25
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu factor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan di antaranya berasal dari air, tanha dan udara.Salah satu factor pencemaran tersebut disebabkan oleh limbah yang berasal dari industri, domestic, pertanian, laboratorium, dan lain sebagainya.Limbah ialah cairan, padatan dan gas dalam suatu wilayah atau tempat tertentu yang mengalami penyimpangan dari keadaan normal akibat adanya bahan-bahan kimia yang telah di pergunakan untuk berbagai kegiatan.Limbah laboratorium merupakan salah satu limbah dalam lingkup kecil yang cenderung terkandung banyak senyawa loga berat dan bahan organic di dalamnya.Hal-hal tersebut dapat mencemacri dan membahayakan lingkungan di sekitarnya, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia yang berada di sekitar laboratorium tersebut. Limbah cair laboratorium hingga saat ini belum mendapat perhatian yang memadai. Dari sisa jumlah, limbah cair yang dihasilkan oleh suatu laboratorium umumnya memang relative sedikit, akan tetapi limbah cair ini tercemar berat oleh berbagai jenis bahan organic dan logam berat. Secara kolektif dan dalam kurun waktu yang dpat berdampak nyata pada 1

makalah limbah cair..docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPencemaran lingkungan merupakan salah satu factor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan di antaranya berasal dari air, tanha dan udara.Salah satu factor pencemaran tersebut disebabkan oleh limbah yang berasal dari industri, domestic, pertanian, laboratorium, dan lain sebagainya.Limbah ialah cairan, padatan dan gas dalam suatu wilayah atau tempat tertentu yang mengalami penyimpangan dari keadaan normal akibat adanya bahan-bahan kimia yang telah di pergunakan untuk berbagai kegiatan.Limbah laboratorium merupakan salah satu limbah dalam lingkup kecil yang cenderung terkandung banyak senyawa loga berat dan bahan organic di dalamnya.Hal-hal tersebut dapat mencemacri dan membahayakan lingkungan di sekitarnya, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia yang berada di sekitar laboratorium tersebut.Limbah cair laboratorium hingga saat ini belum mendapat perhatian yang memadai. Dari sisa jumlah, limbah cair yang dihasilkan oleh suatu laboratorium umumnya memang relative sedikit, akan tetapi limbah cair ini tercemar berat oleh berbagai jenis bahan organic dan logam berat. Secara kolektif dan dalam kurun waktu yang dpat berdampak nyata pada lingkungan apabila tidak dikelola secara memadi, karena bahan organic dan logam berat tersebut akan terakumulasi.Senyawa-senyawa organik dan logam berat yang terkandung dalam limbah laboratorium memiliki kadar atau konsentrasi yang sangat bervariasi. Hal ini akan berdampak pada lingkungan jika tidak dilakukan proses pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang atau dialirkan ke lingkungan. Beberapa cara pengolahan limbah, yaitu dengan proses koagulasi, flokulasi, dan adsorpsi.Koagulasi adalah suatu proses destabilisasi koloid dengan penambahan koagulan yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan partikel-partikel koloid sehingga terjadi gaya tarik-menarik yang dapat menetralkan dan menggumpalkan partikel-partikel koloid menjadi flok. Koagulasi merupakan tahapan dari keseluruhan system untuk menghilangkan atau mengurangi kekeruhan dan warna. Flokulasi merupakan proses penggabungan inti-inti endapan menjadi molekul besar (flok) melalui penambahan flokulan sebagai zat pembantu koagulan untuk memberikan hasil yang optimum pada proses koagulasi penyerapan pada lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada adsorben sehingga terjadi penurunan kadar organic dan logam berat dalam limbah cair laboratorium, khususnya laboratorium kimia. Karena sifatnya, limbah laboratorium tergolong dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun/B3 yang memerlukan penanganan secara khusus.Akan tetapi, dalam prakteknya limbah cair laboratorium kimia hingga saat ini belum dikelola sesuai dengan persyaratan yang berlaku.1.2 PermasalahanBerdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan akibat pencemaran limbah cair dari laboratorium, diantaranya :1. Limbah yang dibiarkan mengalir ke lingkungan tanpa dilakukan proses pengolahan yang memadai akan mencemari dan membahayakan lingkungan serta makhluk hidup di sekitarnya.2. Secara teori, penurunan kadar organik dan logam berat pada limbah cair laboratorium kimia bisa dilakukan dengan pengolahan dan pemisahan melalui proses yang sederhana dan hasil yang baik.3. Belum ada teknik pengolahan yang efektif dengan biaya terjangkau.1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu :1. Mengetahui kadar organik dan logam berat yang terkandung dalam limbah cair laboratorium kimia.2. Mempelajari pengaruh koagulasi serta adsorpsi terhadap penurunan kadar organik dan logam berat dalam limbah cair laboratorium kimia.3. Mengetahui konsentrasi koagulan dan pH optimum yang sesuai untuk limbah cair laboratorium kimia. 4. Mengetahui keefektifan antara adsorben zeolit dan karbon aktif.5. Melakukan proses pengolahan limbah yang sesuai dan efektif dengan biaya yang terjangkau untuk menghasilkan limbah yang ramah lingkungan sehingga tidak mencemari dan membahayakan mekhluk hidup di sekitar lingkungan tersebut.BAB IIPEMBAHASAN2.1Limbah cair2.1.1 Defenisi Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengolahan lingkungan hidup, limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah cair adalah limbah berupa cairan yang berasal dari hasil buagan bahan-bahan yang telah terpakai dari suatu proses produksi industry, domestik (rumah tangga), pertanian, serta laboratorium yang tercampur (tersuspensi) dan terarut di dalam air. Limbah cair tersebut juga sebagai pencemar air, karena komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan Bungan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik.Limbahmerupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Masyarakat diberbagai daerah pemukiman yang terjadi jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, adaair kakus(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan sebagainya. Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangkan komponen lainnya bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut.(Rustama et. al, 1998).Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.Berikut ini adalah beberapa contoh persoalan dari limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi;

Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

.Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam.

Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di-proses dan setelah itu dibuang, Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air.Pada beberapa pabrik tertentu, misalnya pabrik pengolahan kawat, seng, besi baja sebagian besar air dipergunakan untuk pendinginan mesin ataupun dapur pengecoran.Air ini dipompa dari sumbernya lalu dilewatkan pada bagian-bagian yang membutuhkan pendinginan, kemudian dibuang.Oleh sebab itu, pada saluran pabrik terlihat air mengalir dalam volume yang cukup besar. Air ketel akan dibuang pada waktu-waktu tertentu setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sebab air ini tidak memenuhi syarat lagi sebagai air ketel dan karenanya harus dibuang. Bersamaan dengan itu dibutuhkan pula sejumlah air untuk mencuci bagian dalam ketel Air pencuci ini juga harus dibuang.2.1.2 Limbah Kimia B-3Menurut peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1999 juncto nomor 85/1999 mengaturtentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, limbah kimia B-3 adalah limbah yang mengandung bahan dan/atau beracun karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kalangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.2.1.3 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Sumbernya2.1.3.1IndustryMenurut undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, limbah industri adalah sisa suatu kegiatan dan atau proses produksi. Limbah industri atau pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan.Air yang mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam.Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.

2.1.3.2Domestik Limbah domestik berasal dari pemukiman, pertokoan, hotel, rumah sakit, dan sebagainya.Limbah ini dapat berupa sampah organik, sampah anorganik, serta deterjen.Sampah organic merupakan sampah yang dapat terurai oleh aktivitas bakteri seperti sisa-sisa sayuran, buah-buahan, maupun dedaunan.Sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat terurai oleh aktivitas bakteri seperti kertas, plastik, ataupun kaca. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air karena hamper setiap rumah tangga menggunakan deterjen padahal limbah detrjen sangat sukar diuraikan oleh mikroorganisme.

2.1.3.3Laboratorium Limbah laboratorium berasal dari buangan hasil reaksi-reaksiberbagai larutan kimia berbahaya dalam suatu eksperimen.Larutan kimia tersebut diantaranya mengandung bahan-bahan kimia toksik dan logam-logam berat yang berbahaya bagi makhluk hidup dan lingkungan.Bahan-bahan kimia merupakan bahan yang berbahaya dan memiliki resiko tinggi bila tercemar ke lingkungan, karena memiliki zat yng bersifat racun (toksik). Tidak hanya bahanbahan kimia, akan tetapi dimiliki oleh logam-logam berat misalnya Fe, Hg, Cr, dan lainnya sehingga aliran buangan limbah laboraorium akan membahayakan lingkungan dan makhluk hidup di sekitarnya bila tidak dilakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.2.1.4 KarakteristikKarakteristik limbah cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu fisika, kimia, dan biologi. Hal tersebut sangat penting dalam studi pendahuluan dalam pengolahan limbah, diantaranya proses desain, metode kerja, manajemen pengumpulan, pengelolaan, dan penimbunan air limbah. Sifat fisika, kimia, dan biologi air limbah sangat tergantung pada sumber kegiatan penghasil air limbah tersebut, apakah itu masyarakat, industry, atau komoditi lain. Karakteristik fisika, meliputi : temperature (suhu), warna, bau, kekeruhan, padatan total, dan padatan tersuspensi. Karakteristik kimia, salah satunya ialah COD. Karakteristik biologi air limbah berhubungan dengan organisme-organisme dan atau bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana.2.1.5 Pengolahan Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan.Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang.Namun demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.Jadi, teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang bersangkutan.Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan :1. pengolahan secara fisika2.pengolahan secara kimia3.pengolahan secara biologiUntuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.2.1.6Penanganan Limbah Cair Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses- proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Proses pengolahan tersebut juga dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atau faktor finansial.1. Pengolahan Primer (Primary Treatment) Tahap pengolahan primer limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisika. A. Penyaringan (Screening)Pertama, limbah yang mengalir melalui saluran pembuangan disaring menggunakan jeruji saring.Metode ini disebut penyaringan. Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah. B. Pengolahan Awal (Pretreatment)Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel partikel pasir jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.C. PengendapanSetelah melalui tahap pengolahan awal, limbah cair akan dialirkan ke tangki atau bak pengendapan. Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan, limbah cair didiamkan agar partikel partikel padat yang tersuspensi dalam air limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan (Floation).D. Pengapungan (Floation)Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil ( 30 120 mikron). Gelembung udara tersebut akan membawa partikel partikel minyak dan lemak ke permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan. Bila limbah cair hanya mengandung polutan yang telah dapat disingkirkan melalui proses pengolahan primer, maka limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan primer tersebut dapat langsung dibuang kelingkungan (perairan). Namun, bila limbah tersebut juga mengandung polutan yang lain yang sulit dihilangkan melalui proses tersebut, misalnya agen penyebab penyakit atau senyawa organik dan anorganik terlarut, maka limbah tersebut perlu disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya.2. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (trickling filter), metode lumpur aktif (activated sludge), dan metode kolam perlakuan (treatment ponds / lagoons) .a. Metode Trickling FilterPada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan 1 3 m. limbah cair kemudian disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut. Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan.Dalam tangki pengendapan, limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan atau disalurkan ke proses pengolahan selanjutnya jika masih diperlukanb. Metode Activated Sludge Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen). Aerasi dapat mempercepat kerja bakteri dalam mendegradasi limbah. Selanjutnya, limbah disalurkan ke tangki pengendapan untuk mengalami proses pengendapan, sementara lumpur yang mengandung bakteri disalurkan kembali ke tangki aerasi. Seperti pada metode trickling filter, limbah yang telah melalui proses ini dapat dibuang ke lingkungan atau diproses lebih lanjut jika masih dperlukan. c. Metode Treatment ponds/ LagoonsMetode treatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam akan berfotosintesis menghasilkan oksigen. Oksigen tersebut kemudian digunakan oleh bakteri aero untuk proses penguraian/degradasi bahan organik dalam limbah. Pada metode ini, terkadang kolam juga diaerasi. Selama proses degradasi di kolam, limbah juga akan mengalami proses pengendapan. Setelah limbah terdegradasi dan terbentuk endapan didasar kolam, air limbah dapat disalurka untuk dibuang ke lingkungan atau diolah lebih lanjut. 3. Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman. Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis. 4. Desinfeksi (Desinfection)Desinfeksi atau pembunuhan kuman bertujuan untuk membunuh atau mengurangi mikroorganisme patogen yang ada dalam limbah cair.Meknisme desinfeksi dapat secara kimia, yaitu dengan menambahkan senyawa/zat tertentu, atau dengan perlakuan fisik. Dalam menentukan senyawa untuk membunuh mikroorganisme, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :Daya racun zat Waktu kontak yang diperlukan Efektivitas zat Kadar dosis yang digunakan Tidak boleh bersifat toksik terhadap manusia dan hewan Tahan terhadap air Biayanya murah Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi), penyinaran dengan ultraviolet(UV), atau dengan ozon (O).Proses desinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder atau tersier, sebelum limbah dibuang ke lingkungan.5. Pengolahan Lumpur (Slude Treatment)Setiap tahap pengolahan limbah cair, baik primer, sekunder, maupun tersier, akan menghasilkan endapan polutan berupa lumpur. Lumpur tersebut tidak dapat dibuang secara langsung, melainkan pelu diolah lebih lanjut. Endapan lumpur hasil pengolahan limbah biasanya akan diolah dengan cara diurai/dicerna secara aerob (anaerob digestion), kemudian disalurkan ke beberapa alternatif, yaitu dibuang ke laut atau ke lahan pembuangan (landfill), dijadikan pupuk kompos, atau dibakar (incinerated). 2.1.7 Pengolahan Limbah Cair Dengan Metode AdsorpsiAdsorpsi secara umum diartikan sebagai akumulasi sejumlah molekul,ion atau atom yang terjadi pada batas dua fasa. Adsorpsi juga merupakan proses pengikatan suatu molekuldari gas fasa atau larutan kedalam suatu lapisan terkondensasi dari suatu permukaan padatan atau cairan (Ranke, 2005) sdan merupakan suatu peristiwa penyerapan pada lapisan permukaan antar fasa dimana molekul dari suatu materi terkumpul pada bahan pengadopsi atau adsorben (Atkins, 1997).Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi1. AdsorbatKemampuan adsorben untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul adsorbat dari struktur yang sama. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi,ikatan rangkap dan struktur rantai dari senyawa serapan.2. SuhuDalam pemakaian suatu adsorben,dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapa,seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi,maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil,adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.3. PHUntuk asam-asam organik,adsorpsi akan meningkat bila PH diturunkan,yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebankan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu penambahan alkali,adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.4. WaktuBila adsorben ditambahkan dalam suatu cairan,dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Pengadukan juga mempengaruhi waktu,dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel adsorben untuk bersinggungan dengan senyawa serapan (Athinks, 1997).2.1.8 AdsorbenIalah zat yang melakukan penyarapan terhadap zat lain (baik padat,cairan maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada adsorpsi,disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat akan diadsorpsi. Semakin kecil pori-pori adsorben,mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Adsorben yang paling banyak dipakai untuk menyerap zat zat dalam larutan adalah arang (karbon aktif). Tiap partikel adsorben dikelilingi oleh molekul yang diserap karena terjadi interaksi tarik menarik. Karbon aktif banyak dipakai di industri untuk menghilangkan zat-zat warna dalam larutan. Penyerapan bersifat selektif yang diserap hanya zat terlarut atau pelarut (Brady, 1999).2.1.9 Karbon aktifSejak perang dunia pertama,karbon aktif sudah dikenal sebagai adsorben atau penyerap yang efektif. Karbon aktif adalah bahan berupa karbon bebas yang masing berikatan secara kovalen dan non polar atau arang yang telah dibuat dan diolah secara khusus melalui proses aktivasi sehingga pori-porinya terbuka. Dengan demikian mempunyai daya serap yang besar terhadap zat-zat lainnya,baik dalam fase cair maupun fase gas. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan,dimana semakin kecil pori-pori arang aktif,mengakibatkan luas permukaan semakin besar daan kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepan adsorpsi,dianjurkan menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan. Karbon aktif ini cocok digunakan untuk mengadsorpsi zat-zat organik. Komposisi karbon aktif terdiri dari silika (SiO2), karbon,kadar air dan kadar debu. Unsur silika merupakan kadar bahan yang keras dan tidak mudah larut dalam air sehingga berfungsi sebagai pembersih partikel yang terkandung dalam air keruh untuk memperoleh air yang jernih.Bahan baku yang berasal dari hewan,tumbuh-tumbuhan,limbah maupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi karbon aktif yaitu dibuat melalui proses pembakaran secara karbonisasi (aktivasi) dari semua bahan yang mengandung unsur karbon dalam tempat tertutup dan dioksidasi/diaktifkan dengan udara atau uap untuk menghilangkan hidrokarbon yang akan menghalangi/mengganggu penyerapan zat organik. Bahan tersebut antar lain tulang,kayu lunak maupun keras,sekam,tongkol jagung,tempurung kelapa,ampas penggilingan tebu,ampas pembuatan kertas,serbuk gergajidan batu bara (Brady. 1999).2.1.10 ZeolitSuatu alumna silikat yang mempunyai struktur berpori dengan bentuk rangka kristal yang didalamnya ditempati oleh molekul air dan ion-ion logam alkali. Unit dasar pembentuk zeolit adalah SiO4 dan AlO4 yang membentuk tetrahedral. Unit-unit saling berikatan membentuk jaringan amoniak dalam tiga dimensi. Perbandingan Si dan Al nya adalah 1;1 sampai 100:1. Struktur yang paling stabil adalah zeolit yang pernbandingan Si dan Al nya adalah 1:1. Dengan sifat diatas ,maka zeolit dapat beketja sebagai penukar ion dan sebagai penyaring melalui adsorpsi selektif karena adanya perbedaan dalam ukuran molekul dan faktor lainnya. Selanjutnya dari hasil pengujian terhadap beberapa aspek yang ada kaitannya dengan pertukaran ion pada zeolit,dijelaskan bahwa : Kecepatan pertukaran kation dalam zeolit dipengaruhi oleh besar butiran zeolit. Zeolit yang diaktifkan maupun yang tidak diaktifkan,lebih kecil menyerap ion amonium dari air buangan larutan NH4Cl. Hal tersebut dikarenakan dalam air buangan,zeolit dapat menyerap ion amonium dan ion-ion lain seperti Ag,K dan lain-lain. Kapasitas penyerap zeolit akan bertambah dengan bertambahnya berat zeolit.Mineral alam zeolit biasanya masih tercampur dengan mineral lainnya seperti kalsit,gypsum,feldspar dan kuarsa dan ditemukan didaerah sekitar gunung berapi atau mengendap pada daerah sumber air air panas. Zeolit juga ditemukan sebagai batuan endapan pada bagian tanah jenis basalt dan komposisi kimianya tergantung pada kondisi hidrothermal lingkungan lokal,seperti suhu,tekanan uap air setempat, dan komposisi air tanah lokasi kejadiannya. Hal itu menjadikan zeolit dengan warna dan tekstur yang sama mungkin berbeda komposisi kimianya bila diambil dari lokasi yang berbeda disebabkan karena kombinasi mineral yang berupa partikel halus dengan impurities lainnya. Zeolit dengan struktur framework mempunyai luas permukaan yang besar dan dapat menyaring ion/molekul. Bila atom Al dinetralisir dengan ion polivalen misalnya logam Pt,Cu dsb. Zeolit dapat berfungsi sebagai katalis yang digunakan pada reaksi petrokimia (Sudi,2006).2.1.11 Toksisitas logamTerjadinya keracunan dalam tubuh manusia yang diakibatkan oleh bahan berbahaya yang mengandung logam beracun. Logam Fe memiliki toksisitas yaitu iritasi kulit,gangguan pencernaan dan gangguan pernapasan. Sedangkan logam Mn dapat merusak paru-paru dan otak. Logam Cr memiliki toksisitas yaitu iritasi kulit dan gangguan pencernaan.2.1.12 AAS (atomic absorption spectrophotometer)Salah satu metode analisis unsur yang paling akurat dan sering digunakan dalam analisis unsur logam adalah spektrofotometer serapan atom atau atomic adsorption spectrophotometer (AAS). Prinsip dari metode AAS adalah adsorbsi cahaya oleh atom berdasarkan jumlah radiasi yang diabsorbsi atom-atom dalam fase uap dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Dengan demikian,alat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan logam dalam suatu sampel. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Sunardi,2010 ).2.1.13 Spektrofotometer Serapan Sinar Ultra VioletUmumnya sebagian besar senyawa organik dapat dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang 200-400 nm. Kemudian hasil pengukuran dapat diperoleh dari alat pencatat pada spektrofotometer. Bila molekul menyerap pada daerah tampak pada dan UV,elektron valensi atau ikatan akan naik ke tingkat energi yang lebih tinggi,disertai dengan eksitasi vibrasi dan rotasi. Jarak tingkat vibrasi-rotasi yang berdekatan dalam tingkat energi elektroniknya menyebabkan besar kemungkinan transisi elektron dengan perbedaan tingkat energi yang kecil. Hal tersebut disertai pula dengan adanya interaksi zat terlarut-pelarut yang cenderung menghasilkan pita serapan yang lebar dalam daerah UV (Sunardi, 2010 ).

BAB IIIPENUTUPKesimpulan Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengolahan lingkungan hidup, limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Limbah cair adalah limbah berupa cairan yang berasal dari hasil buagan bahan-bahan yang telah terpakai dari suatu proses produksi industry, domestik (rumah tangga), pertanian, serta laboratorium yang tercampur (tersuspensi) dan terarut di dalam air. Limbah cair tersebut juga sebagai pencemar air, karena komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan Bungan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik.Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode yaitu pengolahan secara fisik,pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi.

Daftar isi Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC : Jakarta. Andrews, J.F. 1971. Biological Waste Water Treatment. R.P.Canale Editor. New York. John Wiley and Sons Inc. Astuti, Widi. dan Mahatmanti, F. Widhi. 2010. Aktivasi Abu Layang Batubara dan Aplikasinya Sebagai Adsorben Timbal Dalam Pengolahan Limbah Elektroplating. Laporan Tugas Akhir Universitas Negeri Semarang. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengolahan Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Perdana, M. Putra. 2010. Pemanfaatan Karbon Aktif dari Bottom Ash Sebagai Adsorben Zat Warna Reaktif dan COD dari Limbah Tekstil Dengan Metode Batch. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

16