak dini diharapkan anak-anak dapat
mempunyai mental yang baik, jujur juga pendidikan agama mengenai perbuatan yang
dilarang agama ini. sehingga kedepan dapat menjadi pemimpin bangsa yang menjunjung
tinggi nilai moral serta nilai-nilai agama.
Menanamkan pendidikan aklhak pengetahuan agama kepada masyarakat , dengan
melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian dan ceramah mengenai
hukum agama dari korupsi tentunya akan memberikan pengetahuan dan memberi rasa
takut aklan tuhan kepada masyarakat dan diharapkan dari sini dapat menimbulkan
kesadaran dari dalam diri masyarakat sendiri untuk tetap menjaga amanat dan tidak
melakukan tindakan korupsi.
Memperkuat dan mempertegas Hukum Negara yang mengatur tentang korupsi sehingga
akan memberikan efek jera atau takut untuk melakukan tindakan korupsi .
BAB 1V
KESIMPULAN
Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran hukum yang dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya demi kepentingan pribadi, di
mana tindakan tersebut menimbulkan kerugian yang besar bagi negara dan masyarakat.
Korupsi pada dasarnya dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, menyentuh semua
kalangan di dalam masyarakat. Korupsi muncul bukan tanpa sebab. Korupsi merupakan akibat
dari sebuah situasi kondisi di mana seseorang membutuhkan penghasilan lebih, atau merasa
kurang terhadap apa yang dia peroleh jika menjalankan usaha dengan cara-cara yang sah.
Korupsi merupakan tindakan yang tidak lepas dari pengaruh kekuasaan dan kewenangan yang
dimiliki oleh individu maupun kelompok, dan dilaksanakan baik sebagai kejahatan individu
(professional) maupun sebagai bentuk dari kejahatan korporasi (dilakukan denga kerjasama
antara berbagai pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sehingga membentuk suatu struktur
organisasi yang saling melindungi dan menutupi keburukan masing-masing).
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk melakukan kejahatan:
korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya tanggung jawab moral
bagi mereka yang memiliki jabatan dan kekuasaan juga kurangnya pendidikan agama
pengetahuan agama mengenai hukum agama tentang perbuatan korupsi yang jelas-jelas
merupakan tindakan yang dilarang bahkan dibenci oleh agama.
Maraknya korupsi di Indonesia disebabkan masih banyaknya orang Indonesia yang
mengalami krisis akhlak. Jadi Obat yang paling pas dan manjur untuk mengobati dan
memberantas penyakit korupsi adalah dengan pendidikan akhlak, pendidikan moral, dan
pendidikan etika. Meskipun terkesan klise, tetapi memperbaiki kesadaran seseorang dan
mengembalikan rasa tanggung jawab moralnya serta agamanya memang salah satu cara yang
paling ampuh untuk mencegah dan menghentikan korupsi di negeri ini. Pendidikan agama dan
memperkuat iman adalah metode yang harus ditingkatkan demi mendapatkan orang-orang yang
memiliki hati nurani bersih dan jujur berlandaskan Hukum Negara maupun hukum Agama.
DAFTAR PUSTAKA :
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke duapuluh tujuh. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
http://sai.ugm.ac.id/site/artikel/korupsi-definisi-dan-jenisnya
http://alatsar.wordpress.com/2009/07/08/hukum-suap-menyuap