Upload
angga-gusma
View
4.681
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Lanjut usia masih mempunyai harapan untuk menikah dan masih memiliki
minat terhadap lawan jenis. Hal tersebut di tunjukkan dengan usaha berkunjung ke
lawan jenis yang sudah tidak memiliki pasangan. Adanya fenomena keinginan
menikah, pengacuhan kebutuhan seksual lanjut usia yang berdampak pada
kebahagiaan dan gangguan homeostasis, teori-teori yang menunjukkan perlu
adanya kebutuhan seksual dipenuhi, dan masih adanya anggapan yang keliru
mengenai pemenuhan kebutuhan seksual pada lanjut usia.
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan
metabolisme, maupun faktor psikologis. Namun sebenarnya lansia masih dapat
berfungsi seksual secara efektif sampai usia delapan puluhan jika mereka
mengerti perubahan fisiologis yang terjadi dalam proses penuaan dan tidak
membiarkan perubahan tersebut mengancam mereka. Permasalahan tersebut jika
tidak mendapatkan perhatian atau penanganan yang memadai bisa menimbulkan
penyimpangan perilaku seksual pada lansia, karena secara lahiriah mereka tetap
membutuhkan penyaluran hasrat seksual. Studi pendahuluan terhadap 10 orang
menunjukkan bahwa 70% responden mengakui jika mereka tetap memiliki hasrat
seksual, tetapi hanya 3 orang (2 laki-laki, 1 perempuan) yang tetap aktif
melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Melihat uraian di atas peneliti
1
tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui perubahan
aktifitas seksual pada lansia.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan populasi seluruh di Desa
XX. Jumlah sampel adalah 56 orang diambil secara quota sampling. Metode
pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang
dilakukan pada bulan Juli 2008. Data dianalisa secara deskriptif dengan rumus
prosentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi fisik, 87,1% responden
perempuan merasa alat genital sudah tidak lentur, 92% responden laki-laki
merasakan kekuatan alat genital (penis) menurun. Pada aspek psikologis, 58,9%
responden merasa bosan untuk melakukan hubungan seksual. Sedangkan jenis dan
penyesuaian aktivitas seksual lansia menunjukkan bahwa 58,9% responden
berusaha mengalihkan aktifitas seksualnya pada aspek kedekatan dengan
pasangan, pertemanan, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari
kesenangan, dan 55,4% responden masih aktif melakukan hubungan seksual.
Hasil penelitian ini dapat terjadi karena faktor fisik seperti sering sakit-sakitan,
nyeri sendi, atau kencing manis, akan berdampak pada aspek psikologis berupa
rasa cemas, tidak bersemangat, sulit konsentrasi dan lain sebagainya
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dirumuskan sebagai
berikut:
1. Perubahan fisiologik akibat proser menua ?
2
2. Fase tanggapan Seksual ?
3. Hambatan aktivitas seksual pada lanjut usia ?
4. Gangguan fungsi seksual pria ?
1.3. Tujuan Pembuatan Makalah
Sejalan dengan rumusan makalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
Tujuan dalam makalah ini untuk mengetahui perkembangan seksual pada
lanjut usia, penyakit, faktor, fase-fasenya.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1 Pengertian
Seksualitas adalah suatu ekspresi cinta yang indah, suatu keintiman, komuni suci
antara dua orang. Ketika mengalami dengan hati terbuka, seksualitas dapat
melebihi keterbatasan realita fisik dan membiarkan kita memuncak pada
kegembiraan yang luar biasa, menakjubkan dan terpesona. Seksualitas akan
mengisi setiap manusia dengan rasa aman, kepuasan dan dapat memperpanjang
kemampuan kita untuk mencintai.
Meskipun berabad-abad yang lalu, seks telah digunakan untuk membohongi,
menguasai, menindas dan mengawasi orang. Seksualitas telah mengalami
penyimpangan dan degradasi yang dalam, sehingga muncullah pemikiran segala
sesuatu yang berkaitan dengan seks dianggap taboo.
Seksualitas adalah bagian dari kita, dan alih-alih menghilangkannya, kita harus
membuat aman dengan seks dan kita perlu belajar cara mengungkapkannya
dengan positif dan konstruktif. Kita perlu mengenalnya untuk apa seks itu dan kita
perlu mencintai diri kita sehingga akan membiarkan hubungan yang indah dalam
hidup kita melalui tingkat pengalaman seksualitas yang paling potensial.
Langkah pertama untuk menyadarkan peran seksualitas kita adalah belajar
mencintai dan menyayangi tubuh kita secara fisik. Kita harus tanggung-jawab
4
terhadap bagaimana kita memperlakukan tubuh kita, seperti halnya kendaraan,
lebih baik kita merawatnya, akan lebih baik melayani kita.
Kita seringkali membiarkan diri kita merasakan cinta secara emosional, tetapi seks
suatu cara kita merasa dan mengalami cinta secara fisik. Ketika kita mulai
membiarkan tubuh kita membangkitkan sensasi fisik dengan sentuhan kasih
sayang dan cinta yang kita miliki, kita akan merasa aman dan percaya.
Seksualitas adalah tentang suatu penghargaan dan mencintai diri sendiri, tubuh,
pasangan dan tubuh pasangan kita. Ini tentang penemuan diri dalam hubungan
dengan tubuh dan pasangan. Hanya karena kita harus menyisihkan waktu untuk
belajar menjadi senang sementara mencintai dan memperhatikan tubuh kita, kita
perlu sabar dan toleran baik dengan tubuh kita ataupun pasangan kita karena kita
belajar merasa aman, nyaman dan memperhatiakn setiap bagian dari tubuh kita.
Tetapi penghargaan adalah usaha yang bernilai sangat baik.
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran
sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu
ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi.
5
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu
fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil,
mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan
kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan
mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis
(kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia
adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari
keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi
kemunduran.
Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami
berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau
macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada
lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan
menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau
menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat.
Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia. Hal
tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa lansia memerlukan nutrisi yang
adekuat untuk mendukung dan mempertahankan kesehatan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan gizi antara lain: berkurangnya kemampuan mencerna
makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan makanan.
6
Dengan adanya penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik maka
diperlukan perawatan sehari-hari yang cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan
agar lansia mampu mandiri atau mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang
diberikan berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian informasi
pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan bagi lansia agar dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
2.2 Perubahan Fisiologik Akibat Proses Menua
Pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia
lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukan status dasar dari
aspek vaskuler ,hormonal dan neurilogiknya.(Alexander and Allison 1989)
Kaplan membagi iklus tanggapan seksual dalam beberapa tahap .
Fase desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks.
Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi
bias bervariasi.
Interval untuk meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta
testoteron menurun secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi
libido.
7
Fase arousal
Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,
elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi uretra
dan kandung kemih.
Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;
penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron;
elevasi testis ke perineum lebih lambat.
Fase orgasmik
Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit konstraksil
kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan jumlah
konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
Fase pasca orgasmik
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai
timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi
Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik
saja, terdapat banyak penyebab lainnya seperti:
Penyebab iatrogenik
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin
membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi
8
seksual.
Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau
tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual
psikogenik
2.3 Hambatan Aktivitas Seksual Pada Usia Lanjut.
Pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan untuk melakukan aktivitas seksual
yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang dating dari lingkungan dan
hambatan internal yang terutama berasal dari subyek lansianya sendiri
Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan social ,yang mengaggap bahwa
aktivitas sosial tidak layak .
Pada lansia yang yng berada diinstitusi ,misalnya di panti wreda hambatan
tewrutama adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi tersebut
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas degan
hambatan eksternal .seringkali seorang lansia sudah merasa tidak bias dan tidak
pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan jenisnya.
Obat-obatan yang sering diberikan pada penderita usia lanjut dengan patologi
multipel juga sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia
lanjut ,seperti dapat dilihat dari pada tabel berikut ini
9
Golongan obat
ContohPengaruh pada fase
Anjuran obat
pengganti
Anti
hipertensi:
diuretika
Anti
hipertensi;
obat
berdaya
sentral
Anti
hipertensi
penyekat b
Anti
hipertensi
–
penghamb
at AC
Obat anti
psikotik
Obat anti
angsietas
Anti
kolinergik
Estrogen
Gol;tiasid
Klonidin
metil-dopa
Propanolol
Captropil
Torasin
tiotiksen
haloperidol
Diazepam
diasepam
Atropine,hi
droksisin
premarin
provera
Simetidin
Kodein ;De
merol
Alcohol
balbiturat
Fase
pembangkita
n(arousal)
Fase
pembangkita
n (arousal)
Fase
hasrat(desire
)
Fase
penggairahan
(arousal)
Fase desire
Fase desire
Fase desire
Fase
pembangkita
n
Fase desire
Fase desire
Fase desire
Pertimban
gan
penghamb
at kanal ca
Pertimban
gkan
buspiron
Lebih
ditekankan
pada
pemuasan
Estrgon
oral
merupakan
pilihan
padayang
tak bisa
per oral
Bila
adaefek
samping
berikan
secara
siklik
10
Progestin
Antaginis
reseptor h-
2
narkotik
sedaktif
anti
depresan
trisiklik
Imipramin
amitriptilin
Fase desirePertimban
ganaltern
waktu
pemberian
sangat
pentingf
dari bloker
h-2
kenali
obat dan
obati
pertimban
gan prozac
ziloft
2.4 Impotensia Pada Usia Lanjut
Secara umum impotensia merupakan istilah yang berarti ”tidak mampu
(melakukan aktivitas seksual) dan dapat dibedakan sebagai impotensia coendi
(ketidak mampuan untik melakukan hubungan seksual),impotensia erigendi(tidak
mampu berereksi )dan impotensia generandi (tak mampu menghasilkan
keturunan.
Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan secara konsisten untuk mencapai
dan mempertahankan ereksi sedemikian ingá mencapai aktivitas seksual yang
memuaskan .
11
Secara garis besar Dedapat dibagi menjadi 2 bagian besar sebagai berikut .
1.DE organik sebagai akibat gangguan endokrin ,neurogenil,vaskuler.
(aterosklerosis atau fibrosis) Deendokrinologik biasanya disebabkan oleh
gangguan testikuler baik primer (sindroma klinefelter maupun
sekunder) .penyakit yang meningkat hormon prolaktin dan tiroksin dapat
menyebabkan DE.
DE vaskuler terjadi pada penyakit leriche .yaitu suatu obstruksi dipangkal
bifurkasio a.iliaka pada daerah abdominalis yang akan menyababkan kladikasio
dab DE .
DE psikologik atau psikogenik .DE jenis ini yang secare opotensial reversibel
biasanya diakibatkan oleh kecemasan (ansietas) ,depresi rasa bersalah (guilty
feeling ) ,masa perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam
hubungan seksual .
2.5 Penatalaksanaan Masalah Seksual Pada Usia Lanjut
Penatalaksanaan penderita lansia dengan masalah seksual pada dasarnya tidak
berbeda dengan apa bila penderita tersebut berusia lebih muda
pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan kehadiran pasangangannya.
Anameses harus rinci,mengikuti awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang
dirasakan juga anamisis tentang gangguan sistemik maupun organik yang
dirasakan.penelaah tentang gangguan psikologi (kesepian,deprsei,duka
12
cita,gangguan kongniktif harus pula dilakukan. Tidak kala pentingnya anamisis
tentang obat-obatan yang diminum,pemeriksaan fisik mengikuti seluruh organ
dari kepala samapai keujung kaki.setatus lokalis organ seksual perlu mendapatkan
perhatian khusus. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan
jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Setatus indrogin dan metabolik meliputi
keadaan gula dara, setaus gizi dan kalau diperlukan setatus hormonal tertentu
(testoteron, teroit dan proplaktin pada pria dan ekstrogen dan progestrorol pada
wanita ) apa bila penuaan mengenai disfunsi ereksi pda pria. Pemeriksaan kas juga
meliputi antara lain dengan pemeriksaan snap gauge atau nacturnal penile
tumescence testing (Hadi-Martono, 1996).
Terapi yang diberikan tentusaja tergantung dalam diaknosis penyakit/gangguan
yang mendasari keluhan tersebut dan sebaiknya dilakukan oleh suatu tim multi
disiplin. Pada keadaan dinfusi ereksi, terapi yang diperlukan berupa(Weg, 1986;
Leslie, 1987; Hadi-Martono, 1996):
1. Terapi psikolgik
2. medika mentosa (hormonal atau injeksi intra korpureal dengan
mengunakan papaverin atau altrostaldil)
3. pengobatan dengan alat vakum
4. pembedahan baik pembedahan vaskulen atau untuk pemasangan proteksis
penis
salah satu obat peroral yang baru-baru ini meningkat popularitasnya untuk
pengobatan DE adalah sildenafil sitrat (VIAGRA) obat ini bekerja dengan jalan
13
memblok pemecahan GMP siklik yang mempertahankan vasedilatasi kavernosa,
hanya bisa diberikan apabila keadaan vaskuler penis masih intak. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa interaksi obat ini dengan golongan nitrat dapa
menyebabkan hipotensi bahkan syok (Vinik 1998).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses penuaan biasanya menimbulkan efek pada potensi baik ereksi
maupun ejakulasi, biarpun perubahan ereksi sendiri secara klinis merupakan kata-
kata keluhan yang sangat penting. Respon ereksi pada pria usia 48-65 tahun enam
kali lebih rendah dibandingkan pada pria usia 19-30 tahun, hal ini diperoleh dari
suatu penelitian laboratorium yang menggunakan monitor untuk menilai
perubahan bentuk penis.
3.2 Saran
Pada lansia masih bisa menimbulkan ereksi maupun ejakulasi, seandainya
pada masa muda lansia tersebut melakukan olahraga yang dapat meningkatkan
produktifitas tubuhnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Adimulya, A. Respon seksual pria usia senja dan beberapa permasalahannya.naskah
simposium hubungan suami istri pada usia lanjut, semarang 1986.
2. Hadi-Martono . kegiatan seksual pada lanjut usia. Naskah simposium sek rotary Club
Purwokerto, 1996.
3. R. Buedhi Darmojo buku. Buku ajar Gerriatri ilmu kesehatn usia lanjut.fakultas
kedokteran UI, Jakarta 1999.
16