Click here to load reader
Upload
tanzil-al-khair
View
187
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
“Yakni orang-orang yang senantiasa mengajarkan …
Dan orang-orang yang senantiasa mempelajarinya …”
MENGAJAR merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab
moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan
“guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang akan
mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya,
mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas norma-norma yang
ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa orientasi
pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktivitas
siswa dalam belajar.
Gambaran aktivitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh
karena itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan
menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan
pendidikan. Dalam konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga
bertindak sebagai director and facilitator of learning.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT MENGAJAR
1. Pengertian Mengajar
Nasution (1982:8) mengemukakan kegiatan mengajar diartikan sebagai segenap
aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dengan demikian proses dan keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran yang
dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung. Usman (1994:3)
mengemukakan mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran
yang menimbulkan terjadinya proses belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa
guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga
hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar
kelas, yang menunjang terhadap kegiatan belajar mengajar.
Burton (dalam Usman, 1994:3) menegaskan “teaching is the guidance of learning
activities”. Hamalik (2001:44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai (1)
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi
muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi
siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan
siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Tardif (dalam Adrian, 2004)
mendefinisikan, mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with
the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti
mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan
tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan
kegiatan belajar.
Biggs (dalam Adrian, 2004) seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar
menjadi tiga macam pengertian yaitu (1) Pengertian Kuantitatif. Mengajar diartikan
sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru
hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa
2
dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab
pengajar. (2) Pengertian institusional. Mengajar berarti the efficient orchestration of
teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini
guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa
yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan
kebutuhannya. (3) Pengertian kualitatif. Mengajar diartikan sebagai the facilitation of
learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan
pemahamannya sendiri. Burton (dalam Sagala, 2003:61) mengemukakan mengajar adalah
upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar
terjadi proses belajar.
Berdasarkan definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengajar adalah aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, sehingga terjadi proses belajar. Aktivitas
kompleks yang dimaksud antara lain adalah (1) mengatur kegiatan belajar siswa, (2)
memanfaatkan lingkungan, baik ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, dan (3)
memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa.
Kemuadian Ada beberapa pengertian lain yang digunakan untuk mendefinisikan
kegiatan mengajar. Antara lain :
1. Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian
sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai
sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan
dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah
menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat
dipahami oleh siswa.
2. Definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu
pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa
mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha
membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli
pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang
merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses
belajar mengajar.
3
3. Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara
dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama
aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan
memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun konsep baru
tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar,
bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol
dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi
diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan
siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan
pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif
Hubungan Antara Belajar Dan Mengajar
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakan
dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya,
berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan dimana saja, baik disekolah, dikelas, dijalanan
dalam waktu yang tak ditentukan sebelumnya. Namun demikian, satu hal sudah pasti
bahwa belajar dilakukan manusia senantiasa oleh iktikad dan maksud tertentu ( Oemar
Hamalik: 2004 : 154)
Belajar adalah mengalami dalam arti belajar terjadi dalam interaksi antara individu
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. Lingkungan fisik,
contohnya buku, alat peraga, alam sekitar. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah
lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar ( Udin S. Winata Putra, dk :
2002 : 2.3)
Skiner ( dalam Mumamad Tohri : 2007 : 4) berpadangan … bahwa belajar adalah
suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi kuat, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut : 1) Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2) Respon Pembelajaran, dan 3)
konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
4
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses
yaitu proses mengatur, mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar anak didik
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada
tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak
didik dalam melakukan proses belajar.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah perubahan maka hakikat belajar mengajar
adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru. Dalam kegiatan belajar mengajar guru
sebaiknya memperhatikan perbedaan individu anak didik, yaitu pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksud agar guru mudah dalam
melakukan pendekatan kepada anak didik secara individual. Pemahaman terhadap ketiga
aspek tersebut dapat merapatkan hubungan guru dengan anak didik, sehingga
memudahkan melakukan pendekatan masteru learning dalam mengajar. Masteri learning
adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual. Mastery learning adalah
kegiatan yang meliputi dua kegiatan yaitu program pengayaan dan program perbaikan
( Suharsimi Arikunto : 1998 : 31)
Ny. Dr. Roestiyah. N.K ( dalam Syaful Bahri Djamarah : 2002 : 49) menyatakan
… bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku murid-
murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan,
suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari proses pengajaran
itu sendiri
B. TUJUAN PENGAJARAN DALAM ISLAM
1. Pengertian
Tujuan artinya suatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan
atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir, bila suatu tujuan telah dicapai. Kalau tujuan
itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan
tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai tujuan akhir.
Tujuan pendidikan Islam adalah keribadian muslim, yaitu suatu kepribadianyang
seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian Islam dalam Al-
Qur’an disebut juga “muttaqin”. Karena itu Pendidikana Islam berarti juga pembentukan
manusia yang bertaqwa. Ini sesuai benar dengar pendidikan nasional kita yang dituangkan
5
dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasilais yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Meskipun lingkungan umum dan alam sekitar yang tidak diorganisir dapat
mendidik orang, namun orang sangat membutuhkan pendidikan formal melalui sekolah,
karena pendidikan formallah yang mempunyai tujuan yang jelas. Dalam pendidikan
formal direncanakan dan diatur segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan, cara dan
alat utnuk mencapai tujuan itu, waktu dan tempat mencapai tujuan itu. Karena itu tujuan
pendidikan Islam dapat dicapai dengan pendidikan formal. Sedangkan pendidikan formal
itu dicapai dengan pengajaran. Ini berarti bahwa tujuan pengajaran adalah untuk mencapai
tujuan pendidikan. Tujuan pengajaran Islam adalah untuk mencapai tujuan pendidikan
Islam, yaitu kepribadian muslim. Membicarakan pengajaran Islam berarti juga
membicarakan pendidikan Islam. Pendidikan Islam itu sulit dicapai kalau bukan dengan
pengajaran Islam. Sedangkan Pendidikan Islam tidak ada artinya kalau tidak mencapai
tujuan pendidikan Islam.
2. Fungsi Tujuan
Kegiatan pengajaran harus mempunyai tujuan, karena setiap kegiatan yang tidak
mempunyai tujuan akan berjalan meraba-raba, tak tahu arah tujuan. Tujuan yang jelas dan
berguna akan membuat orang lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh. Semua kegiatan
harus berorientasi pada tujuannya. Segala daya dan upaya pengajaran harus dipusatkan
pada pencapaian tujuan itu. Karena itu tujuan pengajaran harus berfungsi sebagai:
1. Titik pusat perhatian dan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengajaran,
2. Penentu arah kegiatan pengajaran,
3. Titik pusat latihan dan pedoman dalam menyusun rencana kegiatan pengajaran,
4. Bahan pokok yang akan dikembngkan dalam memperdalam dan memperluas ruang
lingkup pengajaran,
5. Pedoman untuk mencegah atau menghindari penyimpangan kegiatan.
3. Sumber Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran ialah rumusan keinginan yang akan dicapai dengan pengajaran.
Rumusan ini bukanlah didapat sambil lau, tetapi setelah melalui berbagai pertimbangan
kepentingan. Yang jelas tujuan pengajaran ini ialah pengembangan dan penjabaran dari
tujuan pendidikan; dalam tulisan ini tentu tujuan pendidikan Islam. Ini berarti bahwa
6
tujuan pendidikan Islam itu bersumber pada ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunah Nabi.
Pengertian sumber disini juga mengandung arti sesuai dengan. Bagi orang Islam, ajaran
Islam merupakan filsafat dan pandangan hidup. Selaku warga negara Indonesia, maka
pancasilalah yang menjadi filsafat dan pandangan hidup itu dan dari sinilah bersumber
tujuan pendidikan nasional kita yang dirumuskan dalam TAP MPR dan UU Pendidikan.
Dengan demikian berarti bahwa secara tegas tujuan pengajaran agama Islam di negara kita
ini bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah Nabi yang didukung oleh Pancasila.
4. Prinsip dan Ciri Tujuan Pengajaran Agama Islam
Berbagai jenis lembaga pendidikan Islam dengan tingkat yang berbeda, dapat
merumuskan tujuan pendidikan dan pengajarannya dengan berpedoman kepada kedua
filsafat dan pedoman hidup tadi. Dalam merumuskan tujuan pendidikan pengajaran itu
orang tidak boleh menyimpang atau menentang prinsip pokok ajaran Islam yang
terkandung dalam maksud-maksud syari’at yang dalam istilah syari’at Islam ”muqashid as
syari’ah” . Muqashid as syari’ah itu ialah:
1. Memelihara kebutuhan pokok hidup yang daruri (vital); yaitu sesuatu yang
mestia ada dalam kehidupan yang normal; dalam arti bila semua atau salah
satunya saja tidak ada atau rusak, akan rusaklah kehidupan. Sesuatu yang harus
itu ialah; agama, jiwa raga, keturunan, harta serta akal dan kehormatan.
2. Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup, sehingga yang diperlukan
mudah didapa, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan. Untuk itu digunakan
istilah haji (haji, hajat = kebutuhan).
3. Mewujudkan keindahan, keberesan dan kesempurnaandalam suatu kebutuhan.
Untuk itu digunkan istilah tahsini (tahsini = membuat lebih baik, lebih indah).
Demikianlah prinsip pokok ajaran Islamyang juga harus menjadi prinsip tujuan
pendidikan dan pengajaran Islam. Ini berarti bahwa dalam tujuan pengajaran agama Islam
harus berisi pemeliharaan yang daruri mewujudkan yang haji dan tahsini. Tujuan ini harus
berisi sesuatu yang menumbuhkan, menyuburkan dan mengmbngkan keyakinan beragam,
mengamalkan ajarannya, memelihara dan menyalurkan pertumbuhan dan perkembangan
7
rohani dan jasmani, membina dan menjaga kesejahteraan jiwa dan raga menurut norma-
norma yang digariskan oleh ajaran Islam.
Adapun ciri tujuan pendidikan dan pengajaran secara pada umumnya adalah;
1. Mudah dipahami, dapat dilaksanakan untuk menumbuhkan dan memperkuat
iman, isi dan caranya harus bersifat manusiawi; sesuai dengan kodrat manusia
menurut umur dan tingkatannya,
2. Tidak bertentangan dengan logika dan pertumbuhan rasa keimanan seseorang,
3. Sesuai dengan umur dan kecerdasan dan tingkat perkembangan keyakinan
terhadap ajaran Islam.
4. Mendukung terlaksananya ajaran Islam yang amaliah,
5. Untuk mencapai tujuan itu tidak menggunkan alat atau penjelasan yang merusak
atau mengurangi citra kesucian Islam.
5. Kandungan Tujuan
Tujuan pengajaran agama Islam harus berisi hal-hal yang dapat menumbuhkan dan
memperkuat iman serta mendorang pada kesenangan mengamalkan ajaran agama Islam.
Proses pencapaian itu hendaknya sekaligus membina keterampilan mengamalkan ajaran
islam itu. Untuk itu diperlukan usaha pembentukan materiil yang akan memperkaya murid
dengan sejumlah pengetahuan, membaut mereka dapat menghayatidan mengembangkan
ilmu itu, juga membuat ilmu yang mereka pelajarai itu berguna bagi mereka. Tujuan ini
hendaknya mengandung sifat pemberian dan penanaman ilmu agama (kognitif) dan
keterampilan mengamalkan ajaran agama (psikomotor). Untuk itu tujuan pengajaran
agama Islam itu harus mengandung bahan pelajaran yang bersifat;
1. Menumbuh dan memperkuat iman,
2. Membekali dan memperkaya ilmu agama,
3. Membina keterampilan beramal,
4. Menuntun dan mengembangkan potensi yang dibawa sejak lahir sebagai manusia
secara utuh (individual),
5. Menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan sifat-sifat terpuji,
6. Pemberian pengetahuan dan keterampilan yang dapat diamalakan dan
dikembangkandalam berbagai lapangan pekerjaan untuk mencari nafkah (tenaga
profesional).
8
Secara umum dan ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan pengajaran agama Islam
itu harus mengandung berbagai aspek pembinaan manusia seutuhnya, sehingga nantinya ia
dapat hidup dengan baik sebagai manusia Pancasilaias yang bertaqwa kepada Allah dalam
ajaran Islam.
6. Jenjang Tujuan
Tujuan dan pengajaran itu secara utuh dan lengkap tidak dapat dicapai dengan
dengan pengajaran sekaligus dalam waktu yang singkat, tetapi harus melalui tahap-tahap
periodisasi, sesuai dengan kondisi, situasi dan umur kecerdasan, yang perwujudannya
dikembangkan dalam tingkatan-tingkatan pendidikan (pra-sekolah, rendah (dasar),
menengah, tinggi).
Penjenjangan tujuan ini disesuaikan dengan jenjang pendidikan formal yang
berlaku dinegara kita. Setiap tahap dari jenjang tujuan itu harus berisi unsur yang meliputi
kandungan tujuan secara penuh dengan bobot dan mutu yang semakin meningkat sesuai
dengan tingkatan pengajaran. Setiap orang yang telah menyelesaikan satu tahap tingkatan
pengajaran, hendaknya ia dapat hidup di tengah masyarakat dengan baik, sebagai manusia
yang bertaqwa kepada Allah menurut ajaran Islam, sebagai warga negara yang Pancasilais,
punya pekerjaan yang pantas untuk tingkatan dengan penghasilan yang cukup. Untuk itu ia
harus berilmu, harus punya keterampilan, baik untuk mencari nafkah atau untuk mengabdi
kepada Allah sebagai hamba Allah yang taat, punya sikap mental setia kepada negara dan
yakin kepada ajaran Islam yang dianutnya.
7. Tujuan Bidang Studi
Tujuan bidang studi artinya sesuatu yang akan dicapai setelah mempelajari
sejumlah materi pelajaran yang tergabung dalam satu bidang studi itu. Agama Islam itu
sebenarnya bukanlah suatu mata pelajaran, bukan suatu bidang studi. Agama Islam itu
adalah suatu kepercayaan. Dari segi ini kita lihat bahwa agama Islam itu bukan suatu ilmu
yang materinya dikelompokan dalam bidang studi; tetapi ajaran itu dapat dipelajari dan
diamalkan. Karena itu pengajaran agama Islam itu berarti kegiatan mempelajari ajaran
agama Islam. Tujuannya tentu saja supaya orang mempunya pengetahuan tentang ajaran
Islam itu untuk diyakini dan diamalkan sehingga ia menjadi seorang muslim dan
selanjutnya berkepribadian muslim.
9
Untuk memudahkan mempelajarinya, orang membagi dan memperinci pelajaran
agama itu kedalam beberapa bidang studi, sesuai dengan sifat dan ruang lingkup bahan
(materi) yang akan dipelajari. Materi pelajaran yang berisi ajaran tentang tingkah laku atau
adab sopan santun dirumuskan dalam bidang studi akhlak. Materi pelajaran yang berisi
ajaran tentang ibadah; bila digabungkan dengan masalah muamalat, munakahat, jinayat
dan sebagainya, dikumpulkan dalam bidang studi ibadah-syari’ah atau Fiqih. Begitulah
selanjutnya pengembangan kelompok bahan mata pelajaran itu disusun dalam berbagai
bidang studi yang sesuai dengan materi pelajarannya. Masing-masing bidang studi itu
mempunyai tujuan pengajaran tersendiri. Tujuan ini merupakan pengembangan dan
penjabaran dari butir-butir tujuan pengajaran agama secara umum yang dituangkan dalam
rumusan tujuan instruksional khusus, inilah yang harus dicapai dengan proses kegiatan
belajar mengajar dalam satu pokok bahasan. Perpaduan keseluruhan dari tujuan
instruksional khusus inilah yang diusahakan untuk mencapai tujuan bidang studi. Bila
tujuan bidang studi tidak tercapai, sebab utamanya mungkin kekeliruan merumuskan
tujuan instruksional khusus atau ketidakmampuan pengajar melaksanakan proses belajar-
mengajarnya; dan juga mungkin disebabkan kondisi dan situasi proses pelaksanaan
kegiatan itu dan mungkin juga lingkungan hidup anak dan sekolah.
10
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan
Tujuan pendidikan Islam adalah keribadian muslim, yaitu suatu
kepribadianyang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang
berkepribadian Islam dalam Al-Qur’an disebut juga “muttaqin”. Karena itu
Pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ini sesuai
benar dengar pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan
nasional yang akan membentuk manusia Pancasilais yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu mari kita sama-sama membangun sikap professionalisme
dalam pembalajaran sesuai dengan ajaran islam.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. [Online]
Tersedia: http://www. artikel.us_art05-65.html [18 Maret 2006]
2. Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara
3. Nasution, S. (1982). Azas-azas Kurikulum. Bandung: Jemars.
4. Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
5. Muhammad Tohri, 2007. Belajar dan Pembelajaran : STKIP Hamzanwadi
6. Roestiyah, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
12